Aspek Keanekaragaman Aspek Fitokimia

Prosedur Penelitian 1. Aspek Pengetahuan Lokal Survei pengetahuan lokal dilakukan untuk mengetahui pengaruh adanya tumbuhan beracun bagi masyarakat yang diperoleh dari hasil wawancara. Informan kunci yang dipilih dalam penelitian ini adalah opsir Balai Tahura, pimpinan masyarakat setempat, dan ahli pengobatan tradisional. Data yang diperoleh dari hasil wawancara bersama informan kunci ditabulasikan dan dianalisa secara deskriptif.

2. Aspek Keanekaragaman

Pengumpulan data analisis vegetasi tumbuhan beracun menggunakan metode purposive sampling dengan plot lingkaran berukuran luas 0,05 hektar Soetarahardja, 1997. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus: a. Kerapatan suatu jenis K contoh petak Luas jenis suatu Individu K ∑ = b. Kerapatan relatif suatu jenis KR 100 jenis Seluruh K jenis Suatu K KR × ∑ = c. Frekuensi suatu jenis F petak sub Seluruh jenis suatu ditemukan petak Sub F ∑ ∑ = d. Frekuensi relatif suatu jenis FR 100 jenis Seluruh F jenis Suatu F FR × ∑ = Universitas Sumatera Utara Untuk mengetahui Indeks Nilai Penting INP pada tingkat tumbuhan bawah under stories, semai seedling, dan pancang sapling dihitung dari nilai kerapatan relatif KR dan frekuensi relatif FR : INP = KR + FR Untuk memperkirakan keanekaragaman spesies ada indeks keanekaragaman yang dapat digunakan dalam analisis komunitas tumbuhan adalah indeks Shanon atau Shanon Indeks of General Diversity H’. Rumus Indeks Keanekaragaman Shanon-Wienner atau Shanon Indeks of General Diversity H’ : H’ = - ∑ niN ln niN Keterangan : H’ = indeks Shannon = indeks keanekaragaman Shannon Ni = jumlah individu dari suatu jenis i N = jumlah total individu seluruh jenis Besarnya indeks keanekaragaman jenis menurut Shannon-Wiener didefenisikan sebagai berikut : a. Nilai H’ 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah melimpah tinggi b. Nilai H’ 1 H’ 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek sedang melimpah c. Nilai H’ 1 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah sedikit atau rendah Universitas Sumatera Utara

3. Aspek Fitokimia

Aspek fitokimia mengacu kepada pendeteksian kandungan metabolit sekunder yang berpotensi sebagai biopestisida. Jenis-jenis tumbuhan beracun dideteksi kandungan senyawanya yang tergolong metabolit sekunder yaitu senyawa alkaloid, terpen, tanin dan saponin. Prosedur pengujian fitokimia yang dilakukan berdasarkan Penuntun Praktikum Kimia Bahan Alam 2010 adalah sebagai berikut: a. Pengujian Alkaloid Sampel diiris halus lalu dimasukkan ke dalam beaker glass sebanyak 10 gram. Selanjutnya direndam dengan HCl 2 N dan dipanaskan di atas penangas air selama 2 jam pada suhu 60 o C. Hasilnya didinginkan dan disaring. Filtrat akan diujikan sebagai berikut : • Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Maeyer. Jika mengandung senyawa golongan alkaloid maka akan terbentuk endapan menggumpal berwarna putih kekuningan. • Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Dragendorff. Jika mengandung senyawa golongan alkaloid maka akan terbentuk endapan berwarna merah bata. • Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Bouchardart. Jika mengandung senyawa golongan alkaloid maka akan terbentuk endapan berwarna cokelat kehitaman. • Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Wagner. Jika mengandung senyawa golongan alkaloid maka akan terbentuk endapan berwarna cokelat. Universitas Sumatera Utara Gambar 1. Skema Pengujian Alkaloid