Ulumul-Qur’an pada masa Rasulullah SAW. Ulumul-Qur’an pada masa khalifah

Zubair, Said Ibnu al-‘Ash, Abdurrahman Ibn al-Harist dari golongan Quraisy, adalah menjaga kefasihan dialek Quraisy dalam penylinan Mushaf tersebut. Setelah tim tersebut selesai menyalin, maka mereka mengembalikan mushaf tersebut kepada Hafshah, dan menyerahkan salinan–salinan tersebut untuk disebar luaskan ke beberapa negara, antara lain Kufah, Bashrah, Syam dan yang dipegangnya sendiri untuk di sampaikan ke Madinah. Kemudian beliau memerintahkan semua mushaf selain yang disebarkan untuk dibakar, karena memang pada saat itu ada beberapa mushaf yang terkenal selain mushaf yang ada pada Sayyidatina Hafshah yaitu mushaf Ibnu Kaa’b dan Ibnu Mas’ud. Langkah yang dilakukan oleh Utsman ini sudah disepakati dan diterima oleh para sahabat, sebagaimana ditegaskan oleh Sayyidina Ali r.a. dalam menanggapi sikap Ustman r.a. beliau berkata : ‘janganlah kalian katakan apa yang dilakukan oleh Ustman kecuali benar khoiran’.

E. Sejarah dan perkembangan ulumul-Qur’an

Sejarah perkembangan ulumul-Quran dimulai menjadi beberapa fase, dimana tiap-tiap fase menjadi dasar bagi perkembangan menuju fase selanjutnya, hingga ulumul-Qquran menjadi sebuah ilmu khusus yang dipelajari dan dibahas secara khusus pula. Berikut beberapa fase tahapan perkembangan ulumul-Quran.

1. Ulumul-Qur’an pada masa Rasulullah SAW.

Embrio awal ulumul quran pada masa ini berupa penafsiran ayat Al-Quran langsung dari Rasulullah SAW kepada para sahabat, begitu pula dengan antusiasime para sahabat dalam bertanya tentang makna suatu ayat, menghafalkan dan mempelajari hukum-hukumnya. a. Rasulullah SAW menafsirkan kepada sahabat beberapa ayat. Dari Uqbah bin Amir ia berkata : aku pernah mendengar Rasulullah SAW berkata diatas mimbar, dan siapkan untuk menghadapi mereka kekuatan yang kamu sanggupi Anfal :60 , ingatlah bahwa kekuatan disini adalah memanah HR Muslim b. Antusiasme sahabat dalam menghafal dan mempelajari Al-Quran. Diriwayatkan dari Abu Abdurrrahman as-sulami, ia mengatakan : mereka yang membacakan quran kepada kami, seperti Ustman bin Affan dan Abdullah bin Masud serta yang lain menceritakan, bahwa mereka bila belajar dari Nabi sepuluh ayat mereka tidak 8 melanjutkannya, sebelum mengamalkan ilmu dan amal yang ada didalamnya, mereka berkata kami mempelajari quran berikut ilmu dan amalnya sekaligus. c. Larangan Rasulullah SAW untuk menulis selain quran, sebagai upaya menjaga kemurnian AlQuran. Dari Abu Saad al- Khudri, bahwa Rasulullah SAW berkata: Janganlah kamu tulis dari aku; barang siapa menuliskan aku selain quran, hendaklah dihapus. Dan ceritakan apa yang dariku, dan itu tiada halangan baginya, dan barang siapa sengaja berdusta atas namaku, ia akan menempati tempatnya di api neraka.HR Muslim

2. Ulumul-Qur’an pada masa khalifah

Pada masa khalifah, tahapan perkembangan awal embrio ulumul-Quran mulai berkembang pesat, di antaranya dengan kebijakan-kebijakan para khalifah sebagaimana berikut : a. Khalifah Abu Bakar :dengan Kebijakan PengumpulanPenulisan Al-Quran yg pertama yang diprakarsai oleh Umar bin Khottob dan dipegang oleh Zaid bin Tsabit b. Kekhalifahan Usman Ra : dengan kebijakan menyatukan kaum muslimin pada satu mushaf, dan hal itupun terlaksana. Mushaf itu disebut mushaf Imam. Salinan-salinan mushaf ini juga dikirimkan ke beberapa propinsi. Penulisan mushaf tersebut dinamakan ar-Rosmul Usmani yaitu dinisbahkan kepada Usman, dan ini dianggap sebagai permulaan dari ilmu Rasmil Quran. c. kekalifahan Ali Ra :dengan kebijakan perintahnya kepada Abu aswad Ad-Duali meletakkan kaidah-kaidah nahwu, cara pengucapan yang tepat dan baku dan memberikan ketentuan harakat pada quran. Ini juga disebut sebagai permulaan Ilmu Irabil Quran.

3. Ulumul-Qur’an pada masa sahabat dan tabi’in