PERAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN KEPALA PEKON DALAM PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PEKON GUMUKREJO KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2011-2015

(1)

PEKON DALAM PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA

MENENGAH PEKON GUMUKREJO KECAMATAN PAGELARAN

KABUPATEN PRIGSEWU TAHUN 2011-2015

Oleh

EKO NURYANTO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis saya, Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Sarjana), baik di Universitas Lampung maupun diperguruan tinggi lain.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan Penguji.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Universitas Lampung.

Bandar Lampung, 02 Februari 2013 Yang Membuat Pernyataan,

Eko Nuryanto


(3)

Judul Skripsi : PERAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN KEPALA PEKON DALAM PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PEKON GUMUKREJO KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN PRIGSEWU TAHUN 2011-2015

Nama Mahasiswa : Eko Nuryanto Nomor Pokok Mahasiswa : 0816021028

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

MENYETUJUI

1.

Komisi Pembimbing

Drs. Aman Toto Dwijono, M. H

NIP 19570728 198703 1 006

2.

Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

Drs. Aman Toto Dwijono, M. H


(4)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Aman Toto Dwijono, M.H ...………

Penguji Utama : Drs. Agus Hadiawan, M.Si .………..

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Drs. Agus Hadiawan, M.Si NIP. 19580109 198603 1 002


(5)

RIWAYAT HIDUP

Eko Nuryanto, di lahirkan di Pringsewu pada tanggal 15 Agustus 1989, merupakan anak dari pasangan Bapak Ngadiono dan Ibu Napsiyah. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Jenjang akademis penulis dimulai dengan menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 4 Gumukmas pada tahun 2002, kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Pringsewu dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pringsewu dan lulus pada tahun 2008. Selanjutnya tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Lampung dengan mengikuti tes Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Pemerintahan sebagai anggota Biro II. Pada Tahun 2011 Penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Universitas Lampung di Kampung Agung Jaya Kecamatan Way Kenanga Kabupaten Tulang Bawang Barat.


(6)

MOTTO

“Nilai dari suatu keberhasilan adalah pada proses menuju keberhasilan tersebut, maka nikmatilah proses tersebut karena itulah hakikat dari suatu

keberhasilan yang sesungguhnya”


(7)

PERSEMBAHAN

Kudedikasikan karya yang sederhana ini sebagai tanda

bakti dan terima kasihku kepada

:

Bapak dan Ibuku Tercinta

y

ang selalu memberikan curahan kasih sayang, dukungan, dan

do’anya serta restu yang tiada henti

nya hingga sekarang dan

sampai nanti

Adikku

yang telah memberikan motivasi dan kasih sayang utuk

mencapai yang terbaik

Almamaterku Universitas Lampung


(8)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin...

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dan Kepala Pekon Gumukrejo Dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pekon Gumukrejo Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu Tahun 2011-2015” yang merupakan salah satu syarat untuk mencapai Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Skripsi ini dapat terselesaikan tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan FISIP Universitas Lampung dan juga selaku Dosen Pembahas terima kasih atas masukan dan kritik yang membangun;

2. Bapak Drs. Hi. Aman Toto Dwijono, M.H selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan dan juga selaku Pembimbing Utama Mahasiswa terima kasih atas kesediannya yang dengan sabar memberikan bimbingan, saran, kritik serta motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini;


(9)

3. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan, terima kasih untuk saran dan kritik yang membangun;

4. Bapak Drs. Yana Ekana P.S, M.Si selaku Pembimbing Akademik;

5. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Jurusan Ilmu Pemerintahan dan Staf FISIP Universitas Lampung, yang telah membantu Penulis selama menuntut ilmu di Jurusan Ilmu Pemerintahan;

6. Perangkat Pemerintahan Pekon Gumukrejo, terima kasih atas bantuannya yang telah memberikan informasi dan data sehingga skripsi ini dapat terselesaikan; 7. Semua responden yang telah memberikan informasi dan bantuan kepada

Penulis;

8. Motivator besar dan yang teristimewa kepada kedua Orang Tuaku (Bapak, Ibu), yang telah membesarkan, mendidik dan membimbingku dengan penuh kesabaran serta penuh kasih sayang, ini salah satu kado buat Bapak, Ibu; 9. Terima kasih untuk adikku Dewi Nuryanti Putri, semoga bisa lulus SMA

dengan nilai yang memuaskan dan diterima di perguruan tinggi yang kamu inginkan dan jangan lupa Juno selalu diberi makan;

10.Makasih buat Haliem Brt yang telah membantu dalam melakukan Prariset; 11.Terimakasih buat Dwi Uswatun Hasanah, some one special terimakasih telah

memberikan semangat dan selalu mengingatkan Shalat 5 (lima) waktu cepetan selesain skripsinya katanya mau langsung lanjut S2;

12.Untuk teman sekamarku selama 3,5 tahun dalam kosan plus temen sekolah dari zaman SMP, SMA, sampai Kuliah, Ferly Hermawan S.Pd yang sudah curi start untuk wisuda duluan (curi start lho gak CS), kabar-kabar ya kalau


(10)

xiv

juga Doni Apriandoko S.Pd teman satu SMP, SMA, sampai kuliah semoga cepet sukses dan dapat kerja masih penasaran dengan bidan gak bung;

13.Untuk sahabat setiaku Esa Pratama Putra (calon dokter) dan sang nyonya Nurul Mahfiroh yang selalu membantu dalam suka ataupun duka, cepetan kelarin skripsinya bung, jangan pacaran dan maen games terus dan satu lagi cepetan tobat bung cari cewek satu aja ojo kakehen serep, wes koyo ban serep mobel Bel Up wae akeh banget serepe;

14.Untuk sahabatku Eliana S.Kep (tombo ngantookk) cepetan dapet momongan ya, jangan lupain sahabat lamamu walaupun kamu sudah jauh di sana.

15.Untuk sahabatku seperjuangan diwaktu masa kuliah terutama saat ngerjain tugas kertas jaring yang sudah dianggap saudara sendiri, M. Abdulah Zainidin (Juragan) cepetan selesain skripsinya gan (ojo mulek wae ndang ngo dikerjakno lho) wisuda-wisuda gan, dan terimakasih juga atas nasehat-nasehatnya tentang arti dari kehidupan (walaupun kadang-kadang koplak juga) semoga persahabatan ini dapat terus terjaga walaupun dah jarang ketemu lagi;

16.Sahabat-sahabat yang menemani perjalanan karir kuliah saya, Hury Rahmanto alias Mamex cepetan kompre lho (ojo tarung jago wae mex) terima kasih atas bimbingannya selama dalam proses penyusunan skripsi (walaupun wes di oper lap), Wisnu Dwi Kusuma yang sudah duluan wisuda (terimakasih atas bimbingannya selama penyusunan skripsi dan semoga cepet dapat kerja dan langgeng terus sama Fani,) Bero Fuad (ayo bero cepetan selesain kuliah banggain abi sama umi), bero Alex Situmorang (cepetan seminar proposal bero nanti keburu di duluin sama adik tingkat), Ilham Caesar Putra yang selalu aktif di dunia maya (jangan autis saja ham selesain kuliah biar cepet


(11)

nyusun skripsi), Wahyu Avisena (ayo yu cepetan seminar hasil dan belajar bahasa jawa biar gak keram otak lagi), Felix lay (ayo cepetan kelarin skripsinya lay), Tyo (ayo yo skripsinya slesain bro), Aris pak dewan (skripsinya slesain pak jangan pulang kampung terus dan kayak anggota dewan yang masih dalam masa reses saja);

17.Teman seperjuangan yang sudah wisuda duluan Baretha Rizka, Andri Marta, Fadhli, Tommy, Eva, Stella, Ikhsan, Hendra, Nora, Nadya, Dona, Hidayanti, Selly, Mei, Redho, Ardi, Arum, Janto, Ita, Hariansyah semoga cepat dapet kerja;

18.Teman seperjuangan kloter selanjutnya Reni, Rischa, Bukit, Alvin (mana progresnya), Abror, Nanda, Ayu, Nindi, Putri, Andri Giring, Agus Toni, Nira, Duwi, Kajong, Jona, Ridho dan semua teman-teman seangkatan 2008 yang belum disebut namanya thanks dah selama ini berjuang bersama-sama kalian. Senang bias kenal kalian semuanya;

19.Para Kanda dan Yunda serta adik-adik tingkat di Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Lampung;

20.Teman-teman kosan Seka Adi Septiantoro (mbah cho_seex) ayo tarik gas mentok besi tuanya mbah, Hendra Bayu, Dwi bujang rantau, Khusnul Amri, Angga Aditya (ayo bung rampungno skripsine lho ojo golei bidan wae lho), Rio Arman Triatmoko, Subandrio, Tri, Yudi, Anton Krui, Irul, Boby (ayo bob kerjain skripsinya), Erick (kapan kita maen lenk lagi kawan), Fery Bolang (ayo lang cepetan nyusun skripsi biar cepet koas), Indra (semoga langgeng dengan pacar lima langkahnya), M. Zulfikar (jangan galau aja jul masih banyak bidan diluar sana), Dallas (sang mekanik kita), Rusdi (semoga cepet nyusun skripsi).


(12)

xvi

21.Untuk motor kesayanganku (Black Pearl) yang selalu setia menemani kemanapun saya pergi.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 02 Februari 2013 Penulis


(13)

ABSTRAK

PERAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN KEPALA PEKON DALAM PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA

MENENGAH PEKON GUMUKREJO KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN 2011-2015

OLEH EKO NURYANTO

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pekon merupakan perencanaan pembangunan 5 (lima) tahun yang memuat arah kebijakan keuangan pekon, strategi pembangunan pekon, dan program kerja pekon yang ditetapkan dengan peraturan pekon. Proses penyusunan RPJM pekon dilakukan dalam acara Musrenbang pekon yang melibatkan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat pekon yang membantu pemerintah pekon dalam menyusun RPJM-Pekon dan RKP-Pekon, tokoh masyarakat dan tokoh agama sebagai nara sumber, rukun warga atau rukun tetangga serta warga masyarakat sebagai anggota. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dan kepala pekon mempunyai peran yang besar dalam proses penyusunan RPJM Pekon sehingga diperlukan kerjasama yang baik agar RPJM Pekon yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki oleh pekon. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dan kepala pekon dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pekon Gumukrejo Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Dan Kepala Pekon Dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pekon Gumukrejo Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan menggunakan data kualitatif, artinya penelitian yang mengelola data dan fakta yang ada untuk selanjutnya peneliti analisis yang berkaitan dengan peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dan kepala pekon dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pekon Gumukrejo Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.


