fisik antara persediaan yang ada digudang dengan jumlah yang tercatat dibuku besar pesediaan.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis mengambil judul: “Analisa Akuntansi Persediaan Sesuai Dengan Sesuai PSAK No 14 Pada PT
Indomarco Prismatama Cabang Medan”.
B. Perumusan Masalah
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 14 merupakan pedoman pelaksanaan akuntansi persediaan dalam perusahaan yang berlaku di
Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh maka penulis membuat batasan masalah hanya mengenai metode pencatatan persediaan dan penilaian akuntansi
persediaan barang dagang perusahaan. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”apakah pencatatan dan penilaian persediaan barang dagang
telah sesuai dengan PSAK No. 14?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan akuntansi persediaan khususnya tentang pencatatan
dan penilaian pada PT Indomarco Prismatama Cabang Medan telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 14
Universitas Sumatera Utara
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan
dan wawasan penulis mengenai pencatatan dan penilaian akuntansi persediaan.
b bagi pihak perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau masukan yang berkaitan dengan pencatatan dan
penilaian akuntansi persediaan perusahaan. c bagi pihak yang lain, khususnya bagi almamater fakultas ekonomi
USU, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi penelitiannya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Persediaan dan Jenis Persediaan
1. Pengertian Persediaan
Persediaan merupakan salah satu aktiva yang paling aktif dalam operasi kegiatan perusahaan dagang. Persediaan juga merupakan aktiva lancar terbesar
dari perusahaan manufaktur maupun dagang. Pengaruh persediaan terhadap laba lebih mudah terlihat ketika kegiatan bisnis sedang berfluktuasi. Untuk
memperoleh gambaran yang jelas mengenai persediaan adalah seperti kutipan berikut.
Ikatan Akuntansi Indonesia 2007:14.3 mengemukakan bahwa: Persediaan adalah aset:
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau,
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan suplies untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Menurut Skousen, Stice, Stice 2004:653, ”persedian ditujukan untuk barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal, dan dalam
kasus perusahaan manufaktur, maka kata ini ditujukan untuk proses produksi atau yang ditempatkan dalam kegiatan produksi”.
Universitas Sumatera Utara
Kieso, Weygandt, Warfield 2002:443 mengatakan bahwa ” persediaan inventory adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis
normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi barang yang akan dijual”.
Pendapat Warren, reeve, Fess 2005:440 mengatakan persediaan adalah ”barang dagang yang disimpan untuk dijual dalam operasi bisnis perusahan, dan
bahan yang digunakan dalam proses produksi atau disimpan untuk tujuan itu”. Persediaan yang diperoleh perusahaan langsung dijual kembali tanpa mengalami
proses produksi selanjutnya disebut persediaan barang dagang. Dengan demikian intinya persediaan barang dagang adalah untuk dujual
dalam operasi bisnis perusahaan, dan sesuai dengan pendapat warren, reeve dan Fess maka perusahaan bisa saja menyimpan persediaan sebelum dijual didalam
sebuah gudang yang sering berlaku untuk pedagan-pedagang besar seperti retail yang perputaran persediaannya cukup tinggi dan beragam untuk mengantisipasi
penjualan supaya tidak terjadi kekurangan persediaan
2. Jenis-Jenis Persediaan
Persediaan pada setiap perusahaan berbeda dengan kegiatan bisnisnya. Persediaan diklasifikasikan sebagai berikut:
a Persediaan barang dagang
Barang yang ada digudang dibeli oleh pengecer atau perusahaan dagang untuk dijual kembali. Barang yang diperoleh untuk dijual kembali diperoleh
secara fisik tidak diubah kembali, barang tersebut tetap dalam bentuk yang yang telah jadi ketika meninggalkan pabrik pembuatnya.
Universitas Sumatera Utara
Dalam bebrapa hal dapat terjadi beberapa komponen yang dibeli untuk kemudian dirakit menjadi barang jadi. Misalnya, sepeda yang dirakit dari
kerangka, roda gir dan sebagainya serta dijual oleh pengecer sepeda adalah salah satu contoh.
b Persediaan manufaktur
1 Persediaan bahan baku Barang berwujud yang dibeli atau diperoleh dengan cara lain
misalnya dengan menambang dan disimpan untuk penggunaan langsung dalam membuat barang untuk dijual kembali. Bagian dari
suku cadang yang diproduksi sebelum digunakan kadang-kadang diklasifikasikan sebagai persediaan komponen suku cadang.
2 Persediaan barang dalam proses Barang yang membutuhkan proses lebih lanjut sebelum
penyelesaian . 3 Barang jadi
Barang yang sudah selesai diproses dan siap untuk dijual. c
Persediaan rupa-rupa Barang seperti perlengkapan kantor kebersihan dan pengiriman,
persediaan ini biasanya dicatat sebagai beban penjualan umum.
Universitas Sumatera Utara
B. Biaya-Biaya Persediaan
Masalah persediaan mempunyai pengaruh besar pada penentuan jumlah aktiva lancar dan total aktiva, harga pokok penjualan, laba kotor, laba bersih dan
taksiran pajak. Penilaian persediaan membutuhkan penilaian yang cermat dan sewajarnya untuk dimasukkan sebagai harga pokok dan mana saja yang
dibebankan pada tahun berjalan. Ikatan Akuntan Indonesia 2007:14.2 mengatkan bahwa ”biaya
persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya produksi dan biaya lain-lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi siap untuk dijualdipakai.
Biaya persediaan yang sering dikaitkan atau di artikan sebagai harga pokok penjualan dalam perusahaan dagang yaitu biaya pembelian yang meliputi harga
pembelian, bea masuk pajak lainnya. Biaya pengangkutan dan lain-lain. Adapun yang mempengaruhi biaya pembelian tersebut.
