2.3. Fungsi Colon dan Rectum
Colon mengabsorbsi 80 sampai 90 air dan elektrolit dari kimus yang
tersisa dan mengubah kimus dari cairan menjadi massa semi padat, colon hanya memproduksi mukus, sekresinya tidak mengandung enzim atau hormon
pencernaan.
16
Mukus menghasilkan pelumasan untuk memudahkan feses lewat, sedangkan HCO
3 -
menetralkan asam-asam iritan yang dihasilkan oleh penetrasi lokal bakteri. Dari 500 mL bahan yang masuk ke colon setiap harinya, colon dalam
keadaan normal dapat menyerap 350 mL, meninggalkan 150 g feses untuk dikeluarkan dari tubuh setiap hari.
17
Fungsi rectum berhubungan dengan defekasi sebagai hasil reflek. Pengeluaran feses dari rectum terjadi karena gerakan peristaltik colon sehingga feses masuk ke
dalam rectum. Akibat masuknya feses ke dalam rectum, terjadi peregangan rectum sehingga menimbulkan rangsangan untuk mengeluarkan feses dari rectum.
18
Bila peregangan dari rectum begitu kuat sehingga merupakan rangsangan yang cukup dalam suatu proses defekasi, maka terjadi kontraksi pada colon dan
terjadi kontraksi pada colon dan terjadi relaksasi otot-otot lingkar anus internal anal sphincter
dan external anal sphincter. Feses akan dapat diekskresikan dan kedua macam otot lingkar tersebut mencegah keluarnya feses dari rectum sebelum dari
regangan yang merupakan rangsangan bagi terjadinya defekasi.
18
9
Tuhozaro Zendrato : Karakteristik Penderita Kanker Colorectal Yang Rawat Inap Di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2007, 2009.
USU Repository © 2009
2.4. Epidemiologi
2.4.1. Frekuensi dan Distribusi Insiden kanker colorectal meningkat sejalan dengan meningkatnya usia dan
secara keseluruhan telah meningkat dalam 50 tahun terakhir.
19
Usia rata-rata pada waktu diagnosis adalah 50 tahun.
20
Kanker colon pada lansia berhubungan erat dengan karsinogen diet.
21
Kanker colorectal sering terjadi di Amerika Utara dan Eropa dan jarang terjadi di Asia, Afrika dan Amerika Selatan.
22
Di Amerika Serikat menurut New England Medicine Journal
tahun 2005, terdapat 145.290 kasus baru dan diperkirakan 56.290 meninggal sepanjang 2005. Di Amerika utara tahun 2007 kanker colorectal
menempati urutan ke empat dengan proporsi kasus 11.7 .
5
Eropa sebagai salah satu negara maju dengan angka kesakitan kanker colorectal
yang tinggi. Pada tahun 2004 terdapat 2.886.800 kasus dan 1.711.000 kematian karena kanker, kanker colorectal menduduki peringkat kedua pada angka
insiden dan mortalitas.
23
Insidens kanker colorectal di Indonesia cukup tinggi, demikian juga angka kematiannya. Pada tahun 2002 kanker colorectal menduduki peringkat kedua pada
kasus kanker yang terdapat pada pria, sedangkan pada wanita kanker colorectal menduduki peringkat ketiga dari semua kasus kanker. Pada kebanyakan kasus kanker,
terdapat variasi geografik pada insiden yang ditemukan, yang mencerminkan perbedaan sosial ekonomi dan kepadatan penduduk, terutama antara negara maju dan
berkembang.
24
10
Tuhozaro Zendrato : Karakteristik Penderita Kanker Colorectal Yang Rawat Inap Di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2005-2007, 2009.
USU Repository © 2009
2.4.2. Determinan a. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan berperan penting pada kejadian kanker colorectal. Resiko mendapat kanker colorectal meningkat pada masyarakat yang bermigrasi dari
wilayah dengan insiden kanker colorectal rendah ke wilayah yang insidennya tinggi. Hal ini menambah bukti bahwa lingkungan dengan perbedaan pola makanan
berpengaruh pada karsinogenesis.
25
Pada masyarakat dengan konsumsi serat rendah disertai dengan insiden kanker colorectal yang tinggi. Keseringan minum alkohol meningkatkan 2 sampai 3
kali lipat kejadian kanker colorectal.
25
b. Pengaruh Genetik Keluarga dengan insiden kanker yang tinggi dalam tempat anatomi lain,
seperti endometrium, ovarium dan payudara mempunyai resiko keganasan lebih dari normal. Disamping itu, resiko spesifik kanker colorectal dalam keluarga pasien
kanker colorectal, tiga kali lebih besar daripada dalam populasi normal. Jika anggota keluarga menderita beberapa kanker colorectal dalam keluarganya muncul 5 sampai
10 tahun lebih dini dibandingkan yang diperkirakan.
12
2.5. Penyebab