5
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
esensialisme dan perenialisme. Mata pelajaran dapat dijadikan organisasi konten yang dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu atau non disiplin ilmu yang diperbolehkan menurut
ilosoi rekonstruksi sosial, progresif ataupun humanisme. Karena ilosoi yang dianut dalam kurikulum adalah eklektik seperti dikemukakan di bagian landasan ilosoi, maka nama mata
pelajaran dan isi mata pelajaran untuk kurikulum yang akan dikembangkan tidak perlu terikat pada kaidah ilosoi esensialisme pendidikan intelektual dan tujuannya ialah penguasaan
pengetahuan dasar dan lanjutan dan perenialisme pemikiran dan rasionalitas dalam dunia pendidikan yang tujuannya menyatakan bahwa ada kebenaran yang absolut dan konsisten.
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar SDMI untuk setiap mata pelajaran
mencakup: Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya dan Prakarya, dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, serta
Datar Tema dan Alokasi Waktunya.
D. Ciri Khas Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 memiliki beberapa ciri khas, antara lain: 1. Tiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang terkait satu dengan yang lain serta memiliki kompetensi dasar yang diikat oleh kompetensi inti tiap kelas.
2.Konsep dasar pembelajaran mengedepankan pengalaman individu melalui observasi meliputi menyimak, melihat, membaca, mendengarkan, bertanya, asosiasi,
menyimpulkan, mengkomunikasikan, menalar, dan berani bereksperimen yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kreativitas anak didik. Pendekatan ini
lebih dikenal dengan sebutan pembelajaran berbasis pengamatan. Selain itu proses pembelajaran juga diarahkan untuk membiasakan anak didik beraktivitas secara
kolaboratif dan berjejaring untuk mencapai suatu kemampuan yang harus dikuasai oleh anak didik pada aspek pengetahuan kognitif yang meliputi daya kritis
dan kreatif, kemampuan analisis dan evaluasi. Sikap afektif, yaitu religiositas, mempertimbangkan nilai-nilai moralitas dalam melihat sebuah masalah, mengerti
dan toleran terhadap perbedaan pendapat. Keterampilan psikomotorik meliputi terampil berkomunikasi, ahli dan terampil dalam bidang kerja.
3.Pendekatan pembelajaran adalah berpusat pada peserta didik. Guru berperan
sebagai fasilitator atau pendamping serta pembimbing peserta didik dalam proses pembelajaran. Relasi guru dan peserta didik adalah subjek-subjek, yakni sama-
sama subjek yang berproses dinamis dalam kegiatan belajar-mengajar. Pendekatan pembelajaran lainnya adalah pembelajaran aktif dan kooperatif. Dalam proses
pembelajaran peserta didik harus aktif untuk bertanya, mendalami, dan mencari pengetahuan untuk membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman
dan eksperimen pribadi dan kelompok, metode observasi, diskusi, presentasi, melakukan proyek sosial dan sejenisnya. Pendekatan terakhir yang dibahas di sini,
yaitu kontektual. Pembelajaran harus dikaitkan dengan konteks sosial di mana peserta didik hidup, yaitu lingkungan kelas, sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Melalui ketiga pendekatan tersebut diharapkan dapat menunjang capaian kompetensi peserta didik secara optimal.
6
Buku Guru Kelas V SD
4.Penilaian untuk mengukur kemampuan pengetahuan, sikap, dan keterampilan hidup peserta didik yang diarahkan untuk menunjang dan memperkuat pencapaian
kompetensi yang dibutuhkan oleh peserta didik di abad ke-21. Dengan demikian, penilaian yang dilakukan sebagai bagian dari proses pembelajaran adalah penunjang
pembelajaran itu sendiri. Dengan proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, maka sudah seharusnya penilaian juga dapat dikreasi sedemikian rupa hingga
menarik, menyenangkan, tidak menegangkan, dapat membangun rasa percaya diri dan keberanian peserta didik dalam berpendapat, serta membangun daya kritis dan
kreativitas.
5.Di Sekolah Dasar, Bahasa Indonesia sebagai penghela mata pelajaran lain sikap dan keterampilan berbahasa dan pendekatan tematik diberlakukan dari kelas I sampai
kelas VI kecuali pada mata pelajaran pendidikan agama.
Bab III Hakikat dan Tujuan Pendidikan Agama Kristen PAK
Pendidikan Agama merupakan rumpun mata pelajaran yang bersumber dari Kitab Suci setiap agama, yang dapat mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memperteguh
iman dan takwa kepada Tuhan yang Mahaesa, serta berakhlak mulia atau budi pekerti luhur dan menghormati serta menghargai semua manusia dengan segala persamaan dan
perbedaannya, termasuk setuju untuk tidak setuju.
A. Hakikat PAK
Hakikat PAK seperti yang tercantum dalam hasil Lokakarya Strategi PAK di Indonesia tahun 1999 adalah: Usaha yang dilakukan secara terencana dan berkelanjutan dalam rangka
mengembangkan kemampuan peserta didik agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan menghayati kasih Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus yang dinyatakan
dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungan hidupnya. Dengan demikian, setiap orang yang terlibat dalam proses pembelajaran PAK memiliki keterpanggilan untuk
mewujudkan tanda-tanda Kerajaan Allah dalam kehidupan pribadi maupun sebagai bagian dari komunitas.
B. Fungsi dan Tujuan PAK
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, disebutkan bahwa: Pendidikan agama berfungsi membentuk manusia
Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antarumat beragama
Pasal 2 ayat 1. Selanjutnya disebutkan bahwa Pendidikan Agama bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai
agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni Pasal