MASKULINISASI IKAN GUPPY (Poecillia reticulata) MELALUI PERENDAMAN LARVA DALAM EKSTRAK TESTIS SAPI DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN

(1)

GUPPY MASCULINIZATION BY IMMERSION OF LARVAE IN VARIOUS CONCENTRATIONS AND IMMERSION LENGTH

OF BOVINE TESTICULAR EXTRACT

ABSTRACT

By Noni Apriyanto

Masculinization is one way to increase the production of male guppy fish since it has more attractive color and shape. Male populations could be produced by sex reversal. During this, sex reversal is using steroid 17α MT and giving influence in produced male guppy fish. However, the use of these hormones is reduced because of environmental harm. So we need to use alternative materials, Bovine Testicular Extract. Differences in doses and durations are a critical factor in directing sexual conduct. This study aims to find the best treatment between doses of bovine testicular extract (BTE) and duration in producing male’s guppies. The research used four treatments 0 ppm (control), 265 ppm, 530 ppm, and 795 ppm, while the duration was groups used to 3, 4, and 5 days for 5 hours per day. The best treatment is 530 ppm and 4 days immersion with male percentage of 60% and survival rates percentage of 96%.

Keywords: guppy (Poecilia reticulata), sex reversal, bovine testicular extract, dose, duration


(2)

MASKULINISASI IKAN GUPPY (Poecillia reticulata)

MELALUI PERENDAMAN LARVA DALAM EKSTRAK TESTIS SAPI DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN

ABSTRAK Oleh Noni Apriyanto

Maskulinisasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi ikan guppy jantan. Karena ikan guppy jantan memiliki warna dan bentuk tubuh dan warna yang lebih menarik. Maskulinisasi dapat dilakukan dengan seks reversal. Selama ini proses seks reversal masih menggunakan hormon steroid 17α-MT dan memberikan pengaruh nyata dalam produksi ikan guppy jantan. Namun, penggunaan hormon ini dikurangi karena membahayakan lingkungan. Sehingga perlu digunakan bahan alternatif yaitu ekstrak testis sapi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji penggunaan dosis tinggi ETS yang dapat menghasilkan ikan guppy jantan maksimum melalui metode perendaman. ETS yang diberikan yaitu 0 ppm (kontrol), 265 ppm, 530 ppm, dan 795 ppm. Sedangkan perendaman dilakukan selama 3, 4, dan 5 hari yang per harinya direndam selama 5 jam. Parameter yang di amati antara lain persentase jantan , survival rate, kadar testosteron dan kualitas air. Lama pemeliharaan dilakukan selama ± 3 bulan. Perlakuan dan kelompok terbaik adalah perendaman larva pada konsentrasi 530 ppm dengan lama perendaman 4 hari (5 jam per hari) yang menghasilkan persentase jantan sebesar 60% dengan tingkat ketahanan hidup sebesar 96%.

Kata kunci : guppy (Poecilia reticulata), seks reversal, ekstrak testis sapi, lama perendaman


(3)

MASKULINISASI IKAN GUPPY (Poecillia reticulata)

MELALUI PERENDAMAN LARVA DALAM EKSTRAK TESTIS SAPI DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN

SKRIPSI

Oleh: Noni Apriyanto

0714111049

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

MASKULINISASI IKAN GUPPY (Poecilia reticulata) MELALUI PERENDAMAN LARVA DALAM EKSTRAK TESTIS SAPI DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN

Oleh

NONI APRIYANTO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERIKANAN

Pada

Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka pikir penelitian ... 6 2. Steroidogenik gonad pada ikan teleostei ... 18 3. Persentase ikan guppy jantan yang dihasilkan pada perendaman

larva yang berumur 1 hari dengan berbagai dosis dan lama perendaman ... 25 4. Persentase tingkat kelangsungan hidup ikan guppy yang

dihasilkan oleh larva berumur 1 hari yang direndam dengan berbagai dosis dan lama perendaman ... 26


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 4

C.Manfaat Penelitian ... 4

D.Kerangka Pikir ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A.Reproduksi dan Seksualitas Ikan Guppy ... 7

B.Determinasi dan Diferensiasi Kelamin Ikan ... 9

C.Hormon Steroid ... 12

D.Steroidogenesis Pada Ikan ... 15

E. Ekstrak Testis Sapi ...19

III. METODE PENELITIAN ... 20

A.Waktu dan Tempat ... 20

B. Alat dan Bahan ... 20

C.Prosedur Penelitian... 21

1. Persiapan ... 21

2. Perlakuan ... 21

3. Pelaksanaan Penelitian ... 22

D.Parameter yang Diamati ... 23

a. Persentase Jantan ... 23

b. Survival Rate (SR) ... 24

c. Kadar Testosteron Dalam Ekstrak Testis Sapi Melalui Metode ELISA ... 24


(7)

E. Analisis Data ... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

A.Hasil ... 25

1. Persentase Jantan ... 26

2. Survival rate (SR) ... 26

3. Kadar Testosteron Dalam Ekstrak Testis Sapi Melalui Metode ELISA ... 26

4. Kualitas Air ... 27

B. Pembahasan ... 27

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 32

A.Simpulan ... 32

B. Saran ... 32 DAFTAR PUSTAKA


(8)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Tarsim, S.Pi., M.Si. ...

Sekretaris : Agus Setyawan, S.Pi., M.P. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. ...

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001


(9)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT karena atas

rahmat dan ridhoNya skripsi ini dapat diselesaikan dengan

baik.

