Kelelahan Modifikasi Pergelangan Kaki Prosthetik Berbasis Ergonomi Total Meningkatkan Efisiensi Berjalan Dan Kualitas Hidup Amputee Transtibial Di Solo – Jawa Tengah.

UNI VERSI TAS UDAYANA | 26

5. Kelelahan

Kroemer dan Grandjean 2000, kelelahan merupakan keadaan yang tercer- min dari gejala perubahan psikologis berupa kelambanan aktivitas motorik dan res- pirasi, adanya perasaan sakit, berat pada bola mata, pelemahan motivasi, penurunan aktivitas yang akan mempengaruhi aktivitas fisik dan mental. Kelelahan umum yang ditandai berupa tahapan rasa berkurangnya kesiapan mempergunakan energi. Pulat 2002, menjelaskan bahwa gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan pada amputee saat berjalan ditimbulkan dalam penggunaan kaki prosthetik. Kelelahan adalah suatu pola pada keadaan yang secara umum terjadi pada setiap individu yang tidak sanggup lagi melakukan aktivitasnya Sutalaksana et al., 2006. Kelelahan subjektif adalah kelelahan akibat beban aktivitas dari interaksi dengan kegiatan, rancangan tempat kerja, peralatan kerja, sikap kerja atau postur Suardana, 2001; Bridger, 2008. Kelelahan menunjukkan berbeda-beda, tetapi semuanya berakibat pengurangan kapasitas dan ketahanan tubuh Suma’mur, 2011. Istilah kelelahan yang digunakan sebagai deskripsi operasional dari ke- adaan sementara dalam mengurangi kemampuan untuk melanjutkan kontraksi otot atau pekerjaan fisik Kroemer et al., 2010 . Kelelahan tergantung pada besarnya dan durasi usaha dibandingkan dengan kemampuan otot yang terlibat, pelatihan fisik dan pengembangan keterampilan yang dapat menanggulangi masalah subjektif ini, efektif sampai batas tertentu. Pendekatan ergonomi yang tepat dengan merancang apapun untuk persyaratan pekerjaan yang menimbulkan kelelahan sebagai penyelesaiannya merekayasa melalui “fitting the task to the human” Grandjean, 2000. UNI VERSI TAS UDAYANA | 27 Kelelahan subjektif dengan 30 pertanyaan IFRC Industrial Fatigue Research Committee Jepang dengan skala 4 likert Sudo dan Ohtsuka, 2002. Pertanyaan 1 sampai 10 menunjukkan melemahnya kegiatan, pertanyaan 11 sampai 20 menun- jukkan melemahnya motivasi, dan pertanyaan 21 sampai 30 memberikan gambaran kelelahan fisik. Penilaian kuesioner kelelahan dilakukan dengan skoring maka setiap skor harus mempunyai definisi operasional yang jelas dan mudah dipahami respon- den. Desain penilaian pada kuesioner kelelahan subjektif menggunakan 4 skala likert diperoleh untuk skor terendah sebesar 30 Sangat Tidak Merasa dan skor tertinggi sebesar 120 Sangat Merasa dapat dijelaskan pada Lampiran 2.5. Tabel 2.7 Klasifikasi Tingkat Kelelahan Subjektif Berdasarkan Total Skor Individu Tingkat Kelelahan Total Skor Individu Klasifikasi Kelelahan Tindakan Perbaikan 1 30 - 52,5 Rendah Belum diperlukan adanya tindakan perbaikan 2 53,5 - 75 Sedang Diperlukan tindakan perbaikan 3 76 - 97,5 Tinggi Diperlukan tindakan perbaikan segera 4 98,5 - 120 Sangat tinggi Diperlukan tindakan menyeluruh segera mungkin Stanton 2005, berkurangnya frekuensi akan menurunkan kekuatan dan kon- traksi otot dan gerakan menjadi lambat. Pada kerja otot statis, pengerahan tenaga 50 dari kekuatan maksimum otot dapat bekerja selama 1 menit. Pengerahan tenaga 20 kerja fisik yang berlangsung cukup lama. Pengerahan otot statis 15 - 20 dengan pembebanan sepanjang hari menyebabkan kelelahan dan nyeri. Sumamur 2011, kelelahan yang memerlukan tindakan segera, kerja otot statis mengalami aktivitas berat strenous. Kontraksi dan relaksi pada otot secara bergantian; aliran UNI VERSI TAS UDAYANA | 28 darah tidak cepat terganggu, rasa sakit pada otot tidak cepat timbul. Pembebanan otot dalam waktu cukup lama dan berulang-ulang mengakibatkan repetitve strain injuries RSI menimbulkan rasa nyeri pada otot dan tendon Wilson dan Perez, 2004.

2.2 Sikap Berjalan

Sikap berjalan dengan postur tubuh yang benar penting bagi penampilan diri yang memungkinkan gerakan yang baik, luwes, tidak kaku dan enak dipandang Sunarno, 2006. Postur tubuh yang benar ini dapat memperbaiki bentuk tubuh, membantu mencegah cepat terjadinya kelelahan, menyenangkan dan menyehatkan. Gambar 2.4 Kelainan Sikap Berjalan Pada Amputee Transtibial Sumber: Toro et al., 2003 Sikap berjalan ini memungkinkan gerakan menjadi efeisien dengan tenaga otot yang dikeluarkan seminimal mungkin. Sebaliknya, sikap berjalan dengan lang- kah jalan seperti di seret-seret pertanda adanya gangguan berjalan pada seseorang. Fenton 2008, ada 3 langkah dalam cara berjalan yang efisien saat melangkah yaitu : 1. Berdiri tegak dengan bahu tidak terkulai, otot di pinggang tidak buncit, jangan melakukan gerakan mengayun berlebihan di bagian belakang tubuh. 2. Fokus pada langkah, bukan langkah panjang dan biarkan secara alamiah untuk melangkah lebih nyaman. Petunjuk: hitung berapa langkah selama 20 detik. 3. Tahan siku agar bersudut tegak lurus, lengan dapat mengayun secara baik. UNI VERSI TAS UDAYANA | 29 Kelainan alat gerak didefinisikan sebagai kelainan komponen alat gerak yang terdiri dari otot, tulang, syaraf, pembuluh darah dan kelainan pola gerak akibat kelainan yang dapat terjadi akibat amputasi atau bawaan atau trauma Kupriyanova et al., 2014. Kelainan alat gerak akibat tindakan operasi amputasi, fungsí kaki menjadi terhambat untuk melakukan mobilitas dalam kegiatan sehari-hari atau activities of daily living ADL. Segala usaha berupa latihan dan rehabilitasi ber- tujuan mengubah, memperbaiki dan membentuk pola berjalan mendekati normal.

2.2.1 Nutrisi sebagai sumber energi

Semakin besar usaha yang dilakukan otot pada aktivitas maka lebih banyak energi dibutuhkan Manuaba, 2005a. Semakin banyak aktivitas manual dilakukan akan semakin besar kebutuhan energi yang harus dipenuhi. Manusia dapat beraktivi- tas apapun sepanjang persediaan makanan dalam tubuh cukup. Nutrisi sebagai sum- ber energi yang harus diperhatikan selama beraktivitas, bila energi berkurang pada amputee akan berdampak dengan melambatnya ritme langkah berjalan atau masih berjalan tetapi sudah tidak efisien lagi. Manusia dalam beraktivitas memerlukan yaitu a makanan gula, protein, lemak sebagai sumber energi, b bahan pelindung vita- min, garam, mineral, besi, jodium, dan c cairan sebagai pendinginan. Status nutrisi bagi amputee dalam aktivitasnya merupakan faktor yang penting untuk proses pe- nyembuhan luka dan penggunaan prosthetik yang tepat Deé dan Lelovics, 2012.

2.2.2 Kudapan snack dan istirahat

Snack bagi amputee dalam beraktivitas perlu padat kalori yang disebabkan pengaruh laju ambilan glukosa oleh otot. Distribusi jam makan dengan memberikan UNI VERSI TAS UDAYANA | 30 kudapan snack setiap 2 jam yang sesuai dibutuhkan yang tujuannya agar menjaga gula darah yang memberikan pengaruh pada efisiensi tenaga pada level yang tinggi di sepanjang hari kerja Grandjean, 2000. Kebutuhan cairan tubuh sekitar 0,5 liter sampai 1 liter dan musim panas meningkat menjadi 1,5 liter sampai 2 liter. Status gizi dan nutrisi pada amputee memberikan pengaruh pada proses penyembuhan luka, pemulihan kesehatan yang dimonitor Esquenazi dan DiGiacomo, 2001. Pentingnya istirahat bagi amputee transtibial sewaktu berjalan pada jarak tertentu dan berguna untuk memulihkan kebugaran kembali Paysant et al., 2006.

