Pengaruh Penggunaan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Menggunakan Strategi Peta Konsep (Concept MAP) Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Syifa Fauziah NIM. 109016100073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

ii

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Model Pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw Menggunakan Strategi Peta Konsep (Koncept Map) Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25 Februari -16 April 2014 di SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang. Metode penelitan yang digunakan adalah quasi eksperimen. Sampel terdiri dari 60 siswa kelas VIII yang diambil dari 2 kelas yang berbeda. Kelas pertama menjadi kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menggunakan strategi peta konsep (concept map) dan kelas kedua menjadi kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada konsep struktur dan fungsi tumbuhan. Instrumen penelitian yang digunakan adalah istrumen tes pilihan ganda 4 alternatif jawaban sebanyak 20 soal. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan antara rata-rata kelas eksperimen 82,67 dan kelas kontrol 75. Dari hasil perhitungan uji “t”

(α = 0,05) didapatkan nilai thitung (2,51) > ttabel (1,6716) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar biologi siswa.


(6)

iii

This reseach aimed to know influence model cooperative learning type Jigsaw Using Concept Maps Strategy to the result of student biology study. This research has done on February 25th-April 16th 2014 in Junior high school Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang, on quasi experimental research methods with 60 student on 8th levels from two different class as the sample. The first class being an experimental wich has learn with cooperative learning type jigsaw using a strategy map concept (concept map) and the second class being on control wich has learn with cooperative learning jigsaw counsept structure and fungtion of plant. The instrument is use are multiple choice test with 4 alternative choices, with 20 questions. The results show there are the difference mean experimental class 82.67 and control class 75. The results from the calculations of "t" test (α = 0.05) obtained the score (2.51) > ttable (1.6716) finally, it can be concluded that cooperative learning type jigsaw using strategy concept map can give a significant effect about result study of biologi


(7)

iv

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat, karunia dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Menggunakan Strategi Peta Konsep (Concept Map) Terhadap Hasil Belajar

Biologi Siswa” dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S,Pd) pada jenjang Strata 1 (S1) di Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan IPA, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga penelitian dan penyusunan skripsi ini selesai.

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Yanti Herlanti M.Pd, selaku Ketua Program Studi pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd dan Ibu Nengsih Juanengsih M.Pd, selaku pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan, motivasi, dan bimbingan kepada penulis dengan penuh kesabaran sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

5. Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Bapak. Drs. Hudaefi, dan Bapak Suswanto, S.Pd selaku guru Biologi kelas VIII, beserta dewan guru dan staf yang telah bersedia bekerja sama dan memberi kesempatan penulis untuk melaksanakan penelitian ini.


(8)

v

memberikan doa dan dukungan baik secara moril maupun materil dalam penyusunan skripsi ini.

7. Sahabatku tersayang Reni Desriyani, Ria Mahardika, Eva Sofwatun Nida, dan Nurul Husna yang memberikan semangat dan doa.

8. Adikku tersayang Ahmad Fauzi, yang memberikan semangat dan dukungan. 9. Semua pihak yang telah membantu yang tak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya mahasiswa Program Studi pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 Mei 2016


(9)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGUJIAN HIPOTESIS ... 7

A. Deskrisi Teoritik... 7

1. Hasil Belajar Dan Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar... 7

a. Hasil Belajar ... 7

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Dan Hasil Belajar 8 2. Hasil Belajar Sebagai Objek Penilaian ... 10

3. Model Pembelajaran Kooperatif ... 11

a. Pengertian, Karakteristik dan Prinsip Pembelajaran Kooperatif.11 4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 15

a. Pengertian Jigsaw ... 15

b. Jenis Jigsaw dan Langkah-Langkah Pelaksanaanya ... 18

c. Kelebihan Model Jigsaw ... 21

5. Strategi Pembelajaran... 22

a. Pengertian Strategi... 22

b. Macam-Macam Strategi ... 23

6. Peta Konsep ... 23

a. Pengertian Peta Konsep (Concept Mapping) ... 23


(10)

vii

c. Menyusun Peta Konsep ... 26

d. Macam-Macam Peta Konsep ... 27

e. Kegunaan Peta Konsep ... 30

f. Peta Konsep Sebagai Alat Evaluasi ... 31

g. Rubrik Penilaian Peta Konsep ... 32

B. Hasil Penelitian Relevan ... 34

C. Kerangka Berpikir ... 37

D. Hipotesis Penelitian ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 40

A. Waktu dan Tempat ... 40

B. Metode Penelitian... 40

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 41

D. Variabel Penelitian ... 42

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42

F. Instrumen Penelitian... 42

G. Kalibrasi Instrumen Penelitian ... 44

1. Validitas ... 44

2. Reliabilitas ... 45

3. Taraf kesukaran ... 45

4. Daya beda ... 46

H. Teknik Analisis Data ... 46

1. Pengujian prasyarat analisis ... 46

2. Uji Hipotesis ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Hasil Penelitian ... 49

1. Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol... 49

2. Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 50

3. Deskripsi Data Hasil Observasi ... 50

4. Nilai Normal Gain (N-Gain) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.52 5. Nilai Hasil Peta Konsep dan Rangkuman ... 53

B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 55

1. Uji Normalitas ... 55

2. Uji Homogenitas ... 56

3. Uji Hipotesis ... 57

C. Pembahasan ... 58


(11)

viii

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64


(12)

ix

DAFTAR TABEL

TABEL 2.1 Langkah-Langkah Dalam Membuat Peta Konsep ... 27

TABEL 3.1 Desain Penelitian ... 40

TABEL 3.2 Kisi-Kisi Instrumen ... 43

TABEL 4.1 Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan kontrol ... 49

TABEL 4.2 Data Hasil Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 50

TABEL 4.3 Rekapitulasi N-gain kelas Eksperimen dan Kelas kontrol ... 52

TABEL 4.4 Nilai Peta Konsep Pembahasan Jaringan Pada Tumbuhan ... 53

TABEL 4.5 Nilai Peta Konsep Pembahasan Organ Tumbuhan ... 53

TABEL 4.6 Nilai Peta Konsep Pembahasan Transportasi dan Adaptasi Pada Tumbuhan ... 54

TABEL 4.7 Nilai Rangkuman Pembahasan Jaringan Tumbuhan ... 54

TABEL 4.8 Nilai Rangkuman Pembahasan Organ Tumbuhan... 55

TABEL 4.9 Nilai Rangkuman Pembahasan Transportasi dan Adaptasi Tumbuhan. ... 55

TABEL 4.10 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 56

TABEL 4.11 Hasil Uji Homogenistas Pretest dan Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 54

TABEL 4.12 Uji-t Pretest dan Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol. ... 55


(13)

x

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1 Ilustrasi Kelompok Jigsaw ... 18

GAMBAR 2.2 Peta Konsep yang Memperlihatkan Konsep yang Berkaitan .. 25

GAMBAR 2.3 Peta Konsep Model Pohon Jaringan (Network Tree) ... 28

GAMBAR 2.4 Peta Konsep Model Rantai Kejadian ... 28

GAMBAR 2.5 Peta Konsep Model Siklus ... 29

GAMBAR 2.6 Peta Konsep Model Laba-Laba ... 30

GAMBAR 2.7 Penskoran Peta Konsep Menurut Novak dan Gowin ... 33

GAMBAR 2.8 Peta Konsep Acuan ... 34


(14)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Protokol Wawancara Observasi ... 68

Lampiran 2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian... 70

Lampiran 3 Rekap Analasis Butir ... 86

Lampiran 4 Instrumen Penelitian ... 88

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen . 91 Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 116

Lampiran 7 Data Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 147

Lampiran 8 Data Pretest dan Posttest Kelas Kontrol ... 148

Lampiran 9 Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 149

Lampiran 10 Uji Homogenitas Pretest ... 153

Lampiran 11 Uji Hipotesis Pretest ... 154

Lampiran 12 Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 156

Lampiran 13 Uji Homogenitas Posttest ... 160

Lampiran 14 Uji Hipotesis Posttest ... 161

Lampiran 15 Nilai N-Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 163

Lampiran 16 Rekapitulasi Nilai Peta Konsep ... 166

Lampiran 17 Rekapitulasi Nilai Rangkuman ... 167

Lampiran 18 Lembar Observasi Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 168

Lampiran 19 Lembar Ahli Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 192

Lampiran 20 Peta Konsep Siswa ... 232

Lampiran 21 Rangkuman Siswa ... 239

Lampiran 22 Rubrik Penilaian Rangkuman ... 250

Lampiran 23 Dokumentasi Foto Penelitian ... 272


(15)

1

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam kehidupan seseorang. Pendidikan juga memiliki peranan penting dalam menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Pendidikan dari segi kehidupan dirasakan sangat penting bagi perkembangan hidup manusia. Pendidikan sudah merupakan kebutuhan yang mendasar bagi setiap individu.

Dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.1

Pendidikan melibatkan kemampuan pembelajaran untuk membentuk hubungan-hubungan diantara berbagai gagasan, makna, dan peristiwa. Pembelajaran secara eksperimental didasarkan pada hakikatnya merupakan proses membangun relasi antara lingkungan (pengalaman) dan pikiran serta tindakannya. Semua pengetahuan, pemikiran, dan pembelajaran dapat muncul melalui pengalaman.2

Pendidikan, khususnya sekolah, harus memiliki sistem pembelajaran yang menekankan pada proses dinamis yang didasarkan pada upaya meningkatkan keingintahuan (curiosity) siswa tentang dunia. Pendidikan harus mendesain pembelajaran yang responsif dan berpusat pada siswa agar minat dan aktivitas sosial mereka terus meningkat.

Masalah utama dalam pendidikan formal dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap dan daya respon peserta didik. Hal ini terlihat dari hasil belajar peserta didik yang rendah. Proses pembelajaran di sekolah pada

1

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 3, Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2

Miftahul huda,Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan Pragdigmatis,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. 39


(16)

umumnya belum memperlihatkan sistem belajar mengajar yang mengajak siswa untuk aktif dan bertindak melakukan penggalian potensi yang siswa punya. Sikap yang demikian disebabkan karena model pembelajaran yang kurang bervariasi, serta materi pelajaran yang relatif sukar. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Keadaan ini merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak mengajak siswa untuk bersikap lebih aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada umumnya dengan cara menceramahkan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan hukum-hukum dalam bentuk yang sudah jadi kepada siswa. Guru menganggap pembelajaran dengan cara ini sudah berhasil, tetapi sesungguhnya siswa belum belajar secara aktif karena dalam pikiran siswa tidak terjadi perkembangan struktur kognitif. Sehingga ada kecendrungan siswa kurang tertarik dengan mata pelajaran tersebut.

Hasil observasi yang didapat di SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang. Terdapat 4 kelas VIII yang tediri dari kelas VIII-1, VIII-2, VIII-3 dan VIII-4. Diantara empat kelas tesebut ditemukan beberapa masalah seperti hasil ulangan bilogi siswa rendah, kurangnya model yang variatif dalam pembelajaran yang menyebabkan siswa menjadi bosan bahkan mengantuk pada saat proses pembelajaran berlangsung. Metode yang digunakan oleh guru masih berupa metode ceramah umum dan berkeliling sekolah tanpa terarah, serta daya respon siswa kurang yang menyebabkan tingkat partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar pasif karena siswa hanya mendengarkan pelajaran dari guru, dan siswa malas untuk membaca buku atau bahan lain yang mendukung proses belajar mengajar. Konsep struktur dan fungsi tumbuhan dianggap sulit pada subkonsep anatomi (struktur dalam) tumbuhan dan proses transportasi tumbuhan. Karena itu, peneliti menggunakan konsep struktur dan fungsi tumbuhan sebagai bahan penelitian.

Siswa banyak mengalami kesulitan dalam belajar dan memahami konsep, mengingat struktur anatomi tumbuhan, fungsi-fungsinya, contoh, dan adaptasi tumbuhan. Siswa beranggapan bahwa materi biologi merupakan


(17)

materi yang perlu dihafal sehingga pembelajaran biologi kurang bermakna bagi siswa.

Diperlukan model baru untuk meminimalisasi masalah-masalah tersebut. Salah satunya adalah menggunakan model kooperatif tipe jigsaw. Menurut Tiwan MT, Jigsaw adalah model kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling berketergantungan positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut pada anggota kelompok lain.3

Model kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan keaktifan siswa, dan dapat meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial siswa. Siswa terlatih untuk bertanggung jawab atas tugas yang diberikannya, karena dalam model jigsaw masing-masing siswa menjadi ahli dalam sub materi yang telah diberikan oleh guru. Siswa terlatih untuk berinteraksi, dan mampu menemukan gagasan atau ide baru. Siswa dapat membandingkan idenya dengan orang lain. Efektifitas pembelajaran yang ditargetkan dalam satu semester dapat cepat selesai karena dengan jigsaw materi dapat dibagi-bagi perkelompok.

Hanya saja keaktifan siswa belum cukup, memperbaiki hasil belajar biologi. Harus disertai peta konsep. Peta konsep menurut beberapa penelitian Ahmad Ridwan,4 dan Ayu Arsyi Rahayu5 dapat memperbaiki hasil belajar. Peta konsep adalah ilustrasi grafis konkret yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada katagori

3 Tiwan MT, “Peningkatan Kualitas Proses dan Hasil Pembelajaran Bahan Teknik

Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw” Edukasi, 2008, h. 5

4 Ahmad Ridwan, “Pengaruh Pembelajaran Dengan Menggunakan Peta Konsep (Concept Map) Terhadap Hasil Belajar Biologi (Eksperimen Di Mts Tarbiyatusshibyan), Skripsi, Di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2005, h. 26

5 Ayu Arsyi Rahayu, “Pnggunaan Peta Konsep Untuk Mengatasi Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Jaringan Tumbuhan”, Skripsi, Pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2011, h. 38, Tidak Dipublikasikan


(18)

yang sama.6 Peta konsep merupakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi.7

Peta konsep dikembangkan untuk menggali struktur kognitif siswa dan melihat apa yang telah diketahui oleh siswa. Peta konsep merupakan suatu strategi yang dapat dilaksanakan dan dapat dikembangkan baik oleh siswa secara bebas. Susuai dengan teori belajar Ausubel yang mendasari pembentukan peta konsep yaitu, (a) struktur kognitif tersusun secara hirarki dengan konsep dan proposisi yang lebih insklusif dan lebih khusus, (b) konsep-konsep dalam struktur kognitif mengalami diferensiasi progresif, yaitu belajar bermakna merupakan proses yang kontinu dimana konsep-konsep baru meningkat atau konsep-konsep-konsep-konsep baru dapat diperoleh dari hubungan-hubungan baru. (c) penyesuaian integratif merupakan salah satu prinsip belajar yang mengemukakan bahwa belajar bermakna meningkat bila pelajar mengenal hubungan-hubungan baru antara konsep satu dengan yang lainnya.8

Dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran dan dapat melatih tanggung jawab siswa terhadap kelompoknya. Model kooperatif tipe jigsaw mempunyai kelemahan, salah satunya adalah jika saat berdiskusi siswa tidak diarahkan dengan baik maka diskusi itu akan melebar ke topik yang lain. Sehingga siswa tidak dapat membuat pemahaman terhadap konsep-konsp yang didiskusikan. Siswa tidak menemukan titik kesimpulan. Oleh karena itu untuk menutupi kelemahan model jigsaw dibutuhkan strategi peta konsep yang berperan untuk membangun pemahaman konsptual siswa sehingga mencapai hasil kognitif yang tinggi dalam pembelajaran bermakna.

6

Trianto, Mendesain Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 158

7

Zulfiani, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 29

8

Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2006) H. 106


(19)

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk melihat

“Pengaruh Penggunaan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Menggunakan Strategi Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar Bidang Studi Biologi Siswa

SMP Muhammadiyah 22”

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam peneitian ini, antara lain: 1. Rendahnya hasil belajar biologi siswa di sekolah. 2. Penerapan model pembelajaran kurang bervariasi.

3. Kurangnya partisipasi dan respon siswa dalam pelajaran biologi. C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Hasil belajar yang dilihat adalah aspek kognitif. Karena aspek kognitif berkaitan erat dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

2. Penggunaan model yang digunakan adalah model kooperatif tipe jigsaw. Karena model kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan jumlah partisipasi siswa.

3. Penggunaan strategi penelitian adalah strategi peta konsep. Karena strategi peta konsep dapat membantu pembelajaran lebih terfokus dan terarah.

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini, adalah: “Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menggunakan strategi peta konsep terhadap hasil belajar biologi siswa?”

E. Tujuan dan Manfaat

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menggunakan strategi peta konsep (concept map) terhadap hasil belajar biologi siswa.


(20)

1. Bagi pihak guru dapat dijadikan bahan masukan bagi tenaga pengajar khusunya dalam meningkatkan proses pembelajaran biologi.

2. Bagi kepala sekolah Dapat dijadikan landasan kebijaksanaan untuk menganjurkan media dan model ini kepada guru-guru sekolahnya, terutama kepada guru biologi.


(21)

7 A. Deskripsi Teoritik

1. Hasil Belajar dan Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar a. Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya sebuah aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi merupakan perolehan karena adanya proses perubahan bahan (raw material) menjadi barang jadi (finished goods)1.

Hasil belajar menurut Sulihin merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya.2

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai pengertian, sikap-sikap, apresiasi keterampilan. Hasil belajar berupa:

1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.

2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.

3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.

4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

1

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), Cet. 3, h. 44 2

Sulihin B Sjukur, Pengaruh Blended Learning Terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa Tingkat SMA, Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, No. 3, 2012, h. 372


(22)

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.3

Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Pengukuran demikian dimungkinkan karena pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada berbagai bidang termasuk pendidikan.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar Berbagai faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:4 1) Faktor lingkungan

Lingkungan dibagi menjadi 2, yaitu:

 Lingkungan alami, adalah lingkungan tempat peserta didik hidup dan berusaha didalamnya.

 Lingkungan sosial budaya, sebagai anggota masyarakat, anak didik tidak bisa melepaskan diri dari ikatan sosial. Sistem sosial yang terbentuk mengikat perilaku anak didik.

2) Faktor instrumental

Instrumental-instrumental sekolah antara lain adalah:

 Kurikulum, kurikulum adalah a plan of learning yang merupakan unsur substansial dalam pendidikan. Tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak dapat berlangsung, sebab materi apa yang harus guru sampaikan dalam suatu pertemuan kelas, belum guru programkan sebelumnya.

 Program, setiap sekolah mempunyai program pendidikan. Program pendidikan disusun untuk dijalankan demi kemajuan

3

Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 5

4


(23)

pendidikan. Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari baik tidaknya program pendidikan yang dirancang. Program pendidikan disusun berdasarkan potensi sekolah yang tersedia, baik tenaga, finansial, dan sarana prasarana

 Sarana dan fasilitas, sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Gedung sekolah misalnya sebagai tempat yang strategis bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar disekolah.

 Guru, guru merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan. Kehadiran guru mutlak diperlukan didalamnya. Kalau hanya ada anak didik, tetapi guru tidak ada, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar mengajar di sekolah.

3) Kondisi fisiologi

Kondisi fisiologi pada umunya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca indra, terutama mata sebagai alat untuk melihat dan telinga sebagai alat mendengar.5

4) Kondisi psikologis

Faktor-faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik adalah:6

 Minat, suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya.

 Kecerdasan, pendidikan yang berhasil karena menyelami jiwa anak didiknya.

 Bakat, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat memperbesar kemungkinan berhasilnya

5

Ibid, h. 189

6

Nurlita Maya, Perbedaan Hasil Belajar IPS Siswa Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Talking Stick dan Tanling Chips di MTs Jamiyatul Khair, Skripsi, pada Universitas Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2011, h. 18, tidak dipublikasikan


(24)

usaha itu. Akan tetapi, banyak sekali hal-hal yang menghalangi untuk terciptanya kondisi yang sangat diinginkan oleh setiap orang.

 Motivasi, adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

 Kemampuan kognitif, merupakan kemampuan yang selalu dituntut kepada anak didik untuk dikuasai. Karena penguasaan kemampuan pada tingkatan ini menjadi dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan.

2. Hasil Belajar Sebagai Objek Penilaian

Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa.7

Sistem pendidikan nasional merumuskan tujuan pendidikan, baik tujuan kulikuler maupun tujuan instruksional. Hasil belajar yang secara garis besar terbagi menjadi tiga ranah, yaitu8:

a. Ranah kongnitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

b. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

c. Ranah psikomotoris, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kempuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni

7

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 22

8


(25)

(a) gerakan reflex, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, (f) gerakan ekspresif dan interpretatif.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan kempuan siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

3. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian, Karakteristik dan Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotannya terdiri dari empat sampai 6 orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.9 Pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar itu sendiri.10 Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru. Miftahul Huda11 menyatakan:

pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajar yang ada didalamnya, setiap pembelajaran bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.

Cooperative learning menurut merupakan model pembelajaran yang sistematis dengan mengelompokkan siswa untuk tujuan

9

Rusman, Model-Model Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h. 202 10

Ibid., h. 203

11

Miftahul Huda, Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 29


(26)

menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademis.12

Pembelajaran kooperatif adalah cara belajar yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja dan belajar satu sama lain. Untuk mencapai tujuan kelompok didalam belajar kooperatif siswa berdiskusi dan saling membantu serta mengajak satu sama lain untuk memahami isi materi pelajaran.13

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan bekerjasama dalam tugas akademik untuk mencapai tujuan bersama.14 Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam suatu kelompok kecil untuk saling berinteraksi.15

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengelompokkan siswa menjadi kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama dalam mencapai pemahaman dalam suatu pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif bergantung pada efektivitas kelompok-kelompok siswa tersebut. Dalam pembelajaran ini, guru diharapkan mampu membentuk kelompok-kelompok kooperatif dengan berhati-hati agar semua anggotanya dapat bekerja bersama-sama untuk memaksimalkan pembelajarannya sendiri dan pembelajaran teman-teman satu kelompoknya.

12

Zulfiani, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 130

13 Ibid.

14

Ritawati Mahyuddin, Penggunaan Pendekatan Kooperatif Model Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Ringkasan Mahasiswa PGSD FIP UNP, Edukasi, 2013, h. 76

15


(27)

Belajar secara kooperatif dalam kelompok kecil membantu siswa dan anggota dalam tim untuk menyelesaikan tugas secara bersama-sama. Secara umum pembelajaran kooperatif terdiri dari lima karakteristik, yaitu:16

a) Siswa belajar bersama pada tugas-tugas umum atau aktivitas untuk menyelesaikan tugas atau aktivitas pembelajaran.

b) Siswa saling bergantung secara positif. Aktivitas diatur sehingga siswa membutuhkan siswa lain untuk mencapai hasil bersama. Pembelajaran yang paling baik ditangani jika melalui kerja kelompok. c) Siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 2

sampai 5 orang siswa.

d) Siswa menggunakan prilaku kooperatif, pro-sosial

e) Setiap siswa secara mandiri bertanggungjawab untuk pekerjaan mereka.

Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning.17 Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur atau prinsip model pembelajaran kooperatif harus diterapkan, yaitu:

a) Prinsip ketergantungan positif (Positive Interdependence), yaitu keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat bergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya, keberhasilan tugas kelompok akan ditentukan oleh masing-masing anggota.

b) Tanggungjawab perseorangan (Individual Accountability), yaitu keberhasilan kelompok tergantung anggota kelompoknya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya.

c) Interaksi tatap muka (Face To Face Promotion Interaction), yaitu memberikan ruang dan kesempatan luas kepada setiap anggota untuk

16

Zulfiani, op. cit., h. 131

17

Retno Dwi Suyanti, Strategi Pembelajaran Kimia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 101


(28)

bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan.

d) Partisipasi dan komunikasi antar anggota (Participation Communication), yaitu pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi.

e) Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwal waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama siswa agar selanjutnya dapat bekerjasama dengan lebih efektif.

Pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya mempelajari materi pembelajaran. Siswa juga harus mempelajari keterampilan interpersonal agar dapat bekerja sama secara produktif. Lundgren membagi keterampilan kooperatif kooperatif menjadi tiga tingkatan, yaitu18:

a) Keterampilan kooperatif tingkat awal, meliputi berbagai tugas, mendorong partisipasi dan mengundang orang lain untuk berbicara. b) Keterampilan kooperatif tingkat menengah, meliputi mendengarkan

dengan aktif, bertanya, membuat ringkasan dan menerima tanggung jawab.

c) Keterampilan kooperatif tingkat mahir, meliputi mengelaborasi, memeriksa ketepatan dan menetapkan tujuan.

Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peran kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar kelompok selama kegiatan.

Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidaklah berjalan dengan mulus meskipun rencana telah dirancang sedemikian rupa.

18


(29)

Hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran terutama Cooperative Learning diantaranya adalah sebagai berikut:19

a) Kurangnya pemahaman pembelajaran mengenai pembelajaran kooperatif.

b) Jumlah peseta didik yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian pembelajar terhadap proses pembelajaran relatif kecil sehingga yang hanya segelintir orang yang menguasai arena kelas, yang lain hanya sebagai penonton.

c) Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran kooperatif.

d) Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran.

e) Terbatasnya pengetahuan peserta didik akan system teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw a. Pengertian Jigsaw

Model ini pertama kali dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas.20 Metode ini memiliki dua versi tambahan, jigsaw II yang dikembangkan oleh Slavin dan jigsaw III yang dikembangkan oleh Kagan. Arti jigsaw dalam bahasa inggris adalah gregaji ukir dan ada juga yang menyebutkan dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini mengambil pola cara kerja sebuah gregaji, yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.

19

Martinis Yamin, Strategi & Metode Dalam Model Pembelajaran, (Jakarta: Referensi GP Press Grup), 2013, h. 95

20

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010), h. 73


(30)

Martinis Yamin mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan cara peserta didik saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.21

Jigsaw adalah upaya siswa membentuk kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan umum pembelajaran dengan cara memecahkan masalah atau melakukan tugas dengan cara kerja kolektif.22

Tujuan jigsaw adalah mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar kooperatif dan penguasaan pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh siswa apabila siswa mempelajari materi secara individual.23 Jigsaw dikatakan dapat meningkatkan jumlah partisipasi siswa karena a) siswa tidak tertekan karena belajar, b) meningkatkan jumlah partisipasi siswa dalam kelas, c) mengurangi dominasi guru dalam kelas.24

Pelajar dalam kelompok jigsaw dianggap sebagai ahli dalam aspek tertentu dari topik-topik yang diteliti, dan diharapkan untuk berkontribusi dalam memberikan pengetahuan yang tidak dimengerti anggota kelompok lainnya.25 Pembelajaran model jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena nggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Tetapi permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, setiap utusan dalam kelompok yang berbeda membahas materi yang sama, disebut sebagai tim ahli yang bertugas membahas permasalahan

21

Yamin Op.Cit H. 92

22

Ali Gocer, A Comparative Research On The Effectivity Of Cooperative Learning Method and Jigsaw Technique On Teaching Literary Genres Jigsaw, Educational Research and Reviews Vol. 5, 2010, Pp. 441

23

Arya Widi Kristiani, Efektifitas Metode Jigsaw Dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Pembelajaran Geografi, Jurnal Pendidikan Penabur. No 6, 2011, h. 57

24

Qiao Mengguo and Jin Xiaoling, Jigsaw Strategy As A Cooperative Learning Technique: Focusing On The Language Learners, Chines Journal Of Applied Linguistics (Bimonthly), Vol 33, No 4, 2010, Pp. 114

25

Yueh-Min Huang and Tieng-Chi Huang, Using Annotation Service In Ubiquitous Jigsaw Cooperative Learning Environment, From Educational Technology And Society 11 (2), 3-5, 2008, Pp 4


(31)

yang dihadapi, selanjutnya hasil pembahasan itu dibawa kekelompok asal dan disampaikan kepada anggota kelompoknya.