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk :

Almamaterku tercinta Universitas Lampung

Kedua orang tuaku yang selalu memberikan cinta, doa, dan hal

terbaik dalam hidupku.

Sudara-saudaraku yang telah memberikan semangat dan

mendoakan keberhasilanku.

Sahabatku dan orang terdekatku yang telah memberikan

keceriaan dan warna dalam hidupku.


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan putra pertama pasangan Bapak Sutarna dan Ibu Sutarni yang dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 4 April 1989.

Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Sejahtera 1 yang diselesaikan pada tahun 2001. Pendidikan tingkat pertama di SLTP Negeri 25 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2004. Kemudian melanjutkan pendidikan tingkat atas di SMA Negeri 12 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis diterima di Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui tes SPMB.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti kegiatan Praktik Umum di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Hanura, Lampung Selatan di bagian Pembenihan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) pada tahun 2011. Selain itu, dalam organisasi penulis juga aktif menjadi Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan Universitas Lampung (HIDRILA) periode 2008-2009.


(11)

Tugas akhir diselesaikan dengan menulis skripsi berjudul “Maskulinisasi Ikan Guppy (Poecilia reticulata) Melalui Perendaman Larva dalam Ekstrak Testis Sapi dengan Berbagai Konsentrasi dan Lama Perendaman”.


(12)

SANWACANA

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam juga penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.

Skripsi dengan judul “Maskulinisasi Ikan Guppy (Poecilia reticulata) Melalui Perendaman Larva Dalam Ekstrak Testis Sapi Dengan Berbagai Konsentrasi Dan Lama Perendaman”, adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan di Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan karena keterbatasan yang ada pada penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna langkah penulis berikutnya yang lebih baik. Namun demikian, penulis berharap semoga karya yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., sebagai Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.


(13)

2. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., sebagai Ketua Program Studi Budidaya Perairan Universitas Lampung sekaligus sebagai Penguji yang telah memberikan koreksi dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

3. Tarsim, S.Pi., M.Si., sebagai Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penulisan skripsi ini serta mengizinkan penggunaan alat-alat dan tempat yang mendukung pelaksaan penelitian. 4. Agus Setyawan, S.Pi., M.P., sebagai Pembimbing Kedua yang telah

memberikan gagasan, saran, memudahkan dalam mendapatkan jurnal dan pembiayaan penelitian untuk skripsi ini.

5. Esti Harpeni, S.T., MAppSc., selaku Pembimbing Akademik dan Kepala Laboratorium yang telah mengizinkan penggunaan alat-alat dan tempat yang mendukung pelaksanaan penelitian, memberikan bimbingan dan nasihat selama kuliah maupun dalam penyelesaian skripsi.

6. Kedua orang tuaku ayah dan ibu, serta keluarga atas doa dan motivasinya. 7. Saudari Widya Noviana yang telah banyak memberikan bantuan, dukungan,

doa dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan Andika, Vivi, Selly, Sutan, Hasim, Dwi, Revi, Yeny, Wayan, Dewi, Yulian, Rama, Deta, Dewa, dan Yoga atas kerjasamanya dan teman-teman BDPi 07 atas bantuan, kekompakan, dan kebersamaan serta semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi.

9. Semua pihak yang tidak mungkin untuk disebutkan satu persatu penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan do’a serta dukungannya hingga selesainya penelitian dan penulisan skripsi ini.


(14)

Akhir kata penulis berharap semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Amin.

Bandar Lampung, Mei 2011 Penulis


(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ikan guppy adalah salah satu sumber devisa bagi Indonesia. Berdasarkan data profil pembudidaya di tingkat internasional, Indonesia baru dapat memenuhi pangsa pasar ikan hias sebesar 15 % dari permintaan dunia yang di dominasi oleh Singapura sebagai pengekspor terbesar. Diantara kelompok ikan hias air tawar, ikan guppy (Poecillia reticulate) dan ikan neon merupakan spesies yang mendominasi, yaitu sekitar 25% dari pasar dunia dengan nilai hampir 14% dari nilai total ekspor (Putro et al. 2002).

Permintaan ikan guppy jantan secara umum lebih mendominasi, karena memiliki penampilan yang berbeda dengan ikan guppy betina (Schroder, 1976). Salah satu cara untuk meningkatkan produksi ikan jantan adalah melalui perubahan kelamin pada fase awal perkembangbiakan (Yamamoto, 1969; Yamazaki, 1983). Pengalihan kelamin dapat dilakukan menggunakan hormon sintetis Methyltestosterone (MT) pada fase dini sebelum gonad terbentuk menjadi jenis kelamin jantan atau betina (Hunter & Donaldson 1983; Pandian & Sheela 1995). Perkembangan teknologi pengalihan kelamin seperti ini di Indonesia lebih dikenal dengan nama Sex reversal (Zairin, 2002)


(16)

2

Seks reversal adalah satu cara merubah jenis kelamin menjadi monoseks. Dapat dilakukan dengan memberikan hormon aktif steroid melalui metode perendaman dan atau lewat pakan yang diberikan pada stadia induk yang sedang bunting atau pada larva. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan seks reversal adalah jenis ikan, dosis hormon, lama perlakuan, waktu dimulainya perlakuan, dan suhu air (Hunter & Donaldson, 1983; Struusmann et al, 2005; Gustiano et al,. 2008).

