3. Kekuatan Putusan Hakim
Mengenai kekuatan putusan ini sebenarnya sama sekali tidak dimuat dalam HIR maupun RBg, kecuali pasal 180 HIR dan pasal 191 RBg yang hanya
menyebutkan adanya suatu putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Untuk itu, dengan adanya putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap, maka suda tentu ada juga putusan hakim yang belum mempunyai kekuatan hukum tetap.
Putusan hakim yang belum mempunyai kekuatan hukum tetap adalah putusan yang menurut ketentuan undang-undang masih terbuka kesempatan untuk
menggunakan upaya hukum melawan putusan itu.
11
Misalnya perlawanan verzet, banding, atau kasasi. sedangkan putusan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap adalah putusan yang menurut ketentuan undang-undang tidak ada kesempatan lagi untuk meggunakan upaya hukum biasa perlawanan verzet,
banding, atau kasasi melawan putusan itu.
12
Jadi putusan itu tidak dapat diganggu gugat.
13
Dengan demikian, Putusan hakim yang bersifat final dan mengikat adalah putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap atau tidak ada upaya hukum
biasa untuk melawan putusan itu dan memiliki kekuatan eksekutorial. Putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap terdapat 3 tiga
macam kekuatan untuk dapat dilaksanakan.
14
1 Kekuatan mengikat
Suatu putusan
pengadilan dimaksudkan
untuk menyelesaikan suatu persoalan atau sengketa dan
11
Taufik Makarao, Op.Cit., h 131.
12
Ibid.
13
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Acara Perdata Indonesia, cet. V, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1992, h. 174-175
14
Muhammad Nasir, Op.Cit., h. 190-194
menetapkan hak
atau hukumnya.
Apabila yang
bersengketa tidak dapat menyelesaikan sengketa diantara mereka secara damai, dan kemudian menyerahkan dan
mempercayakan sengketanya kepada pengadilan atau hakim untuk diperiksa dan diadili, maka hal ini
mengandung arti bahwa pihak-pihak yang bersengketa itu mempunyai kekuatan mengikat terhadap pihak-pihak yang
bersengketa.
2 Kekuatan pembuktian
Dituagkannya putusan dalam bentuk tertulis, yang merupakan akta otentik, tidak lain bertujuan untuk dapat
digunakan sebagai alat bukti bagi para pihak, yang mungkin diperlukan untuk mengajukan upaya hukum.
karena meskipun putusan hakim atau putusan pengadilan tidak mempunyai kekuatan mengikat terhadap pihak
ketiga, namun mempunyai kekuatan pembuktian terhadap pihak ketiga.
3 Kekuatan executoriaal
Kekuatan executoriaal dalam putusan hakim atau putusan pengadilan adalah kekuatan untuk melaksanakan secara
paksa oleh alat-alat negara terhadap pihak-pihak yang tidak melaksanakan putusan tersebut secara sukarela.
Sebenarnya yang memberi kekuatan executoriaal kepada putusan hakim atau putusan pengadilan adalah kata-kata,
“Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” yang ada pada setiap putusan. Akan tetapi tidak semua
putusan dapat dilaksanakan secara paksa oleh pengadilan. hanya putusan condemnatoir sajalah yang dapat
dilaksanakan secara paksa oleh pengadilan, sementara putusan declatoir dan constitutif tidaklah memerlukan
sarana-sarana memaksa untuk dapat melaksanakannya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sifat putusan BPSK final dan mengikat berarti tidak ada peluang untuk mengajukan upaya hukum terhadap
putusan tersebut tetapi pada UUPK memberikan peluang bagi para pihak untuk mengajukan upaya “keberatan”. Hal ini tidak sesuai dengan hakikat final dan
mengikat. Pada sisi lain, putusan BPSK yang berisikian pemberian ganti kerugian
pelaku usaha kepada konsumen merupakan bentuk penghukuman. Hal ini membuat Putusan BPSK merupakan putusan yang bersifat condemnatoir.
Implikasi dari sifat putusan condemnatoir adalah putusan tersebut memiliki kekuatan eksekutorial. Namun, pada putusan BPSK tidak terdapat irah-
irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Inilah yang membuat putusan
BPSK tidak dapat dieksekusi.
B. Konsep Upaya Hukum “Keberatan”