9
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
Sangatlah penting untuk memahami mengapa disebut Pendidikan Agama Kristen dan bukan Pengajaran Agama Kristen. Selain ada kesamaannya ada pula perbedaan yang mendasar.
Perbedaan yang mendasar itu terletak pada tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang ingin dicapai melalui Pendidikan Agama Kristen yang dilaksanakan di
sekolah-sekolah adalah terjadinya transformasi dan internalisasi nilai-nilai kristiani bagi para peserta didik. Baik Pendidikan Agama maupun Pengajaran Agama yang bersifat dogmatis-etis
sesungguhnya merupakan tanggung jawab keluarga dan gereja. Transformasi dan internalisasi nilai-nilai kristiani bagi para peserta didik juga dapat difasilitasi oleh para pendidik Pendidikan
Agama Kristen. Dengan kata lain Pendidikan Agama Kristen merupakan pendidikan nilai, sehingga diharapkan melaluinya terjadi perubahan dan pembaruan, baik tentang pemahaman
maupun sikap dan perilaku.
Dengan demikian, gereja dan keluarga Kristen dapat menjalankan perannya masing- masing di bidang pendidikan iman. Terutama keluarga merupakan lembaga pertama dan
utama yang bertanggung jawab atas pembentukan nilai-nilai agama dan moral. Sekolah menjalankan perannya dalam membantu keluarga mengajar dan mendidik anak-anak dan
remaja. Pemerintah melalui sekolah turut menjalankan perannya di bidang Pendidikan Agama pada umumnya dan Pendidikan Agama Kristen secara khusus karena amanat UU.
C. Pembelajaran PAK
Ada dua model pendekatan pembelajaran, yaitu model pendekatan yang berpusat pada Guru dan pendekatan yang berpusat pada peserta didik.
Kedua model pendekatan pembelajaran tersebut di atas adalah pendekatan yang dapat dipelajari oleh guru PAK, khususnya model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
untuk diterapkan dalam proses belajar-mengajar di sekolah. Sebagaimana kita ketahui bahwa kekhasan PAK membuat PAK berbeda dengan mata pelajaran lain, yaitu PAK menjadi sarana
atau media dalam membantu peserta didik berjumpa dengan Allah di mana pertemuan itu bersifat personal, sekaligus nampak dalam sikap hidup sehari-hari yang dapat disaksikan serta
dapat dirasakan oleh orang lain, baik guru, teman, keluarga maupun masyarakat.
Dengan demikian, pendekatan pembelajaran PAK bersifat berpusat pada peserta didik, yang memanusiakan manusia, demokratis, menghargai peserta didik sebagai subyek dalam
pembelajaran, menghargai keanekaragaman peserta didik, memberi tempat bagi peranan Roh Kudus. Dalam proses seperti ini, kebutuhan peserta didik merupakan kebutuhan utama yang
harus terakomodir dalam proses pembelajaran.
Proses Pembelajaran PAK adalah proses pembelajaran yang mengupayakan peserta didik mengalami pembelajaran melalui aktivitas-aktivitas kreatif yang difasilitasi oleh Guru.
Penjabaran kompetensi dalam pembelajaran PAK dirancang sedemikian rupa sehingga proses dan hasil pembelajaran PAK memiliki bentuk-bentuk karya, unjuk kerja dan perilaku atau
sikap yang merupakan bentuk-bentuk kegiatan belajar yang dapat diukur melalui penilaian sesuai kriteria pencapaian.
D. Pembelajaran PAK di Buku Siswa
Pembahasan di buku peserta didik dimulai dengan pengantar di mana pada bagian pengantar peserta didik diarahkan untuk masuk ke dalam materi pembahasan, kemudian
penjelasan bahan Alkitab, uraian materi, kegiatan pembelajaran dan penilaian.
10
Buku Guru Kelas V SD
1. Pengantar Pengantar merupakan pintu masuk bagi uraian pembelajaran secara lengkap, bagian
pengantar bisa berupa naratif tapi juga aktivitas yang dipadukan dengan materi. 2. Penjelasan Bahan Alkitab
Salah satu perubahan yang penting dalam buku guru kurikulum 2013 adalah Penjelasan bahan Alkitab. Penjelasan ini diperlukan untuk membantu guru-guru
memahami referensi Alkitab yang dipakai. Melalui penjelasan bahan Alkitab guru memperoleh pengetahuan mengenai latar belakang nats Alkitab yang diambil
kemudian dapat menarik relevansinya dengan topik yang dibahas. Penjelasan bahan Alkitab hanya untuk guru dan tidak untuk diajarkan pada peserta didik.
3. Uraian Materi Penjelasan bahan pelajaran secara utuh disampaikan oleh Guru. Materi yang ada
dalam buku guru lebih lengkap dibandingkan dengan yang ada dalam buku peserta didik. Guru perlu mengetahui lebih banyak mengenai materi yang dibahas sehingga
dapat memilih mana materi yang paling penting untuk diberikan pada peserta didik. Guru harus teliti menggabungkan materi yang ada dalam buku peserta didik dengan
yang ada dalam buku guru. Hendaknya diingat bahwa yang menjadi target capaian adalah kompetensi dan bukan materi, jadi guru tidak perlu menjejali peserta didik
dengan materi ajar yang terlalu banyak. Jika dilihat model yang ada dalam buku peserta didik, maka nampak jelas proses belajar dan penilaian berlangsung secara
bersama-sama. Hal ini menguntungkan guru karena guru tidak harus menunggu selesai proses belajar baru diadakan penilaian, tetapi dalam setiap langkah kegiatan
ada penalaran materi dan ada juga penilaian.
Sejak bertahun-tahun kita terjebak dalam bentuk penilaian kognitif yang tidak menguntungkan peserta didik terutama melalui model ujian pilihan ganda dan model
evaluasi yang kurang membantu peserta didik mencapai transformasi atau perubahan perilaku. Karena itu, sudah saatnya guru berubah, dalam pembelajaran ini akan lebih
banyak fokus pada diri peserta didik, selalu dimulai dari peserta didik dan berakhir pada peserta didik, demikian pula bentuk penilaian lebih banyak bersifat penilaian
diri sendiri sehingga peserta didik dapat melihat apakah ada perubahan dalam hidupnya.
4. Penilaian Penilaian membahas ketercapaian Kompetensi Dasar. Dalam penjelasan pokok
materi pembelajaran, dapat dibaca perubahan cara penilaian yang ada dalam kurikulum 2013, yaitu proses belajar dan penilaian berlangsung secara bersama-sama.
Jadi, proses penilaian bukan dilakukan setelah selesai pembelajaran, tetapi dalam proses sejak pembelajaran dimulai dan bentuk penilaian cukup variatif mengenai
skala sikap, penilaian diri, tes tertulis, penilaian produk, proyek, observasi dll.
Guru harus berani membuat perubahan dalam bentuk penilaian. Memang, biasanya otoritas akan membuat soal bersama untuk ujian, tetapi praktik ini bertentangan
dengan jiwa kurikulum 2013, khususnya kurikulum PAK yang memang terfokus pada perubahan perilaku peserta didik. Pendidikan agama yang mengajarkan nilai-
nilai iman barulah berguna ketika apa yang diajarkan itu membawa transformasi atau perubahan dalam diri anak karena iman baru nyata di dalam perbuatan, sebab iman
tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati Yakobus 2:26. Untuk itu berbagai bentuk soal seperti pilihan ganda dan soal-soal yang bersifat kognitif tidak banyak
membantu peserta didik untuk mengalami transformasi.