Lie mengungkapkan dalam teknik jigsaw ini, guru memperhatikan sekemata atau latar belakang pengalaman siswa agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna.26

Metode jigsaw menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 anggota. Setiap kelompok diberi informasi yang membahas salah satu topik dari materi pelajaran siswa saat itu. Dari informasi yang diberikan pada setiap kelompok ini, masing-masing anggota harus mempelajari bagian-bagian yang berbeda dari informasi tersebut. Misalnya jika kelompok A diminta mempelajari informasi tentang novel, maka lima anggota kelompok didalamnya harus mempelajari bagian-bagian yang lebih kecil dari novel, seperti tema, alur, tokoh, konflik, dan latar.

Siswa mempelajari informasi tersebut dalam kelompoknya masing-masing, kemudian setiap anggota yang mempelajari bagian-bagian ini berkumpul dengan anggota-anggota dari kelompok-kelompok lain yang juga menerima bagian-bagian materi yang sama. Jika anggota dalam kelompok A mendapatkan tugas mempelajari alur, maka ia harus berkumpul dengan siswa dalam kelompok B dan C yang membahas bagian yang sama. Perkumpulan siswa yang memiliki bagian informasi

yang sama dikenal dengan istilah “kelompok ahli (expert group)”. Dalam

“kelompok ahli” ini, masing-masing siswa saling berdiskusi dan mencari cara terbaik bagaimana cara menjelaskan informasi itu kepada teman-teman satu kelompoknya yang semula, dan masing-masing dari mereka mulai menjelaskan bagian informasi tersebut kepada teman-teman satu kelompoknya.27

26

Anita Lie, Cooperative Learning, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2014), h. 69

27


(32)

Hubungan antara kelompok asli dan asal lihat gambar berikut:

Gambar 2.1. Ilustrasi Kelompok Jigsaw28 (tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tim asal)

b. Jenis Jigsaw dan Langkah-Langkah Pelaksanaannya 1) Jigsaw I

Metode jigsaw ini mirip dengan jigsaw II dalam sebagian besar aspeknya, tetapi juga mempunyai perbedaan penting. Dalam jigsaw I, para siswa membaca bagian-bagian yang berbeda dengan yang dibaca oleh teman satu timnya. Ini memang berguna untuk membantu para ahli menguasai informasi yang unik, sehingga membuat tim sangat menghargai kontribusi tiap anggotanya. Misalnya, dalam unit tentang chile, satu siswa mungkin saja memiliki informasi tentang ekonomi chile, satu siswa yang lain tentang geografinya, yang ketiga tentang sejarahnya, dan seterusnya. Untuk mengetahui segala sesuatu tentang chile, siswa harus bergantung kepada teman satu timnya. Jigsaw I juga membutuhkan waktu yang lebih sedikit dibandingkan dengan jigsaw II. Bacaannya singkat, hanya satu bagian dari seluruh unit yang harus

28

Durmus Kilic, The Effect Of Jigsaw Technique On Learning The Concept Of The Principles And Methods Of Teaching, From World Applied Science Journal 4 (Supple 1): 109-114, 2008, Pp. 111


(33)

dipelajari. Bagian yang paling sulit dari jigsaw orisinil ini adalah tiap bagain harus ditulis supaya dengan sendirinya dapat dipahami.29

Model jigsaw, siswa bekerja kelompok selama dua kali. Yakni dalam kelompok sendiriasal siswa dan dalam “kelompok ahli”. Setelah anggota menjelaskan bagiannya masing-masing kepada teman-teman satu kelompoknya, mereka mulai bersiap untuk diuji secara individu (biasanya dengan kuis). Guru memberikan kuis kepada setiap anggota kelompok untuk dikerjakan sendiri-sendiri, tanpa bantuan siapapun. Skor yang diperoleh setiap anggota dari hasil ujian atau kuis inidividu ini akan menentukan skor yang diperoleh kelompok masing-masing.30

Kegiatan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini diatur secara intruksional sebagai berikut:31

 Membaca

Para siswa menerima topik ahli dan membaca meteri yang diminta untuk menemukan informasi yang berhubungan dengan topik mereka.

 Diskusi kelompok ahli

Para siswa dengan keahlian yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam kelompok-kelompok ahli.

 Laporan tim

Para ahli kembali mereka masing-masing (kelompok asal) untuk mengajari topik-topik mereka kepada teman satu timnya.

29

Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik, Terj. Dari Cooperative Learning: Theory, Reserch And Practice Oleh Nurulita Yusron, (Bandung: Nusa Media, 2011), h. 245

30

Huda, Op. Cit, h. 121

31

Indah Budi Lestari, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas X Pada Mata Pelajaran Biologi Di MAN Babakan Lebaksiu Tegal,” Skripsi Pada Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2009, h. 15, Dipublikasikan.


(34)

 Tes

Setelah selesai menjelaskan pembelajaran, siswa harus menunjukkan apa yang dipelajari selama bekerja kelompok dengan menggunakan tes secara individual.

2) Jigsaw II

Metode jigsaw dikembangkan pertama kalinya oleh Aronson, lalu Slavin mengadopsi dan memodifikasinya kembali. Hasil modifikasi dikenal dengan metode jigsaw versi II. Jigsaw II dapat digunakan apabila materi yang akan dipelajari adalah yang berbentuk narasi tertulis. Metode ini paling sesuai untuk subjek-subjek seperti pelajaran ilmu sosial, literatur, sebagian pelajaran ilmu pengetahuan ilmiah, dan bidang-bidang lain yang tujuan pembelajaran lebih kepada penguasaan konsep dari pada penguasaan kemampuan.32 Dalam

metode ini, setiap kelompok “berkompetisi” untuk memperoleh

penghargaan kelompok (group reward). Penghargaan ini diperoleh berdasarkan performa individu masing-masing anggota. Setiap kelompok akan memperoleh poin tambahan jika masing-masing anggotanya mampu menunjukkan peningkatan performa (dibandingkan sebelumnya) saat ditugaskan mengerjakan kuis.33

Teknis pelaksanaanaya hampir sama dengan jigsaw I, dalam jigsaw II ini, para siswa bekerja dalam tim yang heterogen, seperti dalam STAD dan TGT. Para siswa tersebut diberikan tugas untuk membaca beberapa bab atau unit, dan diberikan “lembar ahli” yang terdiri atas topik yang berbeda-beda yang harus menjadi fokus perhatian masing-masing anggota tim saat membaca. Setelah semua anak selesai membaca, siswa-siswa dari tim yang berbeda yang

mempunyai fokus topik yang sama bertemu dalam “kelompok ahli”

untuk mendiskusikan topik yang didapatkan siswa sekitar tiga puluh menit. Para ahli tersebut kemudian kembali ke tim asal secara

32

Robert E Slavin, Student Team Learning: A Practical Guide To Cooperative Learning, (Washington DC: National Education Association Of The Unites States), 1991, Pp. 47

33


(35)

bergantian mengajari teman satu timnya mengenai topik yang didiskusikan. Yang terakhir adalah para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh topik, dan skor kuis yang menjadi skor tim, skor-skor dikontribusikan para siswa kepada timnya didasarkan kepada skor perkembangan individual, dan para siswa yang timnya meraih skor tertinggi akan menerima sertifikat atau bentuk-bentuk rekognisi tim lainnya. Sehingga, para siswa termotivasi mempelajari materi dengan baik dan untuk bekerja kerasa dalam kelompok ahli supaya dapat membantu timnya melakukan tugas dengan baik.34 3) Jigsaw III

Metode jigsaw yang ketiga ini dikembangkan oleh Kagan. Tidak ada perbedaan yang menonjol antara JIG I, JIG II, dan JIG III dalam tata laksana dan prosedurnya masing-masing. Hanya saja, dalam JIG III, kagan lebih fokus pada penerapannya di kelas-kelas bilingual.