(14)

ii

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dan Kepala Pekon Gumukrejo belum berperan dengan baik dalam proses penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pekon Gumukrejo Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu baik pada tahap persiapan, pelaksanaan maupun pelembagaan.


(15)

ABSTRACT

ROLE OF EMPOWERMENT OF VILLAGE PEOPLE ORGANIZATION AND VILLAGE CHIEF IN MAKING OF THE VILLAGE PLAN IN MEDIUM TERM DEVELOPMENT OF THE GUMUKREJO VILLAGE

PAGELARAN DISTRICT PRINGSEWU REGENCY IN 2011-2015

BY

EKO NURYANTO

Medium Term Development Plan Village is planning 5 (five) years which includes village finance policy, village development strategy and village work program which decided by village regulations. Village Development Plan preparation process held in a meeting called Musrenbangdes. Which entangling empowerment of village people organization (LPM) that help village chief in arranging RPJM and RKP, community and religious leaders as a resource, neighborhoods and community leader and citizen as members. Empowerment of village people organization (LPM) and the village head has a major role in aranging the Village Development Plan so good cooperation is needed in order to make the Village Development Plan that suitable with the needs and capabilities of the village. The problem in this study is how the role of the empowerment of village people organization (LPM) and the village chief in the preparation of the Medium Term Development Plan of the Gumukrejo village Pagelaran district Pringsewu regency.

The purpose of this study is to determine the role of the empowerment of village people organization (LPM) in Village Preparation of Medium Term Development Plan of Gumukrejo village Pagelaran district Pringsewu regency. The research method is descriptive using qualitative data, which mean research is done by managing the data and facts for further research related to the analysis of the role of the empowerment of village people organization (LPM) and the village chief in the preparation of the Medium Term Development Plan for the Gumukrejo village Pagelaran district Pringsewu regency.


(16)

iv

The results of this study indicate that the empowerment of village people organization (LPM) and village chief of Gumukrejo does not have active role in the arranging of the Medium Term Development Plan of the Gumukrejo village Pagelaran district Pringsewu regency both in the preparation, implementation and institutionalization yet.


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada Undang-undang No 32 Tahun 2004 dijelaskan bahwa pemerintah daerah diberi wewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan rumah tangganya, dengan kata lain bahwa pemerintah daerah mempunyai wewenang untuk mengurus urusan pemerintahannya sendiri dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pelaksanaan Otonomi Daerah merupakan sebagian dari cita-cita reformasi untuk mewujudkan pemerintahan yang berorientasi kepada politik desentralisasi. Pada dasarnya otonomi daerah bertujuan untuk mewujudkan kasejahteraan masyarakat dengan memperhatikan aspirasi dan kebutuhan masyarakat secara baik, diharapkan melalui aspirasi dan partisipasi masyarakat dalam perencanaan sampai dengan pengawasan akan lebih mudah mengembangkan sumber daya lokal secara optimal demi mendukung terwujud-nya welfare state melalui otonomi daerah.


(18)

2

Daerah yang otonom sangat mensyaratkan keberadaan masyarakat yang otonom pula. Masyarakat yang otonom adalah masyarakat yang berdaya, yang antara lain ditandai dengan besarnya partisipasi mereka di dalam kegiatan pembangunan. Oleh karena itu dalam era otonomi daerah yang kini mulai dilaksanakan, peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan dan pemerintahan sangatlah penting untuk dilakukan dengan baik. Oleh karena itu kegiatan pembangunan yang dilaksanakan akan berjalan dengan baik apabila kegiatan tersebut sesuai dengan aspirasi masyarakat yang bermuara pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat tersebut.

Berkaitan dengan otonomi daerah, bagi pemerintah desa atau dengan sebutan yang lainnya yaitu pekon keberadaannya berhubungan langsung dengan masyarakat dan sebagai ujung tombak pembangunan. Pekon semakin dituntut kesiapannya baik dalam hal merumuskan kebijakan pekon yaitu seperti dalam bentuk peraturan pekon, merencanakan pembangunan pekon yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi, serta memberikan pelayanan rutin kepada masyarakat. Oleh karena itu, cepat atau lambat pekon-pekon tersebut diharapkan dapat menjelma menjadi pekon-pekon yang otonom, yaitu masyarakat pekon yang mampu memenuhi kebutuhannya sendiri secara otonom.

Desa berdasarkan Undang-Undang 32 Tahun 2004 adalah desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yurisdiksi,


(19)

berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan/atau dibentuk dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di kabupaten/kota, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa atau pekon adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa atau pekon dikeluarkan untuk menjabarkan lebih mendetail lagi segala hal yang berkaitan dengan desa atau pekon yang belum dijelaskan secara terperinci di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Oleh karena itu dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa atau pekon, maka akan dapat lebih membantu pemerintah pekon dalam menjalankan roda pemerintahaanya agar sesuai dengan amanat undang-undang yang ada.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 200 ayat 1 menyatakan bahwa, dalam pemerintahan daerah kabupaten/kota dibentuk Pemerintahan Desa atau Pekon yang terdiri dari Pemerintah Desa atau pekon dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau Badan Hippun Pemekonan (BHP). Dalam pasal 211 pada undang-undang yang sama disebutkan juga bahwa di desa atau pekon dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan yang ditetapkan dengan peraturan desa atau pekon dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Lembaga


(20)

4

kemasyarakatan tersebut bertugas membantu pemerintah desa atau pekon dan merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat desa atau pekon.

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam menjalankan roda pemerintahan yang ada di desa atau pekon, maka Kepala Desa atau pekon, Badan Permusyawarantan Desa (BPD) atau Badan Hippun Pemekonan (BHP), serta Lembaga Kemasyarakatan diamanatkan dalam undang-undang agar dapat bekerjasama dan saling berhubungan dengan baik dalam menjalankan roda pemerintahan sehingga tuajuan agar setiap desa mempunyai kemampuan untuk mengurus segala urusan desa atau pekon sendiri secara otonom sehingga dapat terciptanya kemandirian desa atau pekon dapat tercapai.

Mengenai lembaga kemasyarakatan, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa atau pekon, dijabarkan lebih terperinci tentang lembaga kemasyarakatan yaitu pada pasal 89 dan 90 disebutkan bahwa di desa atau pekon dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan yang ditetapkan dengan peraturan desa atau pekon. Lembaga kemasyarakatan tersebut mempunyai tugas membantu pemerintah desa atau pekon dan merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat desa atau pekon.

Berdasarkan penjelasan dari Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2005 pasal 89 disebutkan jenis-jenis lembaga kemasyarakatan yaitu Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa atau pekon (LPMD), Lembaga Adat, Tim Penggerak PKK Desa atau pekon, RW/RT, dan Karang Taruna, dan Lembaga Kemasyarakatan lainnya di desa atau pekon. Dari beberapa


(21)

lembaga tersebut lembaga yang menjalankan fungsi dalam bidang pembangunan desa atau pekon adalah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa atau pekon (LPMD).

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa atau pekon (LPMD) merupakan bagian dari Lembaga Kemasyarakatan yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintah Desa atau pekon dalam memberdayakan masyarakat. Lembaga Kemasyarakatan ini dapat dibentuk atas prakarsa masyarakat dan atau atas prakarsa masyarakat yang difasilitasi Pemerintah melalui musyawarah dan mufakat.

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa atau pekon (LPMD) merupakan suatu Lembaga atau wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai mitra Pemerintah Desa atau pekon dalam menampung dan mewujudkan aspirasi serta kebutuhan masyarakat di bidang pembangunan. LPMD mempunyai tugas menyususn rencana pembangunan secara partisipatif, menggerakkan swadaya gotong-royong masyarakat, melaksanakan dan mengendalikan pembangunan. Dalam melaksanakan tugasnya di bidang pembangunan, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa atau pekon (LPMD) tidak mungkin dapat berjalan sendiri, tetapi diperlukan kerjasama dengan Pemerintah Desa atau pekon yang dipimpin oleh Kepala Desa atau pekon. Terjalinnya kerjasama yang baik diharapkan akan melahirkan program-program pembangunan yang baik dan sesuai pada kemampuan dan kebutuhan masyarakat desa atau pekon.


(22)

6

Program-program pembangunan yang ada di pekon dijabarkan dengan lebih terperinci lagi dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa atau pekon. Di dalam permendagri tersebut merupakan pedoman bagi pemerintah desa atau pekon dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Kerja Pembangunan (RKP).

Perencanaan Pembangunan Desa atau pekon disusun dalam periode 5 (lima) tahun. Perencanaan pembangunan 5 (lima) tahun tersebut merupakan RPJM pekon yang memuat arah kebijakan keuangan pekon, strategi pembangunan pekon, dan program kerja pekon, dan ditetapkan dengan peraturan pekon (Permendagri No 66 Tahun 2007 pasal 4 ayat 1). Oleh karena itu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pekon (RPJM Pekon) merupakan bagian dari peraturan desa atau pekon.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pekon (RPJM Pekon) ditetapkan dengan keputusan kepala pekon dan disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan. Dengan ditetapkannya RPJM Pekon oleh kepala pekon, maka peran kepala pekon dalam proses penyusunan Kepala pekon tersebut cukup besar dan bahakan harus terjun langsung dalam proses perumusannnya.

