Pengaruh Bio Va-Mikoriza Dan Pemberian Arang Terhadap Jamur Fusarium oxysporum Pada Tanaman Cabai (Capsicum Annum) Di Lapangan

(1)

PENGARUH BIO VA-MIKORIZA DAN PEMBERIAN ARANG TERHADAP

JAMUR Fusarium oxysporum f.sp capsici PADA TANAMAN

CABAI (Capsicum annum L.) DI LAPANGAN

SKRIPSI Oleh :

M. HANAFI SINAGA 060302007

HPT

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENGARUH BIO VA-MIKORIZA DAN PEMBERIAN ARANG TERHADAP

JAMUR Fusarium oxysporum f.sp capsici PADA TANAMAN

CABAI (Capsicum annum L.) DI LAPANGAN

SKRIPSI OLEH:

M. HANAFI SINAGA 060302007

HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Depatemen Hama dan Penyakit Tumbhan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh: Komisi pembimbing

(Ir.Lahmuddin Lubis, MP) (Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Ag)

Ketua Anggota

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRACT

M. Sinaga Hanafi, "The Effect of Bio Va-mycorrhizal Charcoal And Ganting Of Plant Fungus Fusarium oxysporum At Chilli (Capsicum annum) In the Field" under the guidance Lahmuddin Pinem Iskandar Lubis and Mukhtar. Research conducted at the Experiment Garden Fruit Berastagi, Karo District. This study uses a factorial randomized block design consisting of two factors namely mycorrhizal factor (10, 20, 30, g / Polybag) and Charcoal factor with 12 treatment combinations and three replications. The results showed an attack percentage of Fusarium oxysporum disease are highest in the treatment of M0, ie, without using mycorrhizae, amounting to 28.21% and the lowest M3 (mycorrhiza 30 g) of 2.12%. Charcoal and factors against the percentage of Fusarium oxysporum significantly different attacks on A0 (without treatment) amounted to 15.39% and the lowest A2 (Palm Shell Charcoal) of 9.13%, the lowest attack symptoms present in combination M3A2 (30 gams per mycorrhiza by shell charcoal palm oil) by 0.71%.


(4)

ABSTRAK

M. Hanafi Sinaga, “Pengaruh Bio Va-Mikoriza Dan Pemberian Arang Terhadap Jamur Fusarium oxysporum Pada Tanaman Cabai (Capsicum Annum) Di Lapangan” dibawah bimbingan Lahmuddin Lubis dan Mukhtar Iskandar Pinem. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Tanaman Buah Berastagi, Kabupaten Karo. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial terdiri dari 2 faktor yakni faktor Mikoriza (10, 20, 30, g/Polybag) dan faktor Arang dengan 12 kombinasi perlakuan dan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan Persentase serangan penyakit Fusarium oxysporum tertinggi terdapat pada perlakuan M0 yaitu tanpa menggunakan Mikoriza, sebesar 28,21% dan yang terendah M3 (Mikoriza 30 g) sebesar 2,12%. Dan Faktor Arang terhadap persentase serangan Fusarium oxysporum berbeda nyata pada A0 (tanpa perlakuan) sebesar 15,39 % dan yang terendah A2 (Arang Cangkang Kelapa Sawit) sebesar 9,13 % , gejala serangan terendah terdapat pada kombinasi M3A2 (mikoriza 30g dengan arang cangkang kelapa sawit) sebesar 0,71 %.


(5)

RIWAYAT HIDUP

’Muhammad Hanafi Sinaga’ Lahir di Desa Marjanji, Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai, 20 Januari 1987 anak dari Bapak K. Sinaga dan Ibu Sriwati Nasution. Penulis merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah:

- Tahun 1999 lulus dari SD Negeri No 102117, Serdang Bedagai

- Tahun 2002 lulus dari SLTP Negeri 2 Sipispis, Serdang Bedagai

- Tahun 2005 lulus dari SMA Negeri 1 Sipispis, Serdang Bedagai

- Tahun 2006 diterima sebagai mahasiswa di Departemen Hama dan

Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian, USU, Medan melalui jalur SPMB (seleksi penerimaan mahasiswa baru).

Kegiatan akademis yang diikuti penulis adalah sebagai berikut

- Anggota Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman (IMAPTAN) tahun

2006-2010

- Pengurus Komunitas Muslim HPT (KOMUS) 2006-2007

- Asisten Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Periode 2009-2010

- Asisten Laboratorium Mikrobiologi Pertanian periode 2009-2010

- Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) tahun 2008-2009

- Melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL di PTPN IV Kebun Bah

Jambi pada bulan Juni-Juli 2010

- Melaksanakan Penelitian di Kebun Percobaan Tanaman Buah Berastagi


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skirpsi ini adalah “PENGARUH BIO VA-MIKORIZA DAN PEMBERIAN ARANG TERHADAP JAMUR Fusarium oxysporum f.sp capsici PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annum) DI LAPANGAN”. Merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar di Departem sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Ir. Lahmuddin Lubis, MP selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Muchtar Iskandar Pinem, M.Ag selaku anggota komisi pembimbing dan juga kepada Alm. Ir. Kasmal Arifin, Msi yang telah banyak membantu serta ucapan terima kasih kepada keluarga yang telah memberikan dukungan serta semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tulisan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu.

Medan, juni 2011


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Hipotesa Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyebab Penyakit F.oxysporum ... 4

Daur Hidup Penyakit ... 5

Gejala Serangan ... 6

Faktor-faktor yang Mempenaruhi ... 7

Pengendalian Penyakit... 7

Bio VA-mikoriza ... 7

Arang ... 13

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

Bahan dan Alat ... 15

Metode Penelitian ... 15

Pelaksaan Penelitian Penyediaan Sumber Inokulum ... 17

Persiapan Benih ... 18

Persiapan tempat penyemaian ... 18

Penyemaian ... 19

Persiapan Media Tanam ... 19


(8)

Inokulasi Fusarium oxysporum ... 20

Pemeliharaan tanaman ... 20

Peubah Amatan ... 21

Persentase Serangan (%) Fusarium oxysporum... 21

Produksi ... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan Bio VA-Mikoriza terhadap Fusarium oxysporum ... 22

Persentase Serangan Pengaruh pemberian Bio VA-Mikoriza terhadap Persentase Serangan (%) F. Oxysporum ... 22

pengaruh Arang (A) Terhadap intensitas Serangan (%) F. Oxysporum ... 24

Pengaruh Faktor Interaksi perlakuan Mikoriza (M) dengan Arang (A) Terhadap Persentase Serangan (%)F. Oxysporum .... 26

Produksi Tanaman Pengaruh Bio VA-Mikoriza Terhadap Produksi Cabai (g/plot .. 29

Pengaruh Arang terhadap Produksi Cabai (g/plot) ... 31

Pengaruh Interaksi Perlakuan Mikoriza (M) dengan Arang (A) Terhadap Produksi Cabai (g/Plot) ... 32

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 35

Saran ... 35 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal 1. Uji Rataan Persentase Serangan (%) F. Oxysporum faktor

Mikoriza (M) untuk setiap pengamatan ... 22 2. Uji Rataan Persentase Serangan (%) F. oxysporum factor Arang (A)

untuk setiap waktu Pengamatan ... 24 3. Uji Rataan Persentase Serangan (%) F. oxysporum pada factor

Interaksi Perlakuan Mikoriza (M) dengan Arang (A) untuk setiap

waktu pengamatan ... 26 4. Uji Rataan Produksi Cabai pada Perlakuan Mikoriza (M) ... 30 5. Uji Rataan Produksi Cabai pada beberapa Arang (A) ... 31 6. Uji rataan Produksi cabai pada factor interaksi perlakuan


(10)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal 1. Fusarium oxysporum ... 5 2. Gejala serangan layu Fusarium pada tanaman cabai ... 6 3. Glomus sp ... 8 4. Histogam Pengaruh Pemberian Mikoriza terhadap Intensitas

Serangan (%) F. oxysporum untuk setiap waktu pengamatan ... 23 5. Histogam Persentase Serangan (%) F. oxysporum pada cabai dengan

perlakuan arang (A) untuk setiap waktu pengamatan ... 25

6. Histogam Persentase Serangan (%) F. Oxysporum pada Faktor Perlakuan Mikoriza (M) dengan Arang (A) untuk setiap waktu Pengamatan ... 27

7. Histogam rataan Produksi Cabai (g/plot) pada Perlakuan Mikoriza (M)n... 30 8. Histogam Rataan Produksi Cabai (g/plot) pada Arang (A) ... 32 9. Histogam rataan produksi cabai pada faktor interaksi perlakuan


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal

1. Bagan Penelitian ... 39

2. Bagan Tanaman Sampel ... 40

3. Data Persentase Serangan F. oxysporum pada 2 msi ... 41

4. Data Persentase Serangan F. oxysporum pada 3 msi ... 43

5. Data Persentase Serangan F. oxysporum pada 4 msi ... 45

6. Data Persentase Serangan F. oxysporum pada 5 msi ... 47

7. Data Persentase Serangan F. oxysporum pada 6 msi ... 50

8. Data Persentase Serangan F. oxysporum pada 7 msi ... 53

9. Data Persentase Serangan F. oxysporum pada 8 msi ... 57

10. Data Rataan Produksi Cabai (g/plot)... 61

11. Foto Penelitian ... 65


(12)

ABSTRACT

M. Sinaga Hanafi, "The Effect of Bio Va-mycorrhizal Charcoal And Ganting Of Plant Fungus Fusarium oxysporum At Chilli (Capