TINJAUAN TEORITIS TENTANG AGAMA DAN PERILAKU

Muhammad Rasyid Rida dalam al Manâr meyebutkan bahwa: Sesungguhnya agama adalah aturan yang ditentukan oleh Tuhan karena akal manusia secara mandiri tidak bisa mencapai kecuali harus adanya pertolongan wahyu. Meskipun demikian agama ini sesuai dengan tuntutan fitrah jati diri manusia untuk membersihkan jiwanya dan mempersiapkan manusia untuk sesuatu kehidupan yang abadi di hari akhirat nanti. 6 Endang Saifuddin Anshari dalam Ilmu Filsafat dan Agama membagi agama berdasarkan sumbernya menjadi dua, yaitu: 1. Agama budaya. 2. Agama wahyu. Agama budaya adalah agama yang lahir dari kebudayaan manusia atau ciptaan manusia. Sedangkan agama wahyu adalah agama yang diwahyukan Allah. 7 Sedangkan agama yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah Islam yang berasal dari bahasa Arab yang berarti penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah. Dalam istilah teologi berarti agama monotheis yang diwahyukan Allah kemudian diterima dan disiarkan Nabi Muhammad saw.. Berpedoman pada kitab suci al Qur’an dan Hadis Rasulullah. 8 Agama Islam adalah agama yang datang dengan terutusnya seorang mulia Nabi Muhammad saw. sebagai penutup Nabi dan Rasul Allah, yang diberi wahyu dengan dipenuhi mukjizat berupa al-Qur’an, yang di dalamnya terdapat ayat-ayat 6 Abd. Jabbar Adlan, Dirasat Islamiyyah Pengantar Ilmu Tauhid dan Pemikiran Islam Surabaya: Anika Bahagia, 1985, h.15. 7 Endang Saifuddin Anshari, Ilmu Filsafat dan Agama Surabaya: Bina Ilmu, 1981, h. 142. 8 Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, h. 412. penjelas yang tidak diragukan lagi kebenarannya dan juga sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa sekaligus sebagai pengingat bagi orang-orang yang lupa. 9

B. Fungsi Agama

Sang pencipta telah menciptakan berbagai macam hewan di muka bumi ini. Bila dibandingkan dengan populasi hewan lunak, maka jumlah hewan buas lebih banyak. Oleh karena itu, akan ditemukan senjata utama pada masing-masing hewan tersebut, demi menghindari serangan dari hewan yang lain. Manusia adalah termasuk bagian dari hewan. Manusia mempunyai tangan, lisan, pedang, alat-alat perang, kendaraan, dan banyak lagi peralatan lain yang dapat berfungsi sebagai alat pertahanannya. Bahkan jika dibandingkan dengan hewan lainnya, manusia mempunyai alat yang lebih variatif. Karena manusia mempunyai sesuatu yang membedakan dari hewan yaitu akal yang cenderung berkembang, maka manusia membutuhkan peraturan. Peraturan yang dimaksud adalah adanya perintah dan larangan, yang dengannya, manusia dapat hidup teratur dan terjaga keamanan dan kelestariannya. 