Menurut Bambang Trisantono Soemantri (2011:75) Kepala Desa bertanggungjawab dalam pembinaan dan pengendalian penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa. Penyusunan RPJM Desa dilakukan dalam forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (musrenbang desa). Peserta musrenbang desa tersebut terdiri atas :


(23)

a. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa atau LPM-Desa membantu pemerintah desa dalam menyusun RPJM-Desa dan RKP-Desa.

b. Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama sebagai nara sumber.

c. Rukun Warga atau Rukun Tetangga, Kepala Dusun, Kepala Kampung, dan lain-lain sebagai anggota.

d. Warga masyarakat sebagai anggota.

Dalam penyusunan rencana pembangunan desa atau pekon diperlukannya sinergisitas atau kerjasama yang baik antara Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dengan kepala pekon, dengan demikian diharapkan rancangan pembangunan yang dihasilkan dapat sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki oleh desa tersebut yang pada akhirnya bermuara pada meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat desa atau pekon itu sendiri.

Sosok seorang kepala pekon dalam penyusunan rencana pembangunan ini memiliki peran yang sangat besar dan dalam memutuskan rencana maupun program-program yang ada. Kepala pekon sendiri dibantu oleh Lembaga Pemberdayaan masyarakata (LPM) dalam hal mengkaji dan menimbang hal-hal apa saja yag akan dimuat dalam RPJM, dengan demikian dalam penyusunan RPJM hubungan antara Lembaga Pemberdayaan masyarakata (LPM) dengan kepala pekon cukup erat dalam hal penyusunan RPJM .

Proses penyusunan RPJM Pekon Gumukrejo yang telah dilaksanakan pada tanggal 2 Desember 2011 pukul 13.30 WIB yang bertempat di Balai Pekon Gumukrejo. Proses penyusunan dan pengesahan RPJM Pekon Gumukrejo tersebut dihadiri oleh para aparat Pemerintahan Pekon Gumukrejo, Ketua dan anggota Lembaga Pemberdayaan Masyarakatan, serta masyarakat


(24)

8

Pekon Gumukrejo. Penyusunan dan pengesahan RPJM Pekon Gumukrejo dilaksanakan pada acara Musrenbang yang membahas tentang potensi dan masalah pembangunan, serta pemaparan RPJM Pekon Gumukrejo tahun 2011-2015 dan RKP Pekon Gumukrejo tahun 2011 oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat.

Permasalahan yang muncul dalam proses penyusunan RPJM Pekon Gumukrejo tersebut yaitu masih rendahnya pemahaman terhadap tugas pokok dan fungsi dari kelembagaan yang ada di Pekon Gumukrejo, tingkat intensitas pertemuan atau rapat koordinasi yang masih kurang, buku pedoman kelembagaan yang masih kurang, dan kurangnya koordinasi antar sesama anggota Lembaga Pemberdayaan Masyarakat.

Menurut Beratha (1982:67) di dalam skripsi Erick Sidauruk menyatakan bahwa di dalam penyelenggaraan pembangunan desa sebagai bagian integral dari pembangunan nasional, harus mencakup keseluruhan aspek kehidupan masyarakat kampung yang meliputi berbagai sektor dan program yang saling berkaitan, pelaksanaannya dilakukan oleh pemerintah desa dengan bantuan dan bimbingan dari pemerintah atasnya karena berhasil atau tidaknya pembangunan kampung yang akan berakibat langsung terhadap kehidupan sebagian besar rakyat secara keseluruhan.

Dalam skripsi Erick Sidauruk, Bentuk pembangunan pedesaan/ kampung terdiri dari dua kategori yaitu :

1.Pembangunan Fisik

Sektor pembangunan fisik mencakup diantaranya, pembangunan infrastruktur perhubungan, pertanian dan perkebunan, pembangunan sarana gedung yang betul-betul menjadi kebutuhan dan menyentuh langsung kepentingan masyarakat didaerah.

2.Pembangunan Non Fisik/Mental

Pembangunan bukan hanya tertuju bidang fisik saja, tetapi pembangunan juga ditujukan pada pembangunan non fisik/mental. Sementara pembangunan non fisik/mental mencakup pembangunan bidang pendidikan, pelayanan kesehatan dan pembangunan perkuatan peningkatan ekonomi rakyat. Sasaran


(25)

pembangunan non fisik diarahkan untuk mendorong tumbuhnya motivasi dan kreaktivitas masyarakat kampung, dalam meningkatkan kualitas hidupnya menuju kehidupan sosial yang lebih maju, sejahtera dan mandiri.

Pembangunan fisik Pekon Gumukrejo yang direncanakan mencakup pembangunan sarana dan prasarana yang nantinya dapat menunjang kegiatan atau aktifitas masyarakat desa terutama dalam mempermudah kegiatan pemerintahan pekon. Kebutuhan fisik itu berupa perbaikan jalan, gedung perkantoran pemerintah pekon, sarana ibadah dan lainnya yang memang dibutuhkan. Perbaikan jalan juga merupakan sektor fisik penting dalam menunjang proses kegiatan pembangunan pekon baik dari sektor ekonomi dan lainnya. Setelah melakukan prariset di Pekon Gumukrejo masalah perbaikan dan pembangunan balai pekon dan jalan saat ini dibutuhkan masyarakat Pekon Gumukrejo. Pembangunan fisik pekon sudah mulai berjalan secara bertahap seperti pembangunan balai pekon yang pada saat ini baru pada tahap awal yaitu pada tahap pembuatan pondasi dan pengecoran tiang-tiang penyangga bangunan. Pembangunan balai pekon ini direncanakan secara bertahap tiap tahunnya. Sedangkan pada pembangunan jalan tiap tahunnya dilakukan pengerasan jalan berupa batu onderlah dan pembuatan siring ataupun gorong-gorong juga dilakukan secara bertahap.

Dalam hal penyusunan rencana pembangunan atau RPJM di Pekon Gumukrejo perlu diperhatikan bahwa dalam penyusunan RPJM tersebut diperlukannya kerjasama yang baik yang sesuai dengan dengan peran antara Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dan kepala pekon yang sudah


(26)

10

di atur dalam Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2005 Pasal 90 dan Pasal 14 ayat 1.

Apabila kedua lembaga tersebut melaksanakan perannya masing-masing dengan baik maka akan didapatkan hasil rancangan rencana pembangunan yang baik yang kemudian akan dituangkan dalam Rencana Pembagunan Jangka Menengah (RPJM). Faktor kepemimpinan, komunikasi dan pendidikan sangat berpengaruh dalam proses penyusunan rencana pembangunan tersebut, apabila ketiga faktor tersebut dapat dijalnkan dengan baik maka proses penyusunan rencana pembangunan dapat berjalan dengan baik.

Beberapa faktor penghambat mengenai proses perumusan RPJM antara Lembaga Pemberdayaan Masyarakata (LPM) dengan kepala pekon diantaranya adalah faktor komunikasi, kerjasama, dan musyawarah mufakat yang terjalin selama ini masih minim. Faktor komunikasi antara LPM dengan kepala pekon diindikasikan kurang komunikatif hal ini ditandai dengan jarangnya kedua lembaga tersebut melakukan komunikasi yang intensif yang dikarenakan kesibukan pengurus maupun anggota dari LPM maupun kepala pekon itu sendiri.

Padahal antara Lembaga Pemberdayaan Masyarakata (LPM) dengan kepala pekon seharusnya terjalin suatu hubungan yang bersifat kemitraan, dengan kata lain kedudukan mereka setara atau selevel, hal ini sesuai pada Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa pasal 95 yang


(27)

menegaskan bahwa hubungan kerja antara lembaga kemasyarakatan dengan pemerintahan desa bersifat kemitraan, konsultatif, dan koordinatif.

Berdasarkan hasil prariset pada tanggal 25 Mei 2012 yang penulis lakukan maka permasalahannya adalah Peran antara Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dan Kepala Pekon Gumukrejo yang belum berjalan dengan baik dan belum sesuai dengan harapan masyarakat. Peran yang dijalankan antar kedua lembaga pekon ini belum berjalan baik terutama peran yang kurang dalam proses penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM).

Perencanaan pembangunan desa atau pekon yang baik dapat berjalan sesuai dengan harapan masyarakat jika antara Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dan kepala pekon menjalankan peranya masing-masing sesuai dengan yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No 72 tahun 2005 dengan baik. Oleh karena itu, apabila kedua lembaga tersebut dapat dengan baik menjalankan perannya masing-masing, maka antara Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dengan kepala pekon dalam menjalankan perannya telah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat desa atau pekon.

Berdasarkan uraian di atas, maka sorotan utama penelitian ini adalah bagaimana Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dengan kepala pekon dalam proses penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Apakah peran yang dijalankan dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dan kepala pekon dalam penyusunan


(28)

12

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pekon Gumukrejo sudah sesuai dengan harapan yang telah diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2005.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Dan Kepala Pekon Dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pekon Gumukrejo Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu Tahun 2011-2015?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Dan Kepala Pekon Dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pekon Gumukrejo Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu Tahun 2011-2015.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini ialah : 1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini akan dapat lebih memperkaya lagi kajian-kajian yang berhubungan dengan Ilmu Pemerintahan, khususnya tentang Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dan Kepala Pekon dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pekon Gumukrejo Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.


(29)

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dan Kepala Pekon dalam proses penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM).