b. Pengujian Terpen Sampel diiris halus lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 50 o C. Selanjutnya ditimbang sebanyak 2-3 gram, dimasukkan ke dalam HCl 2 N Sampel 10 gr Pemanasan 2 jam 60 o C Pendinginan Penyaringan Pengendapan Filtrat Pengendapan Endapan putih kekuningan Pengendapan Endapan merah bata Filtrat 3 tetes Endapan cokelat Filtrat 3 tetes Filtrat 3 tetes Pereaksi Maeyer 2 tetes Pereaksi Wagner 2 tetes Pereaksi Dragendorff 2 tetes Pengendapan Endapan cokelat kehitaman Filtrat 3 tetes Pereaksi Bouchardart 2 tetes Universitas Sumatera Utara beaker glass dan diekstraksi dengan 10 mL metanol. Ekstrak dipanaskan selama 15 menit di atas penangas air kemudian disaring. Filtrat akan diujikan sebagai berikut : • Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes pereaksi Salkowsky. Jika mengandung senyawa golongan terpen maka akan tampak perubahan warna larutan menjadi warna merah pekat. • Filtrat ditotolkan ke plat TLC, kemudian difiksasi dengan CeSO 4 1 dalam H 2 SO 4 10, kemudian plat dipanaskan ke hot plate pada temperatur 110 o C. Bila noda berwarna coklat kemerahan adanya senyawa terpen. Universitas Sumatera Utara Gambar 2. Skema Pengujian Triterpen-Steroid c. Pengujian Flavonoid Sampel diiris halus lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 50 o C. Selanjutnya ditimbang sebanyak 2-4 gram, dimasukkan ke dalam beaker glass dan diekstraksi dengan 20 mL metanol. Ekstrak dapat diekstraksi dalam kondisi panas maupun dingin kemudian disaring. Filtrat akan diujikan sebagai berikut : Sampel 2-3 gram Metanol 10 mL Ekstrak Pemanasan 15 menit Filtrat Pereaksi Salkowsky 3 tetes Penyaringan CeSO 4 1 dalam H 2 SO 4 10 ke plat TLC Filtrat 1 tetes Filtrat 1 tetes Larutan cokelat Larutan merah pekat Universitas Sumatera Utara • Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes larutan FeCl3 1. Jika mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak perubahan warna larutan menjadi warna hitam. • Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes larutan NaOH 10. Jika mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak perubahan warna larutan menjadi warna ungu kemerahan. • Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes Mg-HCl encer. Jika mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak perubahan warna larutan menjadi warna merah jambu. • Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes larutan H 2 SO 4 . Jika mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak perubahan warna larutan menjadi warna merah intensif. Gambar 3. Skema Pengujian Flavonoid Filtrat 1 tetes FeCl 3 1 3 tetes NaOH 10 3 tetes Mg-HCl cair 3 tetes H 2 SO 4 3 tetes Warna hitam kehitaman Warna ungu kemerahan Warna merah muda Warna jingga kekuningan Sampel 2-4 gram Metanol 20 mL Ekstrak Penyaringan Universitas Sumatera Utara d. Pengujian Saponin Sampel diekstraksi dengan alkohol-air di atas penangas air. Ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu dibiarkan hingga suhu semula. Hasilnya dikocok selama 2-3 menit kemudian busa yang terbentuk didiamkan selama 1 menit. Selanjutnya dilakukan pengujian busa permanen dengan penambahan 1-3 tetes HCl 10. Universitas Sumatera Utara HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Pengetahuan Lokal Pengetahuan lokal yang dipakai dalam penelitian ini adalah pengetahuan masyarakat tentang tumbuhan beracun yang ditemukan di Hutan Lindung Simancik I. Tumbuhan yang ditemukan adalah 13 jenis. Penamaan dalam bahasa