Potensi dan Pengembangan Tanaman Hutan Spesifik Lokal Gaharu (Aquilaria malaccensis) di Kabupaten Langkat Propinsi Sumatera Utara

Potensi dan Pengembangan Tanaman Hutan Spesifik Lokal Gaharu
( Aquilaria malaccensis ) di Kabupaten Langkat,
Propinsi Sumatera Utara

SKRIPSI

ANTON GUSMAN
021202009/ Budidaya Hutan

DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2008

Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi

:


Potensi dan Pengembangan Tanaman Hutan Spesifik Lokal
Gaharu ( Aquilaria malaccensis ) di Kabupaten Langkat
Propinsi Sumatera Utara.

Nama

: Anton Gusman

NIM

: 021202009

Program Studi

: Budidaya Hutan

Disetujui oleh,
Komisi Pembimbing

Ketua


Anggota

(Dr.Ir.Edy Batara Mulya Siregar, MS)
NIP. 132 287 853

(Oding Affandi, S.Hut, M.P)
NIP. 132 259 566

Diketahui,
Ketua Departemen Kehutanan

(Dr.Ir.Edy Batara Mulya Siregar, MS)
NIP. 132 287 853

Universitas Sumatera Utara

Potensi dan Pengembangan Tanaman Hutan Spesifik Lokal Gaharu
( Aquilaria malaccensis ) di Kabupaten Langkat,
Propinsi Sumatera Utara


SKRIPSI

OLEH
ANTON GUSMAN
021202009/ Budidaya Hutan

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2008

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kekuatan serta kesehatan dan perlindungan kepada penulis hingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul “ Potensi dan Pengembangan Tanaman Huta Spesifik
Lokal Gaharu ( Aquilaria malaccensis ) di Kabupaten Langkat, Propinsi
Sumatera Utara “ yang diajukan sebegai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan di Departemen Kehutanan USU, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS selaku ketua komisi
pembimbing dan bapak Oding Affandi, S,Hut, M.P selaku anggota komisi
pembimbing atas bimbingan dan arahan yang diberikan mulai dari awal
penelitian hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Dosen-dosen di Departemen Kehutanan yang telah mendidik serta
memberikan ilmu dan pengetahuan serta para staf tata usaha yang telah
memberikan kelancaran dalam penyelesaian administrasi.
3. Kedua orang tua saya, Ayahanda dan Ibunda dengan segala ketulusan,
ketabahan dan doa kepada penulis serta seluruh rekan-rekan seperjuangan
yang telah banyak membantu penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan
memenuhi fungsi sebagaimana mestinya. Terima kasih.


Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

ANTON GUSMAN. Potention and Plant Development of Local Forest
tree of Gaharu (Aquilaria malaccensis) in Kabupaten Langkat
North Sumatera. Supervised by Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar MS and
Oding Affandi, S.Hut, M.P
The purpose of this research was to know culture story, potention and
productivity, development and gaharu development effect. This research was held in
Pekan Bohorok Village, Kecamatan Bohorok and Limau Kayu Village Kecamatan
Salapian Kabupaten Langkat. This Research was doing at January until March 2008.
This research was using combination of documentation study from any source and
secondary data and also direct method with collect a primary data in field with
correspondence and observation. This research also use purvosive sampling at
research location. The result of this research was people start developing gaharu
when they know it was difficult to find gaharu at nature forest. The develoving of
gaharu was continue rise because of the economy potention and high productivity of
gaharu and also can give economy effect to society.

Keyword : Gaharu, culture, potention, development and economy effect.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

ANTON GUSMAN. Potensi dan Pengembangan Tanaman Hutan Spesifik
Lokal Gaharu (Aquilaria malaccensis) di Kabupaten Langkat, Propinsi
Sumatera Utara. Dibimbing Oleh Dr. Ir Edy Batara Mulya Siregar. MS dan
Oding Affandi, S.Hut, M.P.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sejarah budidaya, potensi dan
produktivitas, pengelolaan dan pengembangan serta dampak pengembangan tanaman
gaharu. Penelitian dilaksanakan di Desa Pekan Bohorok Kecamatan Bohorok dan
Desa Limau Kayu Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat yang dilaksanakan mulai
Januari sampai Maret 2008. Metode yang digunakan adalah dengan
mengkombinasikan metode telaahan dokumentasi dari berbagai sumber dan data
sekunder dan metode langsung dengan pengumpulan data primer di lapangan dengan
teknik wawancara dan observasi lapangan. Dan juga metode purposive sampling
dengan penarikan contoh secara bertujuan di lapangan. Hasil penelitian diperoleh
bahwa tanaman gaharu mulai dikembangkan setalah diketahui sulitnya memperoleh

gaharu di hutan alam. Pengembangan tanaman gaharu terus meningkat karena
potensi ekonomi dan produktivitas yang dimiliki gaharu sangat tinggi serta dapat
memberikan dampak ekonomi yang dapat menunjang perekonomian masyarakat.
Kata kunci : Gaharu, budiaya, potensi, pengembangan dan dampak ekonomi.

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Anton Gusman yang dilahirkan di Kerinci Jambi
pada tanggal 08 Agustus 1984 dari ayah Adrizal dan ibu Yurnalis. Penulis
merupakan putra pertama dari tiga bersaudara.
Penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Umum (SMU) di SMU Negeri 1
Kecamatan Air Hangat Kabupaten Karinci Propinsi Jambi pada tahun 2002 dan pada
tahun yang sama penulis diterima di Universitas Sumatera Utara melalui jalur
PMDK. Penulis memilih Program Studi Budidaya Hutan, Departemen Kehutanan,
Fakultas Pertanian.
Selama dibangku perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan
Himpunan Mahasiswa Syla ( HIMAS) sebagai anggota pada tahun 2004. selain
organisasi kemahasiswaan dikampus, penulis juga aktif dalam organisasi paguyuban

mahasiswa Propinsi Jambi Medan sebagai ketua umum pada tahun 2004. Penulis
melaksanakan kegiatan Praktik Umum Kehutanan (PUK) di hutan pegunungan
Sinabung Law Kawar dan hutan mangrove Bandar Kalipah pada tahun 2004. Pada
bulan Juni sampai Agustus 2007, penulis melakukan kegiatan Praktik Kerja Lapang
(PKL) di Taman Nasional Kerinci Seblat, Kabupaten Kerinci Jambi.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
ABSTRACT ......................................................................................................... ii
ABSTRAK ........................................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
Latar Belakang ..................................................................................................... 1

Perumusan Masalah .............................................................................................. 4
Tujuan dan Manfaat ............................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 7
Tanaman Hutan Gaharu (Aquilaria malaccensis) .................................................. 7
Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat. .............................................................. 9
Hutan Rakyat ......................................................................................................... 11
Pengelolaan Hutan ................................................................................................. 13
METODOLOGI .................................................................................................. 15
Waktu dan Tempat................................................................................................. 15
Bahan dan Alat ...................................................................................................... 15
Objek dan Data Kegiatan ....................................................................................... 16
Metode dan Pengumpulan Data ............................................................................. 17
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN .................................................... 21
Kelurahan Pekan Bohorok ..................................................................................... 21
Letak dan Luas Wilayah ....................................................................................... 21
Penduduk .............................................................................................................. 21
Gambaran Umum Gaharu di Pekan Bohorok ......................................................... 21
Gambaran Umum Gaharu di Hutan Alam Limau Kayu .......................................... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 23
Sejarah Budidaya Gaharu ( A. malaccensis ) di Kabupaten Langkat ....................... 23

Pengetahuan tentang gaharu ......................................................................... 23
Pencari gaharu di hutan ................................................................................ 23
Perkembangan tanaman gaharu .................................................................... 26
Potensi dan Produktivitas tanaman gaharu ( A. malaccensis ) ................................ 28
Pola pengelolaan dan pengembangan tanaman gaharu ........................................... 29
Pemilihan bibit ............................................................................................. 31
Persiapan lahan ............................................................................................ 32
Penanaman ................................................................................................... 33

Universitas Sumatera Utara

Pemeliharaan ............................................................................................... 34
Penginokulasian. ......................................................................................... 34
Pemanenan ................................................................................................... 37
Pemasaran gaharu .................................................................................................. 38
Dampak pengelolaan dan pengembangan tanaman gaharu ..................................... 41
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 44
Kesimpulan ..................................................................................................... 44
Saran............................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA

LAPMIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
Hal
Analisa Budidaya Gaharu ...................................................................................... 40

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
Hal
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Tegakan Tanaman Gaharu di Lahan Masyarakat ............................................. 21
Tegakan Tanaman Gaharu di Hutan Alam ....................................................... 22
Gubal Gaharu dari Hutan Alam ........................................................................ 25
Pengukuran Potensi di Lahan Masyarakat ....................................................... 29
Pengukuran Potensi di Hutan Alam ................................................................. 29
Proses Penginokulasian ................................................................................... 35
Pohon Gaharu yang Diinokulasi ...................................................................... 36
Pembibitan Gaharu .......................................................................................... 41

.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta Kabupaten Langkat ............................................................................ 46
2. Data Pengukuran Potensi Petak Contoh 0.1 ha Gaharu hasil budidaya ........ 47
3. Data Pengukuran Potensi Petak Contoh 0.1 ha Gaharu di hutan alam ......... 50

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

ANTON GUSMAN. Potention and Plant Development of Local Forest
tree of Gaharu (Aquilaria malaccensis) in Kabupaten Langkat
North Sumatera. Supervised by Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar MS and
Oding Affandi, S.Hut, M.P
The purpose of this research was to know culture story, potention and
productivity, development and gaharu development effect. This research was held in
Pekan Bohorok Village, Kecamatan Bohorok and Limau Kayu Village Kecamatan
Salapian Kabupaten Langkat. This Research was doing at January until March 2008.
This research was using combination of documentation study from any source and
secondary data and also direct method with collect a primary data in field with
correspondence and observation. This research also use purvosive sampling at
research location. The result of this research was people start developing gaharu
when they know it was difficult to find gaharu at nature forest. The develoving of
gaharu was continue rise because of the economy potention and high productivity of
gaharu and also can give economy effect to society.
Keyword : Gaharu, culture, potention, development and economy effect.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

ANTON GUSMAN. Potensi dan Pengembangan Tanaman Hutan Spesifik
Lokal Gaharu (Aquilaria malaccensis) di Kabupaten Langkat, Propinsi
Sumatera Utara. Dibimbing Oleh Dr. Ir Edy Batara Mulya Siregar. MS dan
Oding Affandi, S.Hut, M.P.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sejarah budidaya, potensi dan
produktivitas, pengelolaan dan pengembangan serta dampak pengembangan tanaman
gaharu. Penelitian dilaksanakan di Desa Pekan Bohorok Kecamatan Bohorok dan
Desa Limau Kayu Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat yang dilaksanakan mulai
Januari sampai Maret 2008. Metode yang digunakan adalah dengan
mengkombinasikan metode telaahan dokumentasi dari berbagai sumber dan data
sekunder dan metode langsung dengan pengumpulan data primer di lapangan dengan
teknik wawancara dan observasi lapangan. Dan juga metode purposive sampling
dengan penarikan contoh secara bertujuan di lapangan. Hasil penelitian diperoleh
bahwa tanaman gaharu mulai dikembangkan setalah diketahui sulitnya memperoleh
gaharu di hutan alam. Pengembangan tanaman gaharu terus meningkat karena
potensi ekonomi dan produktivitas yang dimiliki gaharu sangat tinggi serta dapat
memberikan dampak ekonomi yang dapat menunjang perekonomian masyarakat.
Kata kunci : Gaharu, budiaya, potensi, pengembangan dan dampak ekonomi.

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sebagian besar hutan yang ada di Indonesia adalah hutan hujan tropis, yang
tidak saja mengandung kekayaan hayati flora yang beranekaragam, tetapi juga
termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan
liarnya. Hutan Indonesia dikenal sebagai hutan yang paling kaya akan spesies palm
(447 spesies, 225 diantaranya tidak terdapat dibagian dunia yang lain), lebih dari
400 spesies Dipterocarpaceae (jenis kayu komersial yang paling berharga di Asia
tenggara), dan diperkirakan mengandung 25,000 species tumbuhan berbunga.
Indonesia juga sangat kaya akan hidupan liar, terkaya di dunia untuk mamalia
(515 spesies, 36% diantaranya endemik), terkaya akan kupu-kupu swalowtail
(121 spesies, 44% diantaranya endemik), ketiga terkaya di dunia akan reptil
(ada lebih dari 600 spesies), keempat terkaya akan burung (1519 spesies, 28%
diantaranya endemik) kelima untuk amphibi (270 species), dan ketujuh untuk
tumbuhan berbunga.
Menurut data stastistik hutan Indonesia meliputi kawasan seluas sekitar 120
juta hektar atau hampir 70 % dari luas daratan, sehingga menempatkan negara ini
sebagai pemilik sumber daya hutan terbesar di Asia Tenggara, atau kedua terbesar
di dunia setelah Brazil. Dalam kenyataannya distribusi hutan di Indonesia lebih luas
berada di pulau-pulau besar di luar pulau Jawa, terutama Sumatera, Kalimantan,
dan Papua. Luasan hutan yang berada di tiga pulau terbesar tersebut mencapai 82%
dari total kawasan hutan Indonesia. Kondisi hutan ini sekaligus merefleksikan