(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Peran

Menurut Soejono Soekanto (1992:25) peran adalah suatu perbuatan seseorang dengan cara tertentu dalam usaha menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan setatus yang dimiliki, disisi lain Soejono Soekanto (1992:93) juga mendefinisikan peran atau peranan merupakan pola perikelakuan seseorang yang dikaitkan dengan status atau kedudukan seseorang dalam suatu masyarakat. Peranan mempunyai beberapa unsur yaitu :

a. Peranan ideal sebagaimana dirumuskan atau diharapka oleh masyarakat terhadap status tertentu. Peranan ideal tersebut merumuskan hak-hak dan kewajiban seseorang yang terkait pada status tertentu.

b. Peranan yang dianggap oleh diri sendiri. Peranan ini yang dianggap oleh individu harus dilakukan pada situasi-situasi tertentu.

c. Peranan yang dilaksanakan atau dikerjakan. Peranan ini merupakan peranan yang sesungguhnya dilaksanakan oleh individu dalam pola perikelakuan yang nyata, peranan ini senantiasa dipengaruhi oleh kepribadian yang bersangkutan.


(31)

Sedangkan menurut Soleman B. Taneko (1986:23) yang dimaksud dengan peran adalah kegiatan organisasi yang berkaitan dengan menjalankan tujuan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Peran ditujukan pada hal yang bersifat kolektif dalam masyarakat seperti himpunan atau organisasi. Di sisi lain menurut Sugiyono (2002:72) peranan lembaga mencakup sumber daya berupa pengadaan dan pengelolaan masukan-masukan keuangan yang dapat membantu pelaksanaan kegiatan lembaga.

Sedangkan menurut Jhon Stuart Mill dalam buku David. E. Apter (1996:143) peranan lembaga meliputi 2 (dua) hal yaitu:

1. Kekuasaan yang bersifat Swasta, digunakan bersama-sama dan karenanya saling menguntungkan bagi penguasa maupun rakyat. Oleh karenanya ada kerjasama antar pihak-pihak untuk mencapai tujuan.

2. Lembaga mempunyai tujuan, bersifat membantu, menangani dan membuat sesuatu menjadi moderat, dalam hal ini melalui perencanaan lembaga agar tepat sasaran.

Berdasarkan beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa peran adalah serangkaian perilaku atau tindakan seseorang maupun suatu lembaga atau organisasi dalam menjalankan hak dan kewajiban yang dimiliki sesuai dengan statusnya dalam masyarakat. Terkait dengan penelitian ini dan berdasarkan pemahaman penulis terhadap konsep peran adalah serangkaian perilaku dalam hal ini Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dan Kepala Pekon Gumukrejo dalam menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan perannya yang diatur dalam Undang-Undang.


(32)

16

B. Tinjauan Tentang Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) 1. Pengertian Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) atau dengan sebutan lain yaitu Lembaga Ketahanan Masyarakat (LKM) merupakan bagian dari Lembaga Kemasyarakatan yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa atau pekon dalam memberdayakan masyarakat. Lembaga Kemasyarakatan ini dapat dibentuk atas prakarsa masyarakat dan atau atas prakarsa masyarakat yang difasilitasi Pemerintah melalui musyawarah dan mufakat.

2. Dasar Pembentukan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Desa atau Pekon ini ditetapkan dalam Peraturan Desa atau Pekon dengan berpedoman pada Peraturan Daerah Kabupaten atau Kota berdasarkan pertimbangan bahwa kehadiran lembaga tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat, maksud dan tujuannya jelas, bidang kegiatannya tidak tumpang tindih dengan lembaga yang sudah ada.

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) atau dengan sebutan lain yaitu Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau Pekon (LKMD) merupakan suatau Lembaga atau wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai mitra pemerintah desa pekon dalam menampung dan mewujudkan aspirasi serta kebutuhan masyarakat di bidang pembangunan.


(33)

3. Tugas dan Fungsi Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Menurut Bambang Trisantono Soemantri (2011:20) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) mempunyai tugas menyususn rencana pembangunan secara partisipatif, menggerakkan swadaya gotong-royong masyarakat, melaksanakan dan mengendalikan pembangunan. Hal tersebut sama seperti yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2005 pasal 91 yang membahas tentang desa atau pekon.

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) atau dengan sebutan lain yaitu Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau Pekon (LKMD) dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana disebutkan di atas, mempunyai fungsi :

1. Penampung dan penyalur aspirasi masyarakat dalam pembangunan .

2. Penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam rangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat.

4. Penyusunan rencana, pelaksanaan, pelestaraian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipatif. Dalam fungsi ini Lembaga Pemberdayaan Masyarakat mempunyai tugas untuk Menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM).


(34)

18

5. Penumbuhkembangan dan penggerak prakarsa, partisipasi, serta swadaya gotong royong masyarakat.

6. Penggali, pendayagunaan dan pengembangan potensi sumber daya alam serta keserasian lingkungan hidup.

C. Tinjauan Tentang Kepala Desa Atau Pekon 1. Pengertian Kepala Desa Atau Pekon

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 pasal 11, pemerintah desa atau pekon terdiri dari kepala desa atau pekon dan perangkat desa atau pekon. Kepala desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa atau pekon berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau Badan Hippun Pemekonan (BHP), dengan kata lain bahwa kepala desa atau pekon merupakan pemimpin lembaga eksekutif desa atau pekon yang dibantu oleh para perangkat desa atau pekon yang telah dibentuk oleh kepala pekon tersebut untuk membantu menjalankan tugas-tugas kepala pekon.

Menurut Sutardjo Kartohadikusumo dalam buku Sumber Saparin (1985 : 30) pimpinan yang berwenang dalam pemerintahan desa ialah Kepala Desa atau dengan istilah adat dengan sebutan Lurah, Kuwu, Bekel, Petinggi (Jawa Tengah), Mandor, Lembur, Kekolot (Jawa Barat dan Banten), Kejuron, Pengulu Suku, Keucik, Pentua (Gayo, Alas, Aceh), Pengulu Adiko (Sumatera Barat), Penyimbang, Kepala Marga (Sumatera Selatan), Orang Kaya, Kepala Desa (Hitu, Ambon), Raja Penusunan (sekitar Danau Toba), Kesair Pengulu (Karo Batak), Parek, Klain, Marsaoleh (Gorontalo), Komelaho (Kalimantan Selatan).


(35)

Dibuku yang berbeda menurut Yumiko dan Prijono (2012 : 83) pada dasarnya pemimpin-pemimpin desa terdiri dari :

a. Pemimpin formal yaitu kepala desa dengan pamongnya.

b. Pemimpin infolmal yang terdiridari para alim ulama atau pemuka agama, para tetua desa atau seringkali disebut pemuka desa/pemipin adat, dan tokoh-tokoh partai politik yang saat ini tidak begitu berfungsi lagi karena usaha golkarisasi sejak menjelang pemilu 1971.

Masa jabatan kepala pekon sendiri adalah selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan berikutnya hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 pasal 53. Dengan demikian seorang kepala pekon hanya dapat menjabat sebagai kepala pekon maksimal selama dua periode masa jabatan, pada periode ke tiga seorang kepala pekon tersebut harus digantikan dengan orang lain.

Kepala desa atau pekon dipilih langsung melalui Pemilihan kepala Desa atau pekon oleh penduduk pekon setempat. Seseorang yang akan mencalonkan diri sebagai kepala pekon harus memenuhi persyaratan sebagai berikut sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 pasal 44 yaitu :

a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Setia kepada Pacasila sebagai dasar negara, UUD 1945 dan kepada NKRI, serta Pemerintah.

c. Berpendidikan paling rendah SLTP atau sederajat Berpendidikan paling rendah SLTP atau sederajat.

d. Berusia paling rendah 25 tahun.

e. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa. f. Penduduk desa setempat.

g. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan hukuman paling singkat 5 tahun. h. Tidak dicabut hak pilihnya.

i. Belum pernah menjabat Kepala Desa paling lama 10 tahun dan atau 2 kali masa jabatan.


(36)

20

2. Tugas dan Wewenang Kepala Pekon

Kepala pekon mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, urusan pembangunan, dan urusan kemasyarakatan, hal tesebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 pasal 14 ayat 1. Pada tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan antara lain pengaturan kehidupan masyarakat sesuai dengan kewenangan pekon seperti, pembuatan peraturan pekon, pembentukan lembaga kemasyarakatan, pembentukan Badan Usaha Milik Pekon, dan kerjasama antar pekon.

Pada tugas menyelenggarakan urusan pembangunan antara lain pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana dan prasarana fasilitas umum pekon seperti jalan pekon, jembatan pekon, irigasi pekon, pasar pekon. Sedangkan pada tugas menyelenggarakan urusan kemasyarakatan meliliputi pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan kehidupan sosial budaya masyarakat seperti bidang kesehatan, pendidikan, serta adat istiadat.

Untuk melaksanakan tugas-tugas kepala pekon di atas, maka Kepala Desa atau Pekon juga mempunyai wewenang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 pasal 14 ayat 2, yaitu :

a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa.

b. Mengajukan rancangan peraturan desa.

c. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersamaBPD.


(37)

d. Menyususn dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB-Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD.

e. Membina kehidupan masyarakat desa. f. Membina perekonomian desa.

g. Mengkoordinasikan pembangunan desa (memfasilitasi dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, pengembangan, dan pelestarian pembangunan di desa.

h. Mewakili di desanya di dalam dan diluar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

i. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3. Kewajiban Kepala Pekon

Dalam rangka melaksanakan tugas dan wewenang kepala pekon seperti yang telah dijabarkan di atas, maka kepala pekon juga mempunyai kewajiban sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 pasal 15 ayat 1 yaitu :

a. Memegang teguh dan mengamalkan pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

c. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat. d. Melaksanakan kehidupan demokrasi.

e. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme.

f. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa.

g. Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan.

h. Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik. i. Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan

keuangan desa.

j. Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa. k. Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa.

l. Mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa.

m. Membina, mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat.


(38)

22

o. Mengembangka potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup.

Selain itu kepala pekon mempunyai kewajiban untuk memberikan Laporan Penyelenggaraan pemerintahan pekon kepada bupati atau wali kota, memberikan laporan pertanggungjawaban kepada BHP, dan menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan pekon kepada masyarakat.

