18
11. Lama masa sapih
Semakin lama masa sapih maka akan menurunkan nilai CR. Rata-rata lama
waktu penyapihan pedet 2,66±0,50 bulan. Hal ini disebabkan karena pedet yang disapih terlalu lama akan menyebabkan terjadinya penundaan aktifitas ovarium
pada induk sehingga anestrus postpartus akan diperpanjang Sari, 2010. Penyapihan pedet sebaiknya dilakukan lebih awal, karena penyapihan pedet yang
lebih cepat akan meningkatkan sekresi GnRH, FSH, dan LH sehingga siklus estrus dapat terjadi lagi Bearden dan Fuquay, 1984 dalam Hartono, 1999.
Semakin lama pedet dibiarkan menyusu pada induknya maka akan meningkatkan kadar hormon prolaktin dalam tubuh induk sehingga menyebabkan terjadinya
korpus luteun persisten dan dapat menyebabkan terjadinya birahi tenang dan akan menurunkan angka kebuntingan Hardjopranjoto, 1995.
12.
Skor kondisi tubuh
Skor kondisi tubuh merupakan cara untuk menilai jumlah cadangan energi yang
tersimpan dalam lemak dan otot pada sapi yang laktasi dan kering Hartono, 1999. Menurut Edmonson et al. 1989, skor kondisi tubuh sapi perah dinilai
dalam empat skala penilaian yaitu skala satu menunjukkan sapi dalam kondisi sangat kurus dan skala empat mengidentifikasikan sapi dalam kondisi kegemukan.
Menurut Girisanto 2006, kondisi tubuh merupakan faktor yang paling dominan terhadap timbulnya estrus pertama setelah beranak. Penurunan skor kondisi tubuh
pada 30 hari pertama setelah beranak akan menyebabkan kegagalan konsepsi pada inseminasi pertama setelah beranak pada sapi miltipara.
III. BAHAN DAN METODE
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada 29 April – 12 Mei 2014, di Balai Besar
Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Baturraden Purwokerto Jawa Tengah.
B. Bahan Penelitian
Ternak yang digunakan sebagai obyek dalam penelitian ini adalah sapi perah
laktasi yang ada di BBPTU-HPT Baturraden Purwokerto Jawa Tengah.
C. Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner mengenai ternak
dan perawat ternak yang ada di BBPTU-HPT Baturraden Purwokerto Jawa Tengah.
D. Metode Penelitian
1.
Teknik pengambilan sampel
Metode penelitian yang dipakai adalah metode sensus. Pengambilan sampel sapi
perah laktasi diperoleh tanpa melalui penyamplingan sehingga sampel yang
diamati adalah seluruh sapi laktasi yang ada di BBPTU-HPT Baturraden Purwokerto Jawa Tengah.
2. Variabel yang digunakan
Variabel dependent yang digunakan adalah nilai conception rate CR pada sapi
perah, sedangkan variabel independent adalahLMAKRJ: lama bekerja, PNHKURS: pernah mengikuti kursus, PGTHNBTRNK: pengetahuan beternak,
CRKWN: cara perkawinan, PKB: pemeriksaan kebuntingan, FREKPER: frekuensi pemerahan, FREKHIJ: frekuensi pemberian hijauan, JMLHIJ: jumlah
pemberian hijauan, FREKKONS: frekuensi pemberian komsentrat, JMLKONS: jumlah pemberian konsentrat, SISAIR: sistem pemberian air minum, JMLAIR:
jumlah pemberian air minum, LTKKDG: letak kandang, BTKDDG: bentuk dinding kandang, BHNLNTAI: bahan lantai kandang, BHNATP: bahan atap
kandang, LSKNDG: luas kandang per ekor, UMUR: umur sapi, BGSSAPI: bangsa sapi, PERLAK: periode laktasi, PROD: produksi susu, KOSONG: lama
waktu kosong, BRHIPOSTPART: birahi pertama setelah beranak, PKWNPOSTPART: perkawinan kembali setelah beranak, SKOR: skor kondisi
tubuh, SMN: asal produksi semen, CI: selang beranak, SAPIH: penyapihan pedet, LAMALAK: lama masa laktasi, KERING: lama masa kering, dan REPRO:
gangguan reproduksi.
3. Pelaksanaan penelitian
Langkah pertama yang dilakukan dalam pengumpulan data pada penelitian ini
adalahmenentukanjumlahpolulasi sapi perah betina produktifyang ada di BBPTU-