2.3 Amputasi Ekstremitas Bawah

Amputasi diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas, atau tindakan pembedahan dengan membuang bagian tubuh Smeltzer et al., 2010. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki menggunakan teknik lain. Gambar 2.5 Level Amputasi Ekstremitas Bawah Sumber: Zaretsky et al., 2011 UNI VERSI TAS UDAYANA | 31 Keseimbangan berjalan dan efisiensi gait dipengaruhi oleh jenis amputasi. Amputasi ekstremitas bawah bervariasi mulai menghilangkan parsial jari kaki sampai seluruh kaki atau hingga bagian dari panggul. Kualitas dan jenis amputasi yang dilakukan mempengaruhi hasil keseluruhan dari anggota gerak yang diangkat. Ketika menentukan tingkat amputasi, semua faktor yang mempengaruhi fungsi gerak harus dipertimbangkan. Faktor-faktor ini tidak hanya kelangsungan hidup dari jaringan yang diangkat tetapi pilihan prosthetik yang akan digunakan, dinamika dari gaya berjalan, kosmetik dari segi estetika, dan biomekanik dari sisa ekstremitas. Zaretsky et al. 2011 level amputasi ekstremitas bawah dengan amputasi unilateral hanya pada satu sisi seperti yang dijelaskan pada Gambar 2.5 terdiri dari 1 hemipelvectomy yaitu amputasi seluruh sendi pada hip, ada juga amputasi sebagian pada pelvic, 2 hip disarticulation yaitu amputasi sendi panggul. Beberapa variasi hip disarticulation menyisakan bagian femur atas untuk posisi duduk yang lebih baik, 3 above knee atau amputasi trans-femoral yaitu amputasi bagian bawah kaki sampai bagian atas lutut, di mana bagian stump kaki masih mampu untuk menanggung berat tubuh karena femur masih utuh, 4 knee disarticulation yaitu amputasi sendi lutut, 5 below knee atau amputasi transtibial yaitu amputasi bawah lutut, 6 ankle disarticulation yaitu amputasi sendi pergelangan kaki, 7 symes yaitu amputasi sendi pergelangan kaki dengan maleolus tibia dan fibula juga hilang, 8 chopart yaitu amputasi menghilangkan satu atau beberapa jari kaki pada amputasi sendi talo navicular dan talocuneiforme 1 sampai 3. Amputasi parsial foot yaitu amputasi menghilangkan sendi pergelangan kaki sampai ke distal ekstremitas bawah. Amputasi transtarsal yaitu amputasi menghilangkan tarsal tarsus atau tulang kaki. UNI VERSI TAS UDAYANA | 32 LeMura dan Von Duvillard 2004, amputasi ekstremitas bawah lebih dari satu meliputi 1 bilateral atau amputasi ganda yaitu amputasi pada anggota gerak bawah yang sama di kedua sisi yang berbeda terdiri dari bilateral trans-tibialis di bawah sendi lutut dan bilateral trans-femoral di atas sendi lutut, 2 cross section amputasi yaitu amputasi satu tingkat di satu tungkai bawah dan tingkat berbeda di tungkai yang lain, 4 cross site amputasi yaitu amputasi pada satu ekstremitas atas dan satu ekstremitas bawah, dan 5 quadruple amputasi yaitu amputasi pada bagian keempat anggota gerak pada badan di tingkat manapun.