4. Larangan Bagi Kepala Pekon

Kepala desa atau pekon juga mempunyai larangan, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 pasal 16 yaitu :

a. Menjadi pengurus partai politik.

b. Merangkap jabatan sebagai ketua dan atau anggota BPD, dan lembaga kemasyarakatan di desa bersangkutan.

c. Merangkat jabatan sebagai anggota DPRD.

d. Terlibat dalam kampanye pemilihan umum, pemilihan presiden, dan pemilihan kepala daerah.

e. Merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat lain.

f. Melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme, menerima uang, barang, dan atau jasadari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya.

g. Menyalahgunakan wewenang.

h. Melanggar sumpah atau janji jabatan.

5. Pemberhentian Kepala Pekon

Kepala pekon dapat berhenti atau diberhentikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 pasal 17 yaitu :

a. Meninggal dunia. b. Permintaan sendiri. c. Diberhentikan.


(39)

Seorang kepala desa diberhentikan dari jabatannya sebagai kepala desa dikarenakan :

1) Berakhinya masa jabatan dan telah dilantiknya pejabat baru yang akan menggantikannya sebagai kepala desa.

2) Tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan. 3) Tidak lagi memenuhi syarat sebagai kepala desa.

4) Dinyatakan melanggar sumpah atau janji jabatan. 5) Tidak melaksanakan kewajiban kepala desa. 6) Melanggar larangan bagi kepala desa.

Pemberhentian kepala pekon seperti hal yang telah dijeaskan di atas diusulkan oleh pimpinan BHP kepada bupati atau walikota melalui camat berdasarkan keputusan musyawarah BHP yang dihadiri oleh minimal 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota BHP.

Pengesahan pemberhentian kepala pekon ditetapkan dengan keputusan bupati atau walikota paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak usulan dari BHP yang melalui camat diterima oleh bupati atau walikota, dan selanjutnya bupati atau walikota mengangkat pejabat kepala pekon yang tata caranya di atur melalui peraturan daerah atau kota.

D. Tinjauan Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 1. Pengertian RPJM

Rencana pembangunan pekon pada dasarnya merupakan pedoman bagi pemerintah pekon dalam menyelenggarakan pemerintahan pekon, dan menjadi satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan daerah kabupaten atau kota. Mengingat akan pentingnya kedudukan rencana pembangunan pekon tersebut, maka proses penyusunan perencanaan pembangunan pekon tersebut harus dilaksanakan secara demokratis


(40)

24

dan partisipatif dengan melibatkan seluruh stakeholders desa atau pekon.

Menurut Conyes dan Hills dalam buku Moch Solekhan (2012 : 65) perencanaan merupakan sebagai suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup keputusan-keputusan atau plihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumberdaya untuk mencapai tujuan-tujuan pada masa yang akan datang. Kemudian, Salam (2002 : 14) berpendapat bahwa perencanaan adalah usaha membuat suatau pilihan tindakan dari berbagai alternatif yang mungkin dapat tersedia yang meliputi strategi, kebijakan, program, proyek, dan prosedur dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2005 yang membahas tentang desa atau pekon, disebutkan dalam pasal 64 ayat 1, bahwa dari pasal tersebut dapat diketahui Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) merupakan rencana pembangunan sebuah desa untuk jangka waktu 5 tahun.

Oleh karena itu segala sesuatu yang berhubungan dengan pembangunan desa tertuang dalam RPJM yang disusun tersebut. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2005 pasal 65 disebutkan bahwa :

Perencanaan pembangunan desa didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, data dan informasi tersebut mencangkup :

a. Penyelenggaraan pemerintahan desa


(41)

c. Keuangan desa d. Profil desa

e. Informasi lain terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat.

Pada dasarnya perencanaan pembangunan desa atau pekon disusun dalam periode 5 (lima) tahun, sehingga perencanaan pembangunan 5 (lima) tahun tersebut merupakan RPJM yang memuat arah kebijakan keuangan pekon, strategi pembangunan pekon, dan program kerja pekon, dan ditetapkan dengan peraturan pekon. Hal tersebut dipertegas dalam Peraturan Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang perencanaan pembangunan desa atau pekon, pada pasal 1 ayat 6 yang disebutkan bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) merupakan dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun yang memuat arah kebijakan pembagunan desa atau pekon, arah kebijakan keuangan pekon, kebijakan umum dan program, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), lintas SKPD, dan program prioritas kewilayahan, disertai dengan rencana kerja. Kemudian RPJM tersebut dijabarka kedalam Rencana Kerja Pembangunan (RKP) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

Bambang Trisantono Soemantri (2011:73) RKP Desa atau pekon memuat :

a. Kerangka ekonomi desa b. Prioritas pembangunan desa c. Rencana kerja

d. Pendanaan, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah desa maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dengan mengacu pada RPJM-Desa.


(42)

26

Rencana pembangunan desa atau pekon ditetapkan dengan keputusan kepala pekon dan disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan. Dengan demikian diharapkan rencana pembangunan desa atau pekon tersebut akan dapat berjalan dengan baik, lancar, dan dapat tercapai sesuai dengan harapan.

Bambang Trisantono Soemantri (2011:74) Rencana pembangunan desa disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan. didasarkan pada :

a. Pemberdayaan

Yaitu upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

b. Partisipatif

Yaitu keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam proses pembangunan.

c. Berpihak pada masyarakat

Yaitu seluruh proses pembangunan di pedesaan secara serius memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi masyarakat khususnya masyarakat miskin.

d. Terbuka

Yaitu setiap proses perencanaan pembangunan dapat dilihat dan diketahui secara langsung oleh seluruh masyarakat desa.

e. Akuntabel

Yaitu setiap proses dan tahapan-tahapan kegiatan pembangunan dapat dipertanggungjawabkan dengan benar, baik pada pemerintah di desa maupun pada masyarakat f. Selektif

Yaitu semua masalah terseleksi dengan baik untuk mencapai hasil yang optimal.

g. Efisien dan efektif

Yaitu pelaksanaan rencana kegiatan sesuai dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang tersedia.


(43)

h. Keberlanjutan

Yaitu setiap proses dan tahapan kegiatan perencanaan harus berjalan secara berlanjutan.

i. Cermat

Yaitu data yang diperoleh cukup obyektif, teliti, dapat dipercaya, dan menampung aspirasi masyarakat.

j. Proses berulang

Yaitu pengkajian terhadap suatu masalah atau hal dilakukan secara berulang sehingga mendapatkan hasil yang terbaik. k. Penggalian informasi

Yaitu di dalam menemukan masalah dilakukan penggalian informasi melalui alat kajian keadaan desa dengan sumber informasi utama dari peserta musyawarah perencanaan.

2. Tujuan Penyusunan RPJM

Berdasarkan penjabaran di atas dapat di simpulkan bahwa dalam penyusunan rencana pembangunan pekon yang berdasar pada hal-hal di atas maka akan menghasilkan rencana pembangunan pekon yang baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.

Bambang Trisantono Soemantri (2011:75) RPJM-Desa bertujuan untuk :

a. Mewujudkan prencanaan pembangunan desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan keadaan setempat.

b. Menciptakan rasa saling memiliki dan tanggungjawab masyarakat terhadap program pembangunan desa.

c. Memelihara dan mengembangkan hasil-hasil pembangunan di desa.

d. Menumbuhkembangkan dan mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan di desa.


(44)

28

3. Proses penyusunan RPJM

Dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) kepala pekon bertanggungjawab dalam pembinaan dan pengendalian penyusunan RPJM tersebut sehingga peran kepala pekon sangat besar untuk ikut menentukan arah pembangunan yang akan diputuskan dan dicanangkan dalam RPJM tersebut. Dengan demikia seorang kepala pekon dituntut untuk ikut berpartisipatif secara aktif dalam tahapan penyusunan RPJM yang dilakukan dalam forum musyawarah perencanaan pembangunan pekon atau disingkat dengan Musrenbang.

Berdasarkan Peraturan Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang perencanaan pembangunan desa, pada pasal 1 ayat 11 menyebutkan bahwa :

Musrenbang desa adalah forum musyawarah tahunan yang dilaksanakan secara partisipatif oleh para pemangku kepentingan desa yaitu pihak yang berkepentingan untuk mengatasi permasalahan desa dan pihak yang akan terkena dampak hasil musyawarah, untuk menyepakati rencana kegiatan di desa dalam 5 (lima) tahun dan 1 (satu) tahunan. Peserta dalam forum musrenbang desa terdiri atas :

a. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa atau LPM-Desa membantu pemerintah desa dalam menyusun RPJM-Desa dan RKP-Desa.

b. Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama sebagai nara sumber.

c. Rukun Warga atau Rukun Tetangga, Kepala Dusun, Kepala Kampung, dan lain-lain sebagai anggota.


(45)

Pendanaan dalam perencanaan pembangunan desa atau pekon tersebut terdiri dari beberapa sumber dari tingkat nasional sampai daerah, yaitu dari APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten atau Kota, APB- Pekon, dan sumber lainya yang sah dan tidak mengikat.

Dalam proses penyusunan RPJM disosialisasikan terlebih dahulu diberbagai kegiatan organisasi dan kelompok masyarakat di pekon dan kegiatan tersebut meliputi persiapan, pelaksanaan, dan pelembagaan, dengan rincian sebagai berikut :

a. Persiapan

Sesuai dengan Peraturan Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang perencanaan pembangunan desa, pada pasal 10 ayat 1, Kegiatan persiapan dalam penyusunan RPJM-Desa meliputi:

1) Menyusun jadwal dan agenda.

2) Mengumumkan secara terbuka kepada masyarakat mengenai agenda musrenbang desa.

3) Membuka pendaftaran atau mengundang calon peserta. 4) Menyiapkan peralatan, bahan materi, dan notulen.

b. Pelaksanaan

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang perencanaan pembangunan desa, pada pasal 10 ayat 2, kegiatan pelaksanaan dalam penyusunan RPJM-Desa meliputi: 1) Pendaftaran peserta.

