Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sistem ekonomi di dunia, didominasi oleh sistem bunga. Hampir semua transaksi dan akad di bidang ekonomi dikaitkan dengan bunga. Banyak negara yang mencapai kesejahteraannya dengan sistem bunga atas kemiskinan dan penderitaan negara lain. Indonesia adalah salah satu negara yang menjadi korban kemiskinan terhadap sistem bunga. Dampak lain tidak hanya terjadi pada negara, namun juga terjadi kesenjangan pada masyarakat Indonesia. Sistem bunga menyebabkan adanya perbedaan masyarakat mampu secara ekonomi dan masyarakat yang tidak mampu. Akhirnya orang kaya semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin. Lembaga Keuangan Syariah LKS adalah lembaga keuangan yang dalam praktek pelaksanaan akad transaksi ekonominya berdasarkan pada prinsip-prinsip syariah atau hukum Islam, yang tidak ada unsur bunga atau ribawi, kegiatan yang banyak memfokuskan menarik dan menyalurkan uang dari dan kepada masyarakat 1 . Di antara lembaga keuangan syariah tersebut adalah bank syariah dan baitul mal wat tamwil. 1 Muhammad Amin Suma, Menggali Akar dan Mengurai Serat Ekonomian Keuangan Islam, Jakarta:Kholam Publishing 2008, h.248 2 Pada dekade 1970an, bank syariah belum dikenal. Konsep perbankan Islam ini hanya merupakan diskusi dan wacana teoritis semata. Tetapi sekarang, sistem perbankan syariah ini telah berkembang dan menjadi fakta menggembirakan dan tidak terbantahkan bahwa telah beroperasi di 75 negara. Bahkan di negara non muslim negara barat, bank syariah juga telah mengembangkan sayapnya, seperti di negara Inggris, Prancis, Amerika Serikat, Australia, dan lain sebagainya. Perkembangan menggembirakan terjadi di tanah air kita. Bermula dari berdirinya PT. BPR Dana Mardhatillah, Kec Magahayu, PT. BPR Berkah Amal Sejahtera, Kec Padalarang, dan PT. BPR Amanah Rabbaniyah, Kec Banjaran, di Bandung yang diprakarsai oleh ISED Institute for Sharia Economic Development pada agustus 1991 2 dan PT Bank Muamalat Indonesia yang didirikan November 1991 atas insisatif Majlis Ulama Indonesia MUI yang kemudian disertai lembaga keuangan syariah lainnya. Sedangkan baitul mal wat tamwil adalah sebuah lembaga keuangan mikro syariah yang memadukan kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat. Baitul mal wa tamwil ini merupakan salah satu multiplier efect dari pertumbuhan dan perkembangan ekonomi syariah dan lembaga keuangan syariah. Kegiatan utama dari BMT ini adalah mengembangkan usaha-usaha ekonomi produktif dengan mendorong kegiatan menabung dan membantu pembiayaan kegiatan usaha ekonomi anggota dan masyarakat lingkungannya. Selain itu, BMT juga dapat berfungsi sosial dengan menggalang titipan dana 2 Heri Sudarso, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilusi, Yogyakarta: Ekonisia, 2007, cet ke 4, Ed 2. h.17 3 sosial untuk kepentingan masyarakat, seperti dana zakat, infaq dan sodaqoh dan mendistribusikannya dengan prinsip pemberdayaan masyarakat sesuai dengan peraturan dan amanahnya. Kelahiran BMT ini didasari sejarah perekonomian umat muslim itu sendiri. Satu instansi yang telah memperhatikan aspek kebajikan pada kehidupan masyarakat, yaitu baitul maal yang memberikan kontribusi yang sangat signifikan dalam menyeimbangkan perekonomian umat Islam pada masa kekhilafahan islam saat itu dengan memberikan dana subsidi kepada umat Islam yang membutuhkan yang dalam Islam disebut sebagai mustahik. Adapun sumber dana dari baitul maal tersebut adalah dari dana zakat, infak, pajak dan beberapa kebijakan yang telah ditentukan oleh khalifah pemimpin umat Islam pada waktu itu. Perkembangannya di Indonesia sekarang, ada beberapa pihak yang mengkaitkan permasalahan ekonomi saat ini dengan kontribusi baitul maal pada masa kekhilafahan Islam dahulu. Sehingga muncul konsep baitul maal wat tamwil walaupun konsep itu hanya dapat berjalan pada sektor mikro, dikarenakan tidak ada lembaga Negara yang memperhatikan fenomena perkembangan BMT dengan sentralisasi BMT menjadi lembaga keuangan atau paling tidak menjadi salah satu sektor keuangan Negara Indonesia, hal ini dapat dimaklumi karena multi agama yang ada di Indonesia menjadi kepentingan politik untuk itu. Lembaga keuangan mikro syariah ini adalah lembaga keuangan yang sifatnya informal. Karena lembaga ini berdiri oleh 4 kelompok masyarakat yang menginginkan suatu lembaga yang berprinsip syariah yang bisa membantu antar sesama anggota. Saat ini, telah berdiri 3500 BMT di seluruh indonesia 3 . Perkembangan pesat ini menandakan bahwa prospek BMT kedepan semakin cerah. Tapi perkembangan ini tentu menghadapi kendala dan hambatan. Hendi Suhendi mengemukakan bahwa kendala yang dihadapi oleh BMT saat ini berasal dari dua faktor. Pertama faktor internal yaitu faktor yang ada dalam BMT tersebut. Hal ini tampak pada banyaknya pengurus dan pengelola BMT belum memahami prinsip-prinsip syariah dan juga prinsip penglolaan usaha yang baik dan benar. Kedua faktor dari luar BMT, seperti masih adanya budaya masyarakat yang belum sepenuhnya menerima eksistensi lembaga keuangan syariah karena kurangnya pemahaman masyarakat. Kendala pada aspek hukum juga masih dijumpai, yakni terkait dengan status hukum BMT yang pada umumnya adalah koperasi. Menurut ketentuan hukum koperasi memerlukan aspek legal lain jika ingin melakukan kegiatan penghimpunan dana. 4 Euis Amalia dalam bukunya Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam mengatakan bahwa pemerintah diharapkan mampu mengeluarkan kebijakan yang mampu menggerakkan masyarakat untuk membangun dirinya sendiri. 