Karakteristik Penderita Faringitis Akut di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2011-2012

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA FARINGITIS AKUT DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2011-2012

Oleh : ONG HOOI FAN

100100291

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA FARINGITIS AKUT DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2011-2012

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh : ONG HOOI FAN

100100291

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

(4)

ABSTRAK

Faringitis akut merupakan peradangan tenggorokan yang disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, trauma, toksin dan lain-lain. Penularan terjadi bila kontak dengan sekret hidung dan ludah. National Ambulatory Medical Care Survey telah mendokumentasikan antara 6,2-9,7 juta kunjungan anak-anak dengan faringitis ke klinik dan departemen gawat darurat. Setiap tahun, lebih dari 5 juta kunjungan orang dewasa. Faringitis lebih sering terjadi pada anak-anak dan kira-kira 15-30% kasus faringitis pada anak-anak usia sekolah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita faringitis akut di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dari bulan Januari tahun 2011 hingga bulan Desember tahun 2012.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menilai karakteristik penderita faringitis akut di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Januari tahun 2011 hingga bulan Desember tahun 2012. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional retrospective study, dimana telah dilakukan pengumpulan data berdasarkan survei rekam medis.

Hasil penelitian didapati sebanyak 121 data penderita faringitis akut. Kelompok usia lebih dari 50 tahun memiliki jumlah penderita paling tinggi, yaitu 41 orang (33,9%), jenis kelamin penderita faringitis akut paling banyak adalah perempuan, yaitu 70 orang (57,9%), jenis pekerjaan penderita faringitis akut paling banyak sebagai pegawai swasta, yaitu 32 orang (26,4%), keluhan utama penderita faringitis akut yang paling sering adalah nyeri menelan, yaitu 68 orang (56,2%), dan tanda klinis paling banyak pada penderita faringitis akut adalah faring hiperemis, yaitu 90 orang (74,4%).


(5)

ABSTRACT

Acute pharyngitis is a throat inflammation caused by virus, bacteria, allergy, trauma, toxins and others. Transmission occurs by hand contact with nasal discharge and oral contact. National Ambulatory Medical Care Survey has documented between 6.2 to 9.7 million visits to primary care physicians, clinics, and emergency departments each year for children with pharyngitis and more than five million visits per year for adults. Pharyngitis is more common in children and is approximately 15-30 % of cases of pharyngitis in school-aged children.

This study aims to investigate the characteristics of patients with acute pharyngitis in General Hospital Haji Adam Malik from January 2011 to December 2012.

This research is a descriptive study that assesses the characteristics of patients with acute pharyngitis in General Hospital Haji Adam Malik from January 2011 to December 2012. The study designed is cross -sectional retrospective study, which was conducted by gathering data of patients medical records.

The results of the study found 121 patients data with acute pharyngitis. Age group over 50 years old have the highest number of patients, namely 41 patients (33.9 %); acute pharyngitis patients mostly women, that is 70 patients (57.9 %); acute pharyngitis patients occupation mostly as private employees, which is 32 patients (26.4 %); their main complaint most often is painful when swallowing, that account for 68 persons (56.2 %); and most acute pharyngitis patients presented clinical symptoms is pharyngeal hyperemia, namely 90 patients (74.4 %).


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “ Karakteristik Penderita Faringitis Akut di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2011hingga 2012”.

Dalam penyusunan KTI ini, tentu saja penulis menemukan banyak kesulitan dan hambatan, namun penulis mendapatkan banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak sehingga penulisan proposal ini dapat selesai tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

Yang terhormat, Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,

Yang terhormat, Dr. Linda Adenin, Sp. THT-KL selaku dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu untuk membimbing dan mengoreksi proposal dan hasil penelitian ini,

Yang terhormat, Dr. Rina Amelia selaku dosen CRP yang memberi tunjuk ajar dalam proposal penelitian ini,

Yang terhormat, Direktur RSUP Haji Adam Malik Medan yang telah mengizinkan penulis melakukan survei awal dan mengambil data untuk penelitian di rumah sakit yang beliau pimpin,

Yang tercinta, kedua orangtua penulis yaitu Ong Boon Hie dan Saw Yen Hoon, yang telah memberikan dukungan moral,

Yang terkasih, teman seperjuangan penulis Yosefina Imelda Manik yang telah mendukung dan membantu dalam penulisan proposal dan hasil penelitian ini,

Yang terkasih, seluruh sahabat penulis, Pravind Kumar, Jananee Bhaskar, Lee Muh Teck, Eka Putra Pratama dan banyak lagi yang tidak dapat dinamakan satu-persatu turut memberikan motivasi dan dukungan bagi penulis dalam melakukan penelitian ini,


(7)

atas segala kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan berguna pada penulis dan juga masyarakat.

Medan, Desember 2013


(8)

DAFTAR ISI qq Halaman i ii iii iv vi viii ix x 1 1 3 3 3 3 4 5 5 10 10 10 11 12 12 14 14 15 16 16 16 16 17 19 19 19 19 19 19 HALAMAN PENGESAHAN ... ABSTRAK ... ABSTRACT ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB 1 PENDAHULUAN ... 1.1. Latar Belakang ... 1.2. Rumusan Masalah ... 1.3. Tujuan Penelitian ... 1.3.1. Tujuan Umum ... 1.3.2. Tujuan Khusus ...

1.4. Manfaat Penelitian ... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...

2.1. Anatomi Faring ... 2.2. Faringitis Akut ... 2.2.1. Definisi ... 2.2.2. Etiologi ... 2.2.3. Epidemiologi ... 2.2.4. Gejala Klinis ... 2.2.5. Diagnosis ... 2.2.6. Penatalaksanaan ... 2.2.7. Komplikasi ... 2.2.8. Prognosis ... BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL ...

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 3.2. Variabel dan Definisi Operasional ... 3.2.1. Definisi Operasional ... 3.2.2. Variabel ... BAB 4 METODE PENELITIAN ... 4.1. Jenis Penelitian... 4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 4.3. Populasi dan Sampel ... 4.3.1. Populasi ... 4.3.2. Sampel ...


(9)

4.4. Teknik Pengumpulan Data... 4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 5.2. Deskripsi Data Penelitian ... 5.3. Hasil Penelitian ...

5.3.1. Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan

Usia ... 5.3.2. Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan

Jenis Kelamin... 5.3.3. Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan

Pekerjaan ... 5.3.4. Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan

Keluhan Utama ... 5.3.5. Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan

Tanda Klinis ... 5.4. Pembahasan ... BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 6.1. Kesimpulan ... 6.2. Saran ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN 20 20 21 21 21 21 21 22 22 23 23 24 27 27 27 29


(10)

DAFTAR TABEL Judul Nomor

5.1. 5.2. 5.3. 5.4.

5.5.

Halaman Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan Usia ... Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan Jenis ...

Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan Pekerjaan... Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan Keluhan

Utama ... Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan Tanda

Klinis ... 21 22 22

23


(11)

DAFTAR GAMBAR Judul

Nomor 2.1. 2.2. 3.1.

Halaman Anatomi Faring ... Anatomi Faring Bagian Posterior ... Kerangka Konsep Karakteristik Penderita Faringitis Akut ...

6 9 16


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Judul Halaman

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup ... Lampiran 2. Persetujuan Komisi Etik tentang Pelaksanaan

Penelitian Bidang Kesehatan ... Lampiran 3. Ijin Penelitian ... Lampiran 4. Data mentah ( Master Data) ... Lampiran 5. Output Statistik ...

32

33 34 35 40


(13)

ABSTRAK

Faringitis akut merupakan peradangan tenggorokan yang disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, trauma, toksin dan lain-lain. Penularan terjadi bila kontak dengan sekret hidung dan ludah. National Ambulatory Medical Care Survey telah mendokumentasikan antara 6,2-9,7 juta kunjungan anak-anak dengan faringitis ke klinik dan departemen gawat darurat. Setiap tahun, lebih dari 5 juta kunjungan orang dewasa. Faringitis lebih sering terjadi pada anak-anak dan kira-kira 15-30% kasus faringitis pada anak-anak usia sekolah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita faringitis akut di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dari bulan Januari tahun 2011 hingga bulan Desember tahun 2012.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menilai karakteristik penderita faringitis akut di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Januari tahun 2011 hingga bulan Desember tahun 2012. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional retrospective study, dimana telah dilakukan pengumpulan data berdasarkan survei rekam medis.

Hasil penelitian didapati sebanyak 121 data penderita faringitis akut. Kelompok usia lebih dari 50 tahun memiliki jumlah penderita paling tinggi, yaitu 41 orang (33,9%), jenis kelamin penderita faringitis akut paling banyak adalah perempuan, yaitu 70 orang (57,9%), jenis pekerjaan penderita faringitis akut paling banyak sebagai pegawai swasta, yaitu 32 orang (26,4%), keluhan utama penderita faringitis akut yang paling sering adalah nyeri menelan, yaitu 68 orang (56,2%), dan tanda klinis paling banyak pada penderita faringitis akut adalah faring hiperemis, yaitu 90 orang (74,4%).