2) Pemaparan kepala desa atas prioritas kegiatan pembangunan di desa.

3) Pemaparan kepala desa atas hasil evaluasi pembangunan 5 (lima) tahun sebelumnya.

4) Pemaparan kepala desa atas prioritas program kegiatan untuk 5 (ima) tahun berikutnya yang bersumber dari RPJM-Desa.


(46)

30

5) Penjelasan kepala desa mengenai informasi perkiraan mengenai jumlah pembiayaan kegiatan pembangunan 5 (lima) tahunan di desa.

6) Penjelasan koordinator musrenbang yaitu ketua LKMD/LPM atau sebutan lain mengenai tatacara pelaksanaan musyawarah. 7) Pemaparan masalah utama yang dihadapi oleh masyarakat desa

oleh beberapa perwakilan masyarakat, antara lain oleh ketua kelompok tani, komite sekolah, dan kepala dusun.

8) Pemisahan kegiatan berdasarkan kegiatan yang akan deselesaikan sendiri di tingkat desa dan kegiatan yang menjadi tanggungjawab Satuan Kerja Perangkat Daerah yang akan dibahas dalam musrenbang tahunan kecamatan.

9) Perumusan para peserta mengenai prioritas untuk menyeleksi usulan kegiatan sebagai cara mengatasi masalah oleh peserta. 10)Penempatan prioritas kegiatan pembangunan yang akan datang

sesuai dengan potensi serta permasalahan desa.

11)Penempatan daftar nama 3-5 orang masyarakat yang komposisinya ada perwakilan perempuan, delegasi dari peserta musrenbang desa untuk menghadiri musrenbang kecamatan.

c. Pelembagaan

Sesuai dengan Peraturan Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang perencanaan pembangunan desa, pada pasal 10 ayat 3 dan 4, kegiatan pelembagaan dalam penyusunan RPJM-Desa dilakukan melalui pemasyarakatan hasil musyawarah perencanaan pembangunan di desa, hal tersebut dilakukan melalui forum atau pertemuan seecara formal ataupun informal, papan pengumuman, dan lain-lain.

Pada Peraturan Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang perencanaan pembangunan desa, pada pasal 11 dan 12, Kegiatan penyusunan RPJM-Desa dilakukan berdasarkan :

1) Masukan

Dilakukan melalui penggalian masalah dan potensi melalui alat kaji seketsa desa, kalender musim dan bagan kelembagaan.


(47)

2) Proses

Dilakukan melalui pengelompokan masalah, penentuan peringkat masalah, pengkajian tindakan pemecahan masalah, dan penentuan peringkat tindakan.

3) Hasil

Pada tahap ini dapat dilakukan melalui :

a) Rencana program swadaya masyarakat dan pihak ketiga.

b) Rencana kegiatan APBN (tugas pembantuan), APBD Provinsi, Kabupataen atau Kota, dan APB-Desa, rencana paduan swadaya dan tugas pembantuan, RPJM-Desa.

c) Pemeringkatan usulan pembangunan berdasarkan RPJM-Desa, indikator program pembangunan di desa, RKP-Desa, DU-RKP-Desa, berita acara musrenbang desa (RPJM-Desa/RKP-Desa), dan rekapitulasi rencana program pembangunan desa.

4) Dampak

Pada tahap ini dapat dilakukan melalui : a) Peraturan Desa tentang RPJM-Desa.

b) Daftar Usulan Rencana Kegiatan Pembagunan di Desa (DU-RKP-Desa).

c) Keputusan Kepala Desa tentang RKP-Desa.

Setelah semua tahapan penyusunan RPJM selesai dilakukan kemudian kepala pekon melaporkan RPJM yang telah di susun tersebut secara berjenjang dan disampaikan paling lambat selama 1 (satu) bulan sejak ditetapkan.

Dalam hal pembinaan dan pengawasan dalam penyusunan rencana pembangunan pekon yang sesuai denagan Peraturan Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang perencanaan pembangunan pekon, pada pasal 17 menyebutkan bahwa :

a. Menteri Dalam Negeri melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap perencanaan pembangunan desa berupa pemberian pedoman, pelatihan, dan supervisi.

b. Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap perencanaan pembangunan desa berupa pelatihan dan supervisi.


(48)

32

c. Bupati atau Wali Kota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap perencanaan pembangunan desa berupa bimbingan, arahan, dan supervisi.

d. Pembinaan dan pengawasan Bupati atau Wali Kota dapat di delegasikan kepada Camat.

E. Kerangka Pikir

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) yang pada dasarnya merupakan salah satu dari jenis-jenis Lembaga Kemasyarakatan yang ada di desa yang merupakan suatau Lembaga atau wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai mitra pemerintah pekon dalam menampung dan mewujudkan aspirasi serta kebutuhan masyarakat di bidang pembangunan. Dalam penyusunan rencana pembangunan yang selanjutnya disebut Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) bekerjasama dengan kepala pekon yang sama-sama berwenang dalam penyusunan RPJM yang dilakukan dalam forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang). Hal tersebut diatur dalam Peraturan Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 pasal 8.

Dalam proses penyusunan RPJM disosialisasikan terlebih dahulu diberbagai kegiatan organisasi dan kelompok masyarakat yang ada di pekon dan kegiatan tersebut meliputi persiapan, pelaksanaan, dan pelembagaan. Dalam kegiatan tersebut Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dan kepala pekon masing-masing memiliki peran yang besar sehingga berhasil atau tidaknya kegiatan tersebut sangat tergantung dari keberhasilan LPM dan kepala pekon dalam menjalankan Peranya.


(49)

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dan kepala pekon memiliki peran penting dalam pembangunan yang ada di pekon. Penyusunan Rencana Pembangunan yang ada di desa tertuang dalam RPJM yang disusun dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sekali, dalam penyusunan RPJM tersebut antara Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dengan kepala pekon diahrapkan dapat mejalankan perannya masing-masing dengan baik agar dapat memberikan kontribusi peran yang diharapkan oleh masyarakat pekon dan juga sesuai dengan tugasnya masing-masing.

Penelitian ini memfokuskan pada peran masing-masing lembaga yaitu Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dan kepala pekon dalam proses penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pekon Gumukrejo Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu Tahun 2011-2015.

Untuk memudahkan penulis dalam mengetahui dan memahami peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dengan kepala pekon dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah, berikut ini adalah gambar bagan kerangka pikir dari penelitian ini adalah :


(50)

34

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

Peran LPM dan Kepala Pekon 1. Persiapan

2. Pelaksanaan 3. Pelembagaan Penyusunan

RPJM


(51)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dengan Kepala Pekon dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pekon Gumukrejo Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu, maka penulis menggunakan tipe penelitian kualitatif deskriptif.

Lexy J. Moleong (2006 : 5) menyatakan bahwa :

Metode kualitatif digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama menyesuaikan metode kualitatif dengan kenyataan ganda. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

Studi deskriptif yaitu mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai faktor-faktor yang menjadi fokus perhatian peneliti. Menurut Moh Nazir (2003:54) Tipe penelitian deskriptif ialah suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.


(52)

36

Berdasarkan pendapat tersebut, maka tipe penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan bagaimana sifat serta hubungan antara fenomena sosial tertentu. Tidak terlepas dari pokok permasalahan dalam penelitian, maka tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mendeskripsikan bagaimana Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dan Kepala Pekon dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM).

B. Fokus penelitian

Dalam penelitian kualitatif hal yang harus diperhatikan adalah masalah dan fokus penelitian. Fokus penelitian ini memegang peranan yang sangat penting dalam memandu dan mengarahkan jalannya suatu penelitian. Fokus penelitian sangat membantu peneliti agar tidak terjebak oleh melimpahnya volume data yang masuk, termasuk juga yang tidak berkaitan dengan masalah penelitian. Fokus memberikan batas dalam studi dan batasan dalam pengumpulan data, sehingga pembatasan peneliti akan fokus memahami masalah yang menjadi tujuan penelitian.

Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada Peran Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dan Kepala Pekon dalam proses penyusuan RPJM dengan indikator-indikator sebagai berikut yaitu :

1. Persiapan

a. Menyusun jadwal dan agenda.

b. Mengumumkan secara terbuka kepada masyarakat mengenai agenda musrenbang desa.


(53)

c. Membuka pendaftaran atau mengundang calon peserta. d. Menyiapkan peralatan, bahan materi, dan notulen.

2. Pelaksanaan

a. Pendaftaran peserta.

b. Pemaparan kepala desa atas prioritas kegiatan pembangunan di desa. c. Pemaparan kepala desa atas hasil evaluasi pembangunan 5 (lima) tahun

sebelumnya.

d. Pemaparan kepala desa atas prioritas program kegiatan untuk 5 (ima) tahun berikutnya yang bersumber dari RPJM-Desa.

e. Penjelasan kepala desa mengenai informasi perkiraan mengenai jumlah pembiayaan kegiatan pembangunan 5 (lima) tahunan di desa.

f. Penjelasan koordinator musrenbang yaitu ketua LKMD/LPM atau sebutan lain mengenai tatacara pelaksanaan musyawarah.

g. Pemaparan masalah utama yang dihadapi oleh masyarakat desa oleh beberapa perwakilan masyarakat, antara lain oleh ketua kelompok tani, komite sekolah, dan kepala dusun.

h. Pemisahan kegiatan berdasarkan kegiatan yang akan deselesaikan sendiri di tingkat desa dan kegiatan yang menjadi tanggungjawab Satuan Kerja Perangkat Daerah yang akan dibahas dalam musrenbang tahunan kecamatan.

i. Perumusan para peserta mengenai prioritas untuk menyeleksi usulan kegiatan sebagai cara mengatasi masalah oleh peserta.

j. Penempatan prioritas kegiatan pembangunan yang akan datang sesuai dengan potensi serta permasalahan desa.