Kelas bilingual dapat dipahami sebagai kelas yang didalamnya terdapat para pembelajar bahasa Inggris dari berbagai daerah dengan level profiency yang berbeda-beda. Dalam kelas bilingual biasanya terdapat 1) siswa-siswa yang mempelajari bahasa inggris sebagai bahasa nasional, 2) siswa-siswa yang bahasa nasionalnya bukan bahasa inggris, 3) siswa-siswa yang bahasa nasionalnya bukan bahasa inggris namun mereka mahir berbahasa inggris. Karena diterapkan dalam kelas bilingual, maka JIG III pada umumnya menggunakan bahasa inggris untuk materi, bahan, lembar kerja, dan kuisnya.35 c. Kelebihan Model Jigsaw

Jhonson and jhonson melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif model jigsaw yang hasilnya menunjukkan bahwa interaksi

34

Slavin, op. cit., h. 237

35


(36)

kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak.36 Pengaruh positif tersebut adalah:

1) Meningkatkan hasil belajar 2) Meningkatkan daya ingat

3) Dapat digunakan untuk mencapai taraf penalaran tingkat tinggi 4) Mendorong tumbuhnya motivasi instrinsik (kesadaran individu) 5) Meningkatkan hubungan antarmanusia yang heterogen

6) Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah 7) Meningkatkan sikap positif terhadap guru

8) Meningkatkan harga diri anak

9) Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif, dan 10) Meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong. 5. Strategi Pembelajaran

a. Pengertian Strategi

Strategi diartikan sebagai sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.37

Strategi adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.38 Jadi strategi pembelajaran adalah rangkaian kegiatan dalam proses pembelajaran yang terkait dengan pengelolaan siswa, pengelolaan guru, pengelolaan kegiatan pembelajaran, pengelolaan lingkungan belajar, pengelolaan sumber belajar dan penilaian (asesmen) agar pembelajaran

36

Davi Sulaiman Putra, dan Sasmita Kristina Yuli Hartati, Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Chest Pass Pada Permainan Bola Basket, Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Volume 02, 2014, h. 528

37

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasikan Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana Media Grup), 2008, h. 126

38

Akhmad Sudrajat , Pengertian Pendekatan Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran, h. 2

(Http://103.23.244.11/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/197012101998022-IIP_SARIPAH/Pengertian_Pendekatanx.Pdf)


(37)

lebih efektif dan efisien sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.39

b. Macam-Macam Strategi

Strategi belajar yang dapat digunakan dan diajarkan, yaitu:40

1) Strategi mengulang, yaitu mengulang pelajaran dan menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan awal.

2) Strategi Elaborasi (Elaboration Strategies), yaitu proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna. Strategi elaborasi membantu pemindahan informasi baru dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang dengan menggunakan gabungan dan hubungan antara informasi baru dengan apa yang telah diketahui. Dapat dilakukan dengan cara dengan pembuatan catatan, analogi, dan PQ4R.

3) Strategi Organisasi (Organization Strategies), yaitu strategi yang bertujuan untuk membantu pelajar meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan baru, terutama dilakukan dengan struktur-struktur pengorganisasian baru pada bahan-bahan tersebut. Strategi organisasi dapat terdiri dari pengelompokan ulang ide-ide atau istilah-istilah menjadi sub set yang lebih kecil seperti Outlining, mapping, mnemonics yang meliputi pemotongan, akronim dan kata terkait. 6. Peta Konsep

a. Pengertian Peta Konsep (Concept Maping)

Peta konsep dikembangkan oleh guru besar Joseph D. Novack dari Cornell universitas. Peta konsep adalah teknik yang secara visual mewakili struktur informasi bagaimana konsep di dalam suatu daerah saling berhubungan. Peta konsep ini didasarkan pada teori Ausubel yaitu

39

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya), 2011, h. 20

40

Devi Meliyawati, Pengaruh Penggunaan Strategi Belajar Peta Konsep (Concept Mapping) Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV Semester II SD Negeri Gedong 02 Kecamatan Banyubiru tahun 2011/2012”, skripsi pada Universitas kristen Satya Wacana Salatiga, Salatiga, 2012, h. 12, dipublikasikan


(38)

tentang pelajaran penuh makna yang menekankan bahwa belajar pengetahuan baru adalah bergantung pada apa yang telah dikenal.41

Peta konsep adalah istilah yang dikenal dengan sebutan “consep mapping” atau “Pattern Noting” Pannen mengartikan peta konsep sebagai peta kognitif yang dapat memperlihatkan arti suatu konsep berdasarkan proposisi konsep tersebut dengan konsep-konsep lain.42 Peta konsep merupakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantik.43 Secara sederhana peta konsep hanya terdiri atas dua konsep yang dihubungkan oleh suatu kata penghubung untuk membentuk suatu proposisi. Misalnya

“air diperlukan untuk makhluk hidup” akan merupakan suatu peta konsep yang sederhana sekali, terdiri atas dua konsep, yaitu air dan makhluk hidup dihubungkan oleh kata diperlukan. Proposisi yang menyangkut

konsep “makhluk hidup” dapat diperluas kembali arti ketelitiannya.

Proposisi-proposisi itu antara lain adalah: makhluk hidup seperti tumbuhan, makhluk hidup seperti hewan, makhluk hidup itu bernafas. Maka, belajar bermakna lebih mudah jika konsep-konsep baru dikaitkan pada konsep yang lebih inklusif, maka peta konsep harus disusun secara hirarki. Konsep yang lebih inklusif ada di puncak. Makin kebawah konsep-konsep diurutkan makin menjadi lebih khusus.

41

Eric Plotnick, Concept Mapping: A Graphical System For Understanding The Relationship Between, Eric Digests, 1997, h. 2

42

C.I. Yogihati, Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Fisika Umum Melalui Pembelajaran Bermakna Dengan Menggunakan Peta Konsep, Edukasi, 6, 2010, h. 105

43

Ika Rohmawati, “Peningkatan Pemahaman Siswa Dengan Metode Penugasan Peta Konsep Pada Konsep System Peredaran Darah” Skripsi Pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2011, h. 13, Tidak Dipublikasikan


(39)

Gambar 2.2 Peta konsep yang memperlihatkan konsep yang berkaitan44 b. Ciri-Ciri Peta Konsep

Pemahaman terhadap peta konsep dapat lebih jelas, maka Tianto,45 mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut:

1) Peta konsep atau pemetaan konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu studi, apakah itu bidang fisika, kimia, biologi, matematika. Dengan menggunakan peta konsep, siswa dapat melihat bidang studi itu lebih jelas dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.

2) Suatu peta konsep merupakan gambar dua dimensi dari suatu bidang studi, atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang dapat memperlihatkan hubungan-hubungan proporsional antara konsep-konsep.

3) Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama. Ini berarti ada konsep yang lebih inklusif dari pada konsep-konsep yang lain.

4) Bila dua atau lebih konsep digambarkan dibawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep tersebut.

44

Zulfiani, Op. Cit, h. 30

45

Trianto, Op.Cit, h. 159

Makhluk hidup

tumbuhan hewan

air molekul

gerak

panas

padat

hewan

gas cair

dapat dapat

mengandung mengandung

Dalam keadaan

Meningkat karena

beruba

dapat dapat


(40)

Ciri-ciri tersebut di atas menunjukkan sebaiknya peta konsep disusun secara hirarki, artinya konsep yang lebih inklusif diletakkan pada puncak peta, makin ke bawah konsep-konsep diurutkan menjadi konsep yang kurang inklusif. Dalam IPA peta konsep membuat informasi abstrak menjadi konkret dan sangat bermanfaat meningkatkan ingatan suatu konsep pembelajaran, dan menunjukkan pada siswa bahwa pemikiran itu mempunyai bentuk.

c. Menyusun Peta Konsep

Pembuatan peta konsep dilakukan dengan membuat suatu sajian visual atau suatu diagram tentang ide-ide penting atau suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain. Peta konsep mirip peta jalan, namun peta konsep menaruh perhatian pada hubungan antara ide-ide, bukan hubungan antar tempat.

Terdapat beberapa langkah penyusunan peta konsep, yaitu:46 1) Pilihlah satu bacaan dari buku pelajaran

2) Tentukan konsep-konsep yang relevan

3) Urutkan konsep-konsep itu dari yang paling tidak inklusif atau contoh-contoh.

4) Susunlah konsep-konsep itu di atas kertas, mulai dengan konsep yang paling inklusif di puncak ke konsep yang paling tidak inklusif.

5) Hubungkanlah konsep-konsep itu dengan kata atau kata-kata penghubung.

46


(41)

Trianto memberikan langkah-langkah dalam pembuatan peta konsep sebagai berikut:

Tabel 2.1 . Langkah-langkah dalam membuat peta konsep47 Langkah 1 Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang

melingkupi sejumlah konsep. Contoh: ekosistem Langkah 2 Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep

sekunder yang menunjang ide utama. Contoh: individu, populasi, dan komunitas.

Langkah 3 Tempatkan ide-ide utama di tengah atau dipuncak peta tersebut.

Langkah 4 Kelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama

d. Macam-Macam Peta Konsep

Peta konsep ada empat macam, yaitu pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (events chain), peta konsep siklus (cycle concept map), dan peta konsep laba-laba (spider concept map).48

1) Pohon Jaringan (Network Tree)

Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata yang lain ditulis pada garis-garis penghubung. Garis-garis pada peta konsep menunjukkan hubungan antara ide-ide itu. Kata-kata yang ditulis pada garis memberikan hubungan antara konsep-konsep. Pohon jaringan sesuai digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal berikut:

- Menunjukkan sebab akibat - Suatu hirarki

- Prosedur yang bercabang

47

Trianto, Op. Cit, h. 160 48


(42)

- Istilah-istilah yang berkaitan yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan-hubungan49

G

ambar 2.3. Peta konsep model pohon jaringan (network tree)

2) Rantai Kejadian (Event Chain)

Peta konsep rantai kejadian dapat digunakan untuk memberikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Rantai kejadian sesuai digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal:

- Memberikan tahapan-tahapan suatu proses, - Langkah-langkah dalam suatu prosedur, - Suatu urutan kejadian50.