Penelitian tentang produksi guppy jantan sudah dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan seperti madu, propolis, akriflavin, dan 17α-Methyltestosterone. Perendaman induk ikan guppy dengan dosis 2 mg/l MT menghasilkan 100% jantan (Arfah, 1997). Perendaman induk ikan guppy menggunakan madu menghasilkan persentase jantan tertinggi 64,07% pada dosis 50 ml/l dengan SR sebesar 96,67% (Barades, 2010). Pada perlakuan menggunakan propolis pada pakan yang diberikan pada induk ikan guppy dengan dosis 60 μl/kg menghasilkan jantan sebanyak 55,17% (Ukhroy, 2008), perendaman induk dengan dosis 100ml/L 64,88% (Putra, 2011) dan melalui perendaman larva dengan dosis 50ml/L menghasilkan jantan sebesar 54,18% (Sandy, 2011). Ini mengindikasikan bahwa, perendaman induk dan larva dengan menggunakan madu dan propolis belum bisa menghasilkan persentase jantan melebihi 60%. Sedangkan pemberian 10 mg metiltestosteron dalam pakan dapat memberikan gupi jantan dengan persentase 61,96%. (Suwarsito, et al. 2007). Hal ini menunjukkan bahwa pengarahan kelamin melalui metode oral melalui pemberian pakan merupakan metode paling efektif dalam menghasilkan jantan maksimum. Hormon yang diberikan dapat dimanfaatkan oleh ikan guppy secara maksimal karena langsung disintesis organ tubuh ikan guppy sehingga langsung disebar ke seluruh tubuh


(17)

3

melalui pembuluh darah. Namun, penggunaan hormon sintetis ini sudah mulai dikurangi karena membahayakan lingkungan dan manusia.

Penelitian dalam produksi ikan guppy jantan dengan menggunakan ekstrak testis sapi juga sudah digunakan pada penelitian sebelumnya melalui perendaman induk, yaitu yang dilakukan oleh Ratnasari (2011) dan Hasyim (2011). Pada penelitian Ratnasari menghasilkan ikan guppy jantan sebesar 57,59% dengan dosis 5 ppm selama 24 jam dan penelitian Hasyim (2011) menghasilkan jantan sebesar 59,54% dengan dosis 20 ppm selama 12 jam.

Pada penelitian sebelumnya, belum diketahui secara pasti kandungan MT yang terdapat pada ekatrak testis sapi. Oleh karena itu, pada tanggal 20 April 2011 lalu dilakukan uji sampel 1 gram ekstrak testis sapi dengan menggunakan metode ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) yang dilaksanakan oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi. Dari uji sampel tersebut ditemukan kadar MT sebesar 3,87 µg (lampiran 5). Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan dosis ekstrak testis sapi sebanyak 265 mg, 530 mg, dan 795 mg atau setara dengan kandungan MT sebanyak 1, 2, dan 3 ppm. Karena, kandungan hormon testosteron pada ekstrak testis sapi sebesar 265 mg setara dengan 1 ppm/L MT (Ratnasari, 2011).


(18)

4

B. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk memproduksi ikan guppy jantan melalui metode perendaman dengan konsentrasi ekstrak testis sapi tinggi.

C. Manfaat

Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui efektivitas ekstrak testis sapi terhadap produksi ikan guppy jantan.

D. Kerangka Pikir

Penentuan kelamin pada ikan dipengaruhi oleh dua faktor lingkungan dan faktor genetik. Faktor lingkungan dapat dimanipulasi dengan perlakuan hormon, suhu, dan lama perlakuan. Sedangkan secara genetik, proses seks reversal dapat dilakukan pada dua fase yaitu pada saat embriogenesis dan post larva. Pada awal perkembangan embrio, faktor genetik lebih banyak berperan dalam menentukan arah perkembangan organ kelamin primer yaitu testis atau ovari. Selanjutnya sel-sel gonad yang telah diarahkan tersebut akan menghasilkan hormon-hormon kelamin dengan gamet sesuai dengan kelamin yang ditentukan. Hormon kelamin tersebut akan mengatur kelanjutan dari proses diferensiasi (Yatim, 1983; Kadriah, 2000).

Salah satu cara untuk memproduksi ikan monoseks yaitu dengan teknik seks reversal. Seks reversal merupakan teknologi yang membalikkan arah perkembangan kelamin menjadi berlawanan. Faktor perlakuan yang


(19)

5

mempengaruhi keberhasilan perubahan kelamin adalah jenis ikan, dosis hormon, lama perlakuan, waktu dimulainya perlakuan, dan suhu air (Zairin, 2002).

Seks reversal dapat dilakukan menggunakan hormon sintetis (buatan) dan alami yang diberikan pada saat periode labil ikan. Periode labil pada ikan Poeicilidae seperti ikan guppy dan ikan lain yang sifatnya ovovivipar terjadi selama embriogenesis (Pandian dan Sheela, 1995; Yuwanny, 2000). Hormon sintetis yang biasa digunakan adalah 17α-methyltestosterone (17α-MT). Pada penelitian ini, budidaya monoseks dilakukan menggunakan hormon alami yang diekstrak dari testis sapi yang mengandung banyak hormon testosteron danramah lingkungan.

Fungsi ekstrak testis sapi sama dengan 17α-methyltestosterone , yaitu untuk menambah jumlah hormon testosteron agar proses pembentukan kelamin pada ikan guppy cenderung mengarah perkembangan kelamin jantan.