(54)

38

k. Penempatan daftar nama 3-5 orang masyarakat yang komposisinya ada perwakilan perempuan, delegasi dari peserta musrenbang desa untuk menghadiri musrenbang kecamatan.

3. Pelembagaan

Dilakukan melalui pemasyarakatan hasil musyawarah perencanaan pembangunan di desa, hal tersebut dilakukan melalui forum atau pertemuan secara formal ataupun informal, papan pengumuman, dan lain-lain.

C. Lokasi Penelitian

Pemilihan dan penetapan lokasi penelitian didasarkan atas pertimbangan dan orientasi yang diharapkan tidak mengurangi upaya memperoleh gambaran umum yang mungkin terjadi di dalam cakupan populasi atau wilayah yang lebih luas. Penelitian ini dilakukan di Pekon Gumukrejo Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu. Lokasi ini dipilih menjadi lokasi penelitian di karenakan pada Pekon Gumukrejo merupakan pekon pemekaran baru sehingga proses pembangunan yang ada di pekon tersebut masih sangat minim. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di pekon tersebut.

D. Sumber Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini dilihat dari karakteristik sumbernya, terbagi ke dalam :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara menggali secara langsung dari narasumber yang merupakan hasil dari teknik pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan panduan wawancara. Dalam


(55)

penelitian ini yang dimaksud data primer ialah data dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Pekon Gumukrejo dan Kepala Pekon Gumukrejo.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber pendukung selain lokasi penelitian, yang didapat dari literatur-literatur, serta dokumen-dokumen lain yang mendukung dalam penelitian. Data sekunder ini merupakan data yang diperlukan untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari data primer.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang benar dan akurat sehingga mampu menjawab permasalahn penelitian, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Wawancara Mendalam

Secara sederhana wawancara diartikan sebagai alat pengumpulan data dengan menggunakan Tanya jawab antara pencari informasi dan sumber informasi. Seperti yang diungkapkan Hadari Nawawi (2001 : 111) yaitu :

“wawancara adalah usaha mengumpulakan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan lisan, untuk menjawab secara lisan pula. Ciri utama dari wawancara adalah langsung dengan bertatap muka (face to face relationship) antara si pencari informasi (interviewer/information hunter) dengan sumber informasi (interviewer)”.


(56)

40

Wawancara jenis ini tidak dilaksanakan dengan struktur yang tepat tetapi dengan melakukan pertanyaan yang memfokuskan pada permasalahan sehingga informasi yang didapatkan cukup akurat, sehingga mampu menggorek kejujuran informan untuk memberikan informasi yang sebenarnya, terutama yang berkenaan dengan perasaan, sikap, dan pandangan mereka terhadap pelaksanaan kerjanya.

Teknik wawancara seperti ini dilaksanakan pada semua informan yang ada pada lokasi penelitian terutama untuk mendapatkan data primer dari informan tersebut. Data primer tersebut didapatkan, sebagai informan adalah Bapak Somad (Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat), Bapak Rohiman (Kepala Pekon Gumukrejo), Bapak Darman (Sekeretaris Pekon Gumukrejo), Bapak Tulus (Kepala Urusan Pembangunan), Bapak Eka Setiawan SP (Kepala Urusan Pemerintahan), Bapak Sukowo (Kepala Dusun II), Bapak Kasino (Kepala Dusun III), Bapak Agung Wibowo (Kader Pemberdayaan Masyarakat), Ibu Maryani (Kader Pemberdayaan Masyarakat), dan Bapak Ahmadi (Ketua BHP Pekon Gumukrejo).

2. Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data-data tertulis yang merupakan data sekunder berupa arsip-arsip, surat kabar, jurnal, majalah, serta data tertulis lainnya yang berhubungan dan mendukung penelitian ini. Untuk mendapatkan data sekunder yang dilaksanakan dengan mengumpulkan data yang bersumber pada arsip dan dokumen pada lokasi penelitian. Dalam hal ini informasi berasal dari berbagai arsip maupun


(57)

dokumen lain yang dianggap perlu. Dokumen yang diperoleh peneliti sebagian besar dari arsip yang ada di Pekon Gumukrejo Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.

F. Sumber Informan

Sumber data merupakan hal yang sangat penting untuk mendapatkan hasil penelitian. Sumber data yang diperoleh dari penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang baru diperoleh melalui wawancara dengan penentuan informan berdasarkan teknik purposive sampling dimana penentuan informan sudah ditentukan terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.

Menurut Sugiyono (2011:218) purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti untuk memperoleh data.

Sanafiah Faisal (dalam Sugiyono, 2011:221) mengemukakan bahwa, situasi sosial untuk sampel awal sangat disarankan suatu situasi sosial yang didalamnya menjadi semacam muara dari banyak domain lainnya. Selanjutnya dinyatakan bahwa, sampel sebagai sumber data atau sebagai informan sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut:


(58)

42

1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya.

2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti.

3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi. 4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya”

sendiri.

5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.

Berdasarkan pada penjelasan tersebut di atas, maka yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Bapak Somad (Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat), Bapak Rohiman (Kepala Pekon Gumukrejo), Bapak Darman (Sekeretaris Pekon Gumukrejo), Bapak Tulus (Kepala Urusan Pembangunan), Bapak Eka Setiawan SP (Kepala Urusan Pemerintahan), Bapak Sukowo (Kepala Dusun II), Bapak Kasino (Kepala Dusun III), Bapak Agung Wibowo (Kader Pemberdayaan Masyarakat), Ibu Maryani (Kader Pemberdayaan Masyarakat), dan Bapak Ahmadi (Ketua BHP Pekon Gumukrejo).

G. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dapat diartikan sebagai proses mengartikan data-data yang diperoleh agar sesuai dengan tujuan dan sifat penelitian, atau dengan kata lain yang berarti agar data yang telah diperoleh dapat dimaknai, sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan penelitian. Setelah data diperoleh melalui teknik


(59)

pengumpulan data, selanjutnya data diolah. Teknik pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Tahap Editing

Dalam tahapan ini hasil wawancara yang didapat diperiksa kembali apakah masih terdapat kesalahan di dalam melakukan pengisiannya, tidak tepat, atau terdapat keterangan fiktif.

2. Tahap interpretasi

Interpretasi data adalah proses penafsiran atau penjabaran atas hasil penelitian yang telah dilakukan untuk dicari makna yang lebih luas dengan menghubungkan jawaban yang diperoleh dengan data lain. Pada tahap ini, penelitian yang berupa data diinterpretasikan agar lebih mudah dipahami yang kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.

H. Teknik Analisis Data

Data yang telah diperoleh selanjutnya akan dianalisis secara deskriptif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Fenomena yang diteliti secara deskriptif tersebut dicari informasi mengenai hal-hal yang di anggap mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian.

Penulis menggunakan analisis data yang bersifat analisa deskriptif, menurut Purwanto dan Sulistyastuti (2007 : 93) analisis data merupakan proses manipulasi data hasil penelitian sehingga data tersebut dapat menjawab


(1)

2. Pada tahap pelaksanaan, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dan Kepala Pekon Gumukrejo sudah menjalankan perannya dengan baik, tetapi pada tahap menempatkan delegasi dari peserta musrenbang pekon untuk menghadiri musrenbang kecamatan, LPM dan kepala pekon dalam menjalankan perannya belum berjalan dengan baik, hal ini dikarenakan dalam menetapkan jumlah delegasi tidak sesuai dengan kuota karena hanya berjumlah 2 (dua) orang yang seharusnya berjumlah 3 - 5 orang.

3. Pada tahap pelembagaan, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dan Kepala Pekon Gumukrejo sudah menjalankan perannya dengan baik, tetapi pada tahap ini hanya dilakuakan dengan cara diumumkan dalam acara pengajian rutin saja tidak dilakukan dengan cara yang lainnya seperti membuat surat edaran ataupun menempelkan pada papan pengumuman yang ada dibalai desa, pos ronda atau tempat-tempat strategis lainnya yang mudah dibaca oleh warga Pekon Gumukrejo.

SARAN

1. Pada tahap persiapan, dalam mengumumkan secara terbuka mengenai agenda Musrenbang Pekon Gumukrejo kepada masyarakat seharusnya LPM tidak hanya melibatkan para kepala dusun dan juga RT tetapi juga melibatkan aparat pemerintah pekon yang lainnya juga untuk ikut dalam mengumumkan agenda musrenbang yang akan dilaksanakan seperti para kepala urusan atau kaur ataupun sekretaris, dengan demikian keterbatasan personil dalam mengumumkan agenda musrenbang kepada warga Pekon Gumukrejo akan teratasi sehingga warga Pekon Gumukrejo akan lebih banyak lagi yang mengetahui mengenai agenda musrenbang yang akan dilaksanakan oleh Pekon Gumukrejo. Selain itu juga aparat pekon yang bertugas dalam mengumumkan secara terbuka mengenai agenda musrenbang agar lebih aktif lagi dengan membuat selebaran yang dibagikan kepada masyarakat dan juga di tempelkan pada tempat-tempat yang strategis agar mudah dibaca oleh masyarakat seperti di balai pekon, pos ronda, atau di masjid-masjid yang ada di seluruh pekon. Sehingga masyarakat Pekon Gumukrejo akan lebih banyak yang mengetahui tentang agenda musrenbang, dengan demikian diharapkan masyarakat yang akan hadir dalam acara musrenbang akan lebih banyak lagi.

2. Pada tahap pelaksanaan, dalam menempatkan delegasi perlu ditambah lagi jumlah delegasi yang mewakili Pekon Gumukrejo dalam musrenbang tingkat kecamatan yang jumlah totalnya memenuhi kuota hingga mencapai 3 sampai 5 orang.

3. Pada tahap pelembagaan seharusnya dilakukan dengan cara yang lainnya, tidak hanya diumumkan dalam pengajian rutin saja. Seharusnya kegiatan pelembagaan juga dilakukan dengan cara membuat surat edaran atau menempelkan hasil musrenbang pada papan pengumuman yang ada dibalai pekon, pos ronda atau tempat-tempat strategis lainnya yang mudah dibaca oleh warga Pekon Gumukrejo.