(14)

ABSTRACT

Acute pharyngitis is a throat inflammation caused by virus, bacteria, allergy, trauma, toxins and others. Transmission occurs by hand contact with nasal discharge and oral contact. National Ambulatory Medical Care Survey has documented between 6.2 to 9.7 million visits to primary care physicians, clinics, and emergency departments each year for children with pharyngitis and more than five million visits per year for adults. Pharyngitis is more common in children and is approximately 15-30 % of cases of pharyngitis in school-aged children.

This study aims to investigate the characteristics of patients with acute pharyngitis in General Hospital Haji Adam Malik from January 2011 to December 2012.

This research is a descriptive study that assesses the characteristics of patients with acute pharyngitis in General Hospital Haji Adam Malik from January 2011 to December 2012. The study designed is cross -sectional retrospective study, which was conducted by gathering data of patients medical records.

The results of the study found 121 patients data with acute pharyngitis. Age group over 50 years old have the highest number of patients, namely 41 patients (33.9 %); acute pharyngitis patients mostly women, that is 70 patients (57.9 %); acute pharyngitis patients occupation mostly as private employees, which is 32 patients (26.4 %); their main complaint most often is painful when swallowing, that account for 68 persons (56.2 %); and most acute pharyngitis patients presented clinical symptoms is pharyngeal hyperemia, namely 90 patients (74.4 %).


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, trauma, toksin dan lain-lain (Rusmarjono dan Efiaty Arsyad Soepardi, 2007). Faringitis lazim terjadi di seluruh dunia, umumnya di daerah beriklim musim dingin dan awal musim semi. Di Amerika Serikat, sekitar 84 juta pasien berkunjung ke dokter akibat infeksi saluran pernafasan akut pada tahun 1998, dimana 25 juta disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas (Aamir Somro, 2011). Menurut National Ambulatory Medical Care Survey, infeksi saluran pernafasan atas, termasuk faringitis akut, bertanggung jawab untuk 200 kunjungan ke dokter per 1000 penduduk per tahun di Amerika Serikat (Alan L. Bisno, 2001). Di negara-negara yang berpenghasilan tinggi, faringitis adalah umum pada anak-anak usia 3 hingga 15 tahun. Di Amerika Serikat, rata-rata anak lingkungan usia 5 tahun terinfeksi faringitis GABHS (Group A Beta Hemolytic Streptococcus) (Aamir Somro, 2011).

Faringitis akut merupakan salah satu klasifikasi dalam faringitis. Faringitis akut adalah suatu penyakit peradangan tenggorok (faring) yang bersifat mendadak dan cepat memberat. Faringitis akut dan tonsillitis akut sering ditemukan bersama-sama dan dapat menyerang semua umur. Faringitis akut dapat disebabkan oleh viral, bakteri, fungal dan gonorea. Penyebab terbanyak radang ini adalah kuman golongan Streptokokus Beta Hemolitikus, Streptokokus viridians dan Streptokokus piogenes. Penyakit ini juga dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti virus influenza dan adenovirus. Faringitis akut dapat menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet infection) dari orang yang menderita faringitis (Rusmarjonno dan Efiaty Arsyad Soepardi, 2007). Kunjungan rawat jalan per tahun bagi faringitis akut adalah sekitar 12 juta di Amerika Serikat (Kelley Struble, 2013). Adenovirus merupakan virus penyebab faringitis akut yang paling sering, sedangkan S. pyogenes ( b-hemolytic group A Streptococcus)


(16)

merupakan bakteri penyebab faringitis akut yang paling umum (Miriam T. Vincent, 2004).

Sebuah penelitian telah dilakukan pada Oktober 2009 hingga Januari 2010 di Hilla Teaching Hospital, Hilla, Iraq mengenai spesimen usap tenggorokan dari 177 pasien yang menderita faringitis akut. Penelitian menunjukkan bahwa 67 hasil kultur dijumpai bakteri Beta Hemolytic Streptococcus, 11 penderita (16,4%) dijumpai Streptococci Anginosus, group C dan F Streptococci dijumpai sebanyak 6,2% dari semua spesimen sebagai penyebab faringitis akut (Alaa H. Al-Charrakh, 2011).

Dari penelitian di Ohio State University, USA, 189 orang dewasa yang menderita faringitis akut telah dilakukan kultur dan evaluasi serologi untuk group A beta haemolytic streptococci (GABHS), Mycoplasma pneumoniae dan Branhamella catarrhalis. 16 pasien terbukti terinfeksi GABHS dan seorang pasien terinfeksi B. catarrhalis ( Robert M. Guthrie, 1988).

Penelitian faringitis akut yang dilakukan di Department of Medicine, Louisiana State University, New Orleans, USA, mendapati 92 orang yang menderita eksudatif faringitis akut (Marvez-Vall EG, 1998). Penelitian dari Department of Emergency Medicine, Nazilli General Hospital, Nazilli, Ayudin, Turkey dijumpai 103 pasien yang menderita faringitis akut yang berumur antara 18 hingga 65 tahun serta mempunyai keluhan nyeri tenggorokan (Tasar A, 2008).

Penelitian lain telah dilakukan oleh 5 orang dokter di klinik keluarga Israeli pada 3 kota dan 1 desa antara Nopember 2001 dan Oktober 2002 dijumpai 80 orang pasien usia antara 18-65 tahun ditemukan memiliki faringitis akut, nyeri tenggorokan, disfagia, demam dan limfadenopati (Alexander Kiderman, 2005).

Informasi mengenai karakteristik penyakit-penyakit THT di Indonesia khususnya faringitis akut di masih sulit diperoleh. Atas pertimbangan data-data tersebut, saya ingin meneliti tentang karakteristik penderita faringitis akut di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011-2012.


(17)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian berupa bagaimanakah karakteristik penderita faringitis akut di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dari tahun 2011- 2012?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita faringitis akut di RSUP H. Adam Malik Medan dari bulan Januari tahun 2011 hingga bulan Desember tahun 2012.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui distrubusi proporsi penderita faringitis akut berdasarkan usia.

2. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita faringitis akut berdasarkan jenis kelamin.

3. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita faringitis akut berdasarkan pekerjaan.

4. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita faringitis akut berdasarkan keluhan utama.

5. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita faringitis akut berdasarkan tanda klinis.


(18)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Bagi peneliti untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian.

2. Bagi masyarakat, meningkatkan pengetahuan tentang faringitis akut. 3. Sebagai sumber data bagi RSUP H. Adam Malik Medan mengenai karakteristik faringitis akut tahun 2011 hingga 2012.

4. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan referensi untuk penelitian yang sama atau terkait.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Faring

Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah serta terletak pada bagian anterior kolum vertebra (Arjun S Joshi, 2011).

Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esophagus setinggi vertebra servikal ke-6. Ke atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring, sedangkan dengan laring di bawah berhubungan melalui aditus laring dan ke bawah berhubungan dengan esophagus. Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam keluar) selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia bukofaringeal (Rusmarjono dan Bambang Hermani, 2007).

Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring) (Arjun S Joshi, 2011). Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir (mukosa blanket) dan otot (Rusmarjono dan Bambang Hermani, 2007).


(20)

Gambar 2.1. Anatomi Faring Atlas of Human Anatomy 4th Edition Faring terdiri atas :

Nasofaring

Batas nasofaring di bagian atas adalah dasar tengkorak, di bagian bawah adalah palatum mole, ke depan adalah rongga hidung sedangkan ke belakang adalah vertebra servikal. Nasofaring yang relatif kecil, mengandung serta berhubungan erat dengan beberapa struktur penting, seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan resesus faring yang disebut fosa Rosenmuller, kantong Rathke, yang merupakan invaginasi struktur embrional hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring di atas penonjolan kartilago tuba Eustachius, koana, foramen jugulare, yang dilalui oleh n. glosofaring, n. vagus dan n.asesorius spinal saraf cranial dan v.jugularis interna,


(21)

bagian petrosus os temporalis dan foramen laserum dan muara tuba Eustachius (Rusmarjono, 2007; Arjun S Joshi, 2011; Rospa Hetharia, 2011).

Orofaring

Orofaring disebut juga mesofaring dengan batas atasnya adalah palatum mole, batas bawah adalah tepi atas epiglottis, ke depan adalah rongga mulut, sedangkan ke belakang adalah vertebra sevikal. Struktur yang terdapat di rongga orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil palatine, fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum (Rusmarjono dan Bambang Hermani, 2007; Rospa Hetharia, 2011).

