Pengertian Putusan Hakim Konsep Final dan Mengikat Suatu Putusan Hakim

putusan yang bersifat final, maka dengan sendirinya sengketa yang diperiksa telah berakhir. Para pihak yang bersengketa harus tunduk dan melaksanakan putusan yang telah bersifat final itu. Pada Bab ini penulis akan membahas mengenai. Pertama, konsep final dan mengikat suatu putusan hakim. Kedua , konsep upaya hukum “keberatan”. Ketiga, penyelesaian sengketa konsumen. Keempat, sifat final dan mengikat pada hakekatnya bukan merupakan sifat putusan BPSK

A. Konsep Final dan Mengikat Suatu Putusan Hakim

1. Pengertian Putusan Hakim

Tujuan diadakannya suatu proses penyelesaian sengketa melalui pengadilan atau luar pengadilan adalah untuk memperoleh putusan hakim. Putusan hakim atau biasa disebut dengan istilah putusan pengadilan merupakan suatu yang sangat diinginkan atau dinanti-nantikan oleh pihak-pihak yang berperkara guna menyelesaikan sengketa diantara mereka dengan sebaik-baiknya. Sebab dengan putusan hakim tersebut para pihak yang bersengketa mengharapkan adanya kepastian hukum dan keadilan dalam sengketa yang dihadapi. Untuk itu penulis melihat beberapa literatur untuk menemukan pengertian mengenai putusan hakimpengadilan. terdapat beberapa definisi yang berbeda mengenai putusasn hakim, namum bila dipahami secara seksama diantara definisi- defini tersebut maka kita akan mendapatkan suatu pemahaman yang sama antara satu definisi dengan definisi lainnya. I. Rubini dan Chaidir Ali merumuskan “keputusan hakim itu merupakan suatu akta penutup dari suatu proses perkara danputusan hakim itu disebut Vonnis yang menurut kesimpulan-kesimpulan terakhir mengenai hukum dari hakim serta memuat pula akibat-akibatnya. ” 2 Sudikno Mertokusumo memberti batasan putusan hakim ada lah “suatu putusan yang oleh hakim, sebagai pejabat yang diberi wewenang itu, diucapkan di persidangan dan bertujuan mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara atau suatu sengketa antara para pihak.” 3 Dalam definisi ini Sudikno mencoba untuk menekankan bahwa yang dimaksud dengan putusan hakim itu adalah yang diucapkan di depan persidangan. Sebenarnya putusan yang diucapkan di persidangan uitspraak memang tidak boleh berbeda dengan yang tertulis vonnis. Namum, apabila ternyata ada perbedaan antara keduanya, maka yang sah adalah yang diucapkan, karena lahirnya putusan itu sejak diucapkan. 4 Hal ini sebagaimana yang diintruksikan oleh Mahkamah Agung melalui surat edaran No. 5 Tahun 1959 tanggal 20 April 1959 dan No. Tahun 1962 tanggal 7 Maret 1962 yang antara lain mengintruksikan agar pada waktu putusan diucapkan konsep putusan harus sudah selesai. Sekalipun maksud surat edaran tersebut ialah untuk mencegah hambatan dalam penyelesaian perkara, tetapi dapat dicegah pula adanya perbedaan ini putusan yaang diucapkan dengan yang tertulis. 5 Hal ini senada juga disampaikan oleh Muhammad Nasir yang mendefinisikan putusan hakim sebagai “suatu pernyataan statement yang dibuat oleh hakim sebagai pejabat negara yang diberi wewenang untuk itu dan ucapkan di muka sidang dengan tujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara 2 I. Rubi dan Chaidir Ali, Pengantar Hukum Acara Perdata, Bandung: Penernit Alumni, 1974, h. 105. 3 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: Liberty, 1993, h. 174. 4 Ibid., h. 158. 5 Ibid. antara para pihak yang bersengketa.” 6 Dan Moh.Taufik Makarao memberikan arti putusan h akim sebagai “suatu pernyataan yang oleh hakim sebagai pejabat negara yang diberi wewenang untuk itu, diucapkan dipersidangan dan bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara atau sengketa antara para pihak.” 7 Sementara itu, beberapa ahli hukum lainnya, seperti Lilik Mulyadi dan Riduan Syahrani memberikan definisi putusan yang hanya terbatas dalam ruang lingkup hukum acara perdata. Lilik Mulyadi memberikan definisi putusan hakim yang ditinjau dari praktik dan teoritis, yaitu “putusan yang diucapkan oleh hakim karena jabatannya dalam persidangan perkara perdata terbuka untuk umum setelah melalui proses dan prosedural hukum acara perdata pada umumnya dibuat dalam bentuk tertulis dengan tujuan menyelesaikan atau mengakhiri suatu perkara.” 8 Sedangkan Riduan Syahrani lebih suka menggunakan istilah putusan pengadilan sebagai “pernyataan yang diucapkan hakim pada sidang pengadilan yang terbuka untuk umum untuk menyelesaikan atau mengakhiri perkara perdata.” 9 Dari uraian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan putusan hakim pada hakikatnya adalah suatu pernyataan yang dibuat dalam bentuk tertulis oleh hakim sebagai pejabat negara yang diberi kewenangan untuk itu dan diucapkan di depan persidangan yang terbuka untuk umum setelah melalui proses dan prosedural hukum acara perdata pada umumnya dengan tujuan menyelesaikan atau mengakhiri suatu perkara perdata guna terciptanya kepastian hukum dan keadilan bagi para pihak yang bersengketa. 6 Muhammad Nasir, Hukum Acara Perdata, Jakarta: Djambatan, 2005, h. 42. 7 Taufik Makarao, Op.Cit., h 124. 8 Lilik Mulyadi, Hukum Acara Perdata Menurut Teori dan Praktik Peradilan Indonesia, Jakarta: PT Djambatan, 2008 selanjutnya disingkat Lilik Mulyadi I, h. 4-6. 9 Riduan Syahrani, Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Umum, Jakarta: Pustaka Kartini, 1988, h. 83.

2. Jenis Putusan Hakim