1 Berdasarkan latarbelakang di atas maka peneliti tertarik mengangkat penelitian
“Efektifitas Metode Peer Education terhadap Peningkatan Pengetahuan Menstrual Hygiene
pada Siswi di SMP Negeri 3 Abiansemal”.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diangkat yaitu “Apakah metode peer education efektif terhadap peningkatan pengetahuan menstrual hygiene pada
Siswi di SMP Negeri 3 Abiansemal? ”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektifitas metode peer education terhadap peningkatan pengetahuan menstrual
hygiene pada siswi di SMPN 3 Abiansemal.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengetahuan siswi sebelum diberikan materi menstrual
hygiene dengan metode peer education pada kelompok perlakuan di SMPN 3 Abiansemal.
1 2.
Mengidentifikasi pengetahuan siswi sebelum diberikan materi menstrual hygiene dengan metode ceramah pada kelompok kontrol di SMPN 3
Abiansemal. 3.
Mengidentifikasi pengetahuan siswi sesudah diberikan materi menstrual hygiene dengan metode peer education pada kelompok perlakuan di SMPN 3
Abiansemal. 4.
Mengidentifikasi pengetahuan siswi sesudah diberikan materi menstrual hygiene dengan metode ceramah pada kelompok kontrol di SMPN 3
Abiansemal. 5.
Menganalisis perbedaan pengetahuan siswi sebelum dan sesudah diberikan materi menstrual hygiene dengan metode peer education pada kelompok
perlakuan di SMPN 3 Abiansemal. 6.
Menganalisis perbedaan pengetahuan siswi sebelum dan sesudah diberikan materi menstrual hygiene dengan metode ceramah pada kelompok kontrol di
SMPN 3 Abiansemal. 7.
Menganalisis efektifitas metode peer education terhadap peningkatan pengetahuan menstrual hygiene pada siswi di SMPN 3 Abiansemal.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi Ilmu Pengetahuan Khususnya Keperawatan Maternitas
Memperkaya wawasan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan maternitas dan komunitas pada kelompok khusus yaitu remaja awal, yang diharapkan
1 mampu menjadi langkah preventif terhadap penyakit-penyakit terkait
menstrual hygiene yang buruk.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Memberikan gambaran tentang metode peer education dan memberikan ide baru untuk mengeksplorasi masalah-masalah yang belum terungkap pada
peneliti kali ini, sehingga tertarik untuk melanjutkannya.
3. Bagi Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh tenaga keperawatan untuk mengetahui peran serta remaja sebagai penggerak perilaku personal hygiene
terutama menstrual hygiene dengan pendekatan kelompok teman sebaya peer group.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi untuk sekolah yaitu dengan menggunakan metode peer education dalam memberikan intervensi
atau materi yang lainnya.
1 2.
Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan membantu memberikan pilihan metode
pemberian health education pada anak usia remaja khususnya anak yang berada di jenjang pendidikan dasar.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan Knowledge adalah suatu proses dengan menggunakan pancaindra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang dilakukan seseorang
terhadap objek tertentu sehingga menghasilkan pengetahuan dan keterampilan Hidayat, 2007. Seseorang dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman
yang telah dimiliki, selain pengalaman, seseorang juga menjadi tahu karena diberitahu oleh orang lain. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi Prasetyo,
2007. Pengetahuan didapatkan melalui proses belajar, seseorang dapat dikatakan belajar bila dalam dirinya terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu,dari
tidak dapat mengerjakan sesuatu menjadi dapat mengerjakan sesuatu Notoatmodjo, 2007.
2.1.2 Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo tahun 2007, pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan yang mencakup dalam domain kognitif, yaitu:
1. Tahu Know
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk didalamnya adalah mengingat kembali Recall
terhadap suatu yang khusus dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah
yang digunakan untuk mengukur bahwa orang tahu yang dipelajari seperti: menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2. Memahami Comprehension
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menjelaskan materi tersebut dengan benar.
Seseorang yang memahami harus mampu menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi Application
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada situasi atau kondisi nyata. Contohnya mampu mengaplikasikan
hukum- hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya.
4. Analisis Analysis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen
–komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis Syntesis
Sintesis merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian
–bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi Evaluation
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria –kriteria yang ada.
2.1.3 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Erfandi 2009 menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal sebagai berikut:
1.
Faktor internal
a.
Umur
Umur individu dihitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun, semakin cukup umur, tingkat kematangan, dan kekuatan seseorang maka
ia akan lebih matang dalam berfikir logis.
b.
Pendidikan
Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah menerima informasi sehingga
makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya semakin kurang pendidikan seseorang maka akan menghambat perkembangan sikap
seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
c. Pengalaman
Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman pribadi seseorang dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan.
2. Faktor Eksternal
a.
Informasi
Informasi adalah penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita tentang suatu hal. Informasi memberikan pengaruh kepada seseorang meskipun
orang tersebut mempunyai tingkat pendidikan rendah. Informasi yang baik dari berbagai media akan dapat meningkatkan pengetahuan orang tersebut.
b.
Lingkungan
Lingkungan merupakan kondisi di sekitar manusia yang dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
c.
Sosial Budaya
Sosial budaya mempengaruhi pengetahuan seseorang karena kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain membuat seseorang mengalami proses
belajar sehingga ia mendapat suatu pengetahuan.
2.1.4 Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket kuesioner yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Pengukuran tingkat pengetahuan bertujuan untuk mengetahui status pengetahuan seseorang dan disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi Notoatmodjo, 2005. Hasil penelitian tersebut kemudian dikategorikan menjadi Nursalam, 2003 :
1. 76 -100 jawaban benar
= tingkat pengetahuan baik. 2.
56 -75 jawaban benar = tingkat pengetahuan cukup.
3. ≤55 jawaban benar
= tingkat pengetahuan kurang.
2.2 Menstruasi
2.2.1 Pengertian Menstruasi
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam
semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya Widyastuti, 2009. MenstruasiHaid adalah keluarnya darah dari
kemaluan perempuan setiap bulan akibat gugurnya dinding rahim karena sel telur tidak dibuahi Hanafiah, 2009.
Menstruasi atau sering disebut haid merupakan ciri pubertas primer yaitu
perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus yang disertai pelepasan deskuamasi endometrium Proverawati, 2009. Haid merupakan siklus
menstruasi yang normal, dengan menarche menstruasi pertama kali sebagai titik awal. Umumnya menstruasi berlangsung setiap 28 hari selama lebih kurang 7
hari. Lama perdarahannya sekitar 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah yang sedikit-sedikit dan tidak terasa nyeri. Jumlah darah yang hilang sekitar 30-40 cc.
Puncaknya hari ke-2 atau ke-3 Manuaba, 2008. Umumnya datangnya haid pertama kali sekitar umur 10
– 16 tahun Jones, 2005.
2.2.2 Menstrual Hygiene
1. Pengertian Menstrual Hygiene
Menstrual hygiene merupakan mamajemen diri saat menstruasi dengan aman dan sesuai aturan mulai dari menggunakan produk- produk yang aman saat
menstruasi, air bersih, penggunaan toilet, sampai membuang pembalut dengan benar Patkar, 2011.
Hygiene pada saat menstruasi merupakan komponen personal hygiene
kebersihan perorangan yang memegang peranan penting dalam status perilaku kesehatan seseorang, termasuk menghindari adanya gangguan pada
fungsi alat reproduksi. Hygiene pada saat menstruasi merupakan hal penting dalam menentukan kesehatan organ reproduksi remaja putri, khususnya
terhindar dari infeksi organ reproduksi. Wanita saat menstruasi harus menjaga organ reproduksi dengan baik, terutama pada bagian vagina, karena
apabila tidak dijaga kebersihannya dapat menimbulkan mikroorganisme seperti bakteri, jamur dan virus yang berlebih sehingga dapat mengganggu fungsi
organ reproduksi Indriastuti, 2009. Jadi menstrual hygiene merupakan perilaku menjaga kebersihan diri selama
menstruasi terutama kebersihan organ reproduksi untuk mencegah penyakit yang dapat mengganggu fungsi organ reproduksi.
2. Tujuan Menstrual Hygiene
Tujuan melakukan perilaku higienis pada saat menstruasi yaitu agar terhindar dari penyakit seperti kanker rahim, merasa nyaman beraktivitas sehari-hari,
percaya diri dan bersemangat, tidak dijauhi teman-teman karena bau badan amis dan tidak mempercayai mitos-mitos yang beredar di masyarakat karena
sudah memiliki pengetahuan tentang menstrual hygiene, serta memiliki kepedulian akan kebersihan alat reproduksinya Indriastuti, 2009.
3. Cara Melakukan Menstrual Hygiene
Menurut Salim dalam Maulida 2013, Laksamana 2002, dan Siswono 2001 menyatakan bahwa ada beberapa cara mudah dalam merawat alat kelamin
saat menstruasi yaitu sebagai berikut: a.
Menjaga kebersihan diri dengan mandi minimal dua kali sehari dan keramas. Saat menstruasi wanita lebih berkeringat dibandingkan hari-hari biasa, agar
tubuh tetap segar dan bebas dari bau maka wanita wajib mandi yang bersih dan mencuci rambut. Mandi dilakukan minimal dua kali sehari dan mencuci rambut
satu kali hari untuk rambut berminyak sedangkan untuk rambut normal dua sampai tiga kali minggu.
b. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah mengganti pembalut.
c. Menggunakan pembalut yang bersih dan berbahan lembut, menyerap dengan
baik serta tidak membuat alergi dan merekat baik pada celana dalam. d.
Membersihkan bekas keringat yang ada di sekitar alat kelamin secara teratur dengan air bersih, dan sabun lembut dengan kadar soda rendah terutama setelah
Buang Air Besar BAB dan Buang Air Kecil BAK. Membasuh kelamin dari arah depan vagina ke belakang anus agar bakteri di sekitar anus tidak
terbawa ke vagina karena dapat menimbulkan infeksi. e.
Menggunakan air yang bersih untuk mencuci organ reproduksi. f.
Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari, menggunakan pakaian dalam berbahan katun untuk mempermudah penyerapan keringat dan tidak ketat.
Celana yang ketat seperti celana jeans membuat kulit susah bernafas dan akhirnya menyebabkan daerah kewanitaan menjadi lembab, berkeringat, dan
mudah menjadi tempat berkembang biak jamur yang dapat menimbulkan iritasi dan infeksi.
g. Mengganti pembalut secara teratur 4-5 kali perhari atau setiap enam jam sekali.
h. Menurut Ali dalam Fitriyah 2014 menggunakan pembalut sanitary pad
yang siap pakai, bukan pembalut kain karena pembalut kain kurang hygiene akibat perawatannya yang kurang baik, seperti mengeringkan di tempat
tersembunyi dan tidak terkena sinar matahari yang meneyabkan risiko tumbuhnya mikroorganisme atau larva.
i. Mencukur rambut disekitar daerah kemaluan untuk menghindari tumbuhnya
bakteri yang menyebabkan gatal pada daerah reproduksi. Mencukur lebih baik dari mencabut karena mencabut bulu kemaluan dapat menyebabkan
tertumpuknya kuman dan bakteri pada lubang bekas pencabutan. j.
Jika menggunakan toilet umum siram dahulu toilet yang akan dipakai dan gunakan air dari keran bukan yang berada dalam bak air.
k. Keringkan area vulva dengan handuk atau tisu bila selesai buang air kecil atau
buang air besar agar vagina tidak lembab. l.
Tidak menggunakan bedak, minyak dan produk pembersih vagina karena vagina otomatis akan membersihkan dirinya. Vagina memiliki mekanisme
alami untuk mempertahankan keasamannya yaitu adanya kuman Doderlin yang hidup di vagina dan berfungsi memproduksi asam sehingga terbentuk suasana
masam yang mampu mencegah bakteri masuk ke dalam vagina. Menggunakan produk pembersih vagina hanya akan membuat PH atau keasaman vagina
terganggu dan membunuh bakteri baik yang dapat menyebabkan infeksi ke organ reproduksi bagian dalam.
m. Menurut Nada dalam Fitriyah 2014 membuang pembalut bekas dengan
dibungkus dengan kantong kertas kemudian di buang ke tempat sampah limbah padat.
n. Mengkonsumsi sayur dan buah karena antioksidan didalam sayur dan buah
bermanfaat tinggi. Meningkatkan konsumsi makanan mengandung banyak zat besi dan vitamin seperti hati ayam sapi, daging, telur, sayur dan buah.
Olahraga teratur, kurangi konsumsi lemak dan idealkan berat badan. o.
Tidak mempercayai mitos seperti larangan memotong kuku, rambut, dan keramas selama menstruasi karena larangan tersebut tidak memiliki penjelasan
secara medis, justru perempuan harus menjaga kebersihan diri saat menstruasi Suharti, 2008.
p. Konsultasikan ke dokter apabila ada perubahan warna, gatal dan gangguan
pada vagina.
4. Cara menghindari Alergi Kulit saat Menstruasi
Menurut Dwikarya 2005 cara menghindari alergi kulit saat menstruasi adalah sebagai berikut:
a. Mengganti jenis atau merek pembalut jika terjadi alergi atau iritasi kulit.
b. Daerah iritasi dibilas dengan air aquadest bukan air ledeng saat mandi.
c. Menghindari penggunaan sabun.
d. Menggunakan sabun lunak yang ber- PH rendah.
e. Mencuci celana dalam dengan sabun cuci pakaian yang lembut.
f. Mengoleskan krim anti alergi dengan lembut dan hati- hati pada vagina.
g. Jika gatal kompres dengan menggunakan handuk yang dicelupkan air es,
jangan menggaruk bagian yang gatal. h.
Hindari penyebab alergi dan iritasi.
5. Hal – Hal yang Dilarang Saat Menstruasi
Suharti 2008 menyebutkan hal- hal yang dilarang saat menstruasi adalah sebagai berikut:
a. Berhubungan Seksual
Berhubungan seksual saat menstruasi dilarang karena saat menstruasi organ reproduksi wanita tidak steril, dapat menyebabkan infeksi dari kuman yang
ada di darah. Bahaya sudden death karena saat menstruasi pembuluh darah membuka dan saat hubungan intim bisa berakibat terbawanya udara dari luar
masuk melalui pembuluh darah yang terbuka sampai ke jantung yang dapat
menyebabkan kematian. Selain itu, berhubungan seksual saat menstruasi dapat mengakibatkan perasaan tidak nyaman karena saat menstruasi suasana
hati perempuan sering terganggu.
Hubungan seksual dapat menimbulkan perlukaan, darah menstruasi atau sperma yang tidak steril bisa masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan
infeksi. Kuman-kuman yang keluar saat menstruasipun dapat masuk kembali saat melakukan hubungan seksual dan menyebabkan infeksi Kissanti, 2008.
b. Olahraga Berat
Olahraga berat dikhawatirkan menyebabkan perdarahan berat karena banyaknya pembuluh darah yang terbuka saat menstruasi, sehingga
perempuan disarankan memilih olahraga yang sesuai dengan kemampuannya salah satunya olahraga ringan seperti jalan santai. Olahraga berat dapat
menimbulkan keringat berlebih. Keringat dan minyak berlebih membuat vagina semakin lembab dan makin rentan pula terkena infeksi Kusmiran,
2011.
c. Berenang
Kontak dengan air seperti berenang, menyelam, berendam di bath tub, whirlpool, dan sejenisnya dapat menyebabkan infeksi karena ketika berada di
dalam air bisa jadi air kolam renang atau air laut mengandung banyak kuman
yang dapat menyebabkan infeksi karena saat menstruasi pembuluh darah terbuka.
6. Dampak Tidak melakukan Menstrual Hygiene
Kebersihan diri saat menstruasi sangat diperlukan agar terhindar dari penyakit. Asma 2009 menyatakan pemakaian pembalut yang terlalu lama dapat
menyebabkan kanker serviks karena pembalut mengandung zat dioksin zat pemutih kertas, pembalut yang mengandung zat dioksin juga
menyebabkan bagian intim organ kewanitaan mengalami masalah seperti keputihan, gatal-gatal dan iritasi. Menurut WHO dalam KabarNet 2011,
Indonesia merupakan negara dengan penderita kanker mulut rahim nomor satu di dunia dan 62 diakibatkan oleh penggunaan pembalut yang kurang
berkualitas. Menurut Proverawati 2009 kurangnya pengetahuan wanita dalam menjaga
personal hygiene saat menstruasi menyebabkan organ kewanitaan menjadi lembab sehingga bakteri dan virus mudah berkembang biak hal ini dapat
menyebabkan Infeksi Saluran Kemih ISK dan kanker servik. ISK juga disebabkan karena praktik mencuci tangan yang tidak adekuat, kebiasaan
mengelap perineum yang salah dari belakangang ke depan setelah berkemih atau defekasi Potter dan Perry, 2005.
2.3 Metode Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatannya Achjar, 2010. Menurut Departemen Kesehatan RI 2006 tujuan penggunaan metode adalah adanya perubahan perilaku sasaran.
Perubahan perilaku tersebut dapat berupa kognitif, sikap afektif, maupun tindakan motorik atau kombinasi dari komponen tersebut. Pendidikan kesehatan
dilakukan untuk memberikan pengetahuan karena pengetahuan akan mengubah perilaku dan perubahan perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat
langgeng, oleh karena itu pengetahuan merupakan domain terpenting dalam membentuk perilaku tertutup maupun terbuka Sunaryo, 2004.
Menurut Notoatmodjo 2007, metode pendidikan kesehatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil secara optimal. Metode
yang dikemukakan antara lain : 1.
Metode perorangan individual Metode ini digunakan untuk membina perilaku baru atau seseorang yang telah
mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan
yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk dari pendekatan ini antara lain:
a. Bimbingan dan penyuluhan
Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya.
Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut.
b. Wawancara
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi
mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau
akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
2. Metode kelompok
Dalam memilih metode kelompok harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar,
metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran penyuluhan. Metode ini mencakup:
a. Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode
yang baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan seminar.
1 Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah adalah :
a Persiapan
Keberhasilan ceramah dipengaruh penguasaan materi oleh penceramah. Penceramah harus mempersiapkan materi, mempelajari materi dengan
sistematika yang baik. Materi dapat disusun dalam bentuk diagram atau skema. Penceramah juga harus mempersiapkan alat bantu pembelajaran agar materi
yang diberikan dapat lebih mudah diterima.
b Pelaksanaan
Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai sasaran. Untuk dapat menguasai sasaran penceramah dapat
menunjukkan sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah, suara hendaknya cukup keras dan jelas. Selain itu dalam
pelaksanaan penceramah diharapkan memiliki pandangan yang tertuju ke seluruh peserta, berdiri di depan atau di pertengahan, tidak duduk, dan
menggunakan kacamata jika memiliki gangguan penglihatan.
Metode ceramah merupakan metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi serta efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang
sesuai dengan jangkauan daya beli serta daya paham peserta didik Roymond dan
Simamora, 2008. Namun penyampaian informasi dengan metode ceramah murni hanya efektif sekitar 15 menit pertama, menit-menit berikutnya daya serap
siswa terhadap ceramah mulai menurun karena siswa mengalami kejenuhan pada selang waktu tertentu Gulo, W, 2005.
2 Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian dari seseorang ahli atau
beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat.
b. Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang.
Metode yang cocok untuk kelompok ini adalah curah pendapat, bola salju, memainkan peranan, permainan simulasi, dan metode pendidikan sebaya peer
education.
3.Metode penyuluhan massa Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada masyarakat yang
sifatnya massa atau publik. Oleh karena sasaran bersifat umum dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status ekonomi, tingkat
pendidikan dan sebagainya. Pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pada
umumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung, biasanya menggunakan
media massa. Beberapa contoh dari metode ini adalah ceramah umum, pidato melalui media massa, simulasi, dialog antara pasien dan petugas kesehatan,
sinetron, tulisan di majalah atau koran, bill board yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya.
2.4 Metode Peer Education