5 Kebijakan akan dipandang akan lebih efektif jika ditunjang dengan regulasi yang memberikan kepastian hukum bagi kegiatan investasi melalui instrument 3 Republika Contributor, IDB tertarik studi BMT di Indonesia, berita diakses pada 1 Juni 2010 dari http:koran.republika.co.idprint69398 4 Hendi Suhendi, Strategi Optimalisasi Peran BMT sebagai PenggerakUsaha Mikro, Makalah Seminar Sehari Bandung: Forum Dekan FE PTN Seluruh Indonesia, 22 Oktober 2009 h.7 5 Euis Amalia, Keadilan DIstributif dalam Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009 h.75 5 syariah. Fungsi BMT yang hampir mirip-mirip dengan bank, yakni sebagai lembaga intermediasi keuangan belum mendapatkan pijakan hukumnya yang kokoh. Minaka Sakai, peneliti kemitraan Australia-Indonesia di Pekanbaru juga mengemukakan dalam diskusi yang digelar PT Riau Consultan Global RCG di kantor PT Riau Investment Corporation RIC pada 4 Desember 2008 bahwa kelemahan BMT adalah kurangnya sosialisasi. Sehingga masyarakat tidak tahu keberadaan BMT 6 . Beranjak dari kendala diatas, untuk itu diperlukan suatu upaya sosialisasi, pemasaran dan pengembangan strategis dalam pengembangan BMT ini. Dalam pemasaran ini diperlukan suatu community development artinya pembangunan suatu komunitas yang tujuannya dapat menjadikan sebagai media informasi nasabah yang loyal dan menambah nasabah atau pelanggan baru. Salah satu media yang cukup berperan adalah media internet. Media internet saat ini telah menjadi kebutuhan dan membangun perubahan penting dalam pola hubungan dan interaksi antar manusia dari berbagai belahan dunia. Banyak aplikasi yang bisa digunakan oleh pengguna internet. Media tersebut seperti website, blog, email, situs jejaring sosial seperti twitter, facebook, koprol, dan lain sebagainya yang bisa digunakan sebagai media pemasaran dan promosi. Pengguna internet saat ini 1,733,993,741 berjumlah 6 Riau Bisnis Contributor, Riau Consultan Global Diskusi BMT, berita diakses pada 5 Januari 2010 dari http:riaubisnis.comindex.php?option=com_contenttask=viewid=1624Itemid=72 6 user dari populasi total penduduk dunia 6,767,805,208 7 . Data per 30 september 2009, Indonesia menempati urutan kelima terbanyak pengguna internet di Asia dengan total 30.000.000 user dari total 738,257,230 user asia yang merupakan benua pengguna terbanyak didunia 8 . Kalau dirinci lagi, per Desember 2009 pengguna websites dunia ada sekitar 234.000.000 user, 126.000.000 pengguna blog, 350.000.000 pengguna facebook, 27.3000.000 pengguna twitter 9 . Menyadari adanya peluang, maka apakah kita tidak bisa mengambil 0,05 saja dari pengguna internet untuk memasarkan produkjasa yang kita tawarkan untuk usaha kita semakin maju? BMT Al-Fath, BMT Cengkareng Syariah Mandiri dan BMT Daarut Tauhid adalah tiga BMT yang menggunakan media internet sebagai media pengenalan untuk menjangkau pangsa pasar yang lebih. BMT Al-Fath terletak di Tangerang Banten, BMT Berkah Madani terletak di Depok Jawa Barat, dan BMT Cengkareng Syariah Mandiri terletak di Cengkareng DKI Jakarta. Website BMT Al-Fath selalu menduduki urutan teratas ketika kita mencari BMT di dalam ilmu Search engine optimization SEO, maksudnya SEO adalah serangkaian proses yang dilakukan secara sistematis yang bertujuan untuk meningkatkan volume dan kualitas trafik kunjungan melalui mesin pencari menuju situs web tertentu dengan memanfaatkan mekanisme kerja atau algoritma mesin pencari tersebut. Dan Website BMT Berkah Madani termasuk juga kedalam pagehalaman pencarian utama bersamaan 7 Internetworldstats contributor, “Internet Usage Statistics The Internet Big Picture: World Internet Users and Population Stats” , artikel diakses pada 23 Februari 2010 dari http:internetworldstats.com 8 Ibid, 9 Ibid, 7 dengan website BMT Al Fath. Sehingga ini menjadi prestasi tersendiri, ketika orang mencari BMT di mesin pencari, maka di halaman pertama pencarian akan muncul diantaranya BMT Al Fath dan BMT Berkah Madani. Sedangkan BMT Cengkareng Syariah Mandiri memanfaatkan media jejaring sosial popular facebook dalam pemasaran dan sosialisasi BMT. Sebuah prestasi ketika BMT Cengkareng Syariah Mandiri memiliki anggota group 4.967 orang yang tidak dimiliki oleh BMT lainnya. Berdasarkan fakta dan data ini, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan ini dalam penelitian yang berjudul “Strategi Pemasaran BMT melalui Media Internet Studi Pada BMT Al-Fath, BMT Berkah Madani dan Cengkareng Syariah Mandiri”

B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH