Fistula Labirin Durante Mastoidektomi di RSUP Haji Adam Malik Medan dari Tahun 2004-2006

Fistula Labirin Durante Mastoidektomi di RSUP Haji Adam Malik Medan
dari Tahun 2004 – 2006
Ainul Mardhiah
Departemen THT-KL Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara

Fistula labirin adalah suatu erosi tulang dari kapsul labirin sehingga terpapar tetapi tidak
sampai menembus endosteum dari labirin. Jika menembus endosteum dari labirin dapat
menyebabkan kematian telinga. Fistula paling banyak terjadi didaerah kanalis semisirkularis
lateral. Erosi tulang terjadi oleh karena adanya kolesteatoma pada otitis media supuratif kronis
maligna. Fistula labirin dapat menimbulkan keluhan hoyong (vertigo) dan tuli saraf.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui fistula labirin pada setiap penderita yang
didiagnosa dengan labirinitis pada otitis media supuratif kronis tipe maligna. Jenis penelitian ini
adalah deskriftif. Data dikumpulkan secara retrospektif dari rekam medis penderita otitis media
supuratif kronis tipe maligna yang dilakukan timpanomastoidektomi di Rumah Sakit Umum
Pusat H. Adam Malik Medan sejak Januari 2004 sampai Desember 2006.
Telah dilakukan sebanyak 105 kasus timpanomastoidektomi dan dijumpai 19 (57,6%) kasus
fistula labirin dari 33 kasus labirinitis.
Kata kunci: fistula labirin, labirinitis, timpanomastoidektomi
Abstract: A labyrinthine fistula is a bony erosion of the labirinthine capsule to expose but not
breach the endosteum of the labyrinth. A breach will usually result in a dead ear. A fistula most

commonly occurs in the dome of the lateral semisircular canal. Bone erosion is happened caused
by cholesteatoma at malignant chronic suppurative otitis media. Labirinthine fistula can cause
vertigo and sensorineural hearing loss.
The goal of this research is to determine the labirinthine fistula in each patient who diagnose with
labirintitis at malignant type of chronic suppurative otitis media. The design of this research is
descriptive. Data are collected as retrospective from the medical record of malignant chronic
suppurative otitis media patients who performed tympanomastoidectomy in H.Adam Malik
General Hospital from January 2004 to December 2006.
We performed 105 cases tympanomastoidectomy and found19 (57, 6%) cases labirinthin fistula
from 33 labirintitis.
Keywords: labirinthine fistula, labirintitis, tympanomastoidectomy

PENDAHULUAN
Fistula labirin adalah suatu erosi tulang
dari kapsul labirin sehingga terekspos tetapi
tidak sampai menembus endosteum dari
labirin. Jika menembus endosteum dari labirin
1,2
dapat menyebabkan kematian telinga.
Fistula banyak terjadi didaerah kanalis

3,4
semisirkularis lateral.
Fistula di daerah labirin bisa disebabkan
oleh komplikasi dari infeksi kronis telinga
tengah ataupun trauma operasi. Adapun

250

sampai saat ini penyebab paling sering adalah
3
akibat erosi tulang oleh kolesteatoma.
Penderita otitis media supuratif kronis
(OMSK) dengan tuli sensorineural dan vertigo
4
perlu dicurigai terjadi fistula labirin.
Pemeriksaan ‘tes fistula’ dapat membantu
memperjelas gejala klinis. Tes ini mudah
dilakukan, baik dengan tekanan dari balon
karet atau dengan menekan tragus untuk
memberikan tekanan positif atau negatif pada

5
telinga. Tes fistula positif jika terjadi
nistagmus dan vertigo. Hal ini juga

Majalah Kedokteran Nusantara Volume
40 y No. 4Sumatera
y Desember
2007
Universitas
Utara

Ainul Mardhiah

Fistula Labirin Durante Mastoidektomi…

menunjukkan bahwa labirin masih hidup.
Apabila fistulanya tertutup jaringan granulasi
atau labirinnya sudah mati tes fistula akan
2,3
negatif.

Pemeriksaan CT Scan temporal adalah
salah satu pemeriksaan penunjang yang dapat
memperlihatkan fistula pada labirin serta
menunjukkan gambaran kolesteatoma yang
3
mengerosi daerah otic capsul. Adanya
kolesteatoma dan dugaan fistula labirin
merupakan indikasi untuk segera dilakukan
tindakan operasi, untuk menghidarkan
komplikasi lebih lanjut seperti vertigo dan tuli
4,5,6
saraf.
BAHAN DAN CARA
Penelitian ini merupakan suatu penelitian
retrospektif dan bersifat deskriptif yang
dilakukan di Bagian Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok, Bedah Kepala Leher FK
USU/RSUP H. Adam Malik Medan. Sampel
penelitiannya adalah seluruh kasus OMSK tipe
maligna yang dilakukan timpanomastoidektomi

di RSUP H. Adam Malik Medan sejak Januari
2004 sampai dengan Desember 2006.
Pada penelitian ini jumlah kasus pada
OMSK tipe maligna yang dilakukan
timpanomastoidektomi adalah sebanyak 105.
Sebanyak 33 kasus di diagnosa dengan
labirinitis sebelum operasi dan ditemukan
fistula labirin durante operasi sebanyak 19
kasus.
HASIL PENELITIAN
Dari 105 kasus timpanomastoidektomi
dijumpai 19 kasus (18,1%) fistula labirin yang
ditemukan durante operasi di RSUP H. Adam
Malik Medan.
Tabel 1.
Distribusi fistula labirin berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin

Jumlah Penderita


%

Laki-laki

6

31,6

Perempuan

13

68,4

Dari Tabel 1 didapat bahwa fistula labirin
pada perempuan 13 (68,4%) sementara pada
laki-laki 6 (31,6%).

Tabel 2.
Distribusi fistula labirin berdasarkan umur

Kelompok umur

Fistula labirin

%

3
10
3
3

15,8
52,6
15,8
15,8

0-10
11-20
21-30
31-40


Dari Tabel 2 ditemukan bahwa usia 11-20
adalah yang terbanyak menderita fistula
labirin yaitu 10 (52,6%).
Tabel 3.
Distribusi fistula labirin berdasarkan keluhan pasien
datang
Keluhan utama
Telinga berair + hoyong
Telinga berair

Jumlah
15
4

%
78,9
21,1

Dari Tabel 3 didapat bahwa keluhan

pasien pertama kali datang ke poliklinik yang
terbanyak adalah telinga berair dan hoyong 15
(78,9%), sementara telinga berair saja
4(21,1%).
Tabel 4.
Distribusi berdasarkan jenis operasi
Keluhan utama
Jumlah
Canal wall down + timpanoplasti tipe 1
0
Canal wall down + timpanoplasti tipe 2
0
Canal wall down + timpanoplasti tipe 3
1
Canal wall down + timpanoplasti tipe 4
8
Canal wall down + timpanoplasti tipe 5
10

%

0
0
5,3
42,1
52,6

Dari Tabel 4 ditemukan bahwa jenis
operasi yang terbanyak adalah canal wall
down dengan timpanoplasti tipe 5 (52,6%).
Tabel 5.
Distribusi fistula berdasarkan keluhan vertigo
Vertigo
Fistula labirin
%
+
15
78,9
4
21,1


Dari Tabel 5 didapat, fistula labirin +
vertigo adalah yang terbanyak yaitu 15
(78,9%) berdasarkan diagnosa labirinitis.
DISKUSI
Dari literatur dikatakan bahwa fistula
labirin dijumpai pada lebih dari 10% kasus
dengan otitis media supuratif kronis (OMSK)
4
maligna atau OMSK dengan kolesteatoma.
Dari penelitian ini ternyata kasus fistula
labirin didapatkan 19 kasus (18,1%). Grewal
DS, et al di India (2003) mendapatkan fistula
labirin 11,46%, Palva (1971) menemukan 8%,

Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 y No. 4 y Desember 2007

251
Universitas Sumatera Utara

Karangan Asli

Sanna (1984) menemukan 12,5%, Ostri
(1989) menemukan 10% dan Vartiainin
7
(1991) menemukan 10%. Hal ini disebabkan
penderita datang dengan penyakit yang sudah
lanjut mungkin oleh karena sosial ekonomi
yang rendah dan kurangnya pengetahuan
terhadap penyakit telinga berair dan pada
seluruh kasus dijumpai kolesteatoma durante
operasi. Kolesteatoma bersifat mengerosi
tulang sehingga dapat menyebabkan fisertula
pada labirin. Pada keadaan ini infeksi dapat
masuk sehingga terjadi komplikasi tuli total
6
dan meningitis.
Dari penelitian ini ditemukan bahwa
penderita fistula labirin yang terbanyak pada
usia 11-20 tahun yaitu sebanyak 52,6%. Usia
paling muda adalah 9 tahun dan paling tua 35
tahun. Grewal, et al (2003) di India juga
menemukan usia terbanyak yang menderita
fistula labirin adalah 11-20 tahun (36%).
Tindakan operasi yang terbanyak pada
penelitian ini adalah Canal Wall Down
Mastoidectomy dengan Timpanoplasty TipeV. Grewal, et al juga melakukan Canal Wall
Down Mastoidectomy pada seluruh penderita
7
fistula labirin yang mereka temukan.
Tindakan operasi yang dilakukan bupa canal
wall down mastoidectomy dan timpanoplasty.
Canal wall down mastoidectomy adalah suatu
tindakan meruntuhkan dinding liang telinga
posterior sehingga terdapat satu rongga yang
besar antara kavum mastoid, kavum timpani
dan liang telinga. Timpano palsti adalah suatu
tindakan merekonstuksi telinga tengah.
8
Timpanoplasti dibagi atas 5 tipe. Penelitian
ini menunjukkan bahwa betapa lanjutnya
penyakit ini diderita oleh pasien, baru datang
untuk mencari pengobatan.
Dari penelitian ini penderita yang datang
dengan keluhan vertigo hanya sebanyak 15
(78,9%). Fistula labirin bisa saja tanpa keluhan
vertigo, akan tetapi bila dijumpai penderita
OMSK dengan keluhan hoyong (vertigo)
harus tetap dicurigai adanya suatu fistula
labirin.

2. Penderita fistula labirin yang terbanyak
pada usia 11-20 tahun yaitu 10 kasus
(52,6%).
3. Tindakan operasi yang terbanyak pada
penelitian ini adalah Canal Wall Down
Mastoidektomi dengan Timpanoplasti
Tipe-V.
4. Keluhan utama vertigo dijumpai pada 15
kasus (78,9%) dari 19 kasus fistula labirin.

KESIMPULAN
Dari 105 kasus timpanomastoidektomi
yang dilakukan di RSUP H.Adam Malik
Medan sejak Januari 2004 sampai Desember
2006 dijumpai:
1. Fistula labirin ditemukan sebanyak 19
kasus (18,1%).

6. Helmi. Komplikasi Otitis Media Supuratif
Kronis dan Mastoiditis. Dalam:
Soepardi
EA, Iskandar N, Ed.Buku Ajar Ilmu
Kesehatan THT Kepala Leher.
Edisi ke5. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2001. h. 63.

252

SARAN
Perlu adanya sistem pembelajaran yang
baik
dan
berkesinambungan
kepada
masyarakat, baik oleh dokter Spesialis THT
diseluruh penjuru Indonesia, maupun oleh
“dokter umum atau kader-kader Posyandu”
yang telah dilatih terlebih dahulu mengenai
“BAHAYA TELINGA BERAIR”.
DAFTAR PUSTAKA
1. Roland NJ, McRae RDR, McCombe AW.
Labyrinthitis.
In:
Key
Topics
in
Otolaryngology and head and neck
surgery. Liverpool: BIOS Scientific
Publishers Limited, 1995. p.144-5.
2. Ludman H. Complications of Suppurative
Otitis Media.In: Booth JB, Kerr AG.Ed.
Scottt-Brown’s Otolaringology, Otology.
6th Ed. Great Britain: ButterworthHeinemann, 1997. p.3/12/24-5.
3. Gross ND, Mc Menomey SO. Aural
Complications of Otitis Media. In:
Glasscock III ME, Gulya AJ. Glasscockth
Shambaugh Surgery of the Ear. 5 Ed.
Spain: BC Decker Inc, 2003. p. 438-9.
4. Strunk CL. Cholesteatoma. In: Bailey BJ,
Ed. Otolaryngology Head and Neck
nd
Surgery-Otolaryngology. Vol.II. 2 ed.
Philadelphia: Lippincot- Raven, 1998. p
2049-50.
5. Colman BD. The vestibular labyrinth and
its examination. In: Hall and Colman’s
Diseases of the Nose, Throat and Ear, and
th
Head and Neck. 14 Ed. Singapore: E&S
Livingstone 1992. p.203-7.

Majalah Kedokteran Nusantara Volume
40 y No. 4Sumatera
y Desember
2007
Universitas
Utara

Ainul Mardhiah

7. Grewal DS, Hathiram BT, Dwifedi A, et
al. Labyrinthine fistula: a complication of
chrinic suppurative otitis media. The
Journal of Laryngology & Otology, May
2003, Vol 117, pp. 353-357.

Fistula Labirin Durante Mastoidektomi…

8. Frootko NJ, Reconstruction of the middle
ear In: Booth JB, Kerr AG. Ed. Scotttth
Brown’s Otolaringology, Otology. 6 Ed.
Great Britain: Butterworth-Heinemann,
1997. p.3/11/1-25.

Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 y No. 4 y Desember 2007

253
Universitas Sumatera Utara