Laringofaring (Hipofaring)

Batas laringofaring di sebelah superior adalah tepi atas epiglotis, batas anterior ialah laring, batas inferior ialah esofagus, serta batas posterior ialah vertebra servikal. Struktur pertama yang tampak di bawah lidah ialah valekula. Bagian ini merupakan dua cengkungan yang dibentuk oleh ligamentum glosoepiglotika medial dan ligamentum glosoepiglotika lateral pada tiap sisi. Valekula disebut juga “kantong pil” (pill pockets) sebab pada beberapa orang, kadang – kadang bila menelan pil akan tersangkut di situ. Di bawah valekula terdapat epiglotis. Pada bayi epiglotis ini berbentuk omega dan pada perkembangannya akan lebih melebar, meskipun kadang – kadang bentuk infantile (bentuk omega) ini tetap sampai dewasa. Dalam perkembangannya, epiglotis ini dapat menjadi demikian lebar dan tipisnya. Epiglotis berfungsi juga untuk melindungi glotis ketika menelan minuman atau bolus makanan, pada saat bolus tersebut menuju ke sinus piriformis dan ke esophagus (Rusmarjono dan Bambang Hermani, 2007).


(22)

Ruang Faringal

Ada dua ruang yang berhubungan dengan faring yang secara klinis mempunyai arti penting, yaitu ruang retrofaring dan ruang parafaring. Ruang retrofaring( Retropharyngeal space), dinding anterior ruang ini adalah dinding belakang faring yang terdiri dari mukosa faring, fasia faringobasilaris dan otot – otot faring. Ruang ini berisi jaringan ikat jarang dan fasia prevertebralis. Ruang ini mulai dari dasar tengkorak di bagian atas sampai batas paling bawah dari fasia servikalis. Serat – serat jaringan ikat di garis tengah mengikatnya pada vertebra.Di sebelah lateral ruang ini berbatasan dengan fosa faringomaksila (Rusmarjono dan Bambang Hermani, 2007).

Ruang parafaring (Pharyngomaxillary Fossa), ruang ini berbentuk kerucut dengan dasarnya yang terletak pada dasar tengkorak dekat foramen jugularis dan puncaknya pada kornu mayus os hioid. Ruang ini dibatasi di bagian dalam oleh m. konstriktor faring superior, batas luarnya adalah ramus asenden mandibula yang melekat dengan m. pterigoid interna dan bagian posterior kelenjar parotis. Fosa ini dibagi menjadi dua bagian yang tidak sama besarnya oleh os stiloid dengan otot yang melekat padanya. Bagian anterior (presteloid) adalah bagian yang lebih luas dan dapat mengalami proses supuratif sebagai akibat tonsil yang meradang, beberapa bentuk mastoiditis atau petrositis, atau dari karies dentis. Bagian yang lebih sempit di bagian posterior (post stiloid) berisi a.karotis interna, v. jugularis interna, n. vagus yang dibungkus dalam suatu sarung yang disebut selubung karotis (carotid sheath). Bagian ini dipisahkan dari ruang retrofaring oleh sesuatu lapisan fasia yang tipis (Rusmarjono dan Bambang Hermani, 2007).


(23)

Gambar 2.2 Anatomi Faring Bagian Posterior Atlas of Human Anatomy 4TH Edition


(24)

2.2. Faringitis Akut 2.2.1. Definisi

Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus atau bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran kelenjar getah bening leher dan malaise (Miriam T. Vincent, 2004). Faringitis akut dan tonsillitis akut sering ditemukan bersama-sama dan dapat menyerang semua umur. Penyakit ini ditular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah ( droplet infections) (Rusmarjono, 2001).

2.2.2. Etiologi

Faringitis dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Banyak mikroorganisme yang dapat menyebabkan faringitis, antaranya virus (40-60%) dan bakteri (5-40%) yang paling sering ( Rusmarjono dan Efiaty Arsyad Soepardi, 2007).

Kebanyakan faringitis akut disebabkan oleh agen virus. Virus yang menyebabkan faringitis termasuk Influenza virus, Parainfluenza virus, Coronavirus, Coxsackie viruses A dan B, Cytomegalovirus, Adenovirus dan Epstein Barr Virus (EBV). Selain itu, infeksi Human Immunodeficiency virus (HIV) juga dapat menyebabkan terjadinya faringitis (John L. Boone, 2003; Anthony W Chow, 2013).

Faringitis akut yang disebabkan oleh bakteri termasuk Group A Beta Hemolytic Streptococcus (GABHS), Group C Beta Hemolytic Streptococcus, Neisseria gonorrhoeae, Corynebacterium diphtheria, Arcanobacterium haemolyticum dan sebagainya. Infeksi Group A Beta Hemolytic Streptococcus (GABHS) merupakan penyebab faringitis akut pada 5-15% dewasa dan 20-30% pada anak-anak (5-15 tahun) (Ferri, 2012; Rusmarjono dan Efiaty Arsyad Soepardi, 2007).


(25)

kontak orogenital. Dalam sebuah penelitian pada orang dewasa yang terinfeksi gonorea, faringitis gonokokal ditemukan 20% pada pria homoseksual, 10% pada wanita dan 3% pada pria heteroseksual. Sekitar 50% individu yang terinfeksi adalah tanpa gejala, meskipun odinofagia, demam ringan dan eritema dapat terjadi (John L. Boone, 2003).

Selain itu, Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring dan menyumbang terjadinya faringitis fungal. Faringitis gonorea hanya terdapat pada pasien yang menlakukan kontak orogenital (Rusmarjono dan Efiaty Arsyad Soepardi, 2007).

Faktor resiko lain penyebab faringitis akut yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan tubuh yang disebabkan infeksi virus influenza, konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan, merokok, dan seseorang yang tinggal di lingkungan kita yang menderita sakit tenggorokan atau demam (Jill Gore, 2013).

2.2.3. Epidemiologi

Faringitis merupakan penyakit umum pada dewasa dan anak-anak. National Ambulatory Medical Care Survey dan National Hospital Ambulatory Medical Care Survey telah mendokumentasikan antara 6,2-9,7 juta kunjungan anak-anak dengan faringitis ke klinik dan departemen gawat darurat setiap tahun, dan lebih dari 5 juta kunjungan orang dewasa per tahun (Mary T. Caserta, 2009). Menurut National Ambulatory Medical Care Survey, infeksi saluran pernafasan atas, termasuk faringitis akut, dijumpa 200 kunjungan ke dokter per 1000 penduduk per tahun di Amerika Serikat (Alan L. Bisno, 2001).

Frekuensi munculnya faringitis lebih sering pada populasi anak-anak. Kira-kira 15-30% kasus faringitis pada anak-anak usia sekolah dan 10% kasus faringitis pada orang dewasa terjadi pada musim sejuk adalah akibat dari infeksi Group A Streptococcus. Faringitis jarang terjadi pada anak-anak kurang dari 3 tahun (John R Acerra, 2013).


(26)

2.2.4. Gejala Klinis

Gejala-gejala yang timbul pada faringitis akut bergantung pada mikroorganismenya. Faringitis akut yang disebabkan bakteri mempunyai gejala nyeri kepala yang hebat, demam atau menggigil, malaise, nyeri menelan, muntah dan mungkin batuk tapi jarang (Rusmarjono, 2007). Faringitis akibat infeksi bakteri Streptococcus group A dapat diperkirakan dengan menggunakan Centor criteria, yaitu demam, limfaadenopati pada anterior servikal, eksudat pada tonsil, tidak ada batuk (Jill Gore, 2013).

Faringitis yang disebabkan virus biasanya mempunyai gejala nyeri tenggorokan yang parah dan dapat disertai dengan batuk, suara serak dan nyeri substernal. Demam, menggigil, malaise, mialgia dan sakit kepala juga dapat terjadi (John L. Boone, 2003). Sedangkan gejala pada faringitis fungal adalah nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis (Rusmarjono, 2007).

2.2.5. Diagnosis

Pada faringitis akut yang disebabkan oleh bakteri, pemeriksaan pada faring yang dapat dilihat yaitu adanya eritema faring dan tonsil, eksudat pada faring dan tonsil, petechiae palatine, edema uvula dan limfadenopati servikalis anterior. Tidak semua pasien didapati dengan semua gejala tersebut, banyak pasien datang dengan gejala yang ringan dan tanpa eksudatif. Anak-anak di bawah 3 tahun dapat disertai coryza dan krusta hidung. Faringitis dengan eksudat jarang terjadi pada umur ini (Alan, et.al.,2001).

Pada faringitis viral, pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza, Coxsachie virus dan Cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat. Coxsachie virus dapat menimbulkan lesi vesicular di orofaring dan lesi kulit berupa maculopapular rash. Epstein Barr Virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai produksi eksudat pada faring yang banyak. Terdapat


(27)

pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh terutama retroservikal dan hepatosplenomegali (Rusmarjono, 2007).

Diagnosis biasanya dibuat tanpa kesulitan, terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarah ke faringitis. Biakan tenggorokan membantu dalam menentukan organisme penyebab faringitis, dan untuk membedakan faringitis karena bakteri atau virus. Sangatlah penting untuk mengetahui onset, durasi, progresifitas dan tingkat keparahan dari gejala yang menyertai seperti demam, batuk, kesukaran bernafas, pembengkakan limfonodi, paparan infeksi, dan adanya penyakit sistemik lainnya seperti diabetes dan lain-lain. Faring harus diperiksa apakah terdapat tanda-tanda eritem, hipertrofi, adanya benda asing, eksudat, massa, petechie dan adenopati (Miriam T. Vincent, 2004).

Juga penting untuk menanyakan gejala yang dialami pasien seperti demam, timbulnya ruam kulit (rash), adenopati servikalis dan coryza. Jika dicurigai faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus, seorang dokter harus mendengar adanya suara murmur pada jantung dan mengevaluasi apakah pada pasien terdapat pembesaran lien dan hepar. Apabila terdapat tonsil eksudat, pembengkakan kelenjar limfe leher, tidak disertai batuk dan suhu badan meningkat sampai 38ºC maka dicurigai adanya faringitis karena infeksi GABHS (Alan, et.al.,2001)

Kultur tenggorokan merupakan suatu metode yang dilakukan untuk menegaskan suatu diagnosis dari faringitis yang disebabkan oleh bakteri GABHS. Untuk mencapai hasil yang akurat, pangambilan swab dilakukan pada daerah tonsil dan dinding faring posterior. Spesimen diinokulasi pada agar darah dan ditanami disk antibiotik. Kriteria standar untuk penegakan diagnosis infeksi GABHS adalah persentase sensitifitas mencapai 90-99 %. Kultur tenggorok sangat penting bagi penderita yang lebih dari 10 hari (Miriam T. Vincent, 2004).


(28)

2.2.6. Penatalaksanaan

Terapi pada penderita faringitis viral dapat diberikan aspirin atau asetaminofen untuk membantu mengurangi rasa sakit dan nyeri pada tenggorokan. Penderita dianjurkan untuk beristirahat di rumah dan minum yang cukup. Kumur dengan air hangat. Faringitis yang disebabkan oleh virus dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan (Rusmarjono, 2007).

Terapi untuk faringitis bakterial diberikan antibiotik terutama bila diduga penyebab faringitis akut ini grup A Streptokokus β hemolitikus. Dapat juga diberikan Penicilin G Banzatin 50.000 U/kgBB, IM dosis tunggal, atau amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3 x 500mg selama 6-10 hari, jika pasien alergi terhadap penisilin maka diberikan eritromisin 4x500 mg/hari. Kumur dengan air hangat atau antiseptik beberapa kali sehari (Rusmarjono, 2007).

Faringitis yang disebabkan Candida dapat diberikan Nystasin 100.00 – 400.000 2 kali/hari dan faringitis yang disebabkan Gonorea dapat diberikan Sefalosporin generasi ke-3, Ceftriakson 250mg secara injeksi intramuskular (Rusmarjono, 2007)

2.2.7. Komplikasi

Komplikasi umum pada faringitis termasuk sinusitis, otitis media, epiglottitis, mastoiditis, dan pneumonia. Faringitis yang disebabkan infeksi streptokokus jika tidak diobati dapat menyebabkan demam reumatik akut, peritonsillar abses, peritonsillar cellulitis, abses retrofaringeal, toxic shock syndrome dan obstruksi saluran pernasafan akibat dari pembengkakan laring. Demam reumatik akut dilaporkan terjadi pada1 dari 400 infeksi GABHS yang tidak diobati (John R. Acerra, 2013).


(29)

2.2.8. Prognosis

Prognosis untuk faringitis akut sangat baik pada sebagian besar kasus. Biasanya faringitis akut sembuh dalam waktu 10 hari, namun harus berhati-hati dengan komplikasi yang berpotensi terjadi (John R. Acerra, 2013).


(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambaran 3.1 Kerangka Konsep Karakteristik Penderita Faringitis Akut

3.2. Variabel dan Definisi Operasional

Judul penelitian : Karakteristik Penderita Faringitis Akut di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011 hingga tahun 2012.

3.2.1. Definisi operasional

Penderita faringitis akut adalah pasien yang dinyatakan menderita faringitis akut berdasarkan hasil diagnosa dokter dan tercatat dalam rekam medis.

Data Rekam Medis

Karakteristik Penderita Faringitis Akut - Usia

- Jenis Kelamin - Pekerjaan - Keluhan Utama - Tanda Klinis Penderita

Faringitis Akut


(31)

3.2.2. Variabel

 Usia adalah usia pasien pertama kali didiagnosa menderita faringitis akut yang tercatat dalam rekam medis di RSUP H. Adam Malik.

- ≤ 10 tahun - 11-20 tahun - 21-30 tahun - 31-40 tahun - 41-50 tahun - >50 tahun

 Jenis kelamin adalah jenis kelamin pasien yang tercatat dalam rekam medis.

- Laki-laki - Perempuan

 Pekerjaan adalah pekerjaan penderita faringitis akut yang tercatat dalam data rekam medis.

- Pegawai Negeri Sipil - Pegawai Swasta - Pelajar/ Mahasiswa - Ibu rumah tangga - Tidak bekerja/ pensium - Lain-lain


(32)

 Keluhan utama adalah keluhan paling banyak yang membuat penderita faringitis akut datang berkunjung ke dokter THT di RSUP H. Adam Malik.

- Nyeri tenggorokan - Nyeri menelan

- Mengganjal di tenggorokan - Batuk

 Tanda klinis adalah tanda yang tampak pada penderita faringitis akut dan tercatat pada rekam medis.

- Faring hiperemis

- Faring hiperemis + Eksudat pada faring


(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menilai karakteristik penderita faringitis akut di RSUP H. Adam Malik Medan pada bulan Januari tahun 2011 hingga bulan Desember tahun 2012. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional retrospective study, dimana telah dilakukan pengumpulan data berdasarkan survei rekam medis sub bagian THT di RSUP H. Adam Malik Medan.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai November 2013 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien yang sudah terdiagnosa oleh dokter menderita faringitis akut dan terdaftar pada rekam medis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode Januari 2011- Desember 2012. 4.3.2. Sampel

Kriteria inklusi: seluruh data penderita faringitis akut di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2011-2012. Adapun besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sama dengan jumlah populasi (total sampling).

Kriteria eksklusi: data rekam medis yang tidak lengkap yaitu tidak terdapat variabel yang ingin diteliti, dan pasien dengan penyakit penyerta yang lain yaitu tonsilitis.


(34)

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan seluruh rekam medis pasien penderita faringitis akut selama tahun 2011-2012 yang didapat di bagian rekam medis RSUP H. Adam Malik. Pada rekam medis tersebut dilihat variabel yang akan diteliti yaitu usia, jenis kelamin, pekerjaan, keluhan utama dan gejala-gejala klinis sebagai karakteristik penderita faringitis akut selama tahun 2011-2012 kemudian dilakukan pencatatan sesuai dengan variabel yang diteliti.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Semua data yang terkumpul diolah dan disusun dengan bantuan program komputer dan kemudian akan dianalisa secara statistik dengan menggunakan tabel distribusi.


(35)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan yang terletak di Jalan Bungalow No.17, Medan. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit umum daerah untuk wilayah Sumatera Utara dan merupakan rumah sakit kelas A serta merupakan rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan.

5.2. Deskripsi Data Penelitian

Data penderita faringitis akut yang diperoleh selama periode Januari 2011 hingga Desember 2012 sebanyak 121 data. Semua data diperoleh dari data sekunder yaitu rekam medis pasien penderita faringitis akut yang berobat ke RSUP H. Adam Malik.

5.3. Hasil Penelitian

5.3.1. Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan Usia Tabel 5.1. Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Penderita Persentase (%)

≤10 5 4,1

11-20 8 6,6

21-30 20 16,5

31-40 21 17,4

41-50 26 21,5

>50 41 33,9

Total 121 100,0

Dari tabel di atas, dijumpai penderita faringitis akut yang paling banyak adalah dari kelompok usia lebih dari 50 tahun sebanyak 41 orang (33,9%),


(36)

kemudian diikuti dengan kelompok usia 41-50 tahun sebanyak 26 orang (21,5%), kelompok usia 31-40 tahun sebanyak 21 orang (17,4%), kelompok usia 21-30 tahun sebanyak 20 orang (16,5%), kelompok usia 11-20 tahun sebanyak 8 orang (6,6%), dan yang paling sedikit dijumpai pada kelompok usia kurang dari 10 tahun sebanyak 5 orang (4,1%).

5.3.2. Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5.2. Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa jenis kelamin penderita faringitis akut yang paling banyak adalah perempuan, sebanyak 70 orang (57,9%). Sedangkan, jenis kelamin laki-laki sebanyak 51 orang (42,1%).

