Sistematika Penulisan Tehnik Penulisan

12

BAB II BIOGRAFI PROF. DR. TEUNGKU MUHAMMAD HASBI ASH

SHIDDIEQY DAN TAFSIR AN NUUR

A. Riwayat Hidup

1 Mengenai tempat lahir dan asal keturunan maka Hasbi ash-Shiddieqy lahir di Loukseumawe, Aceh Utara di tengah keluarga berstrata sosial ulama- umara, tepatnya pada 10 Maret 1904. Ayahnya, Tengku Muhammad Husein ibn Muhammad Su’ud, adalah salah seorang loyalis rumpun Tengku Chik Di Simeuluk Samalanga. Sementara Ibunya, Tengku Amrah adalah putri Tengku Abdul Aziz, seorang pemangku jabatan Qadli Chik Maharaja Mangkubumi. Berdarah campuran Arab-Aceh Hasbi berasal dari lingkungan keluarga ulama, pendidik dan pejuang. Ash-Shiddieqy dibelakang nama beliau adalah nama keluarga yang dihubungkan dengan Abu Bakar ash-Shiddiq khalifah pertama dari kalangan shahabah pada tingkatan yang ke tigapuluh tujuh. Ditinggal ibunya pada usia enam tahun setelah itu, Hasbi diasuh oleh Tengku Syamsiyah, saudara wanita ibunya yang tidak dikaruniai putra. 2 Dalam keterangan lain, Tengku Syamsiyah adalah paman dari pihak ibu Hasbi. Ia khatam al-Qur’an pada usia delapan tahun. Setahun berikutnya ia belajar qirâ’at dan 1 Hasan Shadily, Ensiklopedi Islam 2, vol. 5 Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994, h.94. 2 Teungku Muhammad Hasbi ash Shiddieqy, Ilmu-Ilmu: Ilmu Pokok dalam Menafsirkan al-Qur’an Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002, h.323. tajwîd serta dasar-dasar tafsir dan fiqih dari ayahnya yang menghendakinya menjadi seorang ulama. Ayahnya pula yang mengirim Hasbi ke salah satu dayah di kota kelahirannya. Dayah berarti orang perempuan ibu yang diserahi mengasuh atau menyusui anak orang lain; inang pengasuh; ibu susu. Tetapi dalam kebiasaan masyarakat Aceh, dayah berarti tempat pendidikan agama, layaknya pesantren di Jawa. 3 Delapan tahun lamanya Hasbi belajar dari satu dayah ke dayah lainnya. Tahun 1912 ia belajar bahasa Arab di dayah Tengku Chik Di Piyeung dan seterusnya berpindah-pindah tempat. Pada tahun 1916 Hasbi merantau ke dayah Tengku Chik Idris di Tanjungan Barat, Samalanga, dayah terbesar dan terkemuka di Aceh Utara untuk belajar ilmu fiqih. Dua tahun kemudian pindah ke dayah Tengku Chik Hasan di Kruengkale sampai tahun 1920 hingga mendapat syahâdah yaitu legalitas sang guru untuk membuka dayah sendiri. Kegemarannya membaca didukung kemahirannya dalam mengusai bahasa-bahasa lain selain Melayu. Bahasa asing selain bahasa Arab yang dimilikinya adalah bahasa Latin dan bahasa Belanda. Al Irsyad Surabaya adalah tempat studi bahasa Arab Hasbi yang berangkat kesana bersama al Kalali pada tahun 1926. tahun 1928 memimpin sekolah al Irsyad di Lhokseumawe. Tahun1930 menjadi kepala sekolah al Huda di Kruengmane Aceh utara. Pada tahun 1940-1942 menjadi direktur Darul 3 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 2007, h. 1335. Mu’allimin Muhammadiyah Kutaraja. Masih sempat juga membuka Akademi Bahasa Arab. Pada era demokrasi liberal, ia terlibat secara aktif mewakili Partai Masyumi Majelis Syuro Muslimin Indonesia dalam perdebatan-perdebatan panjang yang membahas masalah ideologi di Konstituante yaitu lembaga yang mewakili rakyat ketika itu. Karir politik ini dimulai dari tahun 1930 ketika diangkat menjadi ketua Jong Islamieten Bond cabang Aceh utara di Lhokseumawe. Dan masuk sebagai anggaota konstituante pada tahun 1955. Namun akhirnya lebih memilih dunia akademis daripada berpolitik praktis. Tahun 1958 menjadi utusan Indonesia dalam Seminar Islm Internasional di Lahore. Karir akademiknya dimulai dari menjadi staf pengajar sekolah persiapan PTAIN sampai akhirnya menjadi direkturnya. Mata kuliah Hadits menjadi spesialisasinya di IAIN. Tahun 1960 mendapat promosi sebagai Guru Besar dengan pidato pengukuhan berjudul Syariat Islam Menjawab Tantangan Jaman yang disampaikan pada acara peringatan setengah tahun peralihan nama PTAIN menjadi IAIN tahun1961. Sewaktu pembukaan Fakultas Syariah di Darussalam, Banda Aceh yang berinduk pada IAIN Yogyakarta beliau menjadi Dekannya sejak September 1960 hingga Januari 1962. Lepas dari jabatan ini, tahun 1963-1966 Hasbi merangkap lagi sebagai Pembantu Rektor III dengan tetap menjadi Dekan Fakultas Syariah di IAIN Yogyakarta. Ada beberapa jabatan struktural di berbagai Perguruan Tinggi Swasta. Tahun 1961-1971 ia menjabat sebagai Rektor Universitas al-Irsyad Surakarta dan