1. Barang dalam Perjalanan
Penjualan dilakukan dengan dua cara: a. Syarat penjualan prangko gudang FOB free on board shipping point,
hak atas barang dipindahkan kepada pembeli ketika barang dimuat ke alat angkut ketika akan diangkut. Dengan persyaratan ini maka
penerapan atas pengiriman pada akhir tahun akan memerlukan pencatatan penjualan dan penurunan persediaan dalam penjual.
Dimana hak itu berpindah pada saat pengangkutan, barang-barang dalam perjalanan akhir tahun harus dimasukkan dalam persediaan
pembeli,meskipun barangnya belum tiba. Penetapan jumlah barang
Universitas Sumatera Utara
dalam perjalanan pada akhir tahun dilakukan dengan mengkaji pesanan-pesanan yang datang pada awal periode baru. Catatan
pembelian dibiarkan terbuka melampaui periode fiskal agar pencatatan barang dalam perjalanan pada akhir periode dapat dilaksanakan, atau
barang dalam perjalanan dapat dicatat dengan menggunakan ayat penyesuaian.
b. Jika syarat penjualan pranko gudang pembeli FOB destination, maka penerapan aturan hukum tidak memerlukan pengakuan
transaksi sebelum barang diterima pembeli. Dalam hal ini, karena sulit menetukan apakh barang-barang telah mencapai tujuannya pada
akhir tahun atau belum, penjual akan lebih suka mengabaikan aturan hukum dan menggunakan saat pengangkutan sebagai dasar
pengakuan penjualan dan penurunan persediaan.
2. Diskon
Diskon potongan harga yang diperlakukan sebagai pengurang biaya dalam pencatatan pembelian barang juga harus dipelakukan sebagai pengurang
biaya persediaan. Diskon dagang merupakan potongan dari daftar harga yang berlaku menjadi harga yang benar-benar dibebankan kepada pelanggan. Besarnya
diskon yang diberikan dapat bervariasi menurut faktor-faktor tertentu seperti kuantitas barang yang dibeli. Jadi diskon dagang sering kali ditetapkan dalam
sauatu seri. Contoh: Suatu perusahaan menggambarkan daftar diskon dagangnya dalam suatu katalog sebagai berikut:
Penjualan Diskon
Jumlah faktur bersih 5000
20X5000=1000 5000-1000=4000
Universitas Sumatera Utara
4000 10X4000=400
4000-400= 3600 3600
5X3600=180 3600-180 = 3420
Diskon tunai adalah ptongan harga yang diberikan faktur-faktur yang dibayar dalam periode tetentu. Diskon tunai biasanya ditetapkan sebagai suatu
persentase harga yang tidak perlu dibayar. Bila mana faktur dibayar dalam beberapa hari tertentu, dan jumlah penuh harus dibayar jika pembayaran
melampaui dalam periode diskon. Sebagai contoh, 10, n30 berarti dalam dua persen diberikan sebagai diskon tunai jika faktur dibayar dalam waktu 2 hari
setelah tanggal faktur, tetapi jumlah penuh dapat dibayar dalam 30 hari. Secara teoritis persediaan harus dicatat dalam jumlah setelah diskon yaitu
harga faktur kotor dikurangi diskon yang dapat diperoleh. Metode bersih ini menunjukkan kenyataan bahwa diskon yang tidak diambil sebenarnya merupakan
pengeluaran atau beban kredit yang terjadi karena ketidakmampuan untuk membayar dalam periode diskon. Jumlah ini dicatat dalam perkiraan diskon yang
tidak diambil dan dilaporkan sebagai suatu pos terpisah pada perhitungan laba rugi. Ayat jurnal yang diperlukan baik untuk metode kotor dan metode bersih
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1
Perbedaan Pencatatan Diskon Metode Bersih Dengan Metode Kotor
Transaksi Pembelian dilaporkan dalam
Pembelian dilaporkan dalam jumlah bersih
jumlah kotor Pembelian barang dagan seharga
Persediaan 1372
Persediaan 1400
2.500 dikurangi diskon dagang Utang dagang
1372 Utang
dagang 1400
3020 dan diskn tunai 20 2.500 dikurangi 30= 1.750
1.750 dikurangi 20= 1.400 1.400 dikurangi 2 = 1.372
a. diasusmsikan bahwa pembayaran Utang usaha
1372 Utang usaha
1400 faktur dilakukan dalam periode
Kas 1372
Persediaan 28
diskon Kas
1372
b. diasumsikan bahwa pembayaran Utang usaha
1372 Utang usaha
1400 faktur dilakukan setelah periode
Diskon yang tidak Kas
1400 diskon
diambil 28
Kas 1400
Universitas Sumatera Utara
c. penyesuaian yang diperlukan Diskon yang tidak
Tidak diperlukan ayat jurnal pada akhir periode dengan
diambil 28
mengasumskan bahwa faktur Utang usaha
28 belum dibayar dan periode diskon
telah lewat Sumber: Smith dan Skousen 1997:336
3. Retur pembelian dan pengurangan harga
Penyesuaian atas faktur perlu juga jika barang ternyata rusak atau jika kualitasnya lebih rendah daripada yang dipesan. Kadangkala barang tersebut
secara periodik dikembalikan kepada suplier atau pemasok mungkin pembeli juga diberikan nota kredit oleh pemasok untuk mengkompensasi kerusakan atau
kualitas barang yang rendah dalam kedua hal tersebut hutang akan berkurang dan dilakukan pengkreditan secara langsung keperkiraan persediaan pada sistem
perpetual, atau keperkiraan kontra pembelian, yakni retur pembelian dan pengurangan harga, pada sistem persediaan periodik.
Jurnal retur pembelian 1 periodik
utang usaha xxx
retur dan potongan pembelian xxx
2 perpetual utang usaha
xxx persediaan
xxx
Universitas Sumatera Utara
4. Pajak Pertambahan Nilai PPN
Pajak pertambahan nilai ditujukan untuk orang pribadi maupun badan yang timbul karena digunakannya faktor-faktor produksi pada setiap jalur
perusahaan dalm menyimpan, menghasilkan,menyalurkan dan memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada konsumen. Semua biaya untuk
mendapatkan dan mempertahankan laba termasuk bunga modal, sewa, tanah dan upah dan upah kerja merupaakan unsur pertambahan nilai yang menjadi dasar
PPN.
5. Biaya lain-lain
Biaya lain-lain yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menempatkan
persediaan dalm kondisi dan tempat siap dijual.
C. Metode Pencatatan Persediaan
1. Sistem Periodik
Menurut Weygandt, Kieso, Kimmel 2007:262 mengemukakan bahwa :
dalam sistem persediaan periodik periodic inventory system, rincian persediaan barang yang dimiliki tidak disesuaikan secara
terus menerus dalam satu periode. Harga pokok penjualan barang ditentukan hanya pada akhir periode akuntansi seara periodik.
Pada saat itu, dilakukan perhitungan persediaan secara periodik untuk menentukan harga pokok barang yang tersedia persediaan
barang dagang. Untuk menentukan harga okok penjualan dalam
Universitas Sumatera Utara
sistem periodik, harus: 1 menentukan harga pokok barang yang tersedia pada awal periode coet of goods on hand, 2
menambahkannya pada harga pokok barang yang dibeli cost of goods purchse
d, 3 mengurangkannyadengan harga pokok barang yang tersedia pada akhir periode akuntansi.
Menurut Dycman, Dukes, Davis 2000:381 mengatakan bahwa: dalam sistem persediaan periodik, perhitungan periodik aktual atas
barang-barang yang ada ditangan pada akhir periode akuntansi ketika menyiapkan laporan keuangan. Barang-barang dihitung,
ditimbang, atau jika tidak diukur, dan jumlahnya dikaitkan dengan unit biaya untuk memberi nilai persediaan.
2. Sistem Perpetual
Menurut Niswonger, Warren, Reeve, dan Fess 1999:366:
dalam sistem persediaan perpetual, semua kenaikan dan penurunan baran dagang dicatat dengan cara yang sama seperti mencatat
kenaikan dan penurunan kas. Akun persediaan barang dagang pada awal periode akuntansi mengindikasikan stok pada tanggal tersebut.
Pembelian dicatat dengan mendebit persediaan barang dagang dengan mengkredit kas atau utang usaha. Pada tanggal penjualan,
Universitas Sumatera Utara
harga pokok barang yang terjual dicatat dengan mendebit harga pokok penjualan dan mengkredit persediaan barang dagang.
Penggunaan sistem perpetual memberikan sarana pengendalian yang paling efektif atas aktiva tersebut, demikian juga adanya kekurangan dapat
ditentukan dengan mengadakan perhitungan periodik barang dan membandingkan perhitungan tersebut dengan saldo buku tambahan. Pemesanan kembali barang
secara tepat waktu dan pencegahan kelebihan persediaan dapat dicapai dengan membadingkan saldo buku tambahan dengan tingkat persediaan maksimum dan
minimum yang ditentukan terlebih dahulu. Dycman, Dukes, Devis 2000:383 mengatakan bahwa, ” apabila sistem
persediaan atas akun buku besar atas dasar lancar”. Catatan persediaan perpetual untuk setiap barang harus memberikan informasi penerimaan, pengeluaran dan
saldo ditangan. Dengan inforasi ini, kuantitas periodik dan penilaian barang yang ada ditangan tersedia setiap waktu. Jadi perhitungan periodik tidak diperlukan
kecuali memverifikasi jumlah persediaan. Perhitungan periodik bisanya dilakukan secara tahunan untuk tujuan audit yang membandingkan persediaan ditangan
dengan catatan perpetual dan menyatakan data untuk setiap jurnal penyesuaian yang dibutuhkan misalnya kesalahan dan kerugian. Catatan persediaan harus
disesuaikan ke perhitungan periodik apabila terdapat perbedaan pencatatan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Perbandingan Ayat Jurnal Perpetual dengan Periodik
Ayat Jurnal pada Buku Beyer Video Transaksi
Sistem Persediaan Perpetual Sistem Pesediaan Periodik
4 Mei Pemebelian barang dagang
Persediaan barang dagang 3800
Pembelian 3800
secara kredit Utang usaha
3800 Utang Usaha 3800
8 Mei Retur dan potongan pembelian
Utang usaha 300
Utang usaha 300
Persediaan barang dagang 300 Retur dan potongan pembelian
300 9 Mei
Biaya pengiriman atas pembelian Persediaan barang dagang 150
Biaya pengiriman 150
Kas 150 kas
150 14 Mei Pembayaran utang dengan diskon Utang usaha
3500 Utang usaha
3500 Kas
3430 Kas 3430
Persediaan barang dagang 70 Diskon Pembelian
70
Ayat jurnal pada Buku Seller Electronix Transaksi
Sistem Persediaan Perpetual Sistem Persediaan Periodik
4 Mei Penjualan barang dagang
Pituang usaha 3800
Piutang usaha 3800
secara kredit Penjualan
3800 Penjualan 3800
Harga pokok penjualan 2400
Tidak ada ayat jurnal harga Persediaan barang dagang
2400 pokok penjualan 8 Mei
Retur barang dagang terjual Retur dan Potongan Penjualan
300 Retur dan Potongan Penjualan
300 Piutang usaha
300 Piutang usaha 300
Persediaan Barang dagang 140
Tidak ada jurnal Harga pokok penjualan
140 15 Mei Penerimaan uang atas piutang
Kas 3430
Kas 3430
dengan diskon Diskon penjualan
70 Diskon penjualan
70 Piutang usaha
3500 Piutang usaha 3500
Sumber: Weygandt, Kieso, Kimmel 2007:291
Universitas Sumatera Utara
D. Metode Penilaian Persediaan
1. Penilaian Persediaan Berdasarkan Harga Pokok
Penentuan harga pokok persediaan sangat bergantung dari metode penilaian yang dipakai yaitu metode identifikasi khusus, FIFO, LIFO dan metode
weighted average .
a. Metode Identifikasi khusus
Dyckman, Dukes, Davis 2000:392 mengatakan bahwa, ”metode identifikasi biaya khusus mensyaratkan bahwa setiap barang yang disimpan harus
ditandai secara khusus sehingga biaya per unitnya dapat di identifiksi setiap waktu”. Jika barang yang terlibat berjumlah besar atau mahal atau hanya dalam
jumlah kecil yang ditangani, mungkin bisa dilaksanakan penandaan atau penomoran setiap barang ketika dibeli atau diproses. Metode ini memungkinkan
dilakukannya identifikasi biaya per unit khusus untuk setiap barang yang terjual pada tanggal penjualan dan tiap barang yang tetap ada di persediaan. Dengan
demikian, metode identifikasi biaya khusus menghubungkan arus biaya secara langsung dengan arus baya secara periodik.
Dari sudut pandang teoritis, metode identifikasi khusus sangat menarik, khususnya ketika setiap unsur persediaan unik dan memiliki biaya yang tinggi.
Namun ketika persediaan terdiri dari berbagai unsur atau unsur-unsur identik yang dibeli pada saat berlainan dengan harga yang berbeda, maka identifikasi khusus
akan menjadi lamban membebani dan memakan biaya. Oleh karena itu, metode ini sangat jarang digunakan oleh perusahaan dagang.
Universitas Sumatera Utara
b. Metode LIFO Last In First Out
Ikatan Akuntan Indonesia 2007:14,21 merumuskan metode LIFO sebagi berikut, “ rumus MTKPLIFO mengasumsikan barang yang dibeli atau
diproduksi terakhir dijual atau digunakan terlebih dahulu, sehingga yang termasuk dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi terlebih dahulu”.
Dycman, Dukes, Davis 2000:396 mengatakan bahwa, “metode LIFO untuk kalkulasi biaya persediaan menandingkan persediaan yang dinilai pada biaya per
unit akuisisi terbaru dengan pendapatan penjualan periode berjalan. Unit-unit yang tetap ada dipersedian akhir dibebankan pada biaya per unit terlama yang
terjadi, dan unit-unit tersebut termasuk pada harga pokok penjualan yang dibebankan pada biaya per unit terbaru yang muncul.
Metode LIFO atau MTKP terdiri dari dua macam yaitu:
1 Sistem periodik
Metode LIFO sistem periodik adalah penilaian persediaan yang ditentukan dengan cara saldo periodik yang ada dikalikan harga pokok per unit barang yang
masuk pada awal periode. Bila saldo periodik terlalu besar dari barang yang masuk pada awal periode, diambilkan dari harga pokok per unit yang masuk
berikutnya.
Contoh perhitungan Metode LIFO sistem pencatatan periodik
Harga pokok barang yang tersedia untk dijual 1.120
Dikurangi persediaan akhir 300 unit per perhitungan fisik 200 unit 1 terlama tesedia , dari persedian 1 Januari 200
Universitas Sumatera Utara
100 unit 1, 10 terlama tersedia berikutnya dari tgl 9 Jan Persediaan akhir
110
Harga pokok penjualan 810
310
2 Sistem perpetual
Metode LIFO penghubung perpetual adalah suatu metode penilaian persediaan yang pencatatan persediaannya dilakukan secara terus menerus dalam
kartu persediaan. Setiap kali ada transaksi, baik pembelian maupun penjualan pemasukan dan pengeluaran, langsung dicatat dalam kartu persediaan. Harga
pokok penjualan dicatat berdasarkan harga pokok barang pertama kali masuk. Jumlah yang masih tersisa merupakan nialai persediaan akhir.Selama periode
inflasi, penggunaan metode LIFO akan menghasilkan kemungkinan laba bersih yang terendah. Alsannya adalah karena harga pokok barang yang diperoleh
terahkhir akan mendekati nilai ganti barang yang dijual. Dengan demikian metode ini memberikan perbandingan yang lebih sesuai antara harga pokok dan laba.
Keutungan lain metode ini adaah penghematan pajak karena laba yang dihasilkan adalah yang paling rendah, sehingga akan menghasilkan pajak penghasilan yang
lebih rendah. Bila dibandingkan dentgan metode FIFO ataupun metode rata-rata dalam periode deflasi, pengaruh yang terjadi adalah kebalikannya. Metode LIFO
akan menghasilkan kemungkinan laba bersih yang tertinggi. Alasan utama bagi mereka yang membela metode ini adalah adanya kecenderungan untuk
mengurangi pengaruh perkembangan harga pada laba bersih. Kritik terhadap penggunaan metode ini adalah nilai persediaan barang dagang yang ditetapkan di
Universitas Sumatera Utara
neraca dapat jauh berbeda dengan nilai gantinya. Tetapi hal ini dapat diungkapkan dalam catatan yang menyertai laporan keuangan.
Berikut ini terlampir contoh perhitungan metode LIFO Perpetual
Tabel 2.3 Kalkulasi Biaya Persediaan LIFO-Perpetual
Tanggal Pembelian
Penjualan pengeluaran Saldo Persediaan
unit biaya per unit total biaya unit biaya per unit total biaya unit biaya per unit total biaya
Jan 1
200 1.00 200
9 300 1,10
330 200 1.00
200 300
1,10 330
10 300
1,10 330
100 1,00
100 100 1.00 100
15 400 1,16
464 100 1.00
100 400
1,16 464
18 300
1,16 348 100
1.00 100
100 1,16
116 24 100
1,26 126
100 1.00
100 100
1,16 116
100 1,26 126
Persediaan Akhir 342
Harga pkok penjualan 778
Persediaan awal Sumber: Dyckman, Dukes, Davis 2000:397
Universitas Sumatera Utara
c. Metode FIFO First in First Out
Menurut Zulian 2005:200, “dengan metode FIFO, biaya persediaan dihitung berdasarkan asumsi bahwa barang akan dijual atau dipaki sendiri dan
sisa dalam persediaan menunjukkan pembelian atau produksi yang terakhir”. Ikatan Akuntan Indonesia 2007:14.21 merumuskan metode FIFO sebagai
berikut, “formula MPKPFIFO mengasumsikan barang dalm persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga yang
tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian”. Sebagian perusahaan mengeluarkan barang sesuai dengan urutan
pembeliannya. Hal ini terutama untuk barang-barang yang tidak tahan lama dan produk-produk yang modelnya cepat berubah. Sebagai contoh, Toko bahan
pangan menyusun produk-produk susu dalam rak-rak berdasarkan tanggal kadaluarsanya. Begitu juga dengan toko pakian memajang pakaian sesuai dengan
musim. Pada akhir musim toko ini biasanya memberikan diskon untuk menjual pakaian yang musimnya sudah lewat atau ketinggalan mode . Jadi, Metode FIFO
dapat dikatakan konsisten dengan arus periodik atau pergerakan barang . Metode FIFOMTKP dibagi atas dua bagian, yakni:
1 sistem periodik
Menurut sistem FIFO yang berdasarkan atas metode periodik niali persediaan akhir ditentukan dengan cara saldo periodik yang ada dikalikan dengan
harga pokok per unit barang yang terakhir kali masuk. Bila saldo periodik ternyata lebih besar dari jumlah unit terakhir masuk, sisanya dipergunakan harga pokok
per unit yang masuk sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
Contoh perhitungan metode FIFO sistem pencatatan periodik
Persediaan awal 200 unit pada 1 200
Ditambah pemebelian selama periode tersebut Harga pokok barang tersedia untuk dijual
1120 920
Dikurangi persediaan akhir perhitungan periodik persdiaan 100 unit 1,26 pembelian terbaru tgl 24
126 200 unit 1,16 pembelian terbaru berikutnya tgl 15
Total biaya persediaan akhir 232
Harga pokok penjualan 762
538
2 Sistem perpetual
Metode FIFO perpetual adalah suatu metode penilaian persediaan yang pencatatan persediaannya dilakukan terus menerus dalm kartu persediaan. Setiap kali ada
transaksi, baik pembelian maupun penjualan pemasukan dan pengeluaran barang, langsung dicatat dalam kartu persediaan. Harga pokok penjualan dicatat
berdasarkan harga pokok barang pertama masuk. Jumlah yang masih tersisa merupakan nilai persediaan akhir merupakan nilai persediaan akhir. Selama
periode inflasi atau kenaikan harga terus menerus, penggunaan metode FIFO akan menghasilkan kemungkinan laba tertinggi dibandingkan dengan metode-metode
Universitas Sumatera Utara
yang lain, karena perusahaan cenderung untuk menaikkan harga jualnya sesuai dengan perkembangan pasar tanpa memperhatikan kenyataan bahwa barang yang
terdapat dalam persediaan telah diperoleh sebelum terjadinya kenaikan harga. Kenaikan laba karena naiknya harga persediaan ini sering disebut sebagai laba
persediaan inventory profit atau laba semu ilusory profit. Dalam periode deflasi dimana terjadi penuruna harga, pengaruh yang terjadi adalh kebalikannya.
Metode FIFO akan menghasilkan kemungkinan laba bersih yang terendah. Kritik utama terhadap metode ini adalah adanya kecenderungan untuk lebih menambah
pengaruh kenaikan penurunan harga pada laba yang di laporkan.
Tabel 2.4 Kalkulasi Biaya Persediaan FIFO-Perpetual
Tanggal Pembelian
Penjualan pengeluaran Saldo Persediaan
unit biaya per unit total biaya
unit biaya per unit total biaya
unit biaya per unit
total biaya Jan
1 200 1.00
200 9 300
1,10 330
200 1.00 200
300 1,10
330 10
200 1,00
200 200
1,10 220
100 1,10
110 15 400
1,16 464
100 1,10 110
400 1,16
464 18
100 1,10
110 200
1,16 232
200 1,16
232 24 100
1,26 126
200 1,16
232 100
1,26 126
Persediaan Akhir 358
Harga pkok penjualan 762
Persediaan awal Sumber: Dyckman, Dukes, Davis 2000:395
Universitas Sumatera Utara
d. Metode Rata-Rata
1 Rata-rata tertimbang Sistem pencatatan periodik
Ikatan Akuntan Indonesia 2007:14.21 merumuskan metode rata-rata sebagai berikut :
dengan rumus biaya rata-rata tertimbang, biaya setiap barang ditentukan berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari barang serupa pada awal
periode dan biaya barang serupa yang dibeli atau diproduksi selama peride. Perhitungan rata-rata dapat dilakukan secara berkala atau pada
setiap penerimaan kiririman, bergantung pada keadaan perusahaan.
Asumsi metode ini adalah unit dijual tanpa memperhatikan urutan pembeliannya dan menghitung harga pokok penjualan serta persediaan akhir.
Biaya per unit rata-rata tertimbang dihitung dengan membagi jumlah biaya persediaan awal dan biaya pembelian periode berjalan. Biaya rata-rata tertimbang
per unit yang sama digunakan dalam menentukan biaya persediaan barang pada akhir periode. Dycman, Dukes, Davis 2000:393 menyatakan bahwa, ” biaya per
unit rata-rata tertimbang dihitung dengan membagi jumlah biaya persediaan awal dan biaya pembelian periode berjalan dengan jumlah unit persediaan awal
ditambah unit pembelian selama peroide tersebut”.
Universitas Sumatera Utara
Contoh Rata-rata tertimbang sistem pencatatan periodik unit
harga total biaya per unit
Barang tersedia 1 Januari Persediaan awal
200 1,00 200
9 Pembelian
300 1,10 330
15 Pembelian
400 1,16 464
24 Pembelian
100 1,12 Total tersedia
1000 1.120 126
persediaan akhir rata-rata tertimbang 31 Jan
300 1,12 harga pokok penjualan rata-rata tertimbang:
336
Penjualan selama Januari 700 1,12
784 unit biaya rata-rata tertimbang 1.120:1000
Pengaruh perkembangan harga berjalan secara rata-rata dalam hal penetapan laba bersih maupun dalam penetapan harga pokok persediaan. Untuk
suatu pembelian tertentu harga pokok rata-ratanya akan sama, tanpa memperhatikan dari harga perkembangan harga. Misalnya apabila urutan serta
harga pokok per unit barang yang tersedia untuk dijual adalah kebalikan dari
Universitas Sumatera Utara
urutan, maka hal ini tidak akan mempunyai pengaruh terhadap laba bersih maupun harga pokok persediaan. Waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan
data dalam metode rata-rata tertimbang biasaya akan lebih banyak dibandingkan dengan metode-metode lain. Biaya tambahan yang harus di keluarkan mungkin
akan besar apabila pembelian dilakukan berkali-kali dan jenis barangnya banyak
2 Rata-rata bergerak sistem pencatatan perpetual
Apabila digunakan sistem pencatatan perpetual, maka biaya per unit rata- rata bergerak digunakan. Metode rata-rata bergerak biasanya dipandang objektif,
konsisten dan tidak mudah melakukan manipulasi karena sistem perpetual yang melakukan pencatatan setiap terjadinya transaksi dam metode ini memberikan
biaya rata-rata periode berjalan atas dasar berkelanjutan. Metode ini tidak menandingkan biaya per unit paling akhir dengan
pendapatan penjulan periode berjalan. Namun menandingkan biaya rata-rata periode tersebut dengan pendapatan dan nilai persediaan akhir, oleh karena itu
jika biaya per unit pasti meningkat atau menurun maka metode rata-rata bergerak akan memberikan jumlah persediaan dan harga pokok yang berada diantara
metode penilaian FIFO dan LIFO. Contoh Rata-rata bergerak sistem pencatatan perpetual.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.5 Penentuan Nilai Persediaan dengan Metode LCM
Total Kuantitas
Biaya Harga pasar
Lebih rendah Komoditas Persediaan per Unit per Unit Biaya
Pasar Biaya atau pasar
A 400 10,25
9,50 4,100 3,800 3,800 B
12 22,50 24,10 2,700 2,892 2,700 C
600 8.00
7,75 4,800 4,650 4,650 D
280 14.00 14,75 3,920 4,130 3,920
15,520 15,472
15,070 Total
Sumber: Warren, Reeve, Fess 2005:457
2. Penilaian Persediaan Selain dari Harga Pokok
Dalam beberapa kasus, persediaan dapat dinilai selain dari harga pokok. Warren, Reeve, Fess 2005:456 mengatakan bahwa situasi macam itu timbul
apabila “ biaya penggantian barang-barang persediaan lebih rendah dari biaya yang tercatat dan persediaan tidak dapat dijual pada harga jual normal karena
cacat, usang, perubahan gaya, atau penyebab lainnya”.
a. Nilai terendah antara harga pokok atau harga pasar
Jika biaya penggantian suatu persediaan lebih rendah daripada biaya pembeliannya maka metode nilai terendah antara harga pokok atau harga pasar
lowerof cost market method – LCM digunakan untuk menilai persediaan. Harga pasar, yang digunakan dalam LCM adalah biaya untuk mengganti barang pada
tanggal persediaan. Nilai pasar ini didasarkan pada jumlah yang biasanya dibeli
Universitas Sumatera Utara
dari sumber pemasok. Dalam bisnis yang sering dilanda inflasi, harga pasar jarang turun namun, dalam bisnis yang teknologinya berubah cepat misalnya televisi
dan komputer, penuruna harga sering terjadi. Keunggulan utama dari metode LCM adalah bahwa laba kotor dan laba bersih akan berkurang dalam periode
terjadinya penurunan nilai pasar. Skousen, Albrecht, Stice, Stice 2001:395 mengatakan dasar pedoman
dalam menerapakan aturan ini adalah: 1. menetapkan nilai pasar sebagai berikut:
a biaya penggantian jika jatuh diantara harga tertinggi dan harga terendah
b harga terendah, jika biaya penggantian lebih kecil dari harga terendah,
c harga tertinggi, jika biaya penggantian lebih tinggi dari pada harga harga tertinggi sebagian dalam praktik, pada saat biaya penggantian, harga
tertinggi dan harga terendah dibandingkan dengan harga pasar terendah selalu nilai di tengah-tengah.
2. Membandingkan nilai pasar dengan harga pertama-tama dan memilih jumlah yang lebih rendah.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.6 Penentuan Nilai Persediaan dengan Metode LCM
Total Kuantitas
Biaya Harga pasar
Lebih rendah Komoditas
Persediaan per Unit
per Unit Biaya
Pasar Biaya atau pasar
A 400
10,25 9,50 4,100
3,800 3,800
B 12
22,50 24,10 2,700
2,892 2,700
C 600
8.00 7,75 4,800
4,650 4,650
D 280
14.00 14,75 3,920
4,130 3,920
15,520 15,472
15,070 Total
Sumber: Warren, Reeve, Fess 2005:457
b. Penilaian Pada Nilai Realisasi Bersih
Barang dagang yang telah usang, rusak, cacat atau yang hanya bisa dijual dengan harga dibawah harga pokok harus diturunkan nilaianya. Barang dagang
semacam itu harus dinilai dengan nilai realisasai bersih. Warren, Reeve, Fess 2005:457 mengatakan bahwa, ” nilai realisasi bersih net realizeble adaah
estimasi harga jual dikurangi biaya pelepasan langsung, seperti komisi penjualan”. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia 2007:14.5 menjelaskan bahwa
”persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih, yang lebih
Universitas Sumatera Utara
rendah the lower of cost and net reliazible value”. Nilai persediaan bersih yang telah ditentukan harus ditinaju kembali pada setiap periode berikutnya. Apabila
kondisi yang semula mengakibatkan penurunan nilai persediaan dibawah biaya ternyata tidak lagi berlaku, maka jumlah penurunan nilai harus dieliminasi balik
reversed sedemikian rupa sehingga jumlah tercatat baru persediaan adalah yang terendah dari biaya atau nilai realisasi bersih yang telah direvisi. Hal ini timbul
misalnya, jika suatu barang persediaan, yang dicantumkn sebesar nilai realisasi karena harga jualnya telah turun, masih dimiliki pada periode berikutnya dan
harga jualnya telah meningkat. c.
Metode Eceran
Untuk penentuan harga pokok persediaan Warren, Reeve, Fess 2005:459 mengatakan, “metode persediaan eceran retail inventory method
megestimasikan biaya persediaan berdasarkan hubungan antara harga pokok barang dagang yang sama. Untuk menggunakan metode ini harga eceran dari
semua barang dagang harus ditetapkan dan dijumlahkan. Berikutnya, persediaan eceran ditentukan dengan mengurangi penjualan selama periode berjalan dari
harga eceran barang yang tersedia untuk dijual selama periode bersangkutan. Estimasi biaya persediaan kemudian dihitung dengan mengalihkan persediaan
eceran dengan rasio biaya terhadap harga jual eceran barang dagang yang tesredia untuk dijual.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.7 Penentuan Persediaan Dengan Metode Eceran
Harga pokok Harga eceran
Persediaan barang dagang, 1 Januari 19,400
36,000 Pembelian Bulan Januari Bersih
42,600 64,000
Barang yang tesedia untuk dijual 62,000
100,000 Rasio biaya trhadap harga eceran= 62.000
= 62
100.00
Penjualan bulan Januari bersih 70,000
Pesediaan barang dagang 31 Januari pada eceran 30,000
Pesediaan barang dagang 31 Januari pada estimasi biaya 30.000x62
18,600 Sumber: Warren, Reeve, Fess 2005:460
d. Persediaan Berdasarkan Metode Laba Kotor
Soemarso 2002:394 menyatakan bahwa, ”metode laba bruto atau metode laba kotor gross profit method: metode penetapan harga pokok persediaan secara
taksiran yang didasarkan atas hubungan, yang terdapat dalam periode yang lalu, antara laba bruto dengan harga jual”. Metode laba kotor menggunakan estimasi
laba kotor yang direalisasi selama periode dimaksud untuk mengestmasi persediaan pada akhir periode. Laba kotor biasanya diestimsikan dari tahun
Universitas Sumatera Utara
sebelumnya, disesuaikan dengan setiap perubahan yang terjadi dengan harga pokok dan harga jual selama periode berjalan. Dengan menggunakan tingkat laba
kotor, penjualan untuk suatu periode dapat dibagi dalam dua komponen: laba kotor dan harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan dapat dikurangkan dari
harga pokok barang tersedia untuk dijual guna mendapat estimasi persediaan akhir barang dagang.
Metode laba kotor sangat berguna dalam mengistemasi persediaan untuk laporan keuangan bulanan atau triwulan daam system persediaan periodik.
Metode ini juga berguna dalam mengistemasi harga pokok barang dagang yang rusak akibat kebakaran atau bencana lainnya.
Tabel 2.8 Estimasi Persediaan dengan Metode Laba Kotor
Persediaan barang dagang, 1 Januari 57,000
Pembelian Bulan Januari Bersih
180,000 Barang yang tesedia untuk
dijual 237,000
Penjualan bulan Januari bersih
250,000 Dikurangi: estimasi laba kotor 30x
250.000 75,000
Estimasi harga pokok penjualan
175,000 Estimasi persediaan barang dagang, 31
Januari 62,000
Sumber: Warren, Reeve, Fess 2005:461
Universitas Sumatera Utara
E. Penyajian Terhadap Laporan Keuangan
Laporan yang dibuat perusahaan harus memberikan informasi yang cukup bagi pihak-pihak didalam dan diluar perusahaan. Sehingga baik manajemen dan
pihak luar yang berkepentingan dapat mengambil keputusan yang informatif. Perusahaan harus dapat melaporkan informasi mengenai kegiatan usahanya secara
relevan dapat dipercaya dan dapat diperbandingkan. Dan kaitannya dengan persediaan perusahaan harsu mengungkapkan
metode-metode pencatatan dan penilaian yang dipakai perusahaan secara konsisten. Penilain persediaan yang diterakan harus diungkapkan dalam suatu
penjelasan laporan keuangan yang menguraikan secara garis besar semua kebijakan akuntansi yang di ikuti basis penilaian seperti metode harga pokok
FIFO, LIFO, Average harus dijelaskan. Pada laporan neraca persedian disajikan sebagai harta lancar Pada
Laporan aba rugi, metode penilaian persediaan berpengaruh dalam penentuan nilai persediaan awal, persediaan akhir harga pokok penjualan dan penentuan laba
kotor. Pengaruh pada laba rugi kadang-kadang sulit dievaluasi karena adanya
perbedaan atau selisih yang dapat dipengaruhi oleh suatu kesalahan. Suatu penetpan persediaan awal yang terlalu tinggi overstatement akan
mengakibatkan overstatement barang yang tersedia dijual dan harga pokok pennjualan. Selanjutnya penetapan harga pokok penjualan terlalu renah
understatement akan menyebabkan laba bersih yang terlalu rendah.
Universitas Sumatera Utara
Perbandingan sntsrs metode penilaian persediaan tersebut jelas terlihat bila diperbandingkan antsrs metode FIFO, LIFO, rata-rata tertimbang, retail, LCM
serta laba kotor.
1. Perbandingan pengaruh metode penilaian persediaan pada kondisi inflasi
.
a. FIFO
Metode ini akan menghasilkan nilai persediaan akhir yang paling tinggi karenametode ini mengasumsikan persedian akhir bersal dari persediaan yang
paling akhir diperoleh, akan menghasilkan harga pokok penjualan yang paling rendah, dan laba kotor yang paling tinggi dibandngkan metode LIFO dan rata-
rata. Metode ini kurang baik untuk mengatasi pengaruh inflasi karena
peningkatan harga perolehan tidak diimbangi dengan pembebanan pada penjualan persediaan, tetapi meode ini dapat memberikan informasi persediaan yang dapat
dipercaya.
b. LIFO
Metode ini akan menghasilkan nilai persediaan akhir yang paling rendah dibandingkan metode lainnya FIFO dan rata-rata. Nilai yang paling rendah
tersebut karena pada metode LIFO, persediaan akhir adalah persediaan yang paling awal diperoleh. Dengan demikian, dengan metode LIFO akan diperoleh
harga pokok penjualan yang paling tinggi dan juga laba kotor yang paling rendah. Metode ini dalm kondisi infalsi lebih cepat mengatasi pengaruh harga karena
Universitas Sumatera Utara
kenaikan harga perolehan langsung diimbangi dengan pembebanan nilai tersebut pada setiap penjualan persediaan.
c. Rata-rata Tertimbang
Metode ini merupakan metode yang netral antara etode FIFO dan LIFO karena akan diperoleh nilai persediaan akhir, harga pokok penjualan dan laba
kotor diantara nilai metode FIFO dan LIFO. Apabila digunakan metode rata-rata sistem periodik weigted average method makametde rata-rata ini akan
cenderung ke FIFO karena nilai persediaan akhir cenderung lebih besar kepada persediaa yang paling akhir diperoleh.
d. Retail
Metode ini dianggap lebih mendekati nilai bersih yang dapat direalisasi dikurangi markup bersih. Metode ini cenderung dengan metode FIFO karena
persediaan akhir dinilai terlebih dahulu dengan harga akhir metode rata-rata.
e. Metode LCM dan Laba Kotor
Keduanya mempunyai dasr penilaian yang berbeda dengan metode diatas. Penilian LCM sering bersifat subyektif dan hanya didasarkan pada taksiran-
taksiran dan apabila taksirannya tidakmenjadi kenyataan maka akan menyebabkan kesalahan dalam laporan keuangan.
2. Perbandingan pengaruh metode penilaian persediaan pada
kondisi deflasi.
Pada metode LIFO akan menghasilkan nilai perseiaan akhir yanag paling tinggi. Harga pokok penjualan yang paling rendah dan laba yang paling tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Metode FIFO akan menghasilkan nilai persediaan akhir yang paling rendah, harga pokok penjualan yang paling tinggi, ala kotor yang paling rendah. Metode rata-
rata berbeda diantara penilaian kedua metode diatas. Dalam kondisi yang stabil, harga akan konstan, maka penilian tersebut
akan, baik pada persediaan akhir, harga pokok penjualan maupun laba kotor. Sedangkan pada meode reatil, mempunyai selisih dengan metode-metode diatas
sebesar selisih harga pokok dengan eceran serta markup bersih harga eceran asli
F. Tinjauan Penulis terdahulu
No Nama Tamat
Judul Hasil Penelitian
1 Rico P.
Lumban Toruan
2008 Analisis Penerapan
Akuntansi Persediaan
Berdasarkan PSAK NO. 14 Pada PT.
Electronic City Indonesia Cab.
Medan Menggunakan metode deskriptif dan data yang
diperoleh adalah data tahun 2008. Data yang dikumpulkan melalui wawancara dan studi
dokumentasi. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Hasil penelitian
bahwa PT. Electronic City Indonesia Cab. Medan adalah perusahaan dagang yang menjual barang-
barang electronik telah menerapkan PSAK NO.14 dalam sistem pencatatan dan penilaian
persediaan dengan menggunakan metode pencatatan sistem perpetual dan penilaian
persediaan dengan metode FIFO 2
Pentus 2003
Analisa Terhadap Menggunakan metode deskriptif dan data yang
Universitas Sumatera Utara
Simanjuntak Penerapan PSAK
NO. 14 Pada PT. Nanyang Indokarya
Lubuk Pakam diperoleh adalah data tahun 2001. Data yang
dikumpulkan melalui wawancara dan studi dokumentasi. Jenis data yang digunakan adalah
data primer dan data sekunder. Hasil Penelitian PT. Nanyang Indokarya Lubuk Pakam adalah
perusahaan manufaktur yang memproduksi alat- alat rumah tangga dan cook ware. Telah
menerapkan PSAK yaitu pencatatan sistem periodik dan penilaian persediaan dengan metode
FIFO namun masih ada penyimpangan misalnya biaya penyusutan bangunan pabrik dan mesin
pabrik tidak dialokasikan dalam perhitungan harga pokok produksi.
G. Kerangka Konseptual