Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Budaya Jawa merupakan salah satu dari ragam budaya yang dimiliki bangsa. Saat ini budaya Jawa berdiri menghadapi tantangan di dunia modernisasi. Sebuah perjuangan yang jika tidak dilakoni dengan sepenuh hati oleh kita para penerusnya dapat berujung pada lunturnya atau bahkan hilangnya nilai-nilai luhur budaya Jawa. Sungguh harga yang teramat mahal. Kita patut bersyukur bahwa sejak dahulu budaya Jawa tumbuh sebagai budaya yang memiliki kepekaan dan keluwesan yang tinggi terhadap perubahan- perubahan di sekitarnya, mampu melebur pada setiap perbedaaan dengan tetap memperlihatkan karakter khasnya. Nilai-nilai serta pemikiran-pemikiran yang terkandung di dalamnya pun tak pernah lekang oleh waktu, menjadikannya sebagai budaya yang kokoh menghadapi kemajuan zaman. Semua tak lantas membuat kita terbebas dari kewajiban kita dalam menjaga kelanggengan budaya Jawa, karena pada akhirnya budaya apapun tak akan mampu berjuang sendiri melawan zaman tanpa dukungan para penerusnya yang tanpa berkesudahan, untuk melestarikan dan mempraktekkan nilai-nilai di dalamnya dalam kehidupan sehari- hari. Perkembangan teknologipun di tengah masa globalisasi yang mengarah ke budaya barat sekarang ini, membuat banyak masyarakat yang lahir dan hidup di Jawa, tapi mereka sama sekali tidak tau bahkan tidak mau tau pada budaya daerah 1 commit to user mereka sendiri. Khususnya para generasi muda yang menganggap budaya Jawa itu kuno, ketinggalan zaman dan budaya baratlah yang jadi kiblat trend berbudaya anak muda generasi sekarang ini, sampai muncul istilah Wong Jowo ilang Jawane yang artinya orang Jawa yang hilang budaya Jawanya. Banyak fakta yang menunjukkan dan membuktikan bahwa eksistensi kebudayaan Jawa semakin terkikis oleh waktu, orang Jawa tidak bisa berbahasa Jawa, tidak tahu nilai dan norma kebudayaan Jawa, dan banyak aspek lainnya. Diantara semua itu yang paling nyata ditemui adalah penggunaan bahasa Jawa yang sudah sangat jarang dalam proses sosialisasi sehari-hari. Padahal Surakarta merupakan salah satu pusat kebudayaan Jawa. Beberapa pihak mungkin mengatakan bahwa pemerintah yang bersalah. Dan argumen tersebut ada benarnya juga, karena bahasa pengantar utama dalam proses pembelajaran adalah bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, tentunya membawa implikasi seperti yang telah diungkapkan sebelumnya. Dalam hal ini tidak dapat mempersalahkan satu pihak saja, karena banyak pihak terlibat didalamnya. Orang tua yang kurang mensosialisasikan nilai dan norma kebudayaan Jawa, orientasi komunikasi yang berbasis bahasa Indonesia, dan faktor pendorong lainnya juga menjadi penyebabnya. Dewasa ini telah banyak pula usaha-usaha yang di lakukan untuk mengangkat kembali budaya Jawa yang terkikis oleh globalisasi, diantaranya melalui event-event tradisi adat atau budaya Jawa yang sering di adakan oleh Pemerintah Kota Surakarta dan melibatkan langsung para generasi muda, seperti : karnaval batik, Solo International Etnik Musik SIEM, dan karnaval budaya, tapi commit to user dalam kenyataan kehidupan sehari-harinya para anak muda sebagian besar hanya ingat pada hari itu saja, ketika pelaksanaan event itu sudah usai, Mereka kembali kepada kehidupan mereka yang sangat terpengaruh budaya luar. Contohnya pada kehidupan sehari-hari mereka lebih menyukai gaya hidup yang tidak sederhana, makan-makanan cepat saji yang kurang menyehatkan, dan merasa nyaman serta lebih bangga mengkonsumsi produk-produk buatan luar negeri. Berangkat dari masalah tersebut, melalui media desain komunikasi visual, diharapkan dapat memberi kontribusi pada kampanye peduli kebudayaan Jawa yang pada generasi muda, sehingga generasi muda pun sadar akan kayanya seni dan budaya Jawa sehingga mau menjaga serta melestarikannya.

B. Rumusan Masalah