Penulisannyapun relatif sangat sederhana, media yang digunakannya antara lain , batu, ulang, kulit binatang, pelepah kurma dan lain sebagainya.
b. Periode Khalifah Abubakar Al-Shiddiq ra.
Pada tahun 12 H, tepatnya pada kepemimpinan Khalifah Abubakar terjadilah pemberontakan dari pembangkang pembayar zakat dan pemurtadan dibawah pimpinan
Musailamah al-Kadzzab, beliau mengutus Khalid Ibnul Walid untuk mengatasi mereka ke Yamamah, dari peristiwa tersebut tak sedikit korban dari kaum muslim. Bahkan tercatat 70
Huffadz penghafal Al-Quran sebagai syuhada. Hal ini mendorong Umar Ibn al-Khatthab untuk menyarankan kepada Amirul Mukminin, untuk segera mengumpulkan al-Quran dalam
1 Mushhaf. Setelah melewati berbagai pertimbangan beliaupun setuju dan memanggil Zaid Ibn Tsabit untuk melaksanakan hal ini.
Walaupun Zaid Ibn Tsabit sudah hafal al-Quran secara keseluruhan, beliau sangat hati-hati dalam melaksanakan tugas ini, setidaknya beliau berpegang teguh pada dua prinsip,
yaitu ayat–ayat al-Quran yang di tulis dihadapan Rasulullah, dan disimpan di rumahnya, dan ayat- ayat yang dihafal oleh para Sahabat.
Kemudian mushaf tersebut disimpan oleh Abubakar, dan berpindah ke tangan Umar Ibn Al-Khatthab, kemudian kepada Hafshah Binti Umar Ummul Mukminin.
c. Periode Khalifah Utsman Ra.
Hudzaifah al-Yaman menyarankan kepada Amirul Mukminin untuk menyatukan perbedaan bacaan di antara kaum muslimin, hal ini dimaksudkan agar tidak meyebabkan
perbedaan di antara kaum muslimin. Pada saat itu sudah mulai muncul fitnah dikarenakan perbedaan dalam bacaan al-Qur’an, hal ini sebagaimana yang ditegaskan oleh Abi Qulabah :
‘bahwa telah terjadi percekcokan dan pertentangn antara kaum muda bahkan antara para pengajar al-Quran sendiri’.
Kejadian ini terjadi tepat pada peperangan Armenia dan Azerbaijan di Iraq. Sayyidina Utsman pun menyetujui saran tersebut, dan mengutus seorang utusan untuk meminta mushaf
al-Quran yang berada pada Sayyidatina Hafshah, dengan maksud sebagai rujukan penyalinan mushaf. Kemudian beliau membentuk sebuah badan dalam penyalinan ini yang
beranggotakan empat orang Zaid Ibnu Tsabit al-Anshari, Abdullah Ibn Zubair al-Asadi, Said Ibnu al-‘Ash al-Umawi, Abdurrahman Ibn al-Harist Ibnu Hisyam al-Makhzumi, selain Zaid
Ibn Tsabit semuanya adalahbangsa Quraisy. Alasan utama pemilihan ketiganya Abdullah Ibn
7
Zubair, Said Ibnu al-‘Ash, Abdurrahman Ibn al-Harist dari golongan Quraisy, adalah menjaga kefasihan dialek Quraisy dalam penylinan Mushaf tersebut.
Setelah tim tersebut selesai menyalin, maka mereka mengembalikan mushaf tersebut kepada Hafshah, dan menyerahkan salinan–salinan tersebut untuk disebar luaskan ke
beberapa negara, antara lain Kufah, Bashrah, Syam dan yang dipegangnya sendiri untuk di sampaikan ke Madinah. Kemudian beliau memerintahkan semua mushaf selain yang
disebarkan untuk dibakar, karena memang pada saat itu ada beberapa mushaf yang terkenal selain mushaf yang ada pada Sayyidatina Hafshah yaitu mushaf Ibnu Kaa’b dan Ibnu
Mas’ud. Langkah yang dilakukan oleh Utsman ini sudah disepakati dan diterima oleh para
sahabat, sebagaimana ditegaskan oleh Sayyidina Ali r.a. dalam menanggapi sikap Ustman r.a. beliau berkata : ‘janganlah kalian katakan apa yang dilakukan oleh Ustman kecuali benar
khoiran’.
E. Sejarah dan perkembangan ulumul-Qur’an