5.3.3. Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan Pekerjaan Tabel 5.3. Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Jumlah Penderita Persentase (%)

Pegawai Negeri Sipil 29 24,0

Pegawai Swasta 32 26,4

Pelajar/Mahasiswa 17 14,0

Ibu Rumah Tangga 26 21,5

Tidak Bekerja/Pensium 11 9,1

Lain-lain 6 5,0

Total 121 100,0

Dari tabel di atas, diperoleh jenis pekerjaan penderita faringitis akut yang paling banyak adalah Pegawai Swasta dengan jumlah 32 orang (26,4%), kemudian diikuti dengan pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan jumlah

Jenis Kelamin Jumlah Penderita Persentase (%)

Laki-laki 51 42,1

Perempuan 70 57,9


(37)

29 orang (24%), jenis pekerjaan ibu rumah tangga sebanyak 26 orang (21,5%), pelajar atau mahasiswa sebanyak 17 orang (14,0%), penderita yang tidak bekerja atau sudah pensium sebanyak 11 orang (9,1%), dan paling sedikit adalah jenis pekerjaan lain-lain dengan jumlah 6 orang (5,0%).

5.3.4. Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan Keluhan Utama Tabel 5.4. Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan Keluhan Utama

Keluhan Utama Jumlah Penderita Persentase (%)

Nyeri Tenggorokan 27 22,3

Nyeri Menelan 68 56,2

Mengganjal di Tenggorokan 8 6,6

Batuk 18 14,9

Total 121 100,0

Dari tabel di atas, diperoleh keluhan utama penderita faringitis akut yang paling banyak adalah nyeri menelan dengan jumlah 68 orang (56,2%), kemudian diikuti dengan nyeri tenggorokan dengan jumlah 27 orang (22,3%), dan batuk dengan jumlah 18 orang (14,9%). Keluhan mengganjal pada tenggorokan memiliki jumlah penderita faringitis akut yang paling sedikit yaitu 8 orang (6,6%).

5.3.5. Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan Tanda Klinis Tabel 5.5. Distribusi Penderita Faringitis Akut Berdasarkan Tanda Klinis

Tanda Klinis Jumlah Penderita Persentase (%)

Faring Hiperemis 90 74,4

Faring Hiperemis + Eksudat pada Faring

26 21,5

Faring Hiperemis + Kelenjar Getah Bening Bengkak

5 4,1


(38)

Dari tabel di atas, diperoleh tanda klinis penderita faringitis akut yang paling banyak adalah faring hiperemis dengan jumlah 90 orang (74,4%), seterusnya diikuti dengan faring hiperemis bersamaan dengan terdapat eksudat pada faring sebanyak 26 orang (21,5%). Faring hiperemis disertai dengan kelenjar getah bening yang membengkak memiliki jumlah paling sedikit yaitu 5 orang (4,1%).

5.4. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan data sekunder rekam medis di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2011 dan 2012, diperoleh data mengenai karakteristik yang dimiliki oleh pasien penderita faringitis akut yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Data-data tersebutlah yang akan digunakan sebagai dasar dari pembahasan hasil akhir penelitian ini.

Dari hasil penelitian ini, berdasarkan karakteristik usia pada tabel 5.1, yang paling banyak penderita faringitis didapati dari kelompok usia lebih dari 50 tahun (33,9%) dan paling sedikit penderita faringitis pada kelompok usia kurang dari 10 tahun (4,1%). Menurut Mandell, Douglas, and Bennett’s Principles and Practice of Infectious Diseases, menyatakan bahwa faringitis merupakan penyakit yang paling sering dijumpai pada anak-anak dan dewasa, lebih kurang 50% kasus terdiagnosa pada pasien usia 5 hingga 24 tahun (Mandell, 2009). Menurut Journal of the American Academy of Family Physicians, faringitis akut dapat menyerang pada semua umur, penyebab faringitis yang paling sering adalah Group A Beta-Hemolytic Streptococcal (GABHS) 15 hingga 30% kasus faringitis terjadi pada anak-anak dan 5 hingga 15% kasus terjadi pada dewasa (Miriam T. Vincent, 2004). Terdapat perbedaan penelitian dari peneliti yang menunjukkan pasien usia tua lebih banyak menderita faringitis akut dibanding dengan penelitian-penelitian lain yang mengatakan pasien usia muda yang lebih banyak. Hal ini mungkin karena kekebalan dan immunitas tubuh penderita usia tua lebih lemah dibanding penderita usia muda sehingga mudah terinfeksi mikroorganisme. Menurut artikel Biology of Aging dari National Institute on Aging, semakin tambahnya usia,


(39)

sistem kekebalan tubuh bawaan dan sistem kekebalan adaptif tubuh semakin lemah. Sistem immunitas pada orang tua lebih lemah dibanding anak-anak dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh dari suatu penyakit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita faringitis berdasarkan jenis kelamin dijumpai perempuan (57,9%) lebih banyak daripada lelaki (42,1%). Namun, menurut Ferri’s Clinical Advisor 2013, edisi pertama, jenis kelamin perempuan maupun lelaki mempunyai peluang yang sama untuk terjadinya faringitis akut, tidak ada jenis kelamin yang lebih dominant untuk menderita faringitis akut (Ferri, 2012). Menurut Medscape tentang faringitis, tidak ada predileksi seksual mengenai jenis kelamin yang lebih rentan terinfeksi faringitis akut (Kelly Struble, 2013). Oleh itu, walaupun terdapat sedikit perbedaan persentase antara hasil jenis kelamin perempuan dan lelaki, tidak bermakna untuk terjadinya faringitis akut.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa jenis pekerjaan Pegawai Swasta memiliki jumlah penderita faringitis akut yang paling banyak (26,4%) diikuti Pegawai Negeri Sipil (24%). Belum ada penelitian yang spesifik mengenai hubungan jenis pekerjaan dengan menderita faringitis akut namun mungkin jenis pekerjaan seperti pegawai-pegawai yang mempunyai interaksi sosial yang besar rentan terinfeksi penyakit faringitis akut. Hal ini karena infeksi faringitis akut tertular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet infections) (Rusmarjono dan Efiaty A. Soepardi, 2007). Menurut journal American Family Physician mengenai faringitis akut, transmisi viral atau bakteri faringitis akut muncul paling sering dengan kontak tangan dengan cairan hidung daripada kontak oral (Miriam T. Vincent, 2004). Berjabatan tangan dan berkomunikasi antara pegawai-pegawai akan meningkatkan resiko tertular dan menderita faringitis akut.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa keluhan utama paling banyak dari penderita faringitis akut adalah nyeri menelan (56,2%), selanjutnya nyeri tenggorokan (22,3%), batuk (14,9%), dan paling sedikit adalah keluhan rasa mengganjal di tenggorok (6,6%). Menurut buku ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorok Kepala Leher, faringitis akut akan menimbulkan keluhan


(40)

nyeri tenggorok, nyeri menelan, sulit menelan, batuk dan otalgia (Rusmarjono dan Efiaty Arsyad Soepardi, 2007), sedangkan menurut Journal of the American Academy of Physician Assistants tentang faringitis akut, nyeri tenggorokan merupakan keluhan utama bagi penyakit faringitis akut (Gore, Jill M., 2013). Menurut journal Review Pharyngitis and Sore Throat dari College of Conventional Medicine, Islamia University, Pakistan, menyatakan bahwa nyeri atau tidak nyaman pada tenggorokan dan nyeri menelan (odinofagia) pada penderita faringitis akut merupakan diagnosa paling penting untuk penyakit faringitis akut (Aamir Somro, 2011). Oleh itu, berdasarkan anamnesia pasien, keluhan utama sudah hampir dapat mendignosakan pasien menderita faringitis akut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanda klinis yang paling banyak dijumpai pada penderita faringitis akut adalah tanda faring hiperemis (74,4%) seterusnya faring hiperemis dan eksudat pada faring (21,5%), dan paling sedikit adalah tampak faring hiperemis disertai pembesaran kelenjar getah bening (4,1%). Menurut buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorok Kepala Leher, faringitis akut yang disebabkan viral atau bakteri, dapat menyebabkan faring hiperemis (Rusmarjono dan Efiaty Arsyad Soepardi, 2007). Menurut Gore, Jill M. (2013), faringitis adalah inflamasi pada dinding faring. Pada pemeriksaan klinis dapat terlihat faring hiperemis. Faringitis yang disebabkan oleh GABHS biasanya dapat terdiagnosa dengan dijumpainya eksudat pada faring, demam, pembesaran kelenjar getah bening dan tidak ada keluhan batuk (John L. Boone, MD, 2003). Hal ini menunjukkan bahwa faring hiperemis harus dijumpai pada penderita untuk memastikan diagnosanya sebagai faringitis akut. Faring hiperemis dengan eksudat dan pembesaran kelenjar getah bening muncul tergantung dengan varian mikroorganisme yang terinfeksi.


(41)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai karakteristik penderita faringitis akut di RSUP H. Adam Malik tahun 2011 hingga 2012 dengan jumlah data penderita sebanyak 121 orang, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Distribusi kelompok usia pada penderita faringitis akut paling banyak adalah lebih dari 50 tahun sebanyak 41 orang (33,9%).

