20
2.10 Penelitian Terdahulu
Rejekiningsih 2011 dengan judul penelitian : Identifikasi Faktor Penyebab Kemiskinan Dari Dimensi Kultural. Hasil penelitian menunjukkan : 1.
Ciri-ciri warga miskin di Kota Semarang antara lain, kepala rumah tangga sebagian besar berpendidikan rendah tamat SD dan mempunyai pekerjaan
sebagai buruh, serta mempunyai tanggungan sebanyak 3 jiwa. 2. Terjadi ketidakmerataan dalam bantuan distribusi bantuan kepada warga miskin. Hal ini
terindentifikasi dengan ditemukannya sekitar 26 persen warga miskin tidak pernah menerima bantuan jenis apapun selama dua tahun terakhir. 3. Warga miskin di
Kota Semarang memiliki orientasi nilai budaya dan sikap mental yang positif dalam memandang hakekat hidup, hakekat karya, hakekat waktu, hakekat
hubungan dengan alam semesta dan sesama manusia. Astika 2010 yang berjudul : Budaya Kemiskinan di Masyarakat
Tinjauan Kondisi Kemiskinan dan Kesadaran Budaya Miskin di Masyarakat. Hasil peneliannya menunjukkan : Teori-teori yang berkembang dan
dikembangkan oleh para ahlinya, lebih banyak menyatakan bahwa kemiskinan adalah dampak dari masalah kependudukan khususnya migrasi desa-kota yang
tidak terkendali. Kemiskinan dan kebudayaan kemiskinan terbentuk dari suatu situasi, yang mengelompokkan masyarakat dalam dua kategori, yaitu miskin dan
tidak miskin. Selain itu, kebudayaan kemiskinan membuat sebuah kategorisasi dengan ciri-ciri khusus, dan juga dampak yang ditimbulkannya pada kelompok
miskin tersebut. Kebudayaan kemiskinan merupakan adaptasi dan penyesuaian oleh sekelompok orang pada kondisi marginal mereka, tetapi bukan untuk
21 eksistensinya karena sejumlah sifat dan sikap mereka lebih banyak terbatas pada
orientasi kekinian dominannya sikap rendah diri, apatis, dan sempitnya pada perancanaan masa depan
.
Purwandari 2011 dengan judul penelitian : Respon Petani Atas Kemiskinan Struktural Kasus Desa Perkebunan dan Desa Hutan. Dengan hasil
penelitian bahwa dalam konteks Desa Perkebunan dan Desa Hutan, kemiskinan diciptakan melalui paradigm pengelola sumber daya alam yang tidak berbasisi
masyrakat lokal. Paradigma yang dipilih pemerintah tersebut member peluang kaum kapitalis untuk semakin kokoh menancapkan kekuasaan nya diatas posisi
masyrakat. Dalam berbagai bentuknya kondisi tersebut menghasilkan keterpurukan dikalangan petani. Respon yang muncul akibat tersebut adalah
penggalangan kekuatan yang dilakukan anggota komunitas melalui peran kelompok elit.
Karmana 2011 dengan judul penelitian : Analisis faktor-faktor penyebab kemiskinan Petani. Dengan judul penelitian : 1 Karakteristik petani miskin di
Kecamatan Kupang Timur adalah tingkat pendidikan renda mayoritas SD sehingga menghambat penerapan teknologi modern dan akhirnya petani
berpendapatan rendah sehingga tingkat kesejahteraan juga rendah, 2 faktor- faktor penyebab kemiskinan petani di kecamatan Kupang Timur yang dominan
yaitu faktor geografi dan lingkungan dimana luas lahan kepemilikan dan akses pasar memberikan pengaruh yang sangat besar bagi kemiskinan petani yakni
82,5 petani dipedesaan diikuti faktor ekonomi sebesar 51 serta faktor sosial
22 dan budaya mempengaruhi kemiskinan sebesar 3,2, pendapatan memberikan
pengaruh sebesar 34,4 terhadap kemiskinan dikecamatan Kupang Timur. Kaplale 2012, dengan judul penelitian : Faktor-faktor yang mepengaruhi
tingkat kemiskinan di kota Ambon studi kasus di dusun Kranjang desa Waiyame kecamatan Teluk Ambon Baguala Kota Ambon. Dengan hasil penelitian : 1
Besarnya jumlah pendapatan pada lokasi penelitian pada dusun Kranjang desa Waiyame adalah Rp 369.057.000 per-tahun. 2 Besarnya jumlah pengeluaran
pada lokasi penelitian pada dusun Kranjang desa Waiyame adalah Rp 306.840.500 per-tahun. 3 Berdasarkan pendekatan objektif yang dilihat dari
garis kemiskinan pengeluaran versi BPS ditemukan sekitar 28KK tergolong rumah tangga miskin, dilihat dari garis kemiskinan pendapatan ditemukan 28 KK
tergolong rumah tangga miskin, 4 Faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan pada rumah tangga di Dusun Kranjang Desa Waiyame dan Desa Waiheru adalah
a menurunnya produktivitas tanaman, b lapangan kerja yang sulit didapat, c rendahnya tingkat pendidikan kepala keluarga, d ketergantungan masyarakat
terhadap alam dan kondisi yang ada, e biaya dalam proses ritual adat. f terbatasnya akses terhadap modal uang tunai.
2.11 Kerangka Berpikir