2.4 Anthropometri Pada Amputee Transtibial

Anthropometri berarti pengukuran tubuh manusia berasal dari kata Yunani, “anthropos” berarti manusia dan “metron“ berarti mengukur. Anthropometri adalah pengetahuan yang menyangkut pengukuran dimensi tubuh manusia dan karakteristik khusus lain dari tubuh yang relevan dengan perancangan alat-alat atau benda-benda yang digunakan manusia. Anthropometri sebagai pertimbangan ergonomis dalam mendesain suatu produk yang terjadi interaksi manusia dengan peralatannya secara anthropometris, biomekanis, fisiologis, dan psikologis Wignjosoebroto, 2008. Ukuran data anthro- pometri manusia bervariasi dalam berbagai dimensi ukuran seperti kebutuhan, mo- tivasi, intelegensia, imajinasi, usia, latar belakang pendidikan, jenis kelamin, ke- kuatan, bentuk dan ukuran tubuh. Dimensi tubuh diukur meliputi tinggi tubuh, berat badan, tinggi atau panjang lutut pada saat berdiri atau duduk. Pulat 2002, penggu- naan desain dijabarkan dalam persentil dengan kurva distribusi normal dengan batas kemaknaan pada tingkat kepercayaan 95 dan 5 atau µ ± 1,645 σ dengan nilai UNI VERSI TAS UDAYANA | 33 rerata µ. Data anthropometri menyatakan untuk nilai persentase kelompok data lebih kecil dari nilai interval pada nilai persentil. Gambar 2.6 Kurva Distribusi Normal Sumber: Preedy, 2012 Anthropometri dalam perhitungan persentil dihitung dari nilai rerata data x dan simpangan baku atau standar deviasi σ dengan batas kemaknaan dan nilai α berdasarkan dari tabel distribusi normal Preedy, 2012. Tabel 2.8 Perhitungan Nilai Persentil Nilai Persentil Area Persentil Nilai Persentil Area Persentil 99,5-th µ + 2,585 x σ 50,0-th µ 99,0-th µ + 2,325 x σ 30,0-th µ - 0,520 x σ 97,5-th µ + 1,960 x σ 25,0-th µ - 0,670 x σ 97,0-th µ + 1,885 x σ 20,0-th µ - 0,840 x σ 95,0-th µ + 1,645 x σ 10,0-th µ - 1,280 x σ 90,0-th µ + 1,280 x σ 5,0-th µ - 1,645 x σ 80,0-th µ + 0,840 x σ 3,0-th µ - 1,885 x σ 75,0-th µ + 0,670 x σ 2,5-th µ - 1,960 x σ 70,0-th µ + 0,520 x σ 1,0-st µ - 2,325 x σ 0,5 µ - 2,585 x σ Sumber: Wignjosoebroto, 2008 Perhitungan parameter anthropometri dilakukan pada masing-masing subjek secara terpisah. Sudut yang terbentuk diukur secara relatif atau sudut sendi dapat didefinisikan sebagai sudut antar segmen tubuh dan horisontal pada bidang sagital. UNI VERSI TAS UDAYANA | 34 Gambar 2.7 Pengukuran Anthropometri Pada Amputee Transtibial Sebagian data anthropometri diperlukan dalam biomekanika untuk mengukur pemindahan gaya yang terjadi pada tubuh sewaktu berjalan, yaitu: 1. W : Weight = Berat Tubuh Kg 2. H : Height = Tinggi Cm 3. TH : Trochanter Height = Tinggi dari Pinggang ke Telapak Kaki Cm 4. KH : Knee Joint Height = Panjang dari Lutut sd Telapak Kaki Cm 5. KS : Distance Knee Joint - Stump Top = Panjang dari Lutut - Ujung Stump Cm 6. FL : Foot Length = Panjang Telapak Kaki Cm 7. LBKN : Lingkar Betis Kaki Normal = Keliling Betis Cm 8. LPKN : Lingkar Pergelangan Kaki Normal = Keliling Pergelangan Kaki Cm 9. TRH : Trochanter Residual Height = Tinggi Trochanter Cm 10. LFA1 : Lingkar Femur Atas 1 Cm 11. LFA2 : Lingkar Femur Atas 2 Cm 12. LP : Lingkar Patella Cm 13. LSB1 : Lingkar Stump Bawah 1 Cm 14. LSB2 : Lingkar Stump Bawah 2 Cm 15. LSB3 : Lingkar Stump Bawah 3 Cm UNI VERSI TAS UDAYANA | 35 Ukuran rancangan ini dapat diubah-ubah ukurannya menjadi cukup fleksibel yang memiliki berbagai ukuran tubuh. Rancangan fleksibel, nilai 5-th persentil untuk dimensi maksimum dan 95-th persentil untuk dimensi minimum dari rancangan.

2.5 Intervensi Ergonomi Pada Modifikasi Pergelangan Kaki Prosthetik

Ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang tediri dari dua kata yaitu “ergos” yang berarti kerja dan “nomos” yang berarti aturan atau hukum. Jadi secara ringkas ergonomi adalah suatu aturan atau norma dalam sistem kerja. International Ergono- mics Association IEA 2000 mendefinisikan bahwa ergonomi atau human factors adalah disiplin ilmu yang berkaitan dengan interaksi antara manusia dengan sebuah sistem pekerjaan yang menerapkan teori, data dan metode untuk desain agar ter- capainya kesejahteraan dan kinerja yang optimal pada pengguna atau pekerja. Ergonomi merupakan dari tuntutan tugas, peralatan, cara kerja, fasilitas kerja, produk yang dibuat, organisasi dan lingkungan yang diserasikan dengan kemampuan, kebolehan dan batasan manusia dengan kondisi dan lingkungan kerja yang efisien, nyaman, aman, sehat dan efektif atau disingkat ENASE Manuaba, 2000; Chandna et al., 2010. Prinsip ergonomi menggunakan prinsip “fitting the task to the man“ bahwa pekerjaan harus disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia agar menghasilkan pengelolaan yang maksimal dan berdayaguna dalam upaya untuk melaksanakan tugas yang dibebankannya pada pekerja atau karyawan atau pengguna Kroemer dan Grandjean, 2000; Mittal et al. 2013. Intervensi berbasis ergonomi ini dapat dimulai dengan mengindentifikasi masalah dari delapan aspek ergonomi yang dikaitkan dengan task, organisasi dan lingkungan sebagai penyelesaian masalah yang harus diselesaikan secara seksama Manuaba, 2006a adalah sebagai berikut : UNI VERSI TAS UDAYANA | 36

1. Gizi dan nutrisi