daerahlokal sangat diperlukan untuk menunjang apabila nantinya tumbuhan tersebut tidak terindentifikasi. Dari 13 jenis yang ditemukan semuanya memiliki nama lokal yang diketahui oleh ahli pengobatan tradisional dan dibantu oleh masyarakat sekitar yang notabenenya sesama ahli pengobatan tradisional. Dalam kondisi ini dari 13 jenis ada 2 jenis dinyatakan mereka tidak beracun dan pembukitiannya di lab ternyata beda, bahwa jenis jabut-jabut yang buahnya dikonsumsi dan Risi-risi yang daunnya digunakan untuk sayur ternyata beracun. Hal inilah yang membuat perlunya aspek fitokimia dalam identifikasi semua kandungan tumbuhan yang terdapat di dalamnya. Di luar dari 2 jenis tumbuhan yang mereka anggap tidak beracun, tumbuhan beracun yang lainnya dikatakan beracun karena memang sangat berbahaya bagi tubuh dan hewan ternak jika terkena baik getah maupun dikonsumsi hewan ternak, misalnya tumbuhan bergetah, jika terkena mata atau kulit bisa gatal-gatal dan mengalami kebutaan, Sebagian lainnya juga digunakan untuk menunjang pengobatan tradisional. Contohnya tidak semua getah yang berbahaya ada juga yang digunakan untuk pengobatan penyakit biasa, misalnya bisul, sengatan lebah , dan lainnya. Jadi pengetahuan masyarakat tentang tumbuhan beracun belum sepenuhnya diketahui masyarakat. Hal inilah yang membuktikan bahwa pengetahuan dan tehnologi sangat dibutuhkan untuk aplikasinya di kehidupan bermasyarakat. Universitas Sumatera Utara Deskripsi Tumbuhan Beracun yang Ditemukan di Hutan Lindung Simancik I Jenis-jenis tumbuhan beracun yang ditemukan di Hutan Lindung Simancik I ada 13 jenis. Jenis tumbuhan beracun yang telah ditemukan dideskripsikan sebagai berikut. 1.Deng-Deng Karangen Octomeles sumatrana Gambar 4. Deng-Deng Karangen Kingdom : Plantae Divisi : Angiosperm Class : Eudicots Ordo : Cucurbitales Famili : Datiscaceae Genus : Octomeles Miq. Universitas Sumatera Utara Spesies : O. sumatrana Perawakan pohon berukuran besar, tinggi 40-50 m. Batang diameter dapat mencapai 250 cm, bentuk silindris, tidak berlekuk, bebas cabang mencapai 30 m, berbanir besar mencapai tinggi 4,5 m, kulit batang berwarna abu-abu kecoklatan, licin, kadang berbintik-bintik, berlekah atau retak-retak tak teratur, dari famili Datiscaceae. Kandungan kimia yang terkandung adalah senyawa golongan terpen pada daun. Daun tunggal, kedudukan tersebar atau spiral, tepi daun rata, berbentuk jantung membundar dengan panjang 12-40 cm dan lebar 6-23 cm, panjang tangkai daun 10-32 cm. Berbiji banyak berbentuk gelondong. Buah berupa kapsul berbentuk bulat memanjang, membelah dari atas ke bawah, panjang 12 mm. 2. Duri-Duri Hura brasiliensis Gambar 5. Duri-Duri Universitas Sumatera Utara Kingdom : Plantae Divisi : Spermatopyta Class : Dicotyledon Ordo : Malpighiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Hura Spesies : Hura brasiliensis Nama asli dari tumbuhan ini sebenarnya adalah Sanbox tree pohon kotak pasir. Memiliki batang lurus serta berduri, berggetah putih susu, dan perawakan tinggi besar. Daunnya jenis tunggal dan bertangkai dan pada bagian tepinya bergerigi. Untuk buahnya berbentuk bundar mirip seperti roda karena bagian luarnya yang beralur. Pohon ini sangat berbahaya bagi masyarakat karena pohon ini mengeluarkan getah yang bias dibilang beracun Getah dari pohon ini berwarna putih. Apabila terkena mata manusia akan sangat berbahaya. Karena getah ini biasanya digunakan untuk alat memanah atau berburu hewan. Kandungan kimia yang terkandung