5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daun bangun-bangun
Secara makroskopis, tanaman bangun-bangun memiliki ciri batang berkayu lunak, beruas-ruas dan berbentuk bulat, diameter pangkal ± 15 mm,
tengah ± 10 mm dan ujung ± 5 mm. Daun tanaman ini tunggal, helaiannya bundar telur, panjang helaiannya ± 3,5-6 cm, dan tulang dalam menyirip. Tanaman
bangun-bangun tumbuh secara liar, jarang berbunga, namun mudah sekali dikembangbiakkan. Daun yang masih segar bentuknya tebal, berwarna hijau tua,
kedua permukaan daun licin. Tanaman ini ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia dengan berbagai nama yang berbeda, di Jawa Tengah disebut daun
Cumin, Orang Sunda menyebutnya daun ajeran, di Madura disebut daun kambing dan di Bali disebut daun Iwak. Di daerah Batak Sumatra Utara sendiri disebut
sebagai daun bangun-bangun atau torbangun Heyne, 1987. Menurut Herbarium Medanese, 2014 taksonomi dari daun bangun-
bangun adalah:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Lamiales
Suku : Lamiaceae
Marga : Plectranthus
Jenis : Plectranthus amboinicus L
Nama lokal : Bangun-bangun
6 Tumbuhan ini dipercaya dapat meningkatkan produksi ASI, tumbuhan ini
banyak ditemukan didaerah sumatera utara dan dijadikan pangan berdamping nasi misalnya sebagai sayuran. Konsumsi daun bangun-bangun oleh penduduk daerah
sumatera utara biasanya dalam bentuk sop yang dimasak. Tanaman ini terbukti mengandung zat besi dan karotin yang tinggi. Selain itu konsumsi tanaman ini
dapat meningkatkan kadar zat besi, kalium, seng, dan magnesium dalam ASI serta meningkatkan berat badan bayi Warsiki, dkk, 2009.
2.2 Mineral
Mineral esensial adalah senyawa anorganik yang mempunyai fungsi fisiologis dalam tubuh. Mineral ini terdapat dalam makanan, dan minuman dan
diperlukan mulai dari beberapa gram per hari untuk mineral makro kemudian beberapa miligram sampai mikrogram per hari untuk beberapa unsur Strain dan
Cashman, 2009 Mineral digolongkan ke dalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral
makro adalah natrium, klorida, kalium, kalsium, fosfor, magnesium dan sulfur, sedangkan yang termasuk mineral mikro, seperti besi, seng, iodium dan selenium
Almatsier, 2004.
2.2.1 Besi
Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, zat ini terutama diperlukan dalam pembentukan darah yaitu dalam sintesa hemoglobin
Hb. Zat besi dalam orang dewasa dengan berat badan 70 kg kira-kira 4-5 g. Kira-kira 2-3 g digunakan sebagai fungsi besi seperti hemoglobin 60,
myoglobin 5, dan berbagai heme terdiri dari sitokrom dan katalase dan non-
7 heme terdiri dari nikotinamida adenine dinukleotida hidrogene dan succinic
dehydrogenase, enzim 5. Sisanya ditemukan dalam penyimpanan sebagai ferritin 20 dan hemosiderin 10, kedua besi ini disimpan dalam protein.
Hanya sebagian kecil jumlah besi ≤ 0,1 ditemukan sebagai transit kelat dengan
transferin, sebagian besar besi ditranspor protein dalam tubuh Strain dan Cashman, 2009.
