PENUTUP Strategi Komunikasi Rumah Singgah Waria Anak Raja Dalam Penerimaan Masyarakat Terhadap Komunitas Waria Di Meruyung Depok
yang berdandan dan berlaku sebagai wanita.Kelainan ini, sebenarnya bisa digolongkan kedalam penyakit.Istilah waria memang ditujukan untuk penderita
transeksual yaitu seseorang yang memiliki fisik berbeda dengan keadaan jiwanya.Artinya istilah ini bisa juga dikenakan pada seseorang yang secara fisik
perempuan tapi berdandan dan berlaku sebagai laki laki.
1
Di Indonesia, fenomena tentang waria sebenarnya bukanlah masalah atau fenomena baru. Kehidupan
kaum waria yang bertolak belakang dengan kebiasaan hidup manusia secara normal dalam berperilaku dan menentukan sikap membuat komunitas maupun
individunya tidak memiliki tempat di masyarakat. Itu semua dikarenakan pola kehidupan mereka dianggap akan mempengaruhi kehidupan masyarakat lain.
Permasalahan yang tengah dihadapi oleh kaum waria adalah bagaimana menempatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat. Karena keberadaan mereka
masih dibilang asing dalam kehidupan masyarakat dan sedikit sulit untuk diterima.Banyak masyarakat luas beranggapan menjadi seorang waria hanya
menjadi aib yang dapat memalukan diri sendiri, keluarga dan orang orang terdekat yang berada disekitarnya.
Kemunculan seorang waria yang merupakan sebuah fenomena sosial tersendiri bagi masyarakat kita dimana sampai saat ini waria adalah salah satu
kaum yang terpinggirkan. Banyak orang yang memandang sebelah mata terhadap eksistensi waria, bahkan secara terang terangan mereka beranggapan negatif,
seperti waria dianggap sampah masyarakat, penyebar penyakit masyarakat dan
1
Atmojo Kemala, Kami Bukan Laki-Laki Jakarta Utara : Pustaka Utama Grafiti 1987 hlm 2
kesemuanya itu seolah menyiratkan bahwa waria selama ini diperlakukan sebagai sebuah objek bukan subjek.
Waria dan diskriminasi, bagai dua sisi mata uang yang sulit dipisahkan. Keberadaan waria ditengah masyarakat merupakan suatu fenomena yang ikut
meramaikan fakta sosial baru didalam masyarakat.Hal ini menimbulkan adanya suatu pandangn pandangan-pandangan yang beraneka ragam didalam masyarakat,
mulai dari pemberian cap bahwa mereka sampah masyarakat, penyakit sosial, beperilaku negatif, sumber penyakit hingga tidak diakui eksistensi sosialnya.
Keberadaan waria ditengah tengah masyarakat sama halnya dengan keberadaan setiap individual manusia yang lainnya. Ada yang bersikap baik dan
ada pula yang bersikap tidak baik, ada yang memiliki nilai moral dan begitu pula sebaliknya.Semua itu kembali lagi kepada sikap pribadi perorangan masing
masing.Waria juga sering mengalami diskriminasi dalam memperoleh lapangan pekerjaan.Karena sebagian masyarakat tidak mau mempercayakan pekerjaan
untuk waria. Hal ini tidak bisa terlepas dari pandangan masyarakat yang memandang waria sebagai kelompok penentang kodrat manusia, berdosa dan
menjijikkan. Penolakan masyarakat ini jelas menimbulkan masalah bagi komunitas waria termasuk dalam memperoleh pekerjaan.Bagi waria yang
berpendidikan dan mempunyai keterampilan banyak yang berusaha memperoleh penghasilan sesuai dengan latar belakang pendidikan atau keterampilannya.
Sedangkan waria yang berpendidikan rendah atau waria yang tidak mempunya skill atau keterampilan khusus tentunya akan sanagat sulit untuk mendapatkan
pekerjaan. Hal yang termudah yang bisa dilakukan adalah bekerja sebagai