Penelitian sebelumnya dilakukan pengujian kandungan 1 gram ekstrak testis sapi yang dilaksanakan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi (BBATS). Dari 1 gram ekstrak testis sapi di temukan kandungan ekstrak testis sapi sebanyak 3,87 µg. Pengujian ini dilakukan untuk menyetarakan kandungan 1 ppm MT yang terdapat pada ekstrak testis sapi dengan 1 ppm 17α -Methyltestosterone. Maka, kandungan testosteron pada dosis ekstrak testis sapi sebanyak 265 mg setara dengan 1 ppm 17α-MT. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan dosis ekstrak testis sapi yang tinggi guna menyetarakan kandungan pada dosis MT.


(20)

6

Secara umum kerangka pikir dapat dilihat pada gambar 1 :

---

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Sex Determination

Sex

Differensiasi Hormon

Dosis

Lama Perlakuan

Suhu

Bipotensial

Embriogenesis Post Larva

Perendaman

Testosteron ETS (Konsentrasi)

Meningkatkan Testosteron

meningkat


(21)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan bulan Juni sampai September 2011 bertempat di Laboratorium Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat yang akan digunakan dalam penelitian adalah empat buah akuarium ukuran 50x40x40 cm3 untuk pemeliharaan sekaligus pemijahan induk, dua akuarium ukuran 40x30x30 cm3 untuk pemeliharaan induk betina yang telah bunting, 21 toples untuk perlakuan perendaman larva dengan ekstrak testis sapi, perlengkapan aerasi, alat ukur kualitas air (termometer, DO meter, dan pH meter).

Bahan yang akan digunakan adalah induk ikan guppy ukuran 2-3 cm sebanyak 150 ekor, ekstrak testis sapi produksi BATAN, pakan alami Daphnia sp., cacing sutra, dan pakan buatan berupa pelet.


(22)

21

C. Prosedur Penelitian a. Persiapan

Tahap persiapan meliputi beberapa kegiatan yaitu persiapan wadah pemijahan dan pemeliharaan induk. Wadah dibersihkan lalu dikeringkan kemudian diisi air ¾ dari tinggi akuarium. Sebelumnya, induk jantan dan betina diukur berat dan panjang awalnya. Kemudian dimasukkan kedalam akuarium pemeliharaan dan perkawinan massal dalam dua wadah akuarium berukuran 50x40x40 cm3. Induk diberi pakan pelet selama pemeliharaan dan diberikan dua kali sehari secara adlibitum.

Induk betina yang sudah bunting dipelihara dalam akuarium dengan ukuran 40x30x30 cm3 sampai beranak. Larutan perendaman dibuat dengan cara melarutkan tiap konsentrasi perlakuan ekstrak testis sapi dengan 1 ml alcohol 95%. Kemudian dimasukkan kedalam akuarium yang telah diisi air dan diberikan aerasi selama 1-3 jam.

Setelah itu larva dimasukkan kedalam akuarium yang telah diberikan konsentrasi perlakuan selama 5 jam/hari selama 3-5 hari, dan kemudian dipindahkan lagi ke wadah pemeliharaan setelah pemberian perlakuan (Akuarium berukuran 25x15x35cm3).

b. Perlakuan

Perlakuan dalam penelitian ini yaitu pemberian ekstrak testis sapi dengan lama perendaman yang berbeda. Perendaman dilakukan pada konsentrasi ekstrak testis sapi dengan media air dengan lama perendaman 5 jam per


(23)

22

harinya. Konsentrasi perendaman 0 ppm (Kontrol), 1 ppm (P1), 2 (P2), 3 (P3).

(P1) = Konsentrasi ekstrak testis sapi 0 ppm (kontrol)

(P2) = Konsentrasi ekstrak testis sapi 265 mg

(P3) = Konsentrasi ekstrak testis sapi 530 mg

(P4) = Konsentrasi ekstrak testis sapi 795 mg

c. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan merendam larva ikan guppy yang baru berumur 1 hari ke dalam larutan ekstrak testis sapi. Perendaman dilakukan selama 3, 4, dan 5 hari (5 jam per hari) dengan konsentrasi perendaman 0 ppm (kontrol), 265 mg (P1), 530 mg (P2), 795 mg (P3). Sebelum dilakukan perendaman, dilakukan pengenceran larutan ekstrak testis sapi sesuai dengan konsentrasi perlakuan dengan media air sebanyak 1 liter pada masing-masing perlakuan. Air yang digunakan adalah air yang berasal dari tandon pengendapan.

Larva yang telah diberi perlakuan perendaman dipelihara dalam wadah akuarium dengan dimensi 25x15x35 cm3. Larva ikan guppy tersebut diberi pakan awal cacing sutra yang telah dipotong halus hingga berumur satu minggu lalu dilanjutkan dengan pemberian pakan alami Daphnia sp. dan pakan buatan. Pemberian pakan pada anak guppy dilakukan secara adlibitum sebanyak 3 kali sehari serta dilakukan penyifonan setiap hari.


(24)

23

d. Parameter Yang Diamati

Pengamatan dilakukan secara visual setelah pemeliharaan larva sampai terlihat perbedaan antara ikan jantan dan betina dengan adanya gonopodium pada ikan jantan, penampakan warna, dan bentuk sirip ekor yang lebar. Kemudian dilakukan seleksi dan penghitungan jumlah anak jantan dan betina. Dilanjutkan dengan pengamatan preparat dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE) untuk proses pewarnaan gonad pada saat memeriksa keberadaan testes ataupun ovarium pada gonad ikan.

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel. Parameter yang diamati adalah:

1. Persentase Individu Jantan

% 100 diamati

yang Ikan

jantan kelamin berjenis

Ikan Jantan

%  

Melakukan perbandingan jumlah ikan berjenis kelamin jantan dengan jumlah ikan yang diamati. Kegiatan ini dilakukan di akhir penelitian. Ciri dari ikan guppy jantan secara visual dapat dilihat pada bentuk tubuh dan sirip ekor. Jantan memiliki tubuh yang lebih ramping dan sirip ekor yang lebih cerah dari ikan guppy betina.


(25)

24

2. Survival Rate (SR)

% 100 awal Ikan

akhir Ikan

TKH 

Menghitung jumlah ikan di awal kegiatan dan jumlah ikan di akhir kegiatan. Kegiatan ini dilakukan di akhir penelitian.

3. Kadar Testosteron

Pengukuran kadar testosteron ini menggunakan teknologi ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) yang dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi (BBATS). Pengukuran hanya dilakukan pada ekstrak testis sapi.

4. Kualitas air

Pengukuran kualitas air dilakukan sebelum perlakuan, saat perlakuan, setelah perlakuan, dan panen. Kualitas air yang diukur adalah suhu, pH, dan DO (dissolved oxygen). Alat yang digunakan yaitu thermometer, pH meter, dan DO meter.

E. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan membandingkan jumlah jantan yang dihasilkan dari masing-masing perlakuan konsentrasi dan lama perendaman larva ikan guppy berumur 1 hari dalam ekstrak testis sapi.


(26)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Teknik Jantanisasi Ikan Nila.

http://nilajantan.blogspot.com/2010/02/teknis-jantanisasi-ikan-nila.html diakses pada tanggal 9 Mei 2011 pukul 23.15 WIB.

Arfah, H. 1997. Efektivitas Hormon 17α-metiltestosteron dengan Metode Perendaman Induk Terhadap Nisbah Kelamin dan Fertilitas Keturunan Ikan Gapi (Poecilia reticulata). [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Axelrod, H.H., C.W.Emmens, W.E.Burgess, and N.Pronek. 1983. Exotic Tropical Fishes. Second Revised & Expand Edition. T.F.T. Publications, Inc.

Axelrod, H.R., and L.P. Schultz. 1983. Handbook of Tropical Aquarium Fishes. Neptune City: T.F.H. Publications, Inc. Ltd.

Barades, Epro. 2011. Maskulinisasi Ikan Guppy (Poecilia reticulata) Melalui Perendaman Induk dalam Berbagai Aras Dosis Madu. Lampung. Universitas Lampung

Basuki, F. 1999. Dasar-Dasar Teknik Pembenihan Ikan. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Baroiller, J. F., and D’Cotta, H. 2001. Environment and Sex Determination in Farmed Fish. Journal Comparative Biochemistry and Physiology. Part C 130: 399-409.

Bruslé, S. 1983 Contribution to the sexuality of a hermaphrodite teleost, Serranus hepatus L. J. Fish Biol. 22:283-292.

Djaelani, F. 2007. Pengaruh Dosis Madu Terhadap Pengarahan Kelamin Jantan Pada Ikan Gapi (Poecilia reticulata Peters) dengan Metode Perendaman Larva). [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.


(27)

34

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Perairan dan Lingkungan. Kanisius. Yogyakarta.

Fernando., and V.P.E. Phang. 1985. Culture of guppy in Singapore. Jurnal Aquaculture 51:49-63p.

Fujaya, Y. 2002. Fisiologi Ikan. Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. 201 hal

Gustiano, G.H., Rustidja., and Huwoyon. 2008. Pengaruh pemberian hormon methyltestosterone pada larva Ikan Guppy (Poecilia reticulata) Terhadap Perubahan Jenis Kelamin. Jurnal Zoo Indonesia17(2):49-54p.

Hadley, M.E. 1992. Endocrinology, third ed. Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, NJ, pp. 456-457.

Hasyim. 2011. Maskulinisasi Ikan Guppy (Poecilia reticulata) Melalui Perendaman Induk dalam Ekstrak Testis Sapi dengan lama Perendaman Yang Berbeda. Lampung: Universitas Lampung.

Hunter, G. A., and E. M Donaldson, 1983. Hormonal Sex Control and Its Application to Fish Culture. In: W.S. Hoar, D.J. Randall & E.M. Donaldson (edits) Fish physiology Vol. 9: Reproduction. Academic Press. New York. 223-303p.

Iwasaki, N. 1989. Guppies : Fancy Strains and How To Produce Them. Japan’s Foremost Guppy Breeder. 144p.

Kadriah, I.AK. 2000. Efek Hormon 17α-Metiltestosteron pada nisbah kelamin ikan Guppy (Poecilia reticulata Peters) yang dipelihara pada temperatur yang berbeda (Skripsi- Institut Pertanian Bogor). 2000

Kirpichnikov, V. S. 1981. Genetic Bases of Fish Selection. Springer Veerlag. Berlin Heidelberg. New York. 410p.

Martati, E. 2006. Efektivitas Madu Terhadap Nisbah Kelamin Ikan Gapi (Poecilia reticulate Peters). Skripsi Fakultas Perikanan dan Kelautan : Institut Pertanian Bogor.

Matsuda, M., Nagahama, Y., Shinomiya, A., Sato, T., and Matsuda, C. 2002. DMY is a Y-spesific DM-domain gene required for male development in the medaka fish. Nature 417:559-63p.