Defisiensi besi terutama terjadi pada anak-anak, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui. Kekurangan zat besi terjadi dalam 3 tahap. Pertama, bila simpanan besi
berkurang yang kelihatan dari penurunan ferritin dalam plasma hingga 12 µgL hal ini dikompensasi dengan peningkatan kemampuan absorbsi besi. Tahap kedua
yaitu habisnya simpanan besi, menurunnya transferin dan meningkatkan protoforfirrin yaitu prekursor hem. Hal ini dapat mengganggu metabolisme kerja
dan menurunkan produktivitas kerja. Pada tahap ketiga terjadi anemia gizi berat ditandai oleh sel darah merah yang kecil mikrositosis, nilai hemoglobin rendah
hipokromia karenanya anemia zat besi dinamakan anemia hipokromik mikrositotik. Kelebihan konsumsi dapat terjadi akibat mengkonsumsi suplemen
tinggi kandungan besi. Gejala kelebihan konsumsi besi antara lain mual, muntah diare, denyut jantung meningkat, sakit kepala, mengigau dan pingsan Cakrawati
dan Mustika, 2012.
2.2.2 Magnesium
Magnesium adalah kation kedua terbanyak yang ditemukan dalam tubuh sekitar 25 g. Secara rata magnesium terdistribusi dalam kerangka 50-60 dari
keseluruhan dan pada jaringan lunak 40-50 dari keseluruhan. Di dalam rangka sekitar 1-3 magnesium adalah pada permukaan tulang. Magnesium
8 mempunyai peran penting dalam perkembangan dan perawatan tulang, sekitar
60 dari total magnesium dalam tubuh terdapat dalam tulang Strain dan Cashman, 2009.
Kebutuhan magnesium untuk remaja laki-laki hingga usia 18 tahun adalah 410 mg, untuk remaja perempuan adalah 360 mg. Kebutuhan magnesium untuk
laki-laki dewasa adalah 400 mg hingga usia 30 tahun, dan setelah itu menjadi 420 mg. Kebutuhan magnesium untuk perempuan dewasa hingga usia 30 tahun adalah
310 mg dan menjadi 320 mg setelah melewati usia 30 tahun. Pada masa kehamilan dan menyusui akan meningkatkan kebutuhan magnesium. Kekurangan
magnesium menyebabkan kurang nafsu makan, gangguan dalam pertumbuhan, mudah tersinggung, gugup, kejang, gangguan sistem saraf pusat, halusinasi, gagal
jantung Cakrawati dan Mustika, 2012. Kelebihan magnesium memiliki efek buruk seperti diare, muntah, dan perut kejang Strain dan Cashman, 2009.
2.2.3 Seng
Seng terdapat diseluruh tubuh. Seng merupakan elemen intraseluler yang sangat berlebih, dengan
≥95 didalam tubuh. Pada orang dewasa terdapat sekitar 2 g seng, dimana sekitar 60 dan 30 terdapat dalam otot dan tulang, dan 4-6
terdapat dalam kulit Strain dan Cashman, 2009. Seng berperan dalam fungsi kekebalan yaitu dalam fungsi sel T dan dalam pembentukan antiodi sel B, seng
berperan dalam sintesis dari degradasi kolagen, dengan demikian seng berperan dalam pembentukan kulit, metabolisme jaringan ikat dan penyembuhan luka
Cakrawati dan Mustika, 2012. Manifestasi klinis dari defisiensi seng pada manusia adalah perlambatan
pertumbuhan, ketidakmatangan seksual, dan diare. Defisiensi berat seng jarang ditemukan, lebih sering defisiensi ringan. Hal ini lebih sulit untuk didiagnosa dan
9 sering terjadi dengan defisiensi mikronutrisi lain seperti besi. Pada perempuan,
penurunan konsentrasi seng saat kehamilan ditemukan signifikan. Kebutuhan seng dapat ditoleransi sebanyak 40 mg per hari untuk orang dewasa diatas 19
tahun, dimana pengambilan seng didapat dari makanan, air, dan suplemen termasuk makanan yang difortifikasi Strain dan Cashman,2009.
2.3 Spektrofotometri Serapan Atom
Spektrofotometri serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur- unsur mineral dalam jumlah sekelumit trace dan sangat sekelumit ultratrace.
Cara analisis ini memberikan kadar total unsur mineral dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul mineral dalam sampel tersebut. Cara ini
cocok untuk analisis sekelumit mineral karena mempunyai kepekaan yang tinggi batas deteksi kurang dari 1 ppm dan pelaksanaannya relatif cepat dan sederhana
Gandjar dan Rohman, 2007. Prinsip dari spektrofotometer serapan atom adalah atom-atom pada
keadaan dasar mampu menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, yang pada umumnya adalah panjang gelombang radiasi yang akan dipancarkan atom-
atom itu bila kembali ke keadaan dasar dari keadaan tereksitasi. Jika pada cahaya dengan panjang gelombang tertentu dilewatkan nyala yang mengandung atom-
atom yang bersangkutan maka sebagian cahaya itu akan diserap dan banyaknya penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom keadaan dasar yang
berada dalam nyala. Lampu yang digunakan disebut ‘lampu katode rongga’ dan katode tersebut dilapisi dengan logam yang akan dianalisis. Kerugian teknik ini
adalah bahwa lampu harus selalu diganti tiap kali suatu unsur yang berbeda
10 sedang dianalisis dan hanya satu unsur yang dapat dianalisis pada sewaktu-waktu.
Instrumen-instrumen modern memiliki sekitar 12 lampu yang tersusun, yang dapat secara otomatis berputar Watson, 2005.
Cara kerja Spektroskopi Serapan Atom ini adalah berdasarkan atas penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah
menjadi atom bebas. Atom tersebut mengabsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda Hollow Cathode Lamp yang mengandung
unsur yang akan ditentukan. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu menurut jenis logamnya Watson, 2005
Bagian instrumentasi spektrofotometer serapan atom adalah sebagai berikut:
a. Sumber Radiasi
Sumber radiasi yang digunakan adalah lampu katoda berongga hollow cathode lamp. Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung
suatu katoda dan anoda. Katoda berbentuk silinder berongga yang dilapisi dengan mineral tertentu Gandjar dan Rohman, 2007
b. Tempat Sampel
Dalam analisis dengan spektrofotometer serapan atom, sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan
azas. Ada berbagai macam alat yang digunakan untuk mengubah sampel menjadi uap atom-atomnya, yaitu:
i. Dengan nyala Flame
Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa cairan menjadi bentuk uap atomnya dan untuk proses atomisasi. Suhu yang dapat dicapai oleh
nyala tergantung pada gas yang digunakan, misalnya untuk gas asetilen-udara
11 suhunya sebesar 2200
C. Sumber nyala asetilen-udara ini merupakan sumber nyala yang paling banyak digunakan. Pada sumber nyala tersebut asetilen sebagai
bahan pembakar, sedangkan udara sebagai bahan pengoksidasi. Gas asetilen-udara digunakan untuk logam-logam yang bersifat refractory sukar diuraikan dalam
nyala api Gandjar dan Rohman, 2007. ii.
Tanpa nyala Flameless Pengatoman dilakukan dalam tungku dari grafit. Sejumlah sampel
diambil sedikit hanya beberapa µL, lalu diletakkan dalam tabung grafit, kemudian tabung tersebut dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara
melewatkan arus listrik pada grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral dan pada fraksi atom ini dilewatkan
suatu sinar yang berasal dari lampu katoda berongga sehingga terjadilah proses penyerapan energi sinar yang memenuhi kaidah analisis kuantitatif Gandjar dan
Rohman, 2007. c.
Monokromator Monokromator merupakan alat untuk memisahkan dan memilih spektrum
sesuai dengan panjang gelombang yang digunakan dalam analisis dari sekian banyak spektrum yang dihasilkan lampu katoda berongga Gandjar dan Rohman,
2007. d.
Detektor Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui
tempat pengatoman Gandjar dan Rohman, 2007. e.
Amplifier Amplifier merupakan suatu alat untuk memperkuat signal yang diterima
12 dari detektor sehingga dapat dibaca alat pencatat hasil Readout Gandjar
dan Rohman, 2007. f.
Readout Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai
pencatat hasil. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi Gandjar dan Rohman, 2007.
Komponen spektrofotometer serapan atom dapat dilihat pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 . Komponen Spektrofotometer Serapan Atom
2.3.1 Gangguan-gangguan pada Spektrofotometri Serapan Atom
Gangguan-gangguan interference pada Spektrofotometri Serapan Atom adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang
dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan konsentrasinya dalam sampel Gandjar dan Rohman, 2007. Secara luas dapat
dikategorikan menjadi dua kelompok, yakni interferensi spektral dan interferensi kimia Khopkar, 1985.
Menurut Gandjar dan Rohman 2007, gangguan-gangguan yang terjadi pada spektrofotometri serapan atom adalah:
a. Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang mana dapat mempengaruhi
banyaknya sampel yang mencapai nyala.
13 b.
Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah atau banyaknya atom yang terjadi di dalam nyala.
c. Gangguan oleh absorbansi yang disebabkan bukan oleh absorbansi atom yang
dianalisis, yakni absorbansi oleh molekul-molekul yang tidak terdisosiasi di dalam nyala.
d. Gangguan oleh penyerapan non-atomik.
Menurut Gandjar dan Rohman 2007, pembentukan atom gas dengan energi dasar yang merupakan dasar metode spektroskopi dapat dihalangi oleh dua
macam gangguan kimia : a.
Pembentukan senyawa stabil. Pembentukan senyawa stabil menyebabkan disosiasi analit tidak sempurna
atau pembentukan senyawa stabil di dalam nyala. Contoh sifat – sifat ini ditunjukkan oleh:
i. Pembentukan CaSO
4
atau Ca
3
PO
4 2
dengan adanya sulfat atau posfat ii.
Pembentukan oksida stabil dari titan, vanadium, dan aluminium. b.
Ionisasi atom – atom gas pada tingkat energi dasar Ionisasi atom – atom gas
M M+ + e Didalam nyala akan mengurangi intensitas pancaran garis spektrum atom di dalam
spektroskopi pancaran nyala, atom akan mengurangi intensitas absorbsi di dalam spektroskopi serapan. Oleh karena itu perlu mengurangi kemungkinan terjadinya
ionisasi. Suhu tinggi nyala asetilen – udara atau asetilen – nitrogen oksida dapat menyebabkan ionisasi unsur seperti unsur – unsur logam alkali: kalsium,
storonsium, dan barium. Ionisasi unsur yang ditentukan dapat dikurangi dengan penambahan zat penahan ionisasi, biasanya berupa larutan yang mengandung
14 kation dengan potensial ionisasi lebih rendah daripada analit. Contoh larutan ion
kalsium 2000 ppm. Larutan ion kalsium ditambahkan ke dalam larutan yang akan diukur Gandjar dan Rohman, 2007.
Menurut Gandjar dan Rohman 2007, gangguan – gangguan kimia biasanya dapat dihindarkan oleh salah satu cara berikut:
a. Menaikkan suhu nyala
Suhu tinggi sering menyebabkan pembentukan atom – atom gas bebas, contoh aluminium oksida lebih mudah berdisosiasi di dalam nyala asetilen –
nitrogen oksida daripada di dalam nyala asetilen udara. Gangguan kalsium aluminium yang berasal dari pembentukan kalsium aluminat juga dapat
dihindari dengan bekerja pada suhu yang lebih tinggi daripada nyala asetilen – nitrogen oksida.
b. Menggunakan zat pembebas Releasing Agent
Proses ini berdasarkan reaksi: M - X + R R - X + M
dengan M – X adalah garam yang sukar berdisosiasi, R adalah zat pembebas. Proses ini akan berhasil kalau R – X lebih stabil daripada M – X.