adalah senyawa golongan Alkaloid, Flavonoid, Tanin, Saponim, dan Terpenoid pada daun. Bentuk daun oval. Universitas Sumatera Utara 3. Gagaten Perik Ficus sp Gambar 6. Gagaten Perik Kingdom : Plantae Divisi : Spermatopyta Class : Monocotyledon Ordo : Rosales Famili : Moraceae Genus : Ficus Spesies : Ficus sp Batang berwarna hitam kemerahan. Kandungan kimia yang terkandung adalah senyawa golongan Alkaloid, Saponim, dan terpen pada daun. Bagian pucuk daun berwarna merah kecoklatan. Bentuk daun lanceolate. Bentuk ujung daun acuminate. Bentuk pangkal daun acute. Bentuk tepi daun entire. Universitas Sumatera Utara 4.Jabut-Jabut Alangium javanicum Gambar 7. Jabut-Jabut Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Ordo : Cornales Famili : Alangiaceae Genus : Alangium Spesies : A. javanicum Spesies tanamana dalam keluarga Alangiaceae. Penyebarannya terdapat di Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapaura. Pertengahan tahun tajuk pohon hingga 35 m dan 41 cm dbh. Kandungan kimia yang terkandung adalah senyawa golongan Saponim dan terpenoid. memiliki stipula. Tata daun alternate, sederhana, bentuk daun oblong, ujung daun acute, pangkal daun acute, tepi daun Universitas Sumatera Utara entire. Tergolong berbiji lembek. berwarna kuning-putih. Ditempatkan dalam jumlah malai kecil. Buah berwarna merah tua dan dapat dimakan. 5.Kerah-Kerah Canarium karoense H.J.L Gambar 8. Kerah-Kerah Kingdom : Plantae Divisi : Angiospermae Class : Eudicots Ordo : Sapindales Famili : Burseraceae Genus : Canarium Spesies : C.karoense Pertumbuhannya merambat tetapi tidak mengikat tumbuhan di sekitarnya. Semua sample yang ditemukan memiliki ukuran yang relative kecil. Kandungan Universitas Sumatera Utara kimia yang terkandung adalah senyawa golongan Alkaloid dan Saponim pada daun. Permukaan daun kasar Bentuk daun oblaceolate. Bentuk ujung daun obtuse. Bentuk pangkal daun cuneate. Bentuk tepi daun serrate. Bunga berwarna putih bersih 6. Kukur Scheflera sp Gambar 9. Kukur Kingdom : Plantae Divisi : Spermatopyta Class : Dicotyledon Ordo : Apiales Famili : Araliaceae Genus : Scheflera Spesies : Scheflera sp Universitas Sumatera Utara Perawakan batang berawarna kekuninagn. Kandungan kimia yang terkandung adalah senyawa golongan Alkaloid, Flavonoid, Saponim, dan terpen pada daun. 7.Lancing Karangen Cryptocarya tomentosa B.L Gambar 10. Lancing Karangen Kingdom : Plantae Divisi : Angiosperms Class : Magnoliids Ordo : Laurales Famili : Lauraceae Genus : Cryptocarya Spesies : C.tomentosa Universitas Sumatera Utara Adalah pohon berukuran sedang yang tumbuh hingga ketinggian 20 m dengan ketebalan dari 105 cm di hutan hujan utama thailand, Malaysia, Kalimantan, dan Indonesia. Tumbuh sampai ketinggian 1000 m. kulit kemerahan dan bersisik halus. kulit bagian dalam berwarna kuning, menjadi coklat jika terpapar. Panjang tangkai daun adalah 0,5-1,5 cm dan berbulu halus. Ujung daun memiliki dasar runcing yang cuneate, dan permukaan yang lebih rendah agak keabu-abuan dan berbulu halus. Kandungan kimia yang terkandung adalah senyawa golongan Plavonoid, Saponim, dan terpen pada daun. 8.Rancang Rubia sp Gambar 11. Rancang Kingdom : Plantae Divisi : Spermatopyta Class : Dicotyledon Universitas Sumatera Utara Ordo : Gentianales Famili : Rubiaceae Genus : Rubia Spesies : Rubia sp Tumbuhan ini merupakan tumbuhan bawah. Memiliki batang yang berbuku-buku dan buah terdapat pada ujung batang. Batang berwarna hijau. Tata daun decusate, daun