Hasil Belajar Kognitif TINJAUAN PUSTAKA

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Hasil belajar juga dapat diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku ke arah lain dari tingkah laku sebelumnya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Winkel dalam Amrina, 2004 bahwa adanya perubahan dalam pola perilaku inilah yang menandakan telah terjadinya belajar. Makin banyak kemampuan yang diperoleh sampai menjadi milik pribadi. Kemampuan kognitif, kemampuan sensorik, kemampuan psikomotor dan kemampuan dinamik, semua pengubahan dibidang itu merupakan hasil belajar dan mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah laku. Untuk menilai dan mengukur keberhasilan siswa dipergunakan tes hasil belajar. Terdapat beberapa tes yang dilakukan guru, diantaranya: uji blok, ulangan harian, tes lisan saat pembelajaran berlangsung, tes mid semester dan tes akhir semester. Hasil dari tes tersebut berupa nilai-nilai yang pada akhirnya digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran yang terjadi. Tes ini dibuat oleh guru berkaitan dengan materi yang telah diajarkan. Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Hasil belajar setiap siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Bahan mentah hasil belajar terwujud dalam lembar-lembar jawaban soal ulangan atau ujian dan yang berwujud karya atau benda. Semua hasil belajar tersebut merupakan bahan yang berharga bagi guru dan siswa. Bagi guru, hasil belajar siswa di kelasnya berguna untuk melakukan perbaikan tindak mengajar atau evaluasi. Bagi siswa, hasil belajar tersebut berguna untuk memperbaiki cara-cara belajar lebih lanjut. Tinggi rendahnya hasil belajar kognitif siswa dapat diketahui melalui pedoman penilaian. Menurut Arikunto 2008: 245, bila nilai siswa ≥ 66 maka dikategorikan baik. Bila 55 ≤ nilai siswa 66 maka dikategorikan cukup baik. Bila nilai siswa 55 maka dikategorikan kurang baik Arikunto, 2007:214. Selain itu, tinggi rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Djamarah 2008: 176-177 menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses serta hasil belajar. Faktor utamanya adalah faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar yang mempengaruhi proses serta hasil belajar meliputi lingkungan serta instrumental. Lingkungan yang dimaksud disini adalah lingkungan alami serta lingkungan sosial budaya. Faktor instrumental antara lain kurikulum, program, sarana dan fasilitas, serta guru. Sedangkan untuk faktor dalam yang mempengaruhi proses dan hasil belajar antara lain fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis meliputi kondisi fisiologis dan kondisi pancaindra. Sedangkan faktor psikologis antara lain minat, kecerdasan, bakat, motivasi serta kemampuan kognitif.

C. Kemampuan Komunikasi Lisan

Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Kata komunikasi berasal dari bahasa latin “communis” yang berarti “bersama. Sedangkan menurut kamus, definisi komunikasi dapat meliputi ungkapan-ungkapan seperti berbagai informasi atau pengetahuan, memberi gagasan atau bertukar pemikiran, informasi, atau yang sejenisnya dengan tulisan atau ucapan Hutagalung. 2007: 65. Komunikasi bersifat kompleks dan merupakan proses pertukaran antara beberapa orang, seperti yang dinyatakan Johnstone, et.al 2012 : 2 bahwa komunikasi dapat didefinisikan dalam bermacam-macam cara tergantung pada pengaturan, konteks, sifat atau fokus studi, lingkungan, atau lingkungan budaya. Sedangkan menurut Pie dalam Johnstone, et.al .2012 : 2 menyatakan bahwa komunikasi didasarkan pada nilai-nilai simbolik dan dengan proses pengekspresian yang berbeda-beda seperti kata, suara, bahasa tubuh, tulisan dan gambar. Semua diakumulasi menjadi pengalaman dan ditransmisikan antara individu, generasi, zaman, ras, dan budaya dalam beberapa bentuk seperti berbicara, menulis, bahasa tubuh atau simbol. Dalam arti luas, bahwa sebagai bentuk komunikasi, bahasa menjadi komponen utama dalam semua kegiatan manusia, sebagai komunitas pemahaman antara pengirim dan penerima pesan. Salah satu unsur komunikasi menurut Wisnuwardhani dan Mashoedi 2012: 38-90 adalah konteks. Konteks dalam komunikasi adalah lingkungan dimana komunikasi terjadi. Lingkungan itu dapat berupa lingkungtan fisik, seperti ruang kelas, ruang rapat dan ruang tunggu dokter yang tentunya akan mempengaruhi topik ataupun cara berbicara orang-orang yang berkomunikasi disana. Pengirim dan penerima pesan merupakan unsur komunikasi berikutnya yang sangat penting dalam kominukasi. Adanya keinginan dari pengirim untuk menyampaikan pesan kepada seseorang dalam hal ini penerima memungkinkan terjadinya komunikasi. Lebih lanjut unsur berikutnya adalah pesan yang akan disampaikan . Pesan dapat berupa pesan verbal atau nonverbal. Pesan yang merupakan tanggapan dari penerima kepada pengirim disebut umpan balik feedback. Saluran merupakan unsur komunikasi, yaitu berupa media yang digunakan dalam komunikasi. Masing- masing media yang digunakan tentunya akan menimbulkan efek yang berbeda pada penerima antara lain efek dapat berupa penambahan informasi baru bagi seseorang aspek kognitif, menimbulkan perasaan suka atau tidak suka aspek afektif, atau membuat seseorang mampu melakukan kegiatan tertentu aspek psikomotor. Komunikasi melibatkan seluruh rasa, pengalaman, emosi dan kecerdasan. Dalam istilah umum yang sederhana, proses komunikasi berupa arus pesan melalui suatu saluran dari sumber pesan atau informasi menuju penerima pesan. Sebelum pesan dikirim, pesan harus diwujudkan dalam bentuk penggalan-penggalan informasi yangdikirimkan dengan menguunakan sarana komunikasi. Ketika pesan yang dikirim sampai pada penerima, pesan terseut harus dapat ditafsirkan. Pesan yang sampai kepada pihak penerima tidak selalu tepat sebagaimana yang dimaksudkan oleh pihak pengirim pesan. Hal ini disebabkan terjadinya faktor-faktor gangguan yang terjadi pada penyusunan penggalan informasi, atau pada penafsiran pesan di pihak penerima. Jelaslah bahwa pada komunikasi efektif unsur pemahaman dan keselarasan memegang peranan penting didalam penyampaian suatu informasipesan untuk merangsang penerima pesan agar mempunyai pemahaman yang samadan “bergerak” dalam kerangka pemahaman, pemikiran yang sama dengan pengirim pesan Hutagalung. 2007: 66. Menurut Darojah 2011: 21 proses komunikasi tersebut berupa transformasi nilai-nilai, pengetahuan, teknologi, dan keterampilan. Sedangkan objek sasaran yang menerima proses adalah siswa yang sedang tumbuh dan berkembang menuju ke arah pendewasaan kepribadian dan penguasaan pengetahuan. Untuk menjaga proses ini agar berlangsung dengan baik, dituntut adanya hubungan edukatif yang baik antara pengajar atau pendidik dengan anak didik atau siswa. Kemampuan komunikasi merupakan salah satu bentuk keterampilan proses sains yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyampaikan atau menerima gagasan, ide baik secara lisan maupun tulisan, menggambarkan dan menyajikan hasil pengamatan secara visual dalam bentuk tabel, dan grafik. Berkomunikasi tidak hanya dapat dilakukan dengan komunikasi verbal, namun juga dapat menggunakan peta konsep, bagan, grafik, gambar, simbol- simbol dan diagram. Komunikasi yang nyata adalah komunikasi yang efektif, tepat, praktis dan tidak bermakna ganda Dewi dalam Rohaeni, 2013: 22. Untuk senantiasa berkomunikasi efektif dalam kehidupan sehari-hari, individu juga harus memahami tata cara berbicara yang baik untuk lebih memperkaya wawasan dalam melakukan komunikasi efektif seperti yang dinyatakan oleh Hutagalung 2007: 68-69, yaitu: a. Lihatlah lawan bicara Saat seseorang melakukan komunikasi, tataplah dan lihatlah lawan bicara dengan pandangan bersahabat. Janganlah menoleh kekiri atau kekanan selama pembicaraan berlangsung yang mengesankan kejenuhan atau kegelisahan terhadap lawan bicara, karena hal ini akan menimbulkan ketersinggungan. Pandangan ditujukan pada arah kening atau diantara

Dokumen yang terkait

PENGERUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA PADA KONSEP CAHAYA (KUASI EKSPERIMEN DI SDN CIRENDEU III, TANGERANG SELATAN)

1 5 177

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar siswa pada konsep rangka dan panca indera manusia: penelitian kuasi eksperimen di Kelas IV MI Al-Washliyah Jakarta

0 5 172

Upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di Mi Al-Amanah Joglo Kembangan

0 6 103

Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Antara Siswa Yang Diajar Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Pembelajaran Konvensional Pada Konsep Protista

0 18 233

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Kerjasama dan Hasil Belajar

1 15 62

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kemampuan Kerjasama dan Hasil Belajar

2 72 149

Pengaruh Penggunaan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Menggunakan Strategi Peta Konsep (Concept MAP) Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa

0 25 295

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN STAD TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dan STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa.

0 4 16

PERBEDAAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

1 2 13