Matty, A.J. 1985. Fish Endocrinology. Croom helm.Timber press. Oregon. USA. 264p.


(28)

35

Mozart, H. 1996. Guppies keeping and breeding Them in Captivity. T.F.H. Publication, INC. USA. 64p.

Mundayana, Y. 2000. Ikan Hias Air Tawar Guppy. Penebar Swadaya, Jakarta. Nagahama, Y. 1983. The Functional Morphology of Teleost Gonads. In Fish

Physiology (W.S.Hoar, D.J.Randall, and E.M. Donaldson, Eds). Volume IXA. Academics Press, Inc. London LTD. P 231-233.

Nursanto, D. 1999. Pengaruh Lama Waktu Perendaman Larva didalam Hormon Methyltestosteron Terhadap Nisbah Kelamin Ikan Nila Gift (Orechromis sp.). [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Kelautan. UNDIP, Semarang. Pandian, T. J, dan S. S. Sheela. 1995. Hormonal Induction in Fish. Aquaculture

138:1-22.

Phelps R. P., And Arslan T. 2004. Production of Monosex Male Black Crappie (Promoxis nigromaculatus), Populationb Multiple Androgen Immersion. USA. Department of Fisheries and Allied Aquaculture, Auburn University. Phelps, R.P., and T.J. Popma. 2000. Sex reversal of tilapia. B.A. Costa-Pierce and J.E. Rakocy, eds. Tilapia Aquaculture in the Americas, Vol. 2. The World Aquaculture Society, Baton Rouge, Louisiana, United States. Pages 34–59 Piferrer, F. 2001. Endocrine Sex Control Strategie For Feminization of Teleosts

Fish. Aquaculture. 197:229-281p.

Putra, D. A. 2011. Maskulinisasi Ikan Guppy (Poecilia reticulata) Melalui Perendaman Induk dalam Berbagai Aras Dosis Propolis. Lampung. Universitas Lampung.

Putro, S, A. Purnomo, S. Muhdi, E. Setiabudi, Isjaturradhijah, D. Hertanto dan U.S. Dahlia. 2002. Direktori Ikan Hias. Ditjen PK2P, Departemen Kelautan dan Perikanan.

Ratnasari, V. D. 2011. Maskulinisasi Ikan Guppy (Poecilia reticulata) Melalui Perendaman Induk dalam Ekstrak Testis Sapi Berbagai Aras Dosis. Lampung. Universitas Lampung [Skripsi]

Sandy, Heronimus Y. M. 2011. Maskulinisasi Ikan Guppy (Poecilia reticulata) Melalui Perendaman Larva dengan Propolis dalam Berbagai Aras Ekstrak Testis Sapi. Lampung. Universitas Lampung [Skripsi]


(29)

36

Strussmann, C., A, M. Karube., and L. A Miranda. 2005. Methods of sex control in fishes and an overview of novel hypotheses concerning the mechanisms of sex differentiation. In: T.J Pandian, C.A Strussmann & M.P Marian (edits) Fishe Genetics and Aquaculture Biotechnology. 65-79p.

Sukmara. 2007. Sex Reversal Pada Ikan Gapi (Poecilia reticulata Peters) Secara Perendaman Larva Dalam Larutan Madu 5 ml/L. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Suryo. 1989. Genetika. Fakultas Biologi Universitas Gajah Mada. Susanto, H. 1990. Budidaya Ikan Guppy. Yogyakarta: Kanisius p-11.

Suwarsito, Syarifudin H., Mulia D. S. 2007. Pengaruh Penaambahan Methyltestosteron dalam Pakan Terhadap Nisbah Kelamin Ikan Guppy (Poeocilia reticulate Petters). Purwokerto. Skripsi FPIK Muhammadiah Purwokerto.

Toelihere, M. R. 1985. Fisiologi Reproduksi Ternak. Angkasa. Bandung. 327p. Ukhroy, N. U. 2008. Efektivitas Propolos Terhadap Nisbah Kelamin Ikan Guppy

Poecilia reticulata. Bogor. IPB

Wulansari, R. S. 2002. Pengaruh Dosis Aromatase Inhibitor Terhadap Nisbah Kelamin Ikan Betta. Bogor. IPB. [Skripsi]

Yamamoto. 1969. Sex Differentiation. Fish Physiology. Vol III:117-158p. In: W.S Hoar dan D.J. Randall (Eds). Academic Press. New York.

Yamazaki, F. 1983. Sex Control and Manipulation in Fish. Jurnal Aquaculture hal 33: 329-354p.

Yatim, W. 1983. Genetika. Penerbit Tarsito. Bandung.

Young, G., Kasukabe, M., and Nakamura I. 2005. Gonadal Steroidogenesis in Teleost Fish in Hormones and Their Receptors in Fish Reproduction edit by Philippa, M and Nancy, S. Vol. 4:158-171p. National University of Singapore and University of Victoria. Canada.

Yuwanny. 2000. Pengaruh Lama Perendaman Ikan Gapi dalam Akriflavin. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Zairin, M. Jr. 2002. Reversal Memproduksi Benih Ikan Jantan Atau Betina. Penebar Swadaya. Jakarta. 2-35p.


(1)

23 d. Parameter Yang Diamati

Pengamatan dilakukan secara visual setelah pemeliharaan larva sampai terlihat perbedaan antara ikan jantan dan betina dengan adanya gonopodium pada ikan jantan, penampakan warna, dan bentuk sirip ekor yang lebar. Kemudian dilakukan seleksi dan penghitungan jumlah anak jantan dan betina. Dilanjutkan dengan pengamatan preparat dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE) untuk proses pewarnaan gonad pada saat memeriksa keberadaan testes ataupun ovarium pada gonad ikan.

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel. Parameter yang diamati adalah:

1. Persentase Individu Jantan

% 100 diamati

yang Ikan

jantan kelamin berjenis

Ikan Jantan

%  

Melakukan perbandingan jumlah ikan berjenis kelamin jantan dengan jumlah ikan yang diamati. Kegiatan ini dilakukan di akhir penelitian. Ciri dari ikan guppy jantan secara visual dapat dilihat pada bentuk tubuh dan sirip ekor. Jantan memiliki tubuh yang lebih ramping dan sirip ekor yang lebih cerah dari ikan guppy betina.


(2)

24 2. Survival Rate (SR)

% 100 awal Ikan

akhir Ikan

TKH 

Menghitung jumlah ikan di awal kegiatan dan jumlah ikan di akhir kegiatan. Kegiatan ini dilakukan di akhir penelitian.

3. Kadar Testosteron

Pengukuran kadar testosteron ini menggunakan teknologi ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) yang dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi (BBATS). Pengukuran hanya dilakukan pada ekstrak testis sapi.

4. Kualitas air

Pengukuran kualitas air dilakukan sebelum perlakuan, saat perlakuan, setelah perlakuan, dan panen. Kualitas air yang diukur adalah suhu, pH, dan DO (dissolved oxygen). Alat yang digunakan yaitu thermometer, pH meter, dan DO meter.

E. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan membandingkan jumlah jantan yang dihasilkan dari masing-masing perlakuan konsentrasi dan lama perendaman larva ikan guppy berumur 1 hari dalam ekstrak testis sapi.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Teknik Jantanisasi Ikan Nila.

http://nilajantan.blogspot.com/2010/02/teknis-jantanisasi-ikan-nila.html diakses pada tanggal 9 Mei 2011 pukul 23.15 WIB.

Arfah, H. 1997. Efektivitas Hormon 17α-metiltestosteron dengan Metode Perendaman Induk Terhadap Nisbah Kelamin dan Fertilitas Keturunan Ikan Gapi (Poecilia reticulata). [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Axelrod, H.H., C.W.Emmens, W.E.Burgess, and N.Pronek. 1983. Exotic Tropical Fishes. Second Revised & Expand Edition. T.F.T. Publications, Inc.

Axelrod, H.R., and L.P. Schultz. 1983. Handbook of Tropical Aquarium Fishes. Neptune City: T.F.H. Publications, Inc. Ltd.

Barades, Epro. 2011. Maskulinisasi Ikan Guppy (Poecilia reticulata) Melalui Perendaman Induk dalam Berbagai Aras Dosis Madu. Lampung. Universitas Lampung

Basuki, F. 1999. Dasar-Dasar Teknik Pembenihan Ikan. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Baroiller, J. F., and D’Cotta, H. 2001. Environment and Sex Determination in Farmed Fish. Journal Comparative Biochemistry and Physiology. Part C 130: 399-409.

Bruslé, S. 1983 Contribution to the sexuality of a hermaphrodite teleost, Serranus hepatus L. J. Fish Biol. 22:283-292.

Djaelani, F. 2007. Pengaruh Dosis Madu Terhadap Pengarahan Kelamin Jantan Pada Ikan Gapi (Poecilia reticulata Peters) dengan Metode Perendaman Larva). [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.


(4)

34 Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Perairan

dan Lingkungan. Kanisius. Yogyakarta.

Fernando., and V.P.E. Phang. 1985. Culture of guppy in Singapore. Jurnal Aquaculture 51:49-63p.

Fujaya, Y. 2002. Fisiologi Ikan. Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. 201 hal

Gustiano, G.H., Rustidja., and Huwoyon. 2008. Pengaruh pemberian hormon methyltestosterone pada larva Ikan Guppy (Poecilia reticulata) Terhadap Perubahan Jenis Kelamin. Jurnal Zoo Indonesia17(2):49-54p.

Hadley, M.E. 1992. Endocrinology, third ed. Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, NJ, pp. 456-457.

Hasyim. 2011. Maskulinisasi Ikan Guppy (Poecilia reticulata) Melalui Perendaman Induk dalam Ekstrak Testis Sapi dengan lama Perendaman Yang Berbeda. Lampung: Universitas Lampung.

Hunter, G. A., and E. M Donaldson, 1983. Hormonal Sex Control and Its Application to Fish Culture. In: W.S. Hoar, D.J. Randall & E.M. Donaldson (edits) Fish physiology Vol. 9: Reproduction. Academic Press. New York. 223-303p.

Iwasaki, N. 1989. Guppies : Fancy Strains and How To Produce Them. Japan’s Foremost Guppy Breeder. 144p.

Kadriah, I.AK. 2000. Efek Hormon 17α-Metiltestosteron pada nisbah kelamin

ikan Guppy (Poecilia reticulata Peters) yang dipelihara pada temperatur yang berbeda (Skripsi- Institut Pertanian Bogor). 2000

Kirpichnikov, V. S. 1981. Genetic Bases of Fish Selection. Springer Veerlag. Berlin Heidelberg. New York. 410p.

Martati, E. 2006. Efektivitas Madu Terhadap Nisbah Kelamin Ikan Gapi (Poecilia reticulate Peters). Skripsi Fakultas Perikanan dan Kelautan : Institut Pertanian Bogor.