tunggal, bangun daun lanset lanseolatus, pangkal daun meruncing acutus, tepi daun bergerigi kasar serraatus. ujung daun meruncing acutus, permukaan daun gundul glaber pertulangan daun menyirip penninervis. Kandungan kimia yang terkandung adalah senyawa golongan Alkaloid, Flavonoid, Saponim, dan terpen pada daun. 9. Riang-Riang Caladium bicolor Gambar 12. Riang-Riang Universitas Sumatera Utara Kingdom : Plantae Divisi : Spermatopyta Class : Monocotyledoneae Ordo : Arales Famili : Araceae Genus : Caladium Spesies : C.bicolor Riang-Riang atau keladi merupakan sekelompok tumbuhan dari genus Caladium suku talas-talasan, Araceae. Dalam bahasa sehari-hari keladi kerap juga dipakai untuk menyebut beberapa tumbuhan lain yang masih sekerabat namun tidak termasuk Caladium, seperti talas Colocasia. Keladi sejati jarang membentuk umbi yang membesar. Asal tumbuhan ini dari hutan Brazil namun sekarang tersebar ke berbagai penjuru dunia. Semua bagian keladi beracun dan tidak boleh dikonsumsi. Walaupun demikian, penggunaannya sebagai tanaman hias cukup luas. Tumbuhan ini sudah ditangkarkan dan dimuliakan sejak akhir abad ke-18 di Eropa. Terutama C. bicolor telah mengalami banyak perubahan sifat menjadi berdaun warna-warni. Terdapat pula kultivar yang katai. Paling tidak terdapat 120 kultivar C. bicolor. Terdapat pula persilangan antarspesies dengan C. burgkii untuk mendapatkan helai daun yang bergelombang. Keladi dapat memunculkan anakan dan dari sini dapat dikembangkan tumbuhan baru. Ia juga dapat tumbuh dari kormus yang terdapat di tanah. Penciri yang paling khas dari keladi adalah bentuk daunnya yang seperti simbol hatijantung. Daunnya biasanya licin dan mengandung lapisan lilin. Ukuran keladi tidak pernah lebih daripada 1m. Beberapa jenis dan hibridanya dipakai sebagai tanaman hias pekarangan. Universitas Sumatera Utara Caladium bicolor Keladi dua warna adalah salah satu tumbuhan yang berdaun lengkap atau folium completus karena memiliki pelepah daun vagina, tangkai daun petioulus dan helaian daun lamina. Tanaman ini memiliki sifat daun yaitu bangun daun atau circumscriptio bentuknya menyerupai sebuah perisai atau peltatus. Daging daun atau Intervenium nya bersifat seperti kertas atau papyraceus. Susunan tulang-tulang atau nervatio nya bersifat menjari atau palminervis. Tepi daun atau margo folii nya bersifat berombak atau repandus. Ujung daun atau apex folii nya bersifat meruncing atau acuminatus. Permukaan daunnya bersifat licin atau laevis. Kandungan kimia: Kandungan kimia yang terkandung adalah senyawa golongan Alkaloid, Flavonoid, dan terpen pada daun. 10. Risi-Risi Smilax leucophylla Blume Gambar 13. Risi-Risi Universitas Sumatera Utara Kingdom : Plantae Tumbuhan Divisi : Magnoliopyta Tumbuhan berbunga Class : Liliopsida Berkeping satumonokotil Ordo : Liliales Famili : Smilacaceae Genus : Smilax Spesies : Smilax leucophlla liana memanjat. Batang berkayu,diameter 0,5 cm,memiliki duri, memilki sulur. Habitat hutan dan pegunungan topis. Tergolong family Smilacaceae. Kandungan kimia yang terkandung adalah senyawa golongan Alkaloid, Flavonoid, Tanin, Saponim dan terpenoid. Daun perkamen, berwarna hijau mengkilat,bentuk daun membulat telur, panjang 7-19cm, lebar 5-11 cm; panjang tangkai daun 1-2 cm. daun muda sebagai sayur. Buah muda berwarna hijau dan merah bila telah masak, diameter 2-4 cm. Universitas Sumatera Utara 11. Sangke Sempilit Karangen Podocarpus amarus Bl Gambar 14. Sangke Sempilit Karangen Kingdom : Plantae