Universitas Sumatera Utara

peran penting di pulau-pulau tersebut bagi pembangunan ekonomi dan upaya
mensejahterakan masyarakat.
Berdasarkan tipe hutan yang ada, hutan hujan tropis, terutama hutan
Dipterocarpaceae dataran rendah di Sumatera dan Kalimantan mempunyai nilai
yang multifungsi, baik dari sisi ekonomi (sebagai penghasil kayu dan non kayu),
ekologi (perlindungan, tata klimat, dan plasma nutfah), maupun sosial budaya
(ditinjau dari keberadaan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat yang telah
bergenerasi hidup di dan dari sumberdaya hutan) (walhi, 2007).
Menurut Bratawinata (2001) dan Sutisna (2001), hutan dataran rendah di
Sumatera,

khususnya

Sumatera

Utara

sangat

didominansi

oleh

Suku

Dipterocarpaceae (meranti), yang sekaligus merupakan jenis tanaman hutan yang
spesifik untuk wilayah tersebut. Dominansi suku Dipterocarpaceae ini sangat
memungkinkan karena iklim di wilayah Sumatera Utara, dengan suhu rataan antara
24-30oC pada ketinggian 0-1000 mdpl (oleh Lampreecht disebut dengan iklim
tropis panas selalu lembab), sangat cocok untuk tumbuh dan berkembangnya suku
Dipterocarpaceae. Menurut Wyatts dan Smith (1963) dalam Bratawinata (2001)
Hutan Dipterocarpaceae di Sumatera Utara didominansi oleh jenis Meranti Merah
(Shorea laevis, S. leprosula), Kapur (Dryobalanops spp), dan Keruing
(Dipterocarpus cornutus).
Selain suku Dipterocarpaceae, di kawasan hutan Sub Pengunungan
(1300-2000 mdpl) di Sumatera Utara dan Aceh juga terdapat tanaman spesifik yang
tumbuh secara alami seperti jenis Pinus (Pinus merkusii). Di samping terdapat jenis
pohon spesifik yang tumbuh secara alami, terdapat juga jenis pohon spesifik yang
dikembangkan oleh masyarakat seperti jenis Kemenyan (Styrax benzoin) yang

Universitas Sumatera Utara

banyak dikembangkan di daerah Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan

Dairi.

Menurut Suhardjito (2001), kemenyan telah diperdagangkan orang sekurangnkurangnya sejak sebelum abad ke–16. Sementara budidaya pengelolaan kebu-hutan
kemenyan

tercatat telah berkembang sejak abad

ke-17.

Luas hutan-kebun

kemenyan di daerah Tapanuli Utara saja pada tahun 1994 hampir mencapai 20.000
hektar, pada saat ini di Kabupaten Langkat Propinsi Sumatera Utara telah
dikembangkan Gaharu (Aquilaria malaccensis) yang dinilai memiliki potensi yang
besar dalam perkembangan ekonomi masyarakat.
Jenis-jenis pohon spesifik tersebut, baik yang tumbuh secara alami maupun
yang dikembangkan oleh masyarakat, mempunyai peranan penting dalam
konservasi keanekaragaman hayati, penyerap karbon, pengatur tata air, dan secara
ekonomi memenuhi kebutuhan manusia akan hasil hutan. Peranannya dalam
konservasi keanekaragaman hayati, pohon-pohon ini menjadi habitat penting
terutama bagi satwa burung dan berbagai macam serangga. Pohon-pohon juga
berfungsi dalam konservasi dan perlindungan tanah, yaitu mencegah erosi, pemecah
angin, dan menjaga kesuburan tanah.

Peranan pohon-pohon sebagai penyerap

karbondiokasida merupakan fungsi yang sangat penting, dan menjadi perhatian
dunia internasional dewasa ini. Penelitian menunjukkan bahwa pohon-pohon ini
dapat menyimpan karbon dan menghilangkan karbondioksida di atmosfer dengan
adanya pertumbuhan tegakan dan tumbuhan bawah. Secara ekonomi pohon-pohon
yang dikembangkan masyarakat memberikan pendapatan dalam rumah tangga
dengan hasilnya berupa obat-obatan, kayu pertukangan, dan bahkan memberikan
penghasilan

secara

periodik

misalnya

dengan

menjual

kayu

bakar

(Wardani dkk, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Tumbuhan, khususnya pohon Gaharu (A.malaccensis) di Kabupaten
Langkat, Propinsi Sumatera Utara, merupakan jenis tanaman hutan yang baru mulai
dikembangkan di Kabupaten Langkat Propinsi Sumatera Utara dan diharapkan
dapat memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi untuk menunjang kebutuhan
masyarakat. Meskipun belum banyak dikembangkan namun pengembangan Gaharu
(A. malaccensis) yang potensinya baru saja digali ini diharapkan juga dapat
meningkatkan produktivitas masyarakat dalam upaya mengembangkan jenis
tanaman ini untuk pengembangan yang meluas lagi di daerah Kabupaten Langkat
tersebut.
Perumusan Masalah
Indonesia adalah produsen gaharu terbesar di dunia dan menjadi tempat
tumbuh endemik beberapa spesies gaharu komersial dari marga Aquilaria seperti
A. malaccensis, A. microcarpa, A. hirta, A. beccariana, A. filaria dan lain-lain.
Pada tahun 1985, jumlah ekspor gaharu Indonesia mencapai sekitar 1487 ton,
namun eksploitasi hutan alam tropis dan perburuan gaharu yang tidak terkendali
telah mengakibatkan species-species gaharu menjadi langka. Sehingga pada tahun
1995 CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild
Fauna and Flora) telah memasukkan A. malaccensis, penghasil gaharu terbaik ke
dalam daftar appendix II. Sejak saat itu ekspor gaharu dibatasi oleh kuota yaitu
hanya 250 ton/tahun. Namun sejak tahun 2000, total ekspor gaharu dari Indonesia
terus menurun hingga jauh dibawah ambang kuota CITES. Semakin sulitnya
mendapatkan gaharu di hutan alam telah mengakibatkan semua pohon gaharu
(Aquilaria spp. dan Gyrinops spp.) dimasukkan dalam Apendix II pada konvensi
CITES tanggal 2-14 Oktober 2004 di Bangkok. Karena kekhawatiran akan

Universitas Sumatera Utara

punahnya species gaharu di Indonesia, maka sejak tahun 2005 Departemen
Kehutanan telah menurunkan kuota ekspor menjadi hanya 125 ton/tahun.
Gaharu (A. malaccensis) di Kabupaten Langkat Propinsi Sumatera Utara
baru saja dimulai pengembangannya dan belum banyak masyarakat yang
menghetahui sejauh mana pengembangan Gaharu di daerah ini. Salah satu kendala
dalam perencanaan dan pengembangan pengelolaan jenis tanaman Gaharu ini bagi
masyarakat adalah terbatasnya ketersediaan informasi tentang potensi sumberdaya
tanaman kehutanan tersebut, dimana ketersedian informasi ini akan sangat
menunjang dalam kegiatan perencanaan dan pengembangan strategis pengelolaan
tanaman Gaharu tersebut.Dengan menggunakan informasi tersebut diharapkan
pengelolaan tanaman Gaharu yang ada di Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera
Utara akan memiliki keunggulan kompetitif untuk pencapaian tujuan pengelolaan
dan pengembangan yang optimal dan berkelanjutan.
Namun demikian, sampai saat ini data potensi tanaman kehutanan Gaharu
yang ada di Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara belum banyak diketahui
dan belum dianggap sebagai salah satu sumberdaya yang mampu memberikan
manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan
suatu penelitian tentang ”Potensi dan Pengembangan Hutan Spesifik Lokal Gaharu
(A. malaccensis) di Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara”.
Berdasarkan permasalahan tersebut timbul beberapa pertanyaan, yaitu:
1. Sejarah budidaya tanaman Gaharu (A. malaccensis) di Kabupaten Langkat,
Propinsi Sumatera Utara.
2. Berapa besar potensi dan produktivitas tanaman Gaharu (A.malaccensis) di
Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

3. Bagaimana

pola

pengelolaan

dan

pengembangan

tanaman

Gaharu

(A. malaccensis) di Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara.
4. Berapa besar dampak pengelolaan dan pengembangan tanaman Gaharu
(A. malaccensis) di Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara terhadap
perekonomian masyarakat.

Tujuan dan Manfaat
Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui

Sejarah

budidaya

tanaman

Gaharu

(A.

malaccensis)

di Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara.
2. Mengetahui besarnya potensi dan produktivitas tanaman hutan Gaharu
(A. malaccensis) di Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara.
3. Mengetahui pola pengelolaan dan pengembangan tanaman Gaharu
(A. malaccensis) di Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara.
4. Mengetahui dampak pengelolaan dan pengembangan tanaman Gaharu
(A. malaccensis) di Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara terhadap
perekonomian masyarakat.
Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah tersedianya informasi dan sebagai bahan
masukan kepada Pemerintah Daerah dan stakeholders dalam pengembangan
tanaman hutan dan lahan di Sumatera Utara khususnya di Kabupaten Langkat, yang
berguna dalam

mendukung kegiatan perencanaan dan pengembangan strategis

pengelolaan tanaman hutan Spesifik Lokal Gaharu (A. malaccensis) .

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Hutan Gaharu (Aquilaria malaccensis)
Gaharu adalah kayu wangi yang sudah diresapi resin yang dijumpai pada
pohon Aquilaria yang sangat berharga terutama karena wangi, dapat digunakan
untuk pengasapan, dan untuk obat. Di Indonesia, persediaan pohon ini diperkirakan
mencapai 1,87 pohon per ha di Sumatera, 3,37 pohon per hektar di Kalimantan, dan
4,33 pohon per ha di Papua. Keberadaan pohon itu sendiri tidak menjamin
keberadaan resin. Para ilmuwan memperkirakan hanya 10% dari pohon Aquilaria di
dalam hutan yang mengandung gaharu . Indonesia adalah eksportir utama produk
gaharu di dunia. Dengan permintaan pasar yang tinggi, banyak kolektor yang tidak
trampil tertarik untuk mengeksploitasi gaharu dan, akibatnya, sebagian besar
populasi gaharu rusak terlepas bahwa kayu ini tercantum dalam CITES Appendix
II. Baru-baru ini, harga untuk gaharu dengan mutu terbaik dinyatakan sebesar
kurang-lebih 400/kg

dan

sebagian

besar

bahan

ini diselundupkan

dan

diperdagangkan secara ilegal keluar dari Indonesia (WWF Indonesia, 2008 )
Pohon Gaharu atau Aquilaria sp mempunyai nilai ekonomi tinggi terus
diburu oleh masyarakat sekitar hutan. Tanaman yang banyak tumbuh di hutan
Kalimantan Barat ini akan punah bila tidak dilestarikan. Untuk memenuhi
permintaan ekspor, perlu dilakukan upaya peningkatan produksi gaharu secara
lestari. Hal ini dapat dicapai melalui upaya konservasi, pembangunan hutan
industri gaharu yang didukung dengan tersedianya bibit unggul, serta teknologi
bioproses gaharu yang efektif. Selain untuk mempertahankan kelestarian gaharu,
konservasi plasma nuftah gaharu baik secara in situ maupun ex situ juga akan

Universitas Sumatera Utara

memberikan peluang dihasilkannya bibit unggul. Penemuan bibit unggul yang
memiliki sifat potensial dalam menghasilkan gaharu dapat dilakukan melalui
metode seleksi, baik seleksi in planta (pada pohon) maupun in vitro
(di laboratorium) (WWF Indonesia, 2008).
Bila menyebut gaharu, banyak yang membayangkan harganya yang begitu
mahal sehingga ada yang mengatakan lebih bernilai dari emas. Harganya jutaan
rupiah perkilogram untuk kepingan gaharu yang bermutu tinggi. Namun, semua
hasil ini diambil dari hutan dan kini realitinya, pohon Gaharu hampir punah. Tanpa
kesadaran untuk penanaman kembali, negara kita mungkin tidak lagi dapat
mengeksport hasil gaharu yang bermutu tinggi permintaannya ke negara-negara
Timur Tengah dan juga negara lain seperti Taiwan, Jepang dan sebagainya.
Mungkin, kekurangan sumber informasi yang tepat dan juga modal awal yang
tinggi untuk diusahakan secara komersil menjadi faktor Gaharu kurang diminati
banyak di antara manusia yang tidak sadar, usaha penanaman pohon Gaharu sudah
banyak dilakukan oleh beberapa daerah, juga penyelidikan dalam penghasilan
gaharu melalui kaedah suntikan dan inokulasi juga giat dijalankan.Namun,
kurangnya informasi menjadikan Pohon Gaharu kurang memberi dampak dalam
pelaksanaannya. Kembali kepada usaha penanaman Gaharu (A. malaccensis)
secara budidaya, beberapa faktor harus dipertimbangkan seperti pemilihan anak
benih, jarak tanaman, cara penanaman, cara penyuntikan dan pemasaran. Gaharu
harus dinilai untuk meminimakan risiko yang ada dan mendapat hasil yang
maksimal setelah 7 tahun penanaman. Oleh itu, sangat penting memperoleh
sebanyak mungkin informasi untuk merealisasikan penanaman Gaharu secara
pembudidayaan. (Jasben Plantation, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Gaharu

hingga

saat

ini

masih

merupakan

hasil

hutan

alami.