DAFTAR PUSTAKA

E. Apter, David. 1996. Pengantar Analisis Politik. LP3ES. Jakarta.

Miles, Mattew B dan A.M, Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. PT Remaja Rosdakaya. Bandung.


(2)

Nawawi, Hadari, 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian.Ghalia In donesia. Jakarta.

Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian : Skripsi, Tesis, Desertasi, Dan Karya Ilmiah. Kencana. Jakarta. Salam, Dharma Setyawan. 2012. Manajemen Pemerintahan Indonesia. Djambatan. Jakarta.

Saparin, Sumber. 1985. Tata Pemerintahan dan Administrasi Pemerintahan Desa. Ghalia Indonesia. Jakarta. Soekanto. Soejono. 1992. Memperkenalkan Sosiologi. Rajawali Pers. Jakarta.

Soewadji, Jusuf. 2012. Pengantar Metodologi Penelitian. Mitra Wacana Media. Jakarta. Solekhan, Moch. 2012. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Setara Press. Malang. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. CV Alfabeta. Bandung. Sugiyono. 2002. Metode Penelitan Administrasi. Alfabeta. Bandung.

Taneko, Soleman B. 1986. Efektifitas Hukum dan Peranan Sanksi. PT Rajawali Pers. Jakarta.

Trisantono Soemantri, Bambang. 2011. Pedoman Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Fokus Media. Bandung. Wasistiono, Sadu dan Tahir, Irwan. 2006. Prospek Pengembangan Desa. CV Fokus Media. Bandung.

Widjaja, HAW. 2010. Otonomi Desa. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Undang-undang :

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa

Peraturan Menteri Dalam Negeri No 66 Tahun 2007 Tentang Perencanaan Pembangunan Desa Skripsi :

Erick, Sidauruk. 2010. Hubungan Eksekutif Desa dengan Legislatif Desa dalam Penetapan Peraturan Desa Tentang Pembangunan Fisik Desa Marga Kaya. (Skripsi). Universitas Lampung. Lampung.


(3)

PANDUAN WAWANCARA

1. Persiapan

a. Menyusun jadwal dan agenda.

1) Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan jadwal dan agenda Musrenbang?

2) Bagaimana Penyusunan jadwal dan agenda Musrenbang?

b. Mengumumkan secara terbuka kepada masyarakat mengenai agenda musrenbang desa.

3) Siapa saja yang mengumumkan agenda Musrenbang? 4) Bagaimana cara Mengumumkan agenda Musrenbang?

c. Membuka pendaftaran atau mengundang calon peserta. 5) Siapa saja yang megundang calon peserta Musrenbang? 6) Bagaimana cara mengundang calon peserta Musrenbang? 7) Siapa saja yang diundang dalam acara Musrenbang?

d. Menyiapkan peralatan, bahan materi, dan notulen.

8) Siapa saja yang menyiapkan peralatan, bahan materi, dan notulen dalam acara Musrenbang?

9) Siapa yang menyususun bahan materi dalam acara Musrenbang? 10) Bagaimana cara menyususun bahan materi dalam acara Musrenbang?

2. Pelaksanaan

a. Pendaftaran peserta.

11) Siapa yang bertugas dalam proses pendaftaran peserta Musrenbang? 12) Bagaimana proses pendaftaran peserta Musrenbang?


(4)

b. Pemaparan kepala desa atas prioritas kegiatan pembangunan di desa. 13) Apa saja yang dipaparkan oleh kepala desa?

14) Kegiatan pembangunan apa saja yang menjadi prioritas?

15) Bagaimana kepala desa dalam memaparkan kegiatan pembangunan yang menjadi prioritas?

c. Pemaparan kepala desa atas hasil evaluasi pembangunan 5 (lima) tahun sebelumnya.

16) Apa saja kegiatan pembanguna yang dievaluasi dalam 5 (lima) tahun terakhir?

d. Pemaparan kepala desa atas prioritas program kegiatan untuk 5 (lima) tahun berikutnya yang bersumber dari RPJM-Desa.

17) Kegiatan apa saja yang menjadi prioritas untuk 5 (lima) tahun berikutnya yang bersumber dari RPJM-Desa?

18) Bagaimana cara menentukan kegiatan yang akan menjadi prioritas untuk 5 (lima) tahun berikutnya yang bersumber dari RPJM-Desa?

19) Mengapa kegiatan-kegiatan tersebut dijadikan prioritas?

20) Siapa saja yang berperan dalam menentukan prioritas program kegiatan untuk 5

e. Penjelasan kepala desa mengenai informasi perkiraan jumlah pembiayaan kegiatan pembangunan 5 (lima) tahunan di desa.

21) Berapa perkiraan jumlah pembiayaan kegiatan pembangunan 5 (lima) tahunan di desa?

22) Darimana saja sumber pembiayaan kegiatan pembangunan 5 (lima) tahunan di desa?

23) Dengan cara apa mendapatka sumber pembiayaan kegiatan pembangunan 5 (lima) tahunan di desa?


(5)

f. Penjelasan koordinator musrenbang yaitu ketua LKMD/LPM atau sebutan lain mengenai tatacara pelaksanaan musyawarah.

24) Apa saja tatacara pelaksanaan musyawarah yang dijelaskan oleh koordinator Musrenbang?

25) Bagaimana koordinator Musrenbang dalam menjelaskan tatacara musyawarah?

g. Pemaparan masalah utama yang dihadapi oleh masyarakat desa oleh beberapa perwakilan masyarakat, antara lain oleh ketua kelompok tani, komite sekolah, dan kepala dusun.

26) Siapa saja yang memaparkan permasalah utama yang dihadapi oleh masyarakat desa?

27) Permasalahan apa saja yang dipaparkan? 28) Bagaimana solusi permasalahan tersebut?

h. Pemisahan kegiatan berdasarkan kegiatan yang akan deselesaikan sendiri di tingkat desa dan kegiatan yang menjadi tanggungjawab Satuan Kerja Perangkat Daerah yang akan dibahas dalam musrenbang tahunan kecamatan. 29) Siapa saja yang terlibat dalam pemisahan kegiatan yang akan deselesaikan

sendiri di tingkat desa dan kegiatan yang menjadi tanggungjawab Satuan Kerja Perangkat Daerah yang akan dibahas dalam musrenbang tahunan kecamatan? 30) Permasalahan apa saja yang dipisahkan?

31) Mengapa permasalahan tersebut dipisahkan?

i. Perumusan para peserta mengenai prioritas untuk menyeleksi usulan kegiatan sebagai cara mengatasi masalah oleh peserta.

32) Siapa saja yang ikut serta dalam perumusan untuk menyeleksi usulan kegiatan yang diprioritas?

33) Siapa yang mendominasi/aktif dalam kegiatan ini? 34) Usulan kegiatan apa saja yang diprioritaskan?


(6)

36) Bagaimana proses perumusan kegiatan tersebut?

j. Penempatan prioritas kegiatan pembangunan yang akan datang sesuai dengan potensi serta permasalahan desa.

37) Kegiatan pembangunan apa saja yang menjadi prioritas? 38) Mengapa kegiatan tersebut menjadi prioritas?

39) Siapa saja yang bertugas?

40) Siapa yang aktif dalam kegiatan tersebut?

k. Penempatan daftar nama 3-5 orang masyarakat yang komposisinya ada perwakilan perempuan, delegasi dari peserta musrenbang desa untuk menghadiri musrenbang kecamatan.

41) Siapa saja yang ditempatkan untuk menghadiri Musrenbang kecamatan? 42) Apakah ada perwakilan perempuan

3. Pelembagaan

Dilakukan melalui pemasyarakatan hasil musyawarah perencanaan pembangunan di desa, hal tersebut dilakukan melalui forum atau pertemuan secara formal ataupun informal, papan pengumuman, dan lain-lain.

43) Siapa saja yang bertugas dalam kegiatan ini?

44) Dengan cara apa kegiatan pelembagaan ini dilakukan? 45) Hambatan apa saja yang ditemui dan cara penyelesaiannya?


Dokumen yang terkait

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PEMEKONAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN PEKON TAHUN ANGGARAN 2010 DI PEKON PUJODADI KECAMATAN PARDASUKA KABUPATEN PRINGSEWU PROVINSI LAMPUNG

0 9 45

PERILAKU TIDAK MEMILIH MASYARAKAT PEKON KEDIRI DALAM PEMILUKADA KABUPATEN PRINGSEWU 2011

1 46 188

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA PEKON DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERIODE TAHUN 2012-2015 (Studi Kasus di Pekon Sindang Pagar Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat)

1 16 77

Peranan Komunikasi Antarpribadi Kepala Pekon Dengan Masyarakat Terhadap Keberhasilan Program Kerja Pembangunan Fisik (Studi pada masyarakat Pekon Fajar Mulia Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu)

0 46 73

PERAN INDUSTRI KERAJINAN KAIN PERCA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PEKON SUKAMULYA KECAMATAN BANYUMAS KABUPATEN PRINGSEWU

4 21 75

PROSES PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011-2015.

0 1 13

Peran Badan Permusyawaratan Nagari dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nagari baringin Tahun 2015-2020

0 0 2

Peran Badan Permusyawaratan Nagari dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nagari baringin Tahun 2015-2020

0 0 1

DISHARMONISASI ANTAR LEMBAGA PEKON (Studi Kasus Kemitraan antar Lembaga Pekon terhadap Pembangunan Masyarakat di Pekon Banjarsari Kecamatan Wonosobo Kabupaten Tanggamus) - Raden Intan Repository

0 0 111

PERAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) DALAM PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (STUDI DI PEKON TRITUNGGAL MULYO KECAMATAN ADILUWIH KABUPATEN PRINGSEWU) - Raden Intan Repository

0 3 155