Gambar 2.4. Peta konsep model rantai kejadian (events chain)

49 Ibid

50


(43)

3) Peta Konsep Siklus

Peta konsep siklus digunakan untuk rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil final. Kejadian pada rantai itu menghubungkan kembali kejadian awal. Karena tidak ada hasil dan kejadian terakhir itu menghubungkan kembali kekejadian awal, siklus itu berulang dengan sendirinya.51

Gambar 2.5. Peta Konsep Model Siklus 4) Peta Konsep Model Laba-Laba (Spider Concept Map)

Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat. Melakukan curah pendapat ide-ide berangkat dari satu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah ide besar yang bercampur aduk. Banyak dari ide-ide dan ini berkaitan dengan ide sentral itu tetapi belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. Peta konsep laba-laba sesuai untuk mengevaluasikan hal-hal berikut:

- Tidak menurut hirarki - Katagori yang tidak paralel - Hasil curah pendapat52

51

Trianto Op. Cit, h. 163 52


(44)

Gambar 2.6. Peta konsep model laba-laba53 e. Kegunaan Peta Konsep

Menurut Dahar54 peta konsep diterapkan untuk berbagai tujuan. 1) Menyelidiki apa yang telah diketahui siswa.

Belajar bermakna membutuhkan usaha yang sungguh-sungguh dari pihak siswa untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan konsep relevan yang telah dimiliki. Guru harus mengetahui konsep-konsep apa yang telah dimiliki siswa, sedangkan para siswa diharapkan dapat menunjukkan konsep-konsep apa yang telah mereka miliki dalam menghadapi pelajaran baru itu. Dengan menggunakan peta konsep, guru dapat melaksanakan apa yang telah dikemukakan diatas sehingga pada para siswa diharapkan akan terjadi belajar bermakna.

2) Mempelajari Cara Belajar

Dengan membuat peta konsep untuk mengambil sari dari apa yang mereka baca, baik buku teks maupun bacaan-bacaan lain, berarti meminta mereka membaca buku dengan seksama. Mereka tidak dapat dikatakan tidak berpikir. Untuk mengeluarkan konsep-konsep, kemudian menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata

53

Ibid, h. 164

54

Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 110

Biologis Air

Fisik tanah

Kimiawi udara

Penipisan ozon reboisasi

Hujan asam daur ulang

Pemanasan global


(45)

penghubung menjadi proporsi-proporsi yang bermakna, bukanlah tugas yang sambil lalu dapat dilakukan.

3) Mengungkapkan Miskonsepsi

Dari peta konsep yang dibuat, ada kalanya ditemukan miskonsepsi yang terjadi dari dikaitkannya dua konsep atau lebih yang membentuk proporsi yang salah.

f. Peta Konsep Sebagai Alat Evaluasi

Peta konsep digunakan untuk menilai hubungan antara pemahaman konseptual dan penggunaan strategi untuk siswa biologi.55 Peta konsep dapat digunakan untuk mengetahui pengetahuan siswa sebelum guru mengajarkan topik, menolong siswa bagaimana belajar, untuk mengungkapkan konsepsi salah (miskonsepsi) yang ada pada anak, dan sebagai alat evaluasi. Menurut Trianto,56 peta konsep sebagai alat evaluasi didasarkan atas tiga prinsip dalam teori Ausubel, yaitu:

1) Struktur kognitif diatur secara hirarki dengan konsep-konsep dan proposisi-proposisi yang lebih inklusif, lebih umum, super koordinat terhadap konsep-konsep, dan proposisi-proposisi yang kurang inklusif dan lebih khusus.

2) Konsep-konsep dalam struktur kognitif mengalami diferensiasi progresif. Prinsip ini menyatakan bahwa belajar bermakna merupakan proses yang kontinu, dimana konsep-konsep baru memperoleh lebih banyak arti dengan dibentuk lebih banyak kaitan-kaitan proporsional. Jadi konsep-konsep tidak pernah tuntas dipelajari, tetapi selalu dipelajari, dimodifikasi, dan dibuat lebih inklusif.

3) Prinsip penyesuaian integratif menyatakan bahwa belajar bermakna akan meningkat bila siswa menyadari akan perlunya kaitan-kaitan baru antara segmen-segmen konsep atau proposisi. Dalam peta konsep

55

John R Mcclure, Brian Sonak, Hoi K. Suen, Concept Map Assasement Of Classroom Learning: Reliability, Validity, and Logistical Practicality, Journal Of Research In Science Teaching Vol 36, 1999, h. 2

56


(46)

penyesuaian integratif ini diperlihatkan dengan kaitan-kaitan silang antara segmen-segmen konsep.

Peta konsep bertujuan untuk memperjelas pemahaman suatu bacaan, sehingga dapat dipakai sebagai alat evaluasi dengan cara meminta siswa untuk membaca peta konsep dan menjelaskan hubungan antara konsep satu dengan konsep lain dalam satu konsep.

g. Rubrik Penilaian Peta Konsep

Rubrik adalah alat yang digunakan untuk menilai keriteria yang kompleks dan subjektif, yang diartikulasikan dengan kriteria dan standar yang akan digunakan untuk mengevaluasi pekerjaan siswa. Rubrik dapat membantu membuat kriteria penilaian yang transparan. Kriteria penilaian peta konsep adalah:

1) Proposisi adalah hubungan dua konsep yang dihubungkan oleh kata penghubung. Proposisi dikatakan sahih jika menggunakan kata penghubung yang tepat. Untuk setiap proporsisi yang sahih diberi skor 1.

2) Hirarki adalah tingkatan dari konsep yang paling umum sampai konsep yang lebih umum dituliskan di atas dan konsep yang lebih khusus dituliskan di bawahnya. Hirarki dikatakan sahih jika urutan penempatan konsepnya benar. Untuk setiap hirarki yang yang sahih diberi skor 5.

3) Kaitan silang adalah hubungan yang bermakna antara suatu konsep pada suatu hirarki dengan konsep lain pada hirarki yang lainnya. Kaitan silang dikatakan sahih jika menggunakan kata penghubung yang tepat dalam menghubungkan dua konsep pada hirarki yang berbeda. Sementara itu, kaitan silang dikatakan kurang sahih jika tidak menggunakan kata penghubung yang tepat dalam menghubungkan kedua konsep sehingga antara kedua konsep tersebut menjadi kurang jelas. Untuk setiap kaitan silang yang sahih diberi skor 10. Sedangkan untuk setiap kaitan silang yang kurang sahih diberi skor 2.


(47)

4) Contoh adalah kejadian atau objek yang spesifik yang sesuai dengan atribut konsep. Contoh dikatakan sahih jika contoh tersebut tidak dituliskan di dalam kotak. Contoh bukanlah konsep untuk setiap contoh yang sahih diberi skor 1.57

G

G

Gambar 2.7 penskoran peta konsep menurut novak dan gowin58

57

Zahrotul Hayati, “Perbandingan Hasil Belajar Antara Siswa Yang Diajar Dengan

Pembelajaran Konstruktivisme Teknik Mind Map dan Concept Map,Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, h, 24, tidak dipublikasikan

58

Calvin Hall, Center Of Learning: Concept Map Rubrics, (http://centeach.uiowa.edu/materials/Concept%20Map%20Rubrics.pdf), h. 3


(48)

Concept map yang dijadikan acuan pembelajaran dikelas adalah sebagai berikut.

G

G a

Gambar 2.8. Concept Map acuan59 B. Hasil Penelitian Relevan

1. Mareta Dwi Satuti, yang berjudul pengaruh pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar kimia siswa. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar kimia siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan sampel diambil dari 2 kelas berbeda. Instrumen penelitian tersebut berupa tes objektif. Analisis penelitian menggunakan uji-t, didapatkan nilai t hitung = 4,47 dan nilai t tabel = 1,999. Dapat disimpulkan bahwa model

59

Martin J Eppler, A Comparison Between Concept Maps, Mind Maps, Conceptual Diagrams, And Visual Metaphors As Complementary Tools For Knowedge Contruction And Sharing, Information Visualization, 2006, Pp. 208


(49)

pembelajaran kooperatif tipe jugsaw memberikan pengaruh bagi siswa dalam mempelajari konsep laju reaksi dibandingkan siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode ekspositori.60

2. Ahmad Ridwan, yang berjudul pengaruh pembelajaran dengan menggunakan peta konsep (Concept Mapping) terhadap hasil belajar bilogi (Eksperimen di MTs Tarbiyausshibyan). Penelititan tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan peta konsep terhadap hasil belajar siswa, metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan pengambilan sampel secara Random Sampling. Pengumpulan data menggunakan instrumen tes dengan tes objektif. Analisis data menggunakan teknik distribusi, Uji Fisher, Uji Chi Kuadrat dan Uji-t pada taraf 0,05. Dari perhitungan uji t-hitung diperoleh t hitung = 2,31 dan t tabel 1,67, karena t hitung > dari t tabel maka dapat dikatakan hasil belajar biologi pada sistem saraf manusia dengan menggunakan peta konsep lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pembelajaran biologi tanpa peta konsep.61

3. Van Dat Ran dan Ramon, jurnal yang berjudul The Effects of Jigsaw Learning on Students’ Attitudes in a Vietnamese Higher Education Classroom, penelitian tersebut bertujuan untuk melihat pengaruh pembelajaran jigsaw terhadap prestasi belajar siswa, metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil yang didapat menyatakan bahwa intruksi dengan menggunakan model jigsaw lebih berpusat kepada siswa dan mengalami perbaikan secara signifikan lebih besar pada kedua prestasi dan langkah-langkah retensi dari pada siswa pada kelompok kontrol.62

60

Mareta Dwi Satuti, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Konsep Laju Reaksi,” Skripsi Pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2011, h. 42-58, Tidak Dipublikasikan

61

Ahmad Ridwan, “Pengaruh Pembelajaran Dengan Menggunakan Peta Konsep (Concept Map) Terhadap Hasil Belajar Biologi (Eksperimen Di Mts Tarbiyatusshibyan), Skripsi, Di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2005, h. 26-42 Tidak Dipublikasikan

62

Van Dat Ran Dan Ramon, The Effects Of Jigsaw Learning On Students’ Attitudes In A Vietnamese Higher Education Classroom, Journal Education, 1, 2012, Pp. 9


(50)

4. Indah Budi Lestari, skripsi yang berjudul pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap minat belajar siswa kelas X pada mata pelajaran biologi di MAN Babakan Lebaksiu Tegal, Semarang. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran biologi di MAN X Babakan Lebaksiu Tegal, penelitian menggunakan teknik survai dengan teknik regresi satu prediktor. Pengumpulan data menggunakan metode angket. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis statistik dengan pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi dan korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model kooperatif tipe jigsaw pada kelas X MAN Babakan berada dalam katagori cukup dengan rata-rata 66. Sedangkan minat belajar siswa kelas X pada mata pelajaran biologi juga dalam katagori cukup dengan rata-rata 65,92. Terdapat pengaruh positif antara model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap minat belajar yang ditunjukkan oleh analisis rxy= 0,6365. Dan uji hipotesis menggunakan analisis regresi sederhana.63

5. Ayu Arsyi Rahayu, dengan judul skripsi pengunaan peta konsep untuk mengatasi miskonsepsi siswa pada konsep jaringan tumbuhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan strategi pembelajaran peta konsep sebagai upaya untuk mengatasi miskonsepsi siswa sehingga terjadi penguasaan konsep siswa. Penelitian berupa penelitian tindakan kelas (PTK) dengan dua siklus. Hasil pengumpulan data dilakukan dengan tes, observasi dan rubrik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan peta konsep sangat efektif dalam mengurangi miskonsepsi siswa sehingga terjadi peningkatan penguasaan konsep siswa siklus I dan II.64

63Indah Budi Lestari, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas X Pada Mata Pelajaran Biologi Di MAN Babakan Lebaksiu Tegal,”

Skripsi pada Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, Semarang, 2009, h. 7-8 Tidak dipublikasikan

64Ayu Arsyi Rahayu, “Penggunaan Peta Konsep Untuk Mengatasi Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Jaringan Tumbuhan,” Skripsi, pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2011, h. 38-72. Tidak dipublikasikan


(51)

C. Kerangka Berpikir

Pelajaran biologi berhubungan dengan memahami alam semesta secara sistematis, dalam pembelajaran biologi siswa diharapkan mampu menguasai fakta-fakta, konsep-konsep maupun prinsip-prinsip dan proses penemuan. Sehingga dalam mengembangkan pembelajaran biologi dikelas hendaknya ada keterlibatan aktif siswa dalam pembelajara, untuk menemukan sendiri pengetahuan melalui interaksinya dalam lingkungan.

Sehingga untuk hal itu dalam proses pembelajaran seorang guru harus dapat mengembangkan berbagai kemampuan siswa. Seperti dengan menerapkan proses belajar bersama dengan teman sebaya dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing.

Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) dalam proses pembelajaran di kelas, siswa diberi kesempatan bersama dengan teman-teman sekelompoknya untuk saling belajar secara berkelanjutan. Siswa dibiasakan saling bekerjasama dalam proses belajar.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa lebih diberi kesempatan untuk bekerja sama, untuk saling berpikir kemudian dibahas bersama, siswa juga diberi kesempatan untuk saling mengajarkan kepada teman lain dalam kelompoknya, saling mentransfer ilmu pengetahuannya.

Dalam model ini, menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Model ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan social, matematika, agama, dan bahasa. Model ini cocok untuk semua kelas/tingkatan. Berikut kelebihan-kelebihan model jigsaw:

1. meningkatkan hasil belajar 2. meningkatkan daya ingat

3. dapat digunakan untuk mencapai taraf penalaran tingkat tinggi 4. mendorong tumbuhnya motivasi

5. meningkatkan hubungan antarmanusia yang heterogen 6. meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah 7. meningkatkan sikap positif terhadap guru


(52)

8. meningkatkan harga diri anak

9. meningkatkan perilaku penyesuaian social yang positif, dan 10.meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong.

Dengan menggunakan strategi peta konsep siswa dapat memperjelas suatu bacaan, sehingga siswa mampu untuk menjelaskan dan menghubungkan konsep satu dengan konsep lain dalam satu konsep. Dengan peta konsep guru dapat mengetahui cara belajar siswa, mengungkapkan miskonsepsi yang terjadi dari dikaitkannya dua konsep atau lebih yang membentuk proporsisi yang salah, dan dapat digunakan sebagai alat evaluasi hasil belajar.

Gambar 2.9. Alur Kerangka berpikir

Konsep, prinsip, dan proses penemuan

Pembelajaran koopertif tipe jigsaw menggunakan strategi

peta konsep (Concept Map)

Siswa aktif menerima pembelajaran melalui interaksi teman sebaya dan

terpusaat kepada konsep

Hasil belajar biologi siswa

Masalah Pelajaran biologi

- Rendahnya hasil belajar siswa

- Penerpan model yang kurang bervariasi

- Kurangnya partisipasi siswa dalam belajar biologi


(53)

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah “penerapan model kooperatif tipe JIGSAW menggunakan strategi peta konsep berpengaruh positif terhadap


(1)

34

Slavin,

Cooperative

lem@:

teori

riset dan

praHik,

Ted.

Dari Cooperative learning: theory, reserch

and

practice oleh

Nurulita

yusrorU

(Bandung: Nusa media, 201 l), h. 245

J?

{

35

lvfiftatrul

Huda

Cooperatiw

lettt@

netode,

tebrih

s*ubur

dan

model

Wrurapfi4

(Yogyakarta:

hrstaka

Pelajar,20ll),

h. 121

tu

,r

36

Idah

Budi

Lestari,

"pengruhffiil

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas

X

Pada Mata Pelajaran Biologi

di

MAN Babakan Lebalsiu Tegal," sbipsi pada institut agama islam negeri walisongo semaran& 2009, h. 15, dipublikasikan.

F-T

37

Robert E Slavin, Student Team

Leaming: A Practical Guide To Cooperative Leaming (Washington DC: National Education Association

Of

The Unites States), 1991, pp.

{l

H

\

38

Mftahul Huda

Cooperattw

l;ffn@

metode,

telodh stntHur

dm

model

Wnerapan,

(Yoryakarta:

hrstaka

Pelajar,20ll),

h. 121

5

39

Slavn,

riset dan

pralaik,

T€rj.

Dari

Cooperative leorning: theory, reserch

ond

practice oleh

Nurulita

yusron, @andung: Nusa medi4 201l), h.237

F

h

40

Miftahul

Huda, Cooperativv

k-trn@

metode,

tefuih

straWur

dor

model

perwrap(m, (Yogyakarta:

pustaka

Pelajar,20ll\

h.122

I

4t

Davi Sulaiman Puta, dan Sasmita

Kristina Yuli Hartati, Penerapn Model Pembelajaran Kooperatif T ipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Chest passpada Permainan Bola Basket Jurnal

Pendidiknn Olahraga Dan Kesehatan

Volu*,

02,2A14, h. 528

\

42

Wina Sanjap, Strategi pembehjaran

b e ror ie ntas ikor st andsr pro s e s

pendidikan (akarta: Kencana Media

grup), 2008,h.126

F

)


(2)

43

Alfimads@

peldekatan sEategl metode, teknilq

taktih dam model pembelajaran, h. 2

(hs1403.23.2++.rrlp

p/run

._P:E:ryP.

LUAR

SEKOLATil tT-12

I

0,9/98022-IIP_SARIPAIIPen gertian-pendekatanx .Ddfl

\

44

!uyo*

dan Hariyanto, Be@o tlan

P embe laj

rm

@andung: Remaja

Rosdakarya), 201

l,

h. 20

U-

\

45

oeviMetiyi@

Shategi Belajar Peta Konsep (Concept Mapping) Terhadap Motivasi dan Uasil Belajar IPA Siswa Kelas IV Semester

II

SD Negeri Gedong 02 Kecamatan

Banyubiru tahw

Z0ll

D\lZ,,

sbips

i

pada Universitas kristen Satya Wacana

Salatiga, Salatig4 2012, h.

iZ,

dipublikasikaq

\

46

rricPlotri@

Graphical System

foi

UnAirstanAing

The

Relationship

Betweerl

Erii

Digests, 1997,h.2

JY

\

47

c.l.Yogihat@

pembelajaran fisika umum melalui

pembelaj aran bermakna dengan

menggunakan peta konsep, Mukosi, 6,

2010, h 105

.r

\

48

IkaRohmawati,..FenfuEtan--Pemahaman Siswa Dengan Metode Penugasan Peta Konsep pada Konsep

System Peredaran Darah.,S,bzpsi pada

tiIN

Syarif Hidayatullah Jakarta,

-Jakart4 2011, h. 13, tidak dipublikasikan

P

q

49

&urrrqrrb Dt rute

t

t pem De nJ arfrl soins, (Jakarta: Lembaga penelitian UIN

Jakart4 2009), h.30

\

50

I nanto, Mendesain model

pe m be I aj ar an inov

a

if-pro gr e s if :

Konsep Landasan, don

Impl e me nt as iny a p ada Kur ilatlwn Tingkat Satuan pendidikon (KISP), (l$1r,".: Kercana prenada media goup, 2010), h. t59

r

\


(3)

Zylfrn@

(Jakarta: Lembaga penetiiian

UW

Tnawto@

iruv ot if-pro gr e s if, (l alata: kencana media group,

20ll),L

160 itwvotif-progresif ,1ial<arta:i(.n*ou

media group, 2011), h" 160

rrian@

ircvuif-progre sif, (Jakarta: kencana

media group,

20lU

h" 160

Pemahaman Siswa Dengan Metode Penugasan Peta Konsep pada Konsep

System Peredaran Darah, Sbipsi pada !J_IN Syarif Hidayatullah

Juku.t4'

Jalertq 201

l,

h. l

j,

tidak

IkaRo@

Id*,q@

inov a if-pr o gre

sf

(Jakarta: Kencana

media group,

20ll),

h. 163

Tri

inovaif-progesif, (Jakarta: Kencana media group,

20ll),h.

164

Yryw@

k

r:

yO

" W

**

Qakarra Erhn

g;q

Vol36

1999,H.2

JohnR@

Suen, Concept Map Assasement

Of

9-lT:t*rn

Liaming: Retiabitity,

Validity,

_and Logistical macticaiity,

Journal Of Research In Scierce

5

rriann@

i nov at if-p r o gre s

if

, (l akarta: Kencana

media gpup,

20ll),h.

164

Zahrotd

nayati

r

re*anOingG-E;i

I

Belajar

Antara

Siswa

y*g

Diuj;

Pre*

Pembelqiaran

fonrt itrinirrn.

Tektrk.

Mind Map dan

Corrcept

Map,"Skripsi

pada

UIN

Syarif

fiOa.r.afuttatr Jakarra" Jakart4

ZOii:;

24, tidak dioublikasikan

CalvinW

5l

^r

i

52

g?

)

53

1

54

k

1

55

v

1

56

F-

\

57

\

58

t

59

k

60

n

61

T

62


(4)

&ttn;{{ElPat..,li@

nceoeZA OUao"ZZOnuUricuDdO. h

.3

63

MartinJEpptffi

ggncept mapg mind mapg conceptual diagrams,

and

visual

metaptrors

;

complementary

tools

for

knowedge

contruction

and

sharing;

informatin

v isual izai on, 2006, h.

2N

h

\

64

Y.rgtuDwiS@

1elUe]ajarg

Kooperatif

fipe

figraw

Terhadap

Hasil

Belajar

Kimia

Slswa _e1! fgnsep _Laju Reaksi,. Sbips

i

pada

I'.sI

syryl

Hidayatullah 'Jakart4

Jakartq

2011,

h

42-5g,

tidak

dipublikasikan

"tr

\

o)

.rrhmad

@

femS-tajaran Dengan

n{enggun-atan Peta Konsep (Concept

l,{d

Terhadao

Ytril

Belajar

Biologi

(Ek"perimen Ot

Mx

Tubiyansshibyan), Slvipsi di UIN

lfgf

Hidayatufiah

Jakad,

Jakartq 2005, h. 2G42 Tidakdioubtikasitrnn

\

66

yrlu r,rar Kan dan Ramom, The Effects

of

Jigsaw Leaming

o{r

Students,

Attitudes

in a

Vietnmese

Higher

Education

Classroom, iotmol

e&rcaion, 1,2012,h.9

i

67

IndahBudiLe@

l.ryb]"ja511

Kooperatif

fip"

rigra*

Terhadap Minat Belajar Siswa fetlas

X

lu$

Mutu petajararBiotod

Di

Iv[,{N

B-abakan Lebaksiu Tegal,. Sbtpst pada

Institut Agama Islam Negeri Watisongo

!9mqraqg,

Semarang, 2AOg,

tr.

ZIg

,lidak dipublikasikan

4==

5

68

Ayu Arsyr Kanayu,.?enggunaan peta

Sp*q

U.rS

Mengatasi Miskonsepsi

li*u

Pada Konsep Jaringan

ITb*T,l'

Sfipsi,

padaUIN Syarif Hidayatullah J akarta,Jakarta, ZOi t, h.

38-72. Tidak dipublikasilCIn

)P-

\

69

Duglyono,

Metode

penelitian

Pendidikan

@endekotan

Kuo*itatif

Kualitdil

don

RAD)

@andrmi:

_4&beta, 2010), h. l14.

Ine

Ltmirman-

dari-Eill

-arifin

4Y-)

5

70

F


(5)

h-penelitian@

(Jakarta: Btmri Aksara, 1993I h. 134

t

\

7t

Mareta

Dwi

Satuti

*penganrh

mml

pembelajaran

kooperatif

tipe

jigsaw lerhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi,"

Sbipsi

pada

UtrI

Syarif

Hidayatullah

Jakartq

Jakarta 2011, h. 53,tidak dipublikasi

\

72

Suharsimi

Adkunto,

Viffi

Penelition Suatu Pendekatm

praktih

(Jakarta: Rineka Ciptu, 2010), Cet, 14

h.266.

.y

\

73

Suharsimi

ArikuntqDara/-Dastr

Evahras i P e ndidikon (Yoryakarta:

Bumi Aksarq 1995), h. 68

1

74

Suharsim@

Ev alu as i P e nd i dikan (Yogyakarta:

Bumi Aksara, 1995), h. 98

\

75

Mareta@

pembelajaran

kooperatif

tipe

jigsaw terhadap hasil belajar kimia sisra pada konsep laju reaksi,"

Sbipsi

pada

tIN

Syarif

Hidayatullah

Jakart4

Jakart4

20 I

l,

h. 49, tidak dipublikasi

I

1

76

Anwar Shadda4 "Penganth percrryan

Kooperatif Learning Dengan Maode Teqn Accelerated Instruction

FA|

Terhadap Hasil Belajar Matematika Sisw a P ado P okok B ahasan Afi abor',, Skripsi Pada

IIIN

Jakart4 Jakarta, 2005, H 52, Tidak Dipublikasilran.

\

77

Sofanamri@

pembelajaran dalam

kurikuhm

2013,

(Jakarta: Prestasi Pustaka publisher,

2013), hal. l

l

&-

\

78

Martinis Yamin, strategi & metode

dalam model pembelajaran, (Jakarta:Referensi Gp prsss goup,

2013), hal. 90

I


(6)

Pembimbing

I

NIP.

19681228 200003

I

003

Penguji Referensi:

Jakarta, T Juni2Ol6

Pembimbing II

)w,

Nenesih Juanenssih.

M

pd


Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi

1 20 162

PENGERUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA PADA KONSEP CAHAYA (KUASI EKSPERIMEN DI SDN CIRENDEU III, TANGERANG SELATAN)

1 5 177

Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Antara Siswa Yang Diajar Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Pembelajaran Konvensional Pada Konsep Protista

0 18 233

Pengaruh startegi peta konsep (concept mapping) terhadap hasil belajar fisika siswa: studi quasi eksperimen di MTs Al-Mukhsin Cibinong

1 8 88

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui penerapan Metode Jigsaw Pada Pelajaran PKN Materi Perundang-undangan Tingkat Dan Daerah Siswa Kelas V SDN Pondok Kacang Timur 03

0 5 128

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN TEKNIK MERINGKAS MENGGUNAKAN PETA PIKIRAN TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMAN KELAS XI IPA DI KABUPATEN ACEH TAMIANG.

0 1 16

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMA NEGERI 1 SEI BINGAI LANGKAT.

0 1 23

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN TEKNIK MERINGKAS CATATAN MENGGUNAKAN MIND MAP TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DAN KECAKAPAN SOSIAL MAHASISWA.

0 0 28

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PETA KONSEP (CONCEPT MAP) PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PETA KONSEP (CONCEPT MAP) DENGAN MEDIA VISUAL POKOK MATERI EKOSISTEM PADA SISWA

0 0 14

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW

0 0 7