Pengumpulannya dilakukan dengan menebang lagsung pohon-pohon gaharu yang
diduga telah berisi damar gaharu. Gejala yang ditunjukkan antara lain rontoknya
daun, kulit luar batang yang mudah putus serta matinya pohon. Terkadang pohon
yang terlanjur ditebang ternyata belum menghasilkan gaharu. Pemungutan gaharu
dilakukan oleh masyarakat sekitar hutan, yang merupakan mata pencaharian tetap
atau sampingan mereka. Kayu gaharu yang mengandung inti gaharu akan berwarna
coklat kekuning-kuningan hingga coklat kehitam-hitaman, sedangkan yang sangat
sehat berwarna putih (Tarigan, 2004)
Di Kabupaten Langkat Propinsi Sumatera Utara pada saat ini mulai
dikembangkan budidaya tanaman Gaharu di lahan masyarakat. Tanaman Gaharu
tidak banyak dikembangkan di daerah lain maka inilah yang menjadikan Gaharu
sebagai Tanaman Spesifik Lokal Kabupaten Langkat dan diduga memiliki potensi
yang cukup baik untuk terus dikembangkan selain adanya meranti yang juga
merupakan tanaman Spesifik Lokal daerah ini.Keberhasilan dari budidaya gaharu
dapat menjadikan angin segar bagi masyarakat untuk menambah penghasilan
masyarakat karena selama ini gaharu hanya didapatkan secara bebas di hutan-hutan
belantara dan juga menjadikan inspirasi masyarakat luas untuk mengembangkan
tanaman ini.
Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat
Hutan kemasyarakatan adalah suatu bentuk Perhutanan Sosial yang
dilaksanakan di dalam kawasan Hutan, terutama kawasan hutan yang mendapat
tekanan berat dan diutamakan untuk dilaksanakan pada kawasana Hutan disekitar
desa-desa tertinggal. Hutan kemasyarakatan merupakan suatu bentuk pengelolaan

Universitas Sumatera Utara

hutan dengan mengikutsertakan masyarakat dan bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Dalam pelaksanaan kegiatan Hutan Kemasyarakatan,
masyarakat memerlukan pendukung mulai dari pengadaan dan peredaran input,
produksi sampai dengan pemasarannya. Untuk itu perlu dibentuk pola dan
hubungan kemitraan usaha yang dapat menjamin peningkatan pendapatan
masyarakat.

Mitra

usaha

masyarakat

dalam

usaha

pelaksanaan

Hutan

Kemsyarakatan dapat terdiri dari unsur-unsur Pemerintah Pusat/daerah; Perguruan
Tinggi; Lembaga Swadaya masyarakat (LSM); BUMN; swasta, baik swasta
kehutanan
yang

(HPH,

ditanam

HPHTI)

adalah

yang

maupun
serba

non-kehutanan.
guna

yang

Jenis-jenis
sesuai

dan

pohon
cocok

dengan kondisi tanah dan lingkungannya. Misalnya pohon buah-buahan
(mede, lak, pinus, tengkawang, pinus, dll); rotan; gaharu

dan sebagainya

(Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1998).
Pengelolaan hutan berbasis masyarakat di Jawa sebagai salah satu bentuk
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan yang nyata telah banyak
mendapatkan pujian atas keberhasilannya. Program yang telah dijalankan oleh
Perhutani ini telah dikembangkan dari hasil uji coba yang cukup lama, sejak tahun
9173 dengan INMAS Tumpang sari, Pendekatan Kesejahteraan (Prosperity
approach) tahun 1974. tahun 1982 muncul istilah Pembinaan Masyarakat Desa
Hutan (PMDH) yang meliputi kegiatan didalam dan diluar kawasan hutan
(Arief, 2001).
Untuk meningkatkan kualitas di kawasan hutan, maka dikembangkan
kembali tahun 1986 dengan naman Perhutanan Sosial (PS). Program ini dikenal
dengan kegiatan agroforestry, agrosilvikultur, silvopastural,dan silfofishery yang

Universitas Sumatera Utara

dianggap cukup berhasil selama 10 tahun pada kawasan hutan darat dan mangrove.
Pada tahun 1996 telah uji coba Program Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan
(PMDH) (Arief, 2001).
Tujuan jangka panjang program Perhutanan Sosial (PS) adalah memperbaiki
lahan kritis, partisifasi aktif masyarakat lokal dalam pembangunan hutan,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal , menyediakan kebutuhan masyarakat
lokal, dan konservasi sumber daya lama. Sedangkan tujuan jangka pendek
Perhutanan Sosial adalah pembentukan kelompok Tani Hutan (KTH), peningkatan
keberhasilan tanaman (kehutanan dan Pertanian) dan peningkatan pendapatan
anggota Kelompok Tani Hutan (KTH) (Nurrochmad, 2005).
Program Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) dan Kegiatan
Bina Desa Hutan (BDH) yang dikenakan pada setiap pengusahaan hutan tujuan
utamanya

adalah

mensejaterakan

masyarakat

lokal

dimana

masyarakat

diberdayakan sesuai dengan fungsi pokok hutannya (Sardjono, 2004).
Pentingnya hutan bagi kehidupan sosial ekonomi suatu masyarakat kini
dirasakana semakin menigkat. Jika semula hutan masih digunakan sebagai sumber
bahan makan/buah-buahan, berburu binatang, sumber bahan bakar dan lain-lain
maka dengan berkembangnya kebudayaan dan ekonomi, hutan dimanfaatkan lebih
intensif sebagai masukan/bahan mentah (Reksohadiprodjo dkk, 1998).

Hutan Rakyat
Hutan rakyat tersusun dari satuan ekosistem kehidupan mulai dari tanaman
keras, non kayu, satwa, buah-buahan, satuan usaha tani semusim, peternakan,
barang dan jasa serta rekreasi alam.bentuk dan pola hutan rakyat di Indonesia
sebagai inisiatif masyarakat adalah antara lain: hutan rakyat sengon, hutan rakyat

Universitas Sumatera Utara

jati, hutan rakyat campuran, khepong adat, khepong campuran, hutan rakyat suren
di Bukit Tinggi (disebut Parak), dan hutan adat campuran (Awang dkk, 2001).
Hutan Rakyat adalah hutan yang tumbuh diatas tanah milik dengan luas
minimal 0,25 ha, penutupan tajuk didominasi tanaman perkayuan, dan atau tanaman
tahun pertama minimal 500 batang. Pohon ini ditanam biasanya sebagai batas
luar/pagar pemilikan lahan yang membatasi satu pemilik dengan pemilik lainnya,
sehingga lebih lazim disebut pagar hidup. Selain itu juga ditanam bersama tanaman
palawija yang dikenal dengan nama tumpangsari. Jenis pohon yang dikembangkan
pada hutan rakyat adalah sengon (Paraserianthes falcataria) kayu putih (Melaleuca
leucadendron), Arenga pinata (Aren) Acacia sp (akasia), Aleurites moluccana
(Kemiri), Anthocepallus cadamba (jabon), Swietenia macrophylla (Mahoni),
Bambusa (bambu), Gmelina arborea (Jati Putih), Cassia siamena (Johar), Ceiba
petandra

(Kapuk

randu),

Peronema

canescens

(Sungkai)

dan

lain-lain

(Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1998).
Hutan rakyat dikelola oleh masing-masing pemilik dengan basis Sistem
Hutan Rakyat (SHR). Selama ini hutan rakyat hanya dilihat sebagai kumpulan
pohon-pohon yang tumbuh dan berkembang diatas lahan milik rakyat, sehingga
banyak dijumpai dalam kalkulasi ekonomi hutan rakyat yang muncul ke permukaan
adalah soal yang berkaitan dengan hasil kayu saja (Awang dkk, 2001).
Pada umumnya petani (pemilik lahan) tidak hanya mengusahakan satu jenis
komoditi saja tetapi pada saat yang sama dan dalam sebidang hamparan lahan milik,
yang bersangkutan menanam lebih dari satu komoditi. Komposisi jenis yang
diusahakan

bisa

bervariasi

dan

merupakan

kombinasi

antara

tanaman

tahunan (kayu-kayuan, perkebunan dan buah-buahan) (Awang dkk, 2001).

Universitas Sumatera Utara

Pengelolaan Hutan
Pengelolaan hutan (forest management) adalah praktek penerapan prinsipprinsip dalam bidang ekologi, fisika, kimia, analisis kwantitatif, manajemen,
ekonomi, sosial dan analisis kebijakan dalam rangkaian kegiatan membangun atau
meregenerasikan, membina, memanfaatkan dan mengkonservasikan hutan untuk
mendapatkan tujuan atau tujuan-tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dengan
tetap mempertahankan produktivitas dan kwalitas hutan. Pengelolaan hutan
mencakup pengelolaan terhadap keindahan (aesthetics), ikan dan fauna air lain pada
sungai-sungai di dalam hutan, rekeasi, nilai-nilai atau fungsi hutan untuk wilayah
perkotaan, air, kehidupan liar, kayu dan hasil hutan bukan kayu lainnya, serta
berbagai nilai lain yang termasuk dalam kelompok sumber daya hutan
(Suhendang, 2002)
Helms (1998) dalam Suhendang (2002) menyatakan bahwa perencanaan
kehutanan (forestry planning) merupakan rangkaian kegiatan yang lengkap,
mencakup tahapan-tahapan: pemantauan (monitoring), penilaian (assesmenmt),
pengambilan keputusan (decision makingi) dan penerapan (implementation) yang
dilakukan dalam rangka pengelolaan hutan.
Sesuai dengan pasal 23 bahwa 23 Undang-Undang No. 41 tahun 1999
tentang Kehutanan disebutkan bahwa pemanfaatan hutan bertujuan untuk
memperoleh manfaat yang optimal bagi kesejahteraan seluruh masyarakat secara
berkeadilan dengan tetap menjaga kelestariaannya. Eshingga telah dikeluarkan
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan penggunaan Kawasan Hutan
(Departemen Kehutanan, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Pada dasarnya pengelolaan hutan dan pemungutan hasil hutan dilakukan
oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD),
Koperasi, Badan Usaha Milik Swasta Indonesia, Perorangan, Lembaga Pendidikan,
Lembaga Penelitian dan Masyarakat Hukum Adat dengan mempedomani ketentuan
dan per-undang-undangan yang berlaku (Departemen Kehutanan, 2004).
Pengalaman menunjukkan bahwa untuk mewujudkan tuntutan pengelolaan
hutan secara adil dan berkelanjutan senantiasa menghadapi tantangan dan kendala
yang terkait dengan hak dan kewajiban masyarakat dalam pengelolaan hutan.
Kejelasan hak dan kewajiban yang ada pada masyarakat akan menumbuhkan
suasana yang aspiratif dan partisipatif yang menempatkan masyarakat sebagaia
basis pengelolaan hutan. Keterlibatan masyarakat secara sadar akan berperan dan
berfungsi dalam pengelolaan hutan yang lestari sehingga menjamin berkembangnya
kapasitas

dan

pemberdayaan

masyarakat

serta

distribusi

manfaat

hutan

(Affandi, 2005).

Universitas Sumatera Utara

METODOLOGI

Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan (Januari - Maret 2008).
Penelitian dilakukan di Desa Pekan Bahorok Kecamatan Bahorok dan di Desa
Limau Kayu Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara.

Bahan dan Alat
Bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
(1) Peta wilayah Kabupaten dan dokumen lain yang berkaitan dengan lokasi
studi.
(2) Kuesioner untuk mengumpulkan data sekunder maupun primer
(3) Laporan-laporan hasil penelitian (individu dan lembaga) terdahulu dan
berbagai pustaka penunjang sebagai sumber data sekunder untuk melengkapi
pengamatan langsung di lapangan.
(4) Kamera untuk dokumentasi dan visualisasi obyek kegiatan guna kelengkapan
pelaporan.
(5) Alat inventarisasi hutan (pita ukur, tambang, alat pengukur tinggi pohon, tally
sheet, dll)
(6) GPS ( Global Position System ) untuk menentukan koordinat pohon pada
waktu pengamatan.

Universitas Sumatera Utara

Objek dan Data Kegiatan
Objek Kegiatan
Kegiatan ini melibatkan pihak yang terkait dengan pengelolaan dan
pengembangan tanaman hutan Spesifik Lokal di Sumatera Utara di wilayah studi,
dengan obyek penelitian:
1. Pemda (Dinas Kehutanan)
2. Aparat desa, tokoh masyarakat, dan masyarakat setempat
3. Kawasan hutan negara, hutan rakyat, baik pekarangan, kebun.
Data Penelitian
Penelitian bersifat eksploratif, pengumpulan data dilakukan dengan
mengkombinasikan Metode Telaahan Dokumentasi (Documentation Study) dari
berbagai sumber data sekunder dan Metode Langsung (Direct Methods) yaitu
pengumpulan data primer di lapangan dengan teknik wawancara (dengan dan tanpa
kuesioner) dan observasi lapangan.

Pengumpulan data langsung di lapangan,

khususnya di daerah terpilih sebagai lokasi penelitian dilakukan dengan maksud
pengambilan data langsung dan mengecek data sekunder di lapangan.
Data sekunder yang dikumpulkan antara lain: kondisi umum lokasi
penelitian, data sosial ekonomi masyarakat, dan hasil penelitian yang terkait dengan
tujuan penelitian. Sedangkan data primer yang dikumpulkan antara lain: data luas
tanaman hutan Gaharu, potensi tanaman hutan Spesifik Lokal (yang meliputi:
kerapatan, data diameter dan tinggi tegakan, jenis tanaman hutan rakyat, umur),
pola, serta fungsi dan manfaat tegakan tanaman hutan Gaharu.

Universitas Sumatera Utara

Metode dan Pengumpulan Data
Pengambilan Sampel
Sampel desa
Pendekatan yang digunakan dalam menentukan lokasi penelitian adalah
metode purposive sampling (penarikan contoh secara bertujuan) pada beberapa desa
di lokasi penelitian. Proses pemilihan desa lokasi studi diawali dengan eksplorasi
informasi dari berbagai sumber, baik literatur, kunjungan singkat ke lapangan, dan
pemanfaatan data/informasi dari instansi terkait langsung dalam pengelolaan
tanaman hutan spesifik lokal dalam hal ini adalah tanaman gaharu. Desa sampel
yang dipilih adalah Desa Pekan Bohorok Kecamatan Bohorok dan Desa Limau
Kayu Kecamatan Salapian.
Sampel responden
Responden kasus dalam penelitian ini adalah kepala keluarga (KK) pemilik
tanaman hutan spesifik lokal pada desa sampel terpilih dan juga pencari gaharu di
hutan alam. Responden kasus diambil secara acak sederhana (simple random
sampling), dengan jumlah responden berdasarkan kebutuhan. Responden kunci
(key informan) adalah pejabat pemerintah di instansi terkait, dan tokoh masyarakat..
Teknik dan Tahapan Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan secara langsung di lapangan (daerah terpilih
sebagai lokasi penelitian). Tahapan yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah
sebagai berikut:
1. Identifikasi dan inventarisasi tanaman gaharu yang dibudidayakan masyarakat
dan juga tanaman gaharu yang terdapat di hutan alam di lokasi penelitian.

Universitas Sumatera Utara

2. Melakukan observasi dan analisis pengelolaan tanaman gaharu yang ada di
lapangan untuk memperoleh informasi mengenai proses pengelolaannya.
3. Wawancara dan diskusi dengan menggunakan kuesioner terhadap pelaku
(aktor) utama yang mewakili dan para pihak pemangku kepentingan dalam
pengelolaan tanaman gaharu.
4. Keseluruhan data baik primer maupun sekunder, selanjutnya di edit dan
ditabulasikan sesuai dengan kebutuhan sebelum dilakukan pengolahan dan
analisis data.
Teknik untuk memperoleh informasi dan data dari responden dilakukan
dengan wawancara dan pengukuran langsung di lapangan. Informasi yang
diperoleh dari setiap responden meliputi:
a. Identifikasi diri responden
b. Luas lahan yang digunakan untuk tanaman Gaharu
c. Jenis kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan tanaman gaharu atau
teknis budidayanya (penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan
pemanenan)
d. Kebutuhan input untuk kegiatan budidaya tanaman gaharu dan harga input
yang digunakan
e. Metode penjulan hasil gaharu yang dilakukan petani dan harga jualnya.
f. Potensi tanaman gaharu yang dibudidayakan yang meliputi jenis, sebaran
diameter, tinggi pohon, luas bidang dasar, dan volume tegakan.
g. Informasi dari pencari gaharu di hutan alam.

Universitas Sumatera Utara

Pengumpulan data primer yaitu penutupan lahan adalah dengan melakukan
inventarisasi dan teknik sampling terhadap tanaman gaharu yang dikelola
masyarakat. Teknik sampling yang digunakan adalah stratifikasi, dan metode
pengambilan contohnya sistematik dengan awal acak. Dilakukan pengukuran
vegetasi meliputi tinggi, diameter dan jumlah individu pada. Adapun bentuk petak
contoh untuk pengukuran data vegetasi berupa lingkaran dengan ukuran 0.1 ha yang
diletakkan secara purposive.
Metote penghitungan volume tegakan
Kegiatan dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai Potensi
Pengembangan tanaman Gaharu (A. malaccensis).
Jumlah pohon penyusun tanaman gaharu dapat diperoleh dari hasil
inventarisasi untuk setiap tanaman gaharu. Lbds tegakan dapat dihitung dengan
rumus berikut:
Lbds = 0,25 x π x Di2
Dimana:
Lbds

: Luas bidang dasar tegakan (m2)

Di

: Diameter batang (tinggi pengukuran 1,3 m) untuk pohon jenis i (m)
Penghitungan volume tegakan berdiri tanaman Gaharu dapat dihitung

dengan rumus berikut (Widayati dan Riyanto, 2005):
Vi = Lbds x ti x fi
Dimana:
Vi

: Volume pohon jenis i (m3)

ti

: Tinggi total pohon jenis i (m)

fi

: Bilangan bentuk pohon i (jati: 0,6 dan jenis lainnya: 0,7)

Universitas Sumatera Utara

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Desa Pekan Bohorok
Letak dan luas wilayah
Penelitian gaharu dengan sistem budidaya oleh masyarakat dilakukan di
kecamatan Bohorok tepatnya di Desa Pekan Bohorok Kabupaten Langkat yang
berjarak 73 km dari Ibu Kota Kabupaten yaitu Stabat. Kabupaten Langkat terletak
antara 3° 14’ – 4° 13’ L U dan 97°52’ – 98° 45’ B T dengan luas wilayah 626.329
Ha atau sekitar 6.263,29 Km². Kecamatan Bohorok memiliki luas wilayah sekitar
95.100 ha dan untuk Pekan Bohorok memiliki luas wilayah sekitar 6.250 ha. Desa
Pekan Bohorok berbatasan dengan empat desa yaitu sebagai berikut :
Sebelah Barat

: Desa Timbang Lawan

Sebelah Timur

: Desa Empus

Sebelah Utara

: Kampung Baru/ Kebun Bungara

Sebelah Selatan

: Laudamak

Penduduk
Penduduk yang ada di Kecamatan Bohorok berjumlah sekitar 48.829 jiwa
yang terdiri dari 23.855 jiwa Laki-laki dan 24.971 jiwa perempuan, sedangkan di
Desa Pekan Bohorok berjumlah sekitar 3.722 jiwa yang terdiri dari 1.805 laki-laki
dan 1.927 perempuan. Pada umumnya pekerjaan masyarakat Pekan Bohorok adalah
Petani karet, sawit dan padi. Penduduk Pekan Bohorok sebagian besar suku melayu,
karo dan juga jawa dengan pendidikan terakhir rata-rata SLTP dan SLTA.

Universitas Sumatera Utara

Gambaran Umum Gaharu di Desa Pekan Bohorok
Dari pengamatan yang dilakukan, diperoleh data mengenai gambaran umum
dari pohon gaharu di Desa Pekan Bohorok bahwa pada saat ini terdapat areal
tanaman gaharu seluas 1 ha dengan populasi tanaman sekitar 1.000 batang dan
diantaranya sudah diinokulasi sebanyak 24 batang sejak tahun 2006 dan pada tahun
2008 ini sedang berlangsung kegiatan penginokulasian sebanyak 200 batang
tanaman gaharu. Sampai saat ini dari sekitar 1.000 batang pohon gaharu tersebut
belum ada yang dipanen. Kondisi tegakan tanaman gaharu pada lahan masyarakat
dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Tegakan Gaharu di Lahan Masyarakat ( Foto Oleh: Gusman, 2008 )

Gambaran Umum Gaharu di Hutan Alam Desa Limau kayu
Penelitian gaharu yang ada di hutan alam dilaksanakan di Desa Limau kayu
Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat untuk mengetahui potensi gaharu yang
hidup di hutan alam. Desa Limau kayu terletak di Kecamatan Salapian Kabupaten
Langkat yang berjarak 55 km dari Stabat. Kecamatan Salapian memiliki luas
wilayah sekitar 46.990 ha sedangkan luas wilayah Desa Limau Kayu yaitu sekitar
2.850 ha.

Universitas Sumatera Utara

Desa Limau kayu berbatasan dengan empat desa yaitu sebagai berikut :
Sebelah barat

: Tambunan

Sebelah Timur

: Desa Gotong Royong

Sebelah Selatan

: Kampung Telko

Sebelah Utara

: Kota Baru

Di Desa Limau Kayu Kecamatan Salapian dalam kurun waktu 10 tahun
terakhir terdapat ratusan batang pohon gaharu. Berdasarkan pengamatan
di lapangan terdapat 21 batang gaharu, sebelumnya banyak masyarakat yang
mengetahui terdapatnya gaharu yang tumbuh di hutan secara tersebar dan akhirnya
di tebang habis untuk mendapatkan gubal gaharu tersebut, padahal gaharu yang
ditebang belum tentu sudah terbentuk gubal. Gaharu di Desa Limau Kayu
berdiameter antara 3 cm sampai 57 cm tumbuh pada lahan milik masyarakat secara
liar ( tumbuh sendiri ). Gaharu yang tumbuh secara liar pada lahan masyarakat ini
pada awalnya dibiarkan tanpa perlakuan inokulasi, namun karena lambatnya
terbentuk gubal pada batang maka dilakukan inokulasi pada batang yang
berdiameter diatas 10 cm. Kondisi tegakan hutan tanaman gaharu di hutan alam
dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Tegakan Gaharu di Hutan Alam ( Foto Oleh: Gusman, 2008 )

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejarah Budidaya Gaharu ( A. malaccensis ) di Kabupaten Langkat
Pengetahuan Tentang Gaharu
Pertama kali mengetahui informasi tentang pembudidayaan gaharu menurut
beberapa masyarakat Desa Pekan Bohorok yang tergabung dalam kelompok tani
Aroma Perdana ( Gemagahan ) bahwa informasi pembudidayaan gaharu diperoleh
dari membaca suatu majalah setelah awalnya melihat masyarakat mencari gaharu di
alam yang semakin hari sangat susah diperoleh dan belum maraknya
pembudidayaan untuk mnginokulasi Gaharu.
Melihat cukup besarnya nilai ekonomis yang dihasilkan dari tanaman gaharu
dan semakin sulitnya mendapatkan gaharu di hutan maka timbul keinginan salah
seorang masyarakat untuk mengetahui bagaimana mendapatkan gaharu dengan
sistem budidaya. Masyarakat Bohorok pada umumnya menganggap bahwa gaharu
hanya bisa di dapatkan di alam dan tidak bisa di budidayakan serta belum yakin
akan hasil yang akan dicapai bila dilakukan penginokulasian tanaman gaharu secara
budidaya ini. Mungkin setelah melihat adanya keberhasilan dari pembudidayaan
gaharu ini maka diharapkan dapat memberikan angin segar bagi masyarakat luas
untuk dapat membudidayakan gaharu (A. malaccensis ).
Pencari Gaharu di Hutan
Pada tahun 1990-an banyak masyarakat yang berasal dari luar daerah
Langkat yang mencari gaharu di Kabupaten Langkat secara berkelompok dan
biasanya mereka menghabiskan waktu selama 1 sampai 2 minggu di hutan dengan
membawa bekal makanan selama berada di hutan, bila bernasib baik maka mereka

Universitas Sumatera Utara

dapat meraih rejeki yang sangat baik dan tidak jarang pula pulang dengan tangan
kosong tanpa membawa gaharu. Pendatang luar ini berasal dari Sumatera Barat,
Karo dan lain-lain yang akhirnya menetap di Pekan Bohorok.
Gaharu yang terdapat di alam biasanya dicari oleh masyarakat ke hutan yang
berjarak sekitar 20-35 km dari Desa Pekan Bohorok. Masyarakat yang mencari
gaharu di hutan terdiri dari beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri
dari 3 sampai 5 orang dan membawa bekal yang cukup untuk kebutuhan selama di
hutan, perjalanan yang ditempuh rata-rata 2 sampai 3 hari. Masyarakat pergi
mencari gaharu di hutan alam dalam jangka waktu satu sampai dua bulan sekali,
dan pada saat ini tidak rutin dilakukan karena sulitnya mendapatkan gaharu sebagai
akibat menurunnya jumlah gaharu di hutan.
Teknik pengambilan gaharu di hutan yang dilakukan oleh masy