ruangan. Pertimbangan perlunya penerapan KTR karena beberapa hal, yaitu kesehatan merupakan hak azazi manusia yang diamanatkan oleh UUD 1945, pekerja
dan karyawan mempunyai hak untuk bekerja dilingkungan kerja yang sehat dan tidak membahayakan, anak-anak mempunyai hak khusus untuk tumbuh dan berkembang
dilingkungan yang sehat dengan mewujudkan kota dan kabupaten layak anak dimana salah satunya harus bebas asap rokok, dan penetapan 100 KTR merupakan upaya
yang efektif untuk melindungi masyarakat karena tidak ada batas aman untuk setiap paparan asap rokok orang lain Kemenkes RI, 2011a. Penetapan kawasan tanpa
rokok ini perlu diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat
kerja, tempat umum, dan tempat lain yang ditetapkan. Tempat proses belajar mengajar adalah sarana yang digunakan untuk kegiatan belajar, mengajar,
pendidikan danatau pelatihan Kemenkes RI, 2011b.
2.3 Kawasan Tanpa Rokok KTR
2.3.1 Pengertian
Kawasan Tanpa Rokok yang selanjutnya disingkat KTR adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi,
menjual, mengiklankan, danatau mempromosikan produk tembakau. Sedangkan rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap,
danatau dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotina Tabacum, Nicotina Rustica, dan spesies lainnya
atau sintesisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan Pemprov Bali, 2011.
2.3.2 Tujuan
Tujuan penetapan kawasan tanpa rokok ini yaitu menurunkan angka kesakitan danatau angka kematian dengan cara mengubah perilaku masyarakat
untuk hidup sehat, meningkatan produktivitas kerja yang optimal, mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih bebas dari asap rokok, menurunkan angka
perokok dan mencegah perokok pemula, dan mewujudkan generasi muda yang sehat Kemenkes RI, 2011b.
2.3.3 Penerapan KTR di tempat proses belajar mengajar
Tempat proses belajar mengajar merupakan salah satu tempat yang termasuk dalam kawasan tanpa rokok. Salah satu tempat proses belajar mengajar yang
dimaksud adalah perguruan tinggi Pemprov Bali, 2011. Perguruan Tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan Pendidikan Tinggi. Pendidikan tinggi
adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program doktor, dan program profesi,
serta program spesialis, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia Kemenhum dan HAM, 2012.
Pendidikan tinggi berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan Sivitas Akademika yang inovatif, responsif, kreatif, terampil, berdaya saing, dan kooperatif melalui pelaksanaan
Tridharma, dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora. Pendidikan Tinggi juga bertujuan
agar berkembangnya potensi Mahasiswa sehingga menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan
bangsa, dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang ilmu pengetahuan danatau teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya saing bangsa,
dihasilkannya Ilmu pengetahuan dan teknologi melalui penelitian yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora agar bermanfaat bagi kemajuan
bangsa, serta kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia, dan terwujudnya pengabdian kepada masyarakat berbasis penalaran dan karya penelitian yang
bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa Kemenhum dan HAM, 2012.
Adapun sasaran kawasan tanpa rokok di tempat proses belajar mengajar adalah pimpinanpenanggung jawabpengelola tempat proses belajar mengajar,
peserta didiksiswa, tenaga kependidikan guru, dan unsur sekolah lainnya tenaga administrasi, pegawai disekolah Kemenkes RI, 2011b.
Indikator kawasan tanpa rokok pada tempat proses belajar mengajar diklasifikasikan sebagai berikut. Indikator input yaitu adanya kebijakan tertulis
tentang KTR, adanya tenaga yang ditugaskan untuk memantau KTR di tempat proses belajar mengajar, dan adanya media promosi tentang larangan merokokKTR.
Indikator proses yaitu terlaksananya sosialisasi kebijakan KTR baik secara langsung tatap muka maupun tidak langsung melalui media cetak, elektronik, adanya
pengaturan tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan KTR, terpasangnya pengumuman kebijakan KTR melalui poster, tanda larangan merokok, mading, surat
edaran, dan pengeras suara, terpasangnya tanda KTR di tempat proses belajar mengajar, serta terlaksananya penyuluhan KTR dan bahaya merokok dan etika
merokok. Indikator output yaitu lingkungan tempat proses belajar mengajar tanpa asap rokok, siswa yang tidak merokok menegur siswa yang merokok di lingkungan
KTR, perokok merokok diluar KTR, dan adanya sanksi bagi yang melanggar KTR Kemenkes RI, 2011b.
Selain itu ada salah satu lagi indikator keberhasilan dalam penerapan KTR yaitu meningkatnya perilaku kepatuhan terhadap KTR di berbagai tatanan
Kemenkes RI, 2012b. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Widya, dkk 2015, ada hubungan yang bermakna antara perilaku merokok dengan kepatuhan
terhadap penerapan kebijakan KTR. Dimana hasil penelitian menunjukkan perokok berat cenderung lebih patuh dibandingkan dengan perokok ringan. Begitu juga
dengan penelitian yang dilakukan oleh Puswitasari 2012, didapatkan hasil bahwa adanya hubungan yang bermakna antara perilaku merokok yang dipengaruhi oleh
lingkungan dan pengetahuan peraturan KTR terhadap kepatuhan terhadap penerapan kebijakan KTR. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh lingkungan memberikan
resiko 1,6 kali lipat terhadap tingkat kepatuhan dan tidak mengetahui peraturan KTR memberikan resiko 1,5 kali lipat terhadap tingkat kepatuhan.
Dalam pelaksanaan kawasan tanpa rokok ini, setiap pengelola, pimpinan danatau penanggung jawab tempat proses belajar mengajar berkewajiban untuk
melakukan pengawasan internal, melarang semua orang untuk tidak merokok, menyingkirkan asbak atau sejenisnya, memasang tanda-tanda dan pengumuman
dilarang merokok sesuai persyaratan di semua pintu masuk dan ditempat-tempat yang dipandang perlu dan mudah terbaca danatau didengar baik pada tempat
danatau lokasi yang menjadi tanggung jawabnya. Selain itu masyarakat juga dapat ikut serta berperan dalam mewujudkan kawasan tanpa rokok ini. Peran serta
masyarakat tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan sumbangan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan penentuan kebijakan yang terkait dengan KTR,
melakukan pengadaan dan pemberian bantuan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mewujudkan KTR, ikut serta dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan
serta penyebarluasan informasi kepada masyarakat, mengingatkan setiap orang yang melanggar, dan melaporkan setiap orang yang terbukti melanggar kepada
pimpinanpenanggung jawab KTR Pemprov Bali, 2011. Selain itu, pihak pengelola, pimpinan danatau penanggung jawab tempat
proses belajar mengajar juga dapat melakukan pemantauan dan evaluasi keberhasilan penerapan KTR yang menjadi tanggung jawabnya. Evaluasi tersebut dapat dilakukan
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Evaluasi jangka pendek 4-6 bulan, yaitu adanya tanda KTR yang dipasang dan adanya media promosi KTR. Sedangkan
evaluasi jangka panjang 1-3 tahun yaitu kebijakan KTR diterima dan dilaksanakan oleh pimpinan dan karyawangurudosensiswa, dipatuhi dan dimanfaatkannya
fasilitas yang mendukung KTR, tidak ada penjual rokok disekitar tempat proses belajar mengajar, Karyawangurudosensiswa yang tidak merokok bertambah
banyak, dan semua karyawangurudosensiswa tidak merokok di KTR Kemenkes RI, 2011b.
2.3.4 Peluang dan hambatan penerapan KTR