Tumbuhan Divisi : Pinopyta Class : Pinopsida Ordo : Pinales Famili : Podocarpaceae Genus : Podocarpus Spesies : Podocarpus amarus Family Podocarpaceae. Pohon biasanya sampai 45 m tinggi atau Besar pohon kanopi , hingga 140 cm. Getah berbintik keputihan , tunas terminal tidak tertutup oleh daun . Daun spasi sepanjang cabang , spiral. daun tunggal pada cabang dan tersusun spiral, sederhana, tangkai daun melekat pada dasar helai Universitas Sumatera Utara daun, tidak bengkak ; daun terluas 4,0-15,0 cm , 2,0-20,0 cm; simetris, acuminate, permukaan daun berwarna hijau tua .stipula ada . Perbungaan terminal atau aksiler, bunga tunggal atau bunga pada sumbu tidak bercabang bunga jantan dan betina dalam satu tangkai, bunga berkelamin tunggal , berkelamin dengan bunga jantan dan betina pada tanaman yang berbeda , bunga sedikit asimetris , 1,0-3,0 mm , panjang benih lebih dari 10 mm maksimal 20 mm . Penyebaran West Sepik , Morobe , Western Highlands , Dataran Tinggi Timur , Utara , Milne Bay , New Britain New Ireland . Kandungan kimia yang terkandung adalah senyawa golongan Alkaloid, Saponim dan terpen pada daun. 12. Sangketan Actinodaphne angustifolia Ness Gambar 15. Sangketan Karangen Universitas Sumatera Utara Kingdom : Plantae Tumbuhan Divisi : Angiosperms Class : Magnoliids Ordo : Laurales Famili : Lauraceae Genus : Actinodaphne Spesies : Actinodaphne angustifolia Ness. Actinodaphne angustifolia Nees. adalah pohon cemara berukuran sedang. Lingkaran daun 4-6, panjang 10-30 cm, seperti kulit, lanset, lonjong sungsang atau elips. Bunga kecil, dioecious, kekuningan . Buah seperti berry dengan ukuran 8 mm , berbentuk elips, merah saat masak. Family Lauraceae. Daun digunakan dalam penyakit urin dan diabetes. Kernel buah mengandung monoflaurin, asam laurat, n-hexacosanol, ß-sitosterol dan glukosida nya. Daun mengandung ß- sitosterol, quercetin 3-rhamnoside, vitexin, friedelin dan hidrokarbon. Kandungan kimia yang terkandung adalah senyawa golongan alkaloid, flavonoid, tannin, dan terpen pada daun. Universitas Sumatera Utara 13. Silantem Karangen Connarus agamae Gambar 16. Silantem Karangen Kingdom : Plantae Tumbuhan Divisi : Spematopyta Class : Dicotyledon Ordo : Fabales Famili : Connaraceae Genus : Connarus Spesies : Connarus agamae Spesies tanamana dalam keluarga Connaraceae. Terbatas untuk hutan dipterocarpaceae campuran primer. Kandungan kimia yang terkandung adalah senyawa golongan Alkaloid,Saponim dan terpenoid. Bentuk daun pinnate. Permukaan daun scabrous. Bentuk ujung daun acute. Bentuk pangkal daun acute. Bentuk tepi daun entire. Universitas Sumatera Utara Tingkat Keanekaragaman Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Simancik I Tumbuhan beracun yang ditemukan di Hutan Lindung Simancik I ada 13 jenis tumbuhan. Data analisis tumbuhan beracun dapat ditunjukkan dalam tabel berikut ini. Tabel 1. Analisis tumbuhan beracun tumbuhan bawah di Hutan Lindung Simancik I Jenis tumbuhan K indha KR F FR INP H Gagaten Peik 680 13.76 0.16 12.69 26.45 Gujera 180 3.65 0.06 4.77 8.42 Kerah-Kerah 760 15.38 0.16 12.69 28.07 Ndulpak 240 4.86 0.08 6.35 11.21 Rancang 620 12.55 0.14 11.11 23.66 Rancang Daluna 80 1.62 0.06 4.77 6.39 Riang-Riang 660 13.36 0.14 11.11 24.47 Risi-Risi 760 15.38 0.16 12.69 28.07 Silawir Buluh 200 4.05 0.08 6.35 10.4 Sukul-Sukul 440 8.90 0.10 7.93 16.83 Tabar-Tabar 180 3.65 0.06 4.77 8.42 Takur-Takur Ratah 140 2.84 0.06 4.77 7.61 Total 4940 100 1.26 100 200 0.14 Tabel 2. Analisis tumbuhan