Penambahan EDTA pada larutan kalsium sebelum analisis dapat meningkatkan kepekaan penentuan spektrofotometri nyala, karena
pembentukan komplek kalsium EDTA yang mudah terdisosiasi dalam nyala. c.
Ekstraksi analit atau unsur pengganggu Metode ini dapat dilakukan dengan ekstraksi sederhana untuk menghilangkan
sebagian besar zat pengganggu, sampai pada konsentrasi zat pengganggu
15 tidak mengganggu. Bila perlu, ekstraksi diulangi untuk menurunkan lagi
pengotor Gandjar dan Rohman, 2007.
2.4 Validasi Metode Analisis
Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan
bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya Harmita, 2004.
Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis adalah sebagai berikut:
a. Kecermatan
Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai
persen perolehan kembali recovery analit yang ditambahkan Harmita, 2004. Kecermatan dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu:
i. Metode simulasi
Metode simulasi Spiked-placebo recovery merupakan metode yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit bahan murni ke dalam suatu
bahan pembawa sediaan farmasi plasebo, lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan kadar yang
sebenarnya Harmita, 2004. ii.
Metode penambahan baku Metode penambahan baku standard addition method merupakan metode
yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi
16 tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode yang akan
divalidasi. Hasilnya dibandingkan dengan sampel yang dianalisis tanpa penambahan sejumlah analit. Persen perolehan kembali ditentukan dengan
menentukan berapa persen analit yang ditambahkan dalam sampel dapat ditemukan kembali Harmita, 2004. Menurut Ermer dan McB.Miller 2005,
parameter ini memenuhi syarat jika nilainya berada pada rentang 80-120. b.
Keseksamaan presisi Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau
koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan
secaraberulang untuk sampel yang homogen Harmita, 2004. Nilai simpangan baku relatif RSD untuk analit dengan kadar part per
million ppm adalah tidak lebih dari 16 dan untuk analit dengan kadar part per billion ppb RSDnya adalah tidak lebih dari 32 Harmita, 2004.
c. Selektivitas Spesifisitas
Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya
komponen lain yang ada di dalam sampel Harmita, 2004. d.
Linearitas dan rentang Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon
baik secara langsung maupun dengan bantuan transformasi matematika, menghasilkan suatu hubungan yang proporsional terhadap konsentrasi analit
dalam sampel. Rentang merupakan batas terendah dan batas tertinggi analit yang dapat ditetapkan secara cermat,seksama dan dalam linearitas yang dapat diterima
17 Harmita, 2004.
Secara statistik linearitas dari kurva kalibrasi dinyatakan dalam koefisien korelasi r. Koefisien korelasi yang lebih besar dari 0,99 menyatakan adanya
hubungan yang linear Watson, 2005. e.
Batas deteksi dan batas kuantitasi Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat
dideteksi yang masih memberikan respon signifikan, sedangkan batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi
kriteria cermat dan seksama Harmita, 2004.
18
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif dan Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan
pada bulan April – Mei 2014.
3.2 Bahan–bahan 3.2.1 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun bangun-bangun yang diambil secara purposif di ladang di sekitar pasar V Padang Bulan Medan.
3.2.2 Pereaksi
Semua bahan yang digunakan dalam penelitian ini berkualitas pro analisa keluaran E. Merck kecuali disebutkan lain yaitu akuabides Laboratorium
Penelitian Fakultas Farmasi USU, asam nitrat 65 vv, larutan oksina 2, asam klorida, larutan magneson, larutan tetrasianomerkurat, larutan amonium korida,
larutan amonia, larutan kalium tiosianat, kalium heksasianoferratIII, asam asetat, reagensia amonium tetratiosianatmerkuratII, larutan baku besi 1000 µgml,
larutan baku magnesium 1000 µgml, dan larutan baku seng 1000 µgml.
3.3 Alat–alat
Alat yang digunakan adalah alat-alat gelas pyrex, blender, hot plate, kertas saring whatman no.42, kurs porselen, neraca analitik AND GF-200,