Matsuda, M., Nagahama, Y., Shinomiya, A., Sato, T., and Matsuda, C. 2002. DMY is a Y-spesific DM-domain gene required for male development in the medaka fish. Nature 417:559-63p.

Matty, A.J. 1985. Fish Endocrinology. Croom helm.Timber press. Oregon. USA. 264p.


(5)

35 Mozart, H. 1996. Guppies keeping and breeding Them in Captivity. T.F.H.

Publication, INC. USA. 64p.

Mundayana, Y. 2000. Ikan Hias Air Tawar Guppy. Penebar Swadaya, Jakarta. Nagahama, Y. 1983. The Functional Morphology of Teleost Gonads. In Fish

Physiology (W.S.Hoar, D.J.Randall, and E.M. Donaldson, Eds). Volume IXA. Academics Press, Inc. London LTD. P 231-233.

Nursanto, D. 1999. Pengaruh Lama Waktu Perendaman Larva didalam Hormon Methyltestosteron Terhadap Nisbah Kelamin Ikan Nila Gift (Orechromis sp.). [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Kelautan. UNDIP, Semarang. Pandian, T. J, dan S. S. Sheela. 1995. Hormonal Induction in Fish. Aquaculture

138:1-22.

Phelps R. P., And Arslan T. 2004. Production of Monosex Male Black Crappie (Promoxis nigromaculatus), Populationb Multiple Androgen Immersion. USA. Department of Fisheries and Allied Aquaculture, Auburn University. Phelps, R.P., and T.J. Popma. 2000. Sex reversal of tilapia. B.A. Costa-Pierce and J.E. Rakocy, eds. Tilapia Aquaculture in the Americas, Vol. 2. The World Aquaculture Society, Baton Rouge, Louisiana, United States. Pages 34–59 Piferrer, F. 2001. Endocrine Sex Control Strategie For Feminization of Teleosts

Fish. Aquaculture. 197:229-281p.

Putra, D. A. 2011. Maskulinisasi Ikan Guppy (Poecilia reticulata) Melalui Perendaman Induk dalam Berbagai Aras Dosis Propolis. Lampung. Universitas Lampung.

Putro, S, A. Purnomo, S. Muhdi, E. Setiabudi, Isjaturradhijah, D. Hertanto dan U.S. Dahlia. 2002. Direktori Ikan Hias. Ditjen PK2P, Departemen Kelautan dan Perikanan.

Ratnasari, V. D. 2011. Maskulinisasi Ikan Guppy (Poecilia reticulata) Melalui Perendaman Induk dalam Ekstrak Testis Sapi Berbagai Aras Dosis. Lampung. Universitas Lampung [Skripsi]

Sandy, Heronimus Y. M. 2011. Maskulinisasi Ikan Guppy (Poecilia reticulata) Melalui Perendaman Larva dengan Propolis dalam Berbagai Aras Ekstrak Testis Sapi. Lampung. Universitas Lampung [Skripsi]


(6)

36 Strussmann, C., A, M. Karube., and L. A Miranda. 2005. Methods of sex control

in fishes and an overview of novel hypotheses concerning the mechanisms of sex differentiation. In: T.J Pandian, C.A Strussmann & M.P Marian (edits) Fishe Genetics and Aquaculture Biotechnology. 65-79p.

Sukmara. 2007. Sex Reversal Pada Ikan Gapi (Poecilia reticulata Peters) Secara Perendaman Larva Dalam Larutan Madu 5 ml/L. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Suryo. 1989. Genetika. Fakultas Biologi Universitas Gajah Mada. Susanto, H. 1990. Budidaya Ikan Guppy. Yogyakarta: Kanisius p-11.

Suwarsito, Syarifudin H., Mulia D. S. 2007. Pengaruh Penaambahan Methyltestosteron dalam Pakan Terhadap Nisbah Kelamin Ikan Guppy (Poeocilia reticulate Petters). Purwokerto. Skripsi FPIK Muhammadiah Purwokerto.

Toelihere, M. R. 1985. Fisiologi Reproduksi Ternak. Angkasa. Bandung. 327p. Ukhroy, N. U. 2008. Efektivitas Propolos Terhadap Nisbah Kelamin Ikan Guppy

Poecilia reticulata. Bogor. IPB

Wulansari, R. S. 2002. Pengaruh Dosis Aromatase Inhibitor Terhadap Nisbah Kelamin Ikan Betta. Bogor. IPB. [Skripsi]

Yamamoto. 1969. Sex Differentiation. Fish Physiology. Vol III:117-158p. In: W.S Hoar dan D.J. Randall (Eds). Academic Press. New York.

Yamazaki, F. 1983. Sex Control and Manipulation in Fish. Jurnal Aquaculture hal 33: 329-354p.

Yatim, W. 1983. Genetika. Penerbit Tarsito. Bandung.

Young, G., Kasukabe, M., and Nakamura I. 2005. Gonadal Steroidogenesis in Teleost Fish in Hormones and Their Receptors in Fish Reproduction edit by Philippa, M and Nancy, S. Vol. 4:158-171p. National University of Singapore and University of Victoria. Canada.

Yuwanny. 2000. Pengaruh Lama Perendaman Ikan Gapi dalam Akriflavin. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Zairin, M. Jr. 2002. Reversal Memproduksi Benih Ikan Jantan Atau Betina. Penebar Swadaya. Jakarta. 2-35p.