beracun pohon di Hutan Lindung Simancik I Jenis tumbuhan K indha KR F FR INP H Cep-cepan 160 2.84 0.06 4.10 6.94 Deng-Deng Kerangen 720 12.76 0.16 10.95 23.71 Duri-Duri 680 12.05 0.14 9.58 19.63 Ingul Kerangen 80 1.42 0.06 4.10 5.52 Jabut-Jabut 780 13.82 0.12 8.21 22.03 Kukur 660 11.70 0.14 9.58 21.28 Lancing Kerangen 760 13.47 0.16 10.95 24.42 Mbetung 120 2.13 0.08 5.48 7.61 Sanggubuh 60 1.07 0.06 4.10 5.17 Sangke Sempilit Kerangen 500 8.87 0.16 10.95 19.82 Sangketen 620 10.99 0.14 9.58 20.57 Silantam Ruhi 60 1.07 0.04 2.74 3.81 Silantem Kerangen 440 7.81 0.14 9.58 17.39 Total 5640 100 1.46 100 200 0.03 Universitas Sumatera Utara Nilai Kerapatan Relatif KR tertinggi terdapat pada jenis Kerah-kerah dan Risi pada golongan tumbuhan bawah dengan nilai sebesar 15.38. Tingginya nilai ini menunjukkan bahwa jenis kedua jenis ini memiliki kerapatan yang tinggi di Hutan Lindung Simancik I. Sedangkan nilai kerapatan relatif yang terendah adalah jenis Rancang Daluna dengan nilai sebesar 1.62. Nilai Kerapatan Relatif tertinggi pada golongan tingkat pohon terdapat pada jenis Jabut-Jabut dengan nilai sebesar 13.82. Tingginya nilai ini menunjukkan bahwa jenis Jabut-Jabut memiliki kerapatan yang tinggi di Hutan Lindung Simancik I. Sedangkan nilai kerapatan relatif yang terendah adalah jenis Silantam Ruhi dan Sanggubuh dengan nilai sebesar 1.07. Ini disebabkan karena sifat pertumbuhan dari kedua jenis ini yang sangat lambat dan sulitnya menghasilkan anakan yang tidak mampu berkompetisi dengan jenis lain . Sehingga populasi jenis tersebut hanya sedikit. Beragamnya nilai kerapatan relatif ini mungkin disebabkan karena kondisi hutan yang memiliki variasi lingkungan yang tinggi. Loveless 1989 menyatakan bahwa sebagian tumbuhan dapat berhasil tumbuh dalam kondisi lingkungan yang beraneka ragam sehingga tumbuhan tersebut cenderung tersebar luas. Berdasarkan data analisis vegetasi yang terdapat pada Tabel , diperoleh bahwa nilai H’ yang didapatkan pada golongan tumbuhan bawah adalah sebesar 0.14 dan pada golongan tingkat pohon adalah 0.03. Menurut Indriyanto,2006 Besarnya indeks keanekaragaman jenis menurut Shannon- Wiener didefenisikan sebagai berikut : a. Nilai H’ 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah melimpah tinggi Universitas Sumatera Utara b. Nilai H’ 1 H’ 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek sedang melimpah c. Nilai H’ 1 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah sedikit atau rendah Hal ini menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis tumbuhan beracun di Hutan Lindung Simancik I tergolong rendah produktivitasnya, baik tingkat tumbuhan bawah maupun tingkat pohon karena jenis yang ditemukan tidak terlalu banyak dan penyebaran jenis Tumbuhan beracun kurang merata. Hal ini juga dapat disebabkan oleh persaingan tumbuhan satu dengan yag lainnya, sehingga beberapa jenis kurang mampu untuk beradaptasi di Hutan Lindung Simancik I, serta tidak terjadinya keseimbangan jumlah jenis. Nilai Frekuensi Relatif FR tertinggi terdapat pada jenis Gagatan Perik, Kerah-Kerah, Risi-Risi dengan nilai sebesar 12.69 pada golongan tumbuhan bawah. Dari nilai tersebut dapat dikatakan bahwa ketiga jenis tersebut banyak terdapat di hutan tersebut. Sedangkan nilai frekuensi relatif yang terendah adalah jenis Gujera, Rancang Daluna, Tabar-tabar, dan Takur-takur Ratah dengan nilai sebesar 4.77, yang artinya jenis ini sangat sedikit ditemukan di hutan. Nilai Frekuensi Relatif tertinggi pada tingkat pohon terdapat pada jenis Deng-Deng Karanngen, Lancing Kerangen, dan Sangke Sempilit Kerangen. dengan nilai sebesar 10.95. Dari nilai tersebut dapat dikatakan bahwa ketiga jenis tersebut banyak terdapat di hutan tersebut. Sedangkan nilai frekuensi relatif yang terendah adalah jenis Silantam Ruhi dengan nilai sebesar 2.74, yang artinya jenis ini sangat sedikit ditemukan di hutan Frekuensi kehadiran sering pula dinyatakan dengan konstansi. Konstansi atau frekuensi kehadiran organisme dapat Universitas Sumatera Utara dikelompokkan atas empat kelompok yaitu jenis aksidental frekuensi 0-25, jenis assesori 25-50, jenis konstan 50-75, dan jenis absolut di atas 75 Suin, 2002. Berdasarkan data tabel , bahwa tumbuhan yang ada di Hutan Lindung Simancik I termasuk dalam kategori jenis aksidental dengan frekuensi 0- 25. Hal ini memperlihatkan jenis-jenis tersebut daerah penyebarannya terbatas, dan menyebarkan bijinya hanya pada sekitar lokasi hutan tempat tumbuhnya saja. Kondisi fisik lokasi menjadi faktor penentu pertumbuhan jenis tumbuhan beracun di Hutan Lindung Simancik I, di antaranya kondisi cahaya, suhu, kelembaban, vegetasi, dan unsur hara. Kondisi yang memungkinkan meratanya ketidakmeratanya jumlah tumbuhan beracun yang ditemukan di setiap plot adalah karena kawasan hutan Lindung Simancik I, sudah terlebih dahulu rusak dan terdapat bebas tebangan dan pembakaran kawasan hutan yang dilakukan oleh pihak yang tak bertanggungjawab. Indeks Nilai Penting menyatakan kepentingan suatu jenis tumbuhan serta memperlihatkan peranannya dalam komunitas. Indeks Nilai Penting INP tertinggi pada golongan tumbuhan bawah adalah jenis Kerah-Kerah, dan Risi-risi dengan nilai sebesar 28.07. Ini artinya jenis tersebut mempunyai peranan penting dalam komunitasnya. Sedangkan jenis tumbuhan bawah yang memiliki INP yang paling rendah adalah jenis Rancang Daluna. yaitu sebesar 6.39. INP tertinggi pada tingkat pohon adalah jenis lancing Kerangen dengan nilai sebesar 24.42. Ini artinya jenis tersebut mempunyai peranan penting dalam komunitasnya. Sedangkan jenis tumbuhan pada tingkat pohon yang memiliki INP yang paling rendah adalah jenis Silantam Ruhi. yaitu sebesar 3.81. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi tempat tumbuh yang kurang mendukung pertumbuhan Universitas Sumatera Utara jenis tumbuhan beracun ini. Jenis Kerah-Kerah, Lancing Kerangen dan Risi-Risi mampu tumbuh dan berkembang dengan cepat, sehingga lebih mendominasi pertumbuhan tumbuhan beracun lainnya. Hasil Skrining Fitokimia Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Simancik I Sebelum dilakukan skrining fitokimia, tumbuhan beracun tersebut telah diidentifikasi dan dikering udarakan hingga kadar airnya menjadi rendah. Pengeringan dilakukan untuk mempermudah penghalusan sampel tumbuhan beracun tersebut. Sampel yang telah dihaluskan, dapat dicampurkan dengan pereaksi-pereaksi kimia untuk mendapatkan kandungan fitokimianya. Skrining fitokimia bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder yang terkandung di dalam jamur tersebut. Senyawa-senyawa tersebut meliputi Alkaloid, Flavonoid, Tanin, Terpenoid, dan Saponin. Pengujian dilakukan pada masing-masing spesies tumbuhan beracun . Tumbuhan beracun yang mengandung senyawa tersebut, ditandai dengan adanya minimal dua pereaksi yang bernilai positif. Pada pengujian saponin dan tanin hanya digunakan satu pereaksi. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

1. Alkaloid