2. Distribusi jenis kelamin pada penderita faringitis akut paling banyak pada perempuan yaitu 70 orang (57,9%).

3. Distribusi jenis pekerjaan pada penderita faringitis akut yang paling banyak adalah Pegawai Swasta yaitu sebanyak 32 orang (26,4%).

4. Distribusi keluhan utama pada penderita faringitis akut yang paling banyak adalah nyeri menelan yaitu sebanyak 68 orang (56,2%).

5. Distribusi tanda klinis pada penderita faringitis akut yang paling banyak adalah faring hiperemis yaitu sebanyak 90 orang (74,4%).

6.2. Saran

Terdapat beberapa saran yang dapat diberikan dari penelitian ini :

1. Penelitian selanjutnya agar menggunakan desain penelitian yang lain misalnya analitik mengenai faringitis akut. Sebaiknya menggunakan populasi yang lebih luas dengan menggunakan data rekam medis dari beberapa rumah sakit dan meneliti variabel faringitis akut yang lebih beragam, serta rentang waktu pengambilan sampel diperpanjangkan, yang bertujuan untuk memperkaya data sehingga karakteristik penderita faringitis akut dapat dikenali dengan lebih baik.


(42)

2. Pihak RSUP H. Adam Malik Medan sebaiknya meningkatkan kualitas dan melengkapi data rekam medik pasien, sehingga penelitian pada masa yang akan datang dapat memberikan hasil yang lebih cepat dan lengkap. Penulisan isi rekam medis yang jelas dan rapih juga harus dilakukan supaya tidak terjadi kesalahan dalam membaca isi rekam medis tersebut.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Aamir Somro et al., 2011. Pharyngitis and Sore Throat: A Review. In: African Journal of Biotechnology Vol. 10(33), ppp. 6190-6197. Available From: http://www.academicjournals.org/AJB [Accessed: 4 Jun 2013]

Alan L. Bisno, M.D., 2011. Acute Pharyngitis: Primary Care. In: The New England Journal of Medicine 2011; 344:205-211. Available From: http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJM200101183440308 [Accessed: 4 Jun 2013]

Alaa H. Al-Charrakh, Al-Khafaji JK and Al-Rubaye RH, 2011. Prevalence of B-Hemolytic Group C and F Streptococci in Patients With Acute Pharyngitis. Department of Microbiology, College of Medicine, Babylon University,

Babylon, Iraq. Available From:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22540078 [ Accessed: 4 Jun 2013] Alexander Kiderman, 2005. Adjuvant Prednisone Therapy in Pharyngitis: A

Randomised Controlled Trial from General Pratice. In: The British Journal of General Practice. 2005 March 1; 55(512): 218-221. Available From: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1463093 [Accessed: 4 Jun 2013]

Anthony W Chow and Shira Doron, 2013. Evaluation of Acute Pharyngitis in Adults. Available From: http://www.uptodate.com/contents/evaluation-of-acute-pharyngitis-in-adults [Accessed: 4 Jun 2013]

Arjun S Joshi, 2011. Pharynx Anatomy. Available From:

http://emedicine.medscape.com/article/1949347-overview#showall [Accessed: 4 Jun 2013]

Ferri, 2013. Pharyngitis/ Tonsilitis. In: Ferri: Ferri’s Clinical Advisor 2013, 1st ed.

Available From:


(44)

7&uniqId=412762026-1430#4-u1.0-B978-0-323-08373-7..00025-X--s2610 [Accessed: 4 Jun 2013]

Frank H. Netter, MD., 2006. Pharynx: Median Section and Pharynx: Opened Posterior View. In: Atlas of Human Anatomy 4th Edition. Section 1 Head and Neck.Plate 63, 66.

Jill Gore, 2013. Acute Pharyngitis. In: Journal of the American Academy of Physician Assistants: February 2013- Volume 26-Issue 2- p 57-58. Available From:http://journals.lww.com/jaapa/Fulltext/2013/02000/Acute_Pharyngitis. 12.aspx [Accessed: 4 Jun 2013]

John L. Boone, MD., 2003. Etiology of Infectious Diseases of the Upper Respiratory Tract. In: Ballenger’s Otorhinolaryngology Head and Nexk Surgery. 16th Edition. 2003 BC Decker Inc. Chapter 30. P: 635-7.

Kelly Struble, 2013. Bacterial Pharyngitis. In:

http://emedicine.medscape.com/article/225243-overview#a0199 [Accessed: 4 Jun 2013]

Mary T. Caserta and Anthony R. Flores, 2013. Pharyngitis In: Mandell: Mandell, Douglas, and Bennett’s Principles and Practice of Infectious Diseases, 7th ed.Volume 1, Part II, Section B, Chapter 54, p: 815-821. Available From: http://www.mdconsult.com/books/page.do?eid=4-u1.0-B978-0-443-06839- 3..00054-0--s0015&isbn=978-0-443-06839-3&uniqId=412762026-1459#4-u1.0-B978-0-443-06839-3..00054-0--s0015 [Accessed: 4 Jun 2013]

Marvez-Valls EG, Ernst AA, Gray J. and Johnson WD. 1998. The Role of Betamethasone in the Treatment of Acute Exudative Pharyngitis. In: Acad

Emerg Med. 1988 Jun; 5(6): 567-72. Available From:


(45)

Miriam T. Vincent, M.D., M.S., Nadhia Clestin, M.D., and Aneela N. Hussain, M.D., 2004. Pharyngitis. In: A Peer-Reviewed Journal of the American Academy of Family Physician, 2004. State University of New York-Downstate Medical Center, Brooklyn, New York. Available From: http://www.aafp.org/afp/2004/0315/p1465.html [Accessed: 4 Jun 2013] Rospa H. dan Sri Mulyani, 2011. Tenggorokan Atas (Faring dan Tonsil). Dalam: Asuhan Keperawatan Gangguan THT. Jakarta: TIM, 2011. Edisi Pertama:

99-100, 154-156.

Robert M. Guthrie, et al., 1988. Aetiology of Acute Pharyngitis and Clinical Response to Empirical Therapy with Erythromycin Versus Amoxicillin. In:

Family Practice 1988; 5: 29-35. Available From:

http://fampra.oxfordjournals.org/content/5/1/29.abstract [Accessed: 4 Jun 2013]

Rusmarjono dan Bambang Hermani, 2007. Bab IX Nyeri Tenggorok. Dalam: Efiaty A.S., Nurbaiti I., Jenny B. dan Ratna D.R.. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta, 2007. Edisi ke-6: 212-215; 217-218.

Tasar A., et al., 2008. Clinical Efficacy of Dexamethasone for Acute Exudative Pharyngitis. In: J Emerg Med, 2008 Nov;35(4): 363-7. Available From: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18468831 [Accessed: 4 Jun 2013] U.S. Department of Health and Human Services. National Institute on Aging,

2011. Biology of Aging: Research Today for a Healthier Tomorrow.

Available From:

http://www.nia.nih.gov/health/publication/biology-aging/immune-system-can-your-immune-system-still-defend-you-you-age [ Accessed: 18 December 2013]


(46)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ong Hooi Fan

Tempat/Tanggal Lahir : Malaysia / 17-08-1992

Agama : Buddhist

Alamat : Jalan Dr. Mansyur, No. 34, Medan, Indonesia.

Riwayat Pendidikan : 1. SJK (C) Lick Hung

2. SMK USJ 12 3. President College

Riwayat Organisasi : 1. Anggota PKPMI


(47)

(48)

(49)

Lampiran 4

Data Mentah

Data Penelitian Rekam Medis Penderita Faringitis Akut di RSUP H.Adam Malik Tahun 2011

No. Umur J. Kel. Pekerjaan Keluhan Gejala Klinis

1 00.10.08.36 66 L P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis

2 00.00.39.05 57 L P. Negeri Nyeri tenggorokan Faring hiperemis

3 00.44.86.54 21 P Mahasiswa Nyeri menelan Faring hiperemis

4 00.06.90.43 48 P P. Negeri Nyeri tenggorokan Faring hiperemis

5 00.42.03.83 32 L P. Swasta Nyeri menelan Faring hiperemis

6 00.02.28.83 66 P P. Negeri Nyeri tenggorokan Faring hiperemis

7 00.37.69.70 46 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis, Eksudat pada faring

8 00.05.50.86 60 P Tidak kerja Nyeri tenggorokan Faring hiperemis

9 00.28.90.60 54 P PNS Nyeri menelan Faring hiperemis

10 00.26.23.27 46 L Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis

11 00.40.64.79 55 P Petani Nyeri tenggorokan Faring hiperemis, Eksudat pada faring

12 00.25.83.16 31 P P. Negeri Nyeri tenggorokan Faring hiperemis

13 00.22.08.62 46 L PNS Batuk Faring hiperemis

14 00.37.04.97 57 L Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis

15 00.30.15.91 55 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis, Eksudat pada faring

16 00.47.38.54 33 P Ibu RT Batuk Faring hiperemis, Eksudat pada faring

17 00.49.63.02 21 L Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis

18 00.49.23.19 73 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis

19 00.49.10.35 37 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis

20 00.46.16.34 58 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis

21 00.49.23.42 6 L Pelajar Batuk Faring hiperemis

22 00.47.89.14 43 L Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis

23 00.46.48.17 33 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis

24 00.46.28.56 40 P P. Swasta Nyeri menelan Faring hiperemis

25 00.48.67.60 21 P Mahasiswa Batuk Faring hiperemis, Eksudat pada faring

26 00.48.45.85 21 P Mahasiswa Nyeri menelan Faring hiperemis

27 00.47.25.39 40 L Wiraswasta Batuk Faring hiperemis, Eksudat pada faring

28 00.47.38.54 33 P Ibu RT Batuk Faring hiperemis

29 00.47.81.18 38 P Ibu RT Nyeri tenggorokan Faring hiperemis, Eksudat pada faring

30 00.49.02.20 28 L Wiraswasta Mengganjal di tenggorokan Faring hiperemis

31 00.48.21.20 5 P Bawah Umur Batuk Faring hiperemis

32 00.47.78.37 66 L Pensiuman Nyeri menelan Faring hiperemis

33 00.46.12.68 52 L Petani Nyeri menelan Faring hiperemis

34 00.46.12.75 56 L P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis


(50)

36 00.47.48.12 44 P P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis

37 00.47.04.93 38 P Ibu RT Nyeri tenggorokan Faring hiperemis

38 00.48.08.11 8 P Pelajar Nyeri menelan Faring hiperemis, Eksudat pada faring

39 00.47.96.74 44 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis

40 00.44.86.54 21 P Mahasiswa Nyeri menelan Faring hiperemis

41 00.49.42.59 18 L Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis, Eksudat pada faring

42 00.46.16.34 58 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis

43 00.49.23.19 73 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis

44 00.37.01.32 16 L Pelajar Nyeri menelan Faring hiperemis

45 00.45.29.78 71 P Ibu RT Mengganjal di tenggorokan Faring hiperemis

46 00.33.18.45 54 L PNS Nyeri tenggorokan Faring hiperemis

47 00.32.81.51 37 P Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis

48 00.45.54.88 57 P Pensiuman Mengganjal di tenggorokan Faring hiperemis

49 00.45.90.40 41 L Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis

50 00.47.48.12 44 P P. Negeri Nyeri tenggorokan Faring hiperemis

51 00.42.32.10 27 L Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis


(51)

Data Mentah

Data Penelitian Rekam Medis Penderita Faringitis Akut di RSUP H.Adam Malik Tahun 2012

No. Umur J. Kel. Pekerjaan Keluhan Gejala Klinis

1 00.50.15.54 15 P Pelajar Nyeri menelan Faring hiperemis, Eksudat pada faring

2 00.51.15.77 39 L Petani Nyeri menelan Faring hiperemis, Eksudat pada faring

3 00.51.06.16 16 L Pelajar Nyeri menelan Faring hiperemis, KGB bengkak

4 00.51.23.99 13 P Pelajar Batuk Faring hiperemis

5 00.51.34.09 15 P Ibu RT Batuk Faring hiperemis, Eksudat pada faring

6 00.51.22.87 26 L P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis, Eksudat pada faring

7 00.51.48.58 22 P Mahasiswa Nyeri tenggorokan Faring hiperemis

8 00.51.20.66 43 P Ibu RT Nyeri tenggorokan Faring hiperemis, Eksudat pada faring

9 00.51.04.35 7 L Pelajar Nyeri menelan Faring hiperemis, KGB bengkak

10 00.51.03.31 41 P Ibu RT Nyeri tenggorokan Faring hiperemis

11 00.51.01.68 26 L P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis

12 00.50.49.41 28 P P. Swasta Nyeri menelan Faring hiperemis

13 00.50.19.26 48 L P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis

14 00.50.81.58 55 L Wiraswasta Batuk Faring hiperemis

15 00.50.86.30 27 L Wiraswasta Batuk Faring hiperemis, Eksudat pada faring

16 00.50.89.90 22 P Tidak Kerja Nyeri menelan Faring hiperemis, Eksudat pada faring

17 00.52.45.86 64 L Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis, Eksudat pada faring

18 00.51.49.25 34 P P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis

19 00.53.16.89 27 P Guru Nyeri tenggorokan Faring hiperemis

20 00.54.26.49 41 L Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis

21 00.54.22.97 53 L P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis

22 00.52.23.96 34 L Tidak Kerja Nyeri tenggorokan Faring hiperemis

23 00.53.61.00 21 L Wiraswasta Batuk Faring hiperemis

24 00.47.23.63 48 P Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis

25 00.51.02.35 51 P P. Negeri Nyeri tenggorokan Faring hiperemis

26 00.51.35.62 56 P Wiraswasta Nyeri tenggorokan Faring hiperemis, KGB bengkak

27 00.25.80.79 40 P Wiraswasta Mengganjal di tenggorokan Faring hiperemis, Eksudat pada faring

28 00.16.39.97 50 P P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis

29 00.21.35.97 51 P PNS Mengganjal di tenggorokan Faring hiperemis, Eksudat pada faring


(52)

31 00.33.08.90 42 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis, Eksudat pada faring

32 00.50.23.75 40 P Ibu RT Batuk Faring hiperemis

33 00.51.17.62 47 L Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis

34 00.50.12.99 66 P P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis

35 00.51.92.81 30 L P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis

36 00.51.70.85 49 P P. Negeri Mengganjal di tenggorokan Faring hiperemis

37 00.50.04.39 52 P P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis

38 00.53.35.05 58 L Pensiunan Nyeri menelan Faring hiperemis

39 00.54.22.84 55 L Petani Nyeri menelan Faring hiperemis

40 00.51.88.35 57 P Ibu RT Nyeri tenggorokan Faring hiperemis, KGB bengkak

41 00.51.31.80 29 L Wiraswasta Batuk Faring hiperemis, KGB bengkak

42 00.52.89.90 25 P Wiraswasta Nyeri tenggorokan Faring hiperemis, Eksudat pada faring

43 00.50.12.99 66 P P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis

44 00.51.10.72 49 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis

45 00.53.83.66 34 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis

46 00.53.15.12 38 P Ibu RT Nyeri tenggorokan Faring hiperemis

47 00.53.26.01 53 L Wiraswasta Nyeri tenggorokan Faring hiperemis

48 00.50.81.77 15 L Pelajar Batuk Faring hiperemis, Eksudat pada faring

49 00.50.14.19 41 L Wiraswasta Mengganjal di tenggorokan Faring hiperemis

50 00.50.71.08 22 P Mahasiswa Nyeri menelan Faring hiperemis

51 00.53.18.61 47 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis, Eksudat pada faring

52 00.00.13.04 50 P Ibu RT Nyeri tenggorokan Faring hiperemis

53 00.37.07.21 41 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis

54 00.29.98.49 68 P P. Swasta Nyeri tenggorokan Faring hiperemis, Eksudat pada faring

55 00.02.09.12 59 L P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis

56 00.41.25.42 65 P Pensiunan Nyeri tenggorokan Faring hiperemis

57 00.37.21.46 38 L P. Swasta Nyeri menelan Faring hiperemis

58 00.50.14.26 69 L Pensiunan Batuk Faring hiperemis, Eksudat pada faring


(53)

60 00.51.05.01 32 L Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis

61 00.14.35.46 47 L Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis

62 00.35.43.29 43 L Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis

63 00.25.69.74 61 P P. Negeri Nyeri tenggorokan Faring hiperemis, Eksudat pada faring

64 00.37.21.46 38 L P. Swasta Nyeri menelan Faring hiperemis

65 00.05.97.67 69 P Tidak Kerja Nyeri menelan Faring hiperemis

66 00.20.31.85 23 P Pelajar Mengganjal di tenggorokan Faring hiperemis

67 00.01.19.74 7 P Pelajar Batuk Faring hiperemis

68 00.00.83.62 55 P P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis


(54)

Lampiran 5 Output statistic

Statistics Range Umur

N Valid 121

Missing 0

Mean 4.47

Median 5.00

Mode 6

Range 5

Sum 541

Range Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Kurang dari 10

tahun

5 4.1 4.1 4.1

11-20 8 6.6 6.6 10.7

21-30 20 16.5 16.5 27.3

31-40 21 17.4 17.4 44.6

41-50 26 21.5 21.5 66.1

lebih dari 50 tahun 41 33.9 33.9 100.0


(55)

Statistics Jenis Kelamin

N Valid 121

Missing 0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 51 42.1 42.1 42.1

Perempuan 70 57.9 57.9 100.0

Total 121 100.0 100.0

Statistics Pekerjaan Penderita

N Valid 121

Missing 0

Pekerjaan Penderita

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PNS 29 24.0 24.0 24.0

Pegawai Swasta 32 26.4 26.4 50.4

Pelajar/Mahasiswa 17 14.0 14.0 64.5

Ibu Rumahtangga 26 21.5 21.5 86.0

Tidak

Bekerja/Pensiuman

11 9.1 9.1 95.0

Lain-lain 6 5.0 5.0 100.0


(56)

Statistics

Keluhan Utama Penderita

N Valid 121

Missing 0

Keluhan Utama Penderita

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Nyeri Menelan 68 56.2 56.2 56.2

Nyeri Tenggorokan 27 22.3 22.3 78.5

Batuk 18 14.9 14.9 93.4

Mengganjal di Tenggorokan

8 6.6 6.6 100.0

Total 121 100.0 100.0

Statistics Tanda Klinis Penderita

N Valid 121

Missing 0

Tanda Klinis Penderita

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Faring hiperemis 90 74.4 74.4 74.4

Faring

hiperemis+Eksudat pada faring

26 21.5 21.5 95.9

Faring hiperemis+KGB membesar

5 4.1 4.1 100.0


(1)

Data Mentah

Data Penelitian Rekam Medis Penderita Faringitis Akut di RSUP H.Adam Malik Tahun 2012

No. Umur J. Kel. Pekerjaan Keluhan Gejala Klinis

1 00.50.15.54 15 P Pelajar Nyeri menelan Faring hiperemis, Eksudat pada faring 2 00.51.15.77 39 L Petani Nyeri menelan Faring hiperemis, Eksudat pada faring 3 00.51.06.16 16 L Pelajar Nyeri menelan Faring hiperemis, KGB bengkak 4 00.51.23.99 13 P Pelajar Batuk Faring hiperemis

5 00.51.34.09 15 P Ibu RT Batuk Faring hiperemis, Eksudat pada faring 6 00.51.22.87 26 L P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis, Eksudat pada faring 7 00.51.48.58 22 P Mahasiswa Nyeri tenggorokan Faring hiperemis

8 00.51.20.66 43 P Ibu RT Nyeri tenggorokan Faring hiperemis, Eksudat pada faring 9 00.51.04.35 7 L Pelajar Nyeri menelan Faring hiperemis, KGB bengkak 10 00.51.03.31 41 P Ibu RT Nyeri tenggorokan Faring hiperemis

11 00.51.01.68 26 L P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis 12 00.50.49.41 28 P P. Swasta Nyeri menelan Faring hiperemis 13 00.50.19.26 48 L P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis 14 00.50.81.58 55 L Wiraswasta Batuk Faring hiperemis

15 00.50.86.30 27 L Wiraswasta Batuk Faring hiperemis, Eksudat pada faring 16 00.50.89.90 22 P Tidak Kerja Nyeri menelan Faring hiperemis, Eksudat pada faring 17 00.52.45.86 64 L Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis, Eksudat pada faring 18 00.51.49.25 34 P P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis

19 00.53.16.89 27 P Guru Nyeri tenggorokan Faring hiperemis 20 00.54.26.49 41 L Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis 21 00.54.22.97 53 L P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis 22 00.52.23.96 34 L Tidak Kerja Nyeri tenggorokan Faring hiperemis 23 00.53.61.00 21 L Wiraswasta Batuk Faring hiperemis 24 00.47.23.63 48 P Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis 25 00.51.02.35 51 P P. Negeri Nyeri tenggorokan Faring hiperemis

26 00.51.35.62 56 P Wiraswasta Nyeri tenggorokan Faring hiperemis, KGB bengkak 27 00.25.80.79 40 P Wiraswasta Mengganjal di tenggorokan Faring hiperemis, Eksudat pada faring 28 00.16.39.97 50 P P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis

29 00.21.35.97 51 P PNS Mengganjal di tenggorokan Faring hiperemis, Eksudat pada faring 30 00.08.35.92 41 P PNS Nyeri tenggorokan Faring hiperemis


(2)

31 00.33.08.90 42 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis, Eksudat pada faring 32 00.50.23.75 40 P Ibu RT Batuk Faring hiperemis

33 00.51.17.62 47 L Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis 34 00.50.12.99 66 P P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis 35 00.51.92.81 30 L P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis 36 00.51.70.85 49 P P. Negeri Mengganjal di tenggorokan Faring hiperemis 37 00.50.04.39 52 P P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis 38 00.53.35.05 58 L Pensiunan Nyeri menelan Faring hiperemis 39 00.54.22.84 55 L Petani Nyeri menelan Faring hiperemis

40 00.51.88.35 57 P Ibu RT Nyeri tenggorokan Faring hiperemis, KGB bengkak 41 00.51.31.80 29 L Wiraswasta Batuk Faring hiperemis, KGB bengkak 42 00.52.89.90 25 P Wiraswasta Nyeri tenggorokan Faring hiperemis, Eksudat pada faring 43 00.50.12.99 66 P P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis

44 00.51.10.72 49 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis 45 00.53.83.66 34 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis 46 00.53.15.12 38 P Ibu RT Nyeri tenggorokan Faring hiperemis 47 00.53.26.01 53 L Wiraswasta Nyeri tenggorokan Faring hiperemis

48 00.50.81.77 15 L Pelajar Batuk Faring hiperemis, Eksudat pada faring 49 00.50.14.19 41 L Wiraswasta Mengganjal di tenggorokan Faring hiperemis

50 00.50.71.08 22 P Mahasiswa Nyeri menelan Faring hiperemis

51 00.53.18.61 47 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis, Eksudat pada faring 52 00.00.13.04 50 P Ibu RT Nyeri tenggorokan Faring hiperemis

53 00.37.07.21 41 P Ibu RT Nyeri menelan Faring hiperemis

54 00.29.98.49 68 P P. Swasta Nyeri tenggorokan Faring hiperemis, Eksudat pada faring 55 00.02.09.12 59 L P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis

56 00.41.25.42 65 P Pensiunan Nyeri tenggorokan Faring hiperemis 57 00.37.21.46 38 L P. Swasta Nyeri menelan Faring hiperemis

58 00.50.14.26 69 L Pensiunan Batuk Faring hiperemis, Eksudat pada faring 59 00.50.09.57 71 L Pensiunan Nyeri menelan Faring hiperemis


(3)

60 00.51.05.01 32 L Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis 61 00.14.35.46 47 L Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis 62 00.35.43.29 43 L Wiraswasta Nyeri menelan Faring hiperemis

63 00.25.69.74 61 P P. Negeri Nyeri tenggorokan Faring hiperemis, Eksudat pada faring 64 00.37.21.46 38 L P. Swasta Nyeri menelan Faring hiperemis

65 00.05.97.67 69 P Tidak Kerja Nyeri menelan Faring hiperemis 66 00.20.31.85 23 P Pelajar Mengganjal di tenggorokan Faring hiperemis 67 00.01.19.74 7 P Pelajar Batuk Faring hiperemis 68 00.00.83.62 55 P P. Negeri Nyeri menelan Faring hiperemis 69 00.20.81.60 51 L PNS Nyeri menelan Faring hiperemis


(4)

Lampiran 5

Output statistic

Statistics

Range Umur

N

Valid

121

Missing

0

Mean

4.47

Median

5.00

Mode

6

Range

5

Sum

541

Range Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Kurang dari 10

tahun

5

4.1

4.1

4.1

11-20

8

6.6

6.6

10.7

21-30

20

16.5

16.5

27.3

31-40

21

17.4

17.4

44.6

41-50

26

21.5

21.5

66.1

lebih dari 50 tahun

41

33.9

33.9

100.0


(5)

Statistics

Jenis Kelamin

N

Valid

121

Missing

0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-laki

51

42.1

42.1

42.1

Perempuan

70

57.9

57.9

100.0

Total

121

100.0

100.0

Statistics

Pekerjaan Penderita

N

Valid

121

Missing

0

Pekerjaan Penderita

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid PNS

29

24.0

24.0

24.0

Pegawai Swasta

32

26.4

26.4

50.4

Pelajar/Mahasiswa

17

14.0

14.0

64.5

Ibu Rumahtangga

26

21.5

21.5

86.0

Tidak

Bekerja/Pensiuman

11

9.1

9.1

95.0

Lain-lain

6

5.0

5.0

100.0


(6)

Statistics

Keluhan Utama Penderita

N

Valid

121

Missing

0

Keluhan Utama Penderita

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Nyeri Menelan

68

56.2

56.2

56.2

Nyeri Tenggorokan

27

22.3

22.3

78.5

Batuk

18

14.9

14.9

93.4

Mengganjal di

Tenggorokan

8

6.6

6.6

100.0

Total

121

100.0

100.0

Statistics

Tanda Klinis Penderita

N

Valid

121

Missing

0

Tanda Klinis Penderita

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Faring hiperemis

90

74.4

74.4

74.4

Faring

hiperemis+Eksudat

pada faring

26

21.5

21.5

95.9

Faring hiperemis+KGB

membesar

5

4.1

4.1

100.0