10 Tujuan hidup beragama adalah membersihkan diri dan mensucikan jiwa dan ruh. Tujuan agama lainnya adalah membina manusia agar menjadi baik dan jauh dari kejahatan. Maka ajaran moral seperti kebersihan jiwa, tidak mementingkan diri sendiri, cinta kebenaran, suka membantu manusia, kebesaran jiwa, suka damai, rendah hati dan sebagainya merupakan hal-hal yang ditekankan. 9 ‘Alî Ahmad al Jûrjâwî, Hikmah al Tasyrî’ wa falsafatihi Beirut: Dar al Fikr, 1997, h. 29. 10 Idem, h. 53 - 55. Karenanya agama menjadi sangat penting bagi hidup kemasyarakatan manusia sebab dari individu-individu yang berjiwa bersih dengan akhlak yang baik itulah masyarakat yang baik dapat dibina. 11 Sebuah kutipan tentang fungsi agama dalam masyarakat modern berbunyi: “Agama bukanlah pengganti politik-ekonomi, sastra, maupun hukum. Tapi ia dapat memperluas horizon dan visi manusia, menciptakan konteks transendental bagi pemecahan persoalan-persoalan yang saling terkait dari kehidupan manusia sekarang yang sedang mengalami frustasi baik secara individual maupun kolektif.” 12 Agama selain sebagai pembuka jalan pikiran juga diyakini sebagai solusi yang dapat menyelesaikan problem kemanusiaan bukan hanya sebagai individu tetapi juga sebagai masyarakat manusia. Dengan agama manusia bisa mengatur seluruh persoalan hidup dengan baik sehingga terbebas dari segala macam tekanan yang kadang membuat frustasi. Maka sikap keberagamaan yang malah selalu menimbulkan konflik dan polemik berarti telah menyalahi fungsi agama. Demikian fungsi agama secara umum. Secara khusus dalam menerangkan fungsi Islam sebagai agama Maulana Muhammad Ali dalam mukadimah Islamologi 13 menyebutkan : 1. Agama adalah kekuatan untuk mengembangkan akhlak manusia.. 2. Islam sebagai landasan peradaban abadi. 3. Islam adalah kekuatan pemersatu yang paling besar di dunia. 4. Islam adalah kekuatan ruhani terbesar di dunia. 5. Islam memecahkan masalah dunia yang besar-besar. 11 Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya., vol. 1, h.18-19. 12 William McInner,”Agama di Abad Duapuluh Satu,” dalam Jurnal Ulumul Qur’an, v .II, no.51990 h.79. 13 Ali , Islamologi. Penerjemah R. Kaelan danH.M. Bachrun Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah, t.t., h.10-18.

C. Agama dan Perilaku Memecah Belah

Agama-agama besar secara umum memiliki dua ekstrim pada pola kepercayaan penganutnya yaitu: sekularis dan fundamentalis. Kaum fundamentalis terikat dengan dogma yang menutup peluang perubahan atau sekedar adaptasi. Prinsip moral yang absolut dan ketat dari pemahaman yang tekstual apa adanya menjadikan seluruh realitas hanya sebatas baik dan buruk tanpa toleransi sedikitpun. Bahkan pendidikan dalam rumah tangga dengan aturan yang sangat ketat membuat mereka sulit untuk menerima kenyataan bahwa masyarakat sangat heterogen dan pluralistik. Tidak mau mendengar dan melihat untuk perubahan. Tetapi pada saat yang sama mereka lebih memilih banyak sibuk menciptakan koloni yang bisa dikuasai dan menghabiskan waktu dan energi untuk merintangi dan memerangi lawan mereka dari pada membuka jalan kedekatan kepada “Tuhan”. Sebaliknya kaum sekularis malah berupaya untuk lepas dari formalitas agama. 14 Konflik sosial yang bersumber dari agama biasanya timbul karena perbedaan yang terjadi dalam empat hal, yaitu: doktrin dan sikap, suku dan ras umat beragama, tingkat kebudayaan dan masalah prosentase kwantitas pemeluk agama dalam satu lingkup tertentu. Masalah doktrin dan sikap adalah masalah cara pemberian informasi agama seperti apa yang diterangkan tentang fatwa. Suku dan ras adalah strata yang terjadi baik secara sistemik atau terjadi diluar kesadaran masyarakat beragama. Tingkat kebudayaan menunjukkan kwalitas masyarakat 14 William McInner,”Agama di Abad Duapuluh Satu,”, h. 79-80. beragama secara general. Sedangkan masalah mayoritas dan minoritas adalah masalah hegemoni pemahaman dan dominasi peran politik, ekonomi dan sosial. 15 Dari definisi agama yang telah dipaparkan di atas tidak terdapat keterangan yang menyatakan bahwa agama adalah sebuah lembaga formal atau institusi yang memiliki struktur organisasi. Ketika ada keterangan bahwa “agama digunakan manusia sebagai wahana untuk berjuang memenuhi dorongan- dorongan moralnya…” maka kata wahana tidak bisa diartikan sebagai organisasi agama. Agama dalam hal ini adalah sesuatu yang abstrak, kesadaran dalam hati dan keyakinan yang dalam. Ketika masyarakat beragama berkumpul sebagai satu komunitas secara tidak sadar kemudian timbul rasa kebersamaan dan sebagian kemudian mengira bahwa rasa kebersamaan itu adalah agama. Formalisasi agama inilah yang kemudian menyulut adanya konflik, karena muatan lokal yang masuk kepada komponen asli agama berbeda disetiap tempat 16 . Agama sendiri, dalam hal ini Islam, melarang segala jenis pemutusan hubungan, pemboikotan, propokasi kebencian, tetapi menganjurkan kepada persatuan dan persaudaraan. ﻦﻋﻭ ﻲﹺﺑﹶﺃ ﹶﺓﺮﻳﺮﻫ ﹶﻝﺎﹶﻗ : ﹶﻝﺎﹶﻗ ﹸﻝﻮﺳﺭ ﻪﱠﻠﻟﹶﺍ - ﻰﻠﺻ ﷲﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻢﻠﺳﻭ - - ﺎﹶﻟ ﺍﻭﺪﺳﺎﺤﺗ ﺎﹶﻟﻭ ﺍﻮﺸﺟﺎﻨﺗ , ﺎﹶﻟﻭ ﺍﻮﻀﹶﻏﺎﺒﺗ , ﺎﹶﻟﻭ ﺍﻭﺮﺑﺍﺪﺗ , ﺎﹶﻟﻭ ﻊﹺﺒﻳ ﻢﹸﻜﻀﻌﺑ ﻰﹶﻠﻋ ﹺﻊﻴﺑ ﹴﺾﻌﺑ , ﺍﻮﻧﻮﹸﻛﻭ ﺩﺎﺒﻋ ﻪﱠﻠﻟﹶﺍ ﺎﻧﺍﻮﺧﹺﺇ , ﻢﻠﺴﻤﹾﻟﹶﺍ ﻮﺧﹶﺃ ﹺﻢﻠﺴﻤﹾﻟﹶﺍ , ﺎﹶﻟ ﻪﻤﻠﹾﻈﻳ , ﺎﹶﻟﻭ ﻪﹸﻟﹸﺬﺨﻳ , ﺎﹶﻟﻭ ﻩﺮﻘﺤﻳ , ﻯﻮﹾﻘﺘﻟﹶﺍ ﺎﻫ ﺎﻨﻫ , ﲑﺸﻳﻭ ﻰﹶﻟﹺﺇ 15 D. Hendropuspito, Sosiologi Agama Yogyakarta, Kanisius, 1989, h. 151. 16 Muhammad Syamsu As., Ulama Pembawa Islam di Indonesia Jakarta: Penerbit Lentera, 1996, h. 53-54. ﻩﹺﺭﺪﺻ ﹶﺙﺎﹶﻠﹶﺛ ﹴﺭﺍﺮﻣ , ﹺﺐﺴﺤﹺﺑ ﹴﺉﹺﺮﻣﺍ ﻦﻣ ﺮﺸﻟﹶﺍ ﹾﻥﹶﺃ ﺮﻘﺤﻳ ﻩﺎﺧﹶﺃ ﻢﻠﺴﻤﹾﻟﹶﺍ , ﱡﻞﹸﻛ ﹺﻢﻠﺴﻤﹾﻟﹶﺍ ﻰﹶﻠﻋ ﹺﻢﻠﺴﻤﹾﻟﹶﺍ ﻡﺍﺮﺣ , ﻪﻣﺩ , ﻪﹸﻟﺎﻣﻭ , ﻪﺿﺮﻋﻭ 17 “Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah saw. Telah bersabda, “Janganlah kalian saling membenci, saling mengintai, saling memarahi, saling memboikot, dan janganlah kalian bertransaksi diatas transaksi orang lain. Jadilah kalian sebagai bamba Allah yang saling bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagai muslim yang lain. Tidak boleh menzaliminya, merendahkannya, atau meremehkannya. Taqwa berada di sini Nabi Muhammad menunjuk dadanya tiga kali yaitu menurut seberapa besar perbuatan buruknya dalam penghinaan terhadap saudara semuslimnya. Setiap muslim terhadap muslim lainnya haram darahnya, hartanya, dan harga dirinya” Bahkan Islam mengharamkan permusuhan dengan cara saling mendiamkan lebih dari tiga hari, apalagi lebih dari sekedar mendiamkan dan diatas tiga hari. ﻦﻋﻭ ﻲﹺﺑﹶﺃ ﻱﺭﺎﺼﻧﻷﺍ ﺏﻮﻳﹶﺃ - ﻲﺿﺭ ﷲﺍ ﻪﻨﻋ - ﱠﻥﹶﺃ ﹶﻝﻮﺳﺭ ﻪﱠﻠﻟﹶﺍ - ﻰﻠﺻ ﷲﺍ ﻪﻴﻠﻋ ﻢﻠﺳﻭ - ﹶﻝﺎﹶﻗ : - ﺎﹶﻟ ﱡﻞﺤﻳ ﹴﻢﻠﺴﻤﻟ ﹾﻥﹶﺃ ﺮﺠﻬﻳ ﻩﺎﺧﹶﺃ ﻕﻮﹶﻓ ﺙﺎﹶﻠﹶﺛ ﹴﻝﺎﻴﹶﻟ . ﻥﺎﻴﻘﺘﹾﻠﻳ ﺽﹺﺮﻌﻴﹶﻓ ﺍﹶﺬﻫ ﺽﹺﺮﻌﻳﻭ ﺍﹶﺬﻫ , ﺎﻤﻫﺮﻴﺧﻭ ﻱﺬﱠﻟﹶﺍ ﹸﺃﺪﺒﻳ ﹺﻡﺎﹶﻠﺴﻟﺎﹺﺑ - ﻖﹶﻔﺘﻣ ﻪﻴﹶﻠﻋ 18 ﹴﻢﻌﹾﻄﻣ ﹺﻦﺑ ﹺﺮﻴﺒﺟ ﻦﻋﻭ - ﻪﻨﻋ ﷲﺍ ﻲﺿﺭ - ﹶﻝﺎﹶﻗ : ﻪﱠﻠﻟﹶﺍ ﹸﻝﻮﺳﺭ ﹶﻝﺎﹶﻗ - ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ ﻭ ﻢﻠﺳ - - ﻊﻃﺎﹶﻗ ﹶﺔﻨﺠﹾﻟﹶﺍ ﹸﻞﺧﺪﻳ ﺎﹶﻟ - ﻲﹺﻨﻌﻳ : ﹴﻢﺣﺭ ﻊﻃﺎﹶﻗ . ﻪﻴﹶﻠﻋ ﻖﹶﻔﺘﻣ 19 . 17 Abu al Husain. Muslim, Shahih Muslim Beirut: Dar al Fikr, 1992, vol. 8, h.10. 18 Abd Allah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al Bukhari, al Jami’ al Shahih al Bukhari Beirut: Dar al Fikr, 1981, vol. 5, h. 2256. 19 al Bukhari, al Jami’ al Shahih al Bukhari, vol. 5, h. 2231. “Dari Abi Ayyub ra, bahwasanya Rasulullah saw. Telah bersabda, “Tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya melebihi tiga malam, yaitu ketika keduanya bertemu, yang satu berpaling ke arah sini dan yang satu lagi ke arah sini, dan yang lebih baik dari keduanya adalah yang terlebih dahulu memberi salam,” muttafaq ‘alaih. “Dari Jubair bin Mut’im ra, ia berkata, “Rasulullah saw. Telah bersabda, ‘Tidak akan masuk surga seseorang yang memutus tali persaudaraan,” muttafaq ‘alaih. Perlu dipahami bahwa dalam pembahasan ini kata kunci permasalahan terletak pada kata “mencerai-berai” yang dalam bahasa Arab terambil dari kata farraqa yang merupakan kata kerja masa lampau sedangkan bentuk kata bendanya adalah tafriqah atau tafrîq. Kata ini dibedakan dari kata ikhtilâf sebuah kata benda yang berasal dari kata kerja bentuk lampau ikhtalafa dengan arti berselisih atau berbeda pendapat. Ikhtilâf biasanya dikaitkan dengan hasil ijtihâd dalam masalah cabang yang bukan masalah prinsipil. Sedangkan tafrîq merupakan perpecahan umat yang kadang muncul salah satunya dari ikhtilâf yang berkepanjangan. Setiap tafrîq adalah ikhtilâf tetapi tiadak semua ikhtilâf berakhir dengan tafrîq. Walaupun perbedaan pendapat adalah bagian dari sunnah Allah bahkan Allah menciptakan manusia untuk hal tersebut namun tentu perpecahan di kalangnan umat Islam bukanlah sesuatu yang baik 20 . Ikhtilâf selagi tidak menimbulkan perpecahan merupakan satu bentuk keluwesan syari’ah sedangkan tafrîq merupakan satu bencana yang menghancurkan sendi-sendi persatuan umat. 20 Sufyan Raji Abdullah, Mengenal Aliran-Aliran dalam Islam dan Ciri-Ciri Ajarannya Jakarta: Pustaka al Riyadl, 2007, h.2-4. Memerlukan kebijaksanaan yang lebih dan sportifitas yang tinggi untuk menjadi umat Islam yang tidak terjebak dalam ranjau-ranjau perpecahan dan permusuhan. 31

BAB IV ANALISIS TENTANG MASALAH PERILAKU MENCERAI-BERAI

AGAMA DAN BAHAYANYA DALAM TAFSIR AN NUUR KAJIAN SURAH AL AN’ÂM AYAT 159 DAN AL RÛM 30 SAMPAI 32

A. Sûrah al-An’âm6: 159 Sûrah al-Rûm30: 30-32 Surah al An’âm ayat 159

1 Ayat dan Terjemah ّﹶﻥﹺﺇ ﺬّﹶﻟﺍ ﻦﻳ ﺍﻮﹸﻗّﺮﹶﻓ ﻢﻬﻨﻳﺩ ﺍﻮﻧﺎﹶﻛﻭ ﺎﻌﻴﺷ ﺖﺴﹶﻟ ﻢﻬﻨﻣ ﻲﻓ ٍﺀﻲﺷ ﺎﻤّﻧﹺﺇ ﻢﻫﺮﻣﹶﺃ ﻰﹶﻟﹺﺇ ﻪّﹶﻠﻟﺍ ّﻢﹸﺛ ﻢﻬﹸﺌّﹺﺒﻨﻳ ﺎﻤﹺﺑ ﺍﻮﻧﺎﹶﻛ ﹶﻥﻮﹸﻠﻌﹾﻔﻳ “Sesungguhnya mereka yang memecah-belah agama sehingga menjadilah mereka bergolong-golongan mazhab, sekte, dan kamu tidak masuk ke salah satu golongan itu. Sesungguhnya urusan mereka adalah dengan Allah, dan kemudian Allah memberitahukan tentang apa yang telah mereka kerjakan.” Surat al Rûm 30 sampai 32 2 Ayat dan Terjemah Ayat 30: ﻢﻗﹶﺄﹶﻓ ﻚﻬﺟﻭ ﻠﻟ ﹺﻦﻳّﺪ ﺎﹰﻔﻴﹺﻨﺣ ﹶﺓﺮﹾﻄﻓ ﻪّﹶﻠﻟﺍ ﻲﺘّﹶﻟﺍ ﺮﹶﻄﹶﻓ ﺱﺎّﻨﻟﺍ ﺎﻬﻴﹶﻠﻋ ﻻ ﹶﻞﻳﺪﺒﺗ ﹺﻖﹾﻠﺨﻟ ﻪّﹶﻠﻟﺍ ﻚﻟﹶﺫ ﻦﻳّﺪﻟﺍ ﻢّﹺﻴﹶﻘﹾﻟﺍ ّﻦﻜﹶﻟﻭ ﺮﹶﺜﹾﻛﹶﺃ ﹺﺱﺎّﻨﻟﺍ ﻻ ﹶﻥﻮﻤﹶﻠﻌﻳ 1 ash Shiddieqy,Tafsir al Qur’anul Majid an Nuur vol.2 Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000, h. 1343 2 Idem, vol. 4, h.3175-3178. “Luruskanlah pandanganmu terhadp agama Allah dengan sepenuh hati, dan berpegang eratlah kepada fitrah Allah, yang dengan fitrah itu manusia diciptakan. Tidak ada perubahan terhadap tabiatnya yang diciptakan oleh Allah agama Allah, itulah agama yang lurus. Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. Ayat 31: ﲔﹺﺒﻴﹺﻨﻣ ﻪﻴﹶﻟﹺﺇ ﻩﻮﹸﻘّﺗﺍﻭ ﺍﻮﻤﻴﻗﹶﺃﻭ ﹶﺓﻼّﺼﻟﺍ ﻻﻭ ﺍﻮﻧﻮﹸﻜﺗ ﻦﻣ ﲔﻛﹺﺮﺸﻤﹾﻟﺍ “Kamu kembali kepada-Nya dan berbaktilah kepada Allah dan dirikanlah sembahyang dan janganlah kamu menjadi orang-orang yang mempersekutukan Allah.” Ayat 32: ﻦﻣ ﻦﻳﺬّﹶﻟﺍ ﺍﻮﹸﻗّﺮﹶﻓ ﻢﻬﻨﻳﺩ ﹶﻛﻭ ﺍﻮﻧﺎ ﺎﻌﻴﺷ ّﹸﻞﹸﻛ ﹴﺏﺰﺣ ﺎﻤﹺﺑ ﻢﹺﻬﻳﺪﹶﻟ ﹶﻥﻮﺣﹺﺮﹶﻓ “Yaitu orang-orang yang mencerai-beraikan agama mereka, lalu mereka menjadi beberapa golongan; tiap golongan merelakan apa yang ada di sisi mereka.” Terjemahan Departemen Agama: Surat al An’âm ayat 159 “Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka terpecah menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang mereka perbuat. Terjemahan Departemen Agama: Surat al Rûm 30 sampai 32 “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,” “Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada- Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah,” “Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” Di sini terlihat jelas pengaruh terjemahan Tafsir an Nuur atas terjemahan Departemen Agama dalam al-Qur’an dan Terjemahnya. Hal itu adalah wajar karena memang Hasbi ash Shiddieqy adalah satu diantara sepuluh anggota “Dewan Penterjemah” yang bertugas untuk menerjemahkan al-Qur’an ke dalam bahasa Indonesia versi Departemen Agama selama delapan tahun sejak tahun 1967 dan satu-satunya anggota yang sudah memiliki tafsir berbahasa Indonesia dalam edisi lengkap tigapuluh juz. 3 B. Pengertian Memecah Belah Agama Dari penafsiran Hasbi ash Shiddieqy dapatlah diketahui bahwa memecah- belah agama dan berselisih berarti mengakui sebagian ajaran agama dan mengingkari sebagian yang lain serta mentakwilkan nash-nash agama menurut hawa nafsu dan dorongan hati. 3 Yayasan Penyelenggara PenerjemahPenafsir al Qur’an, Al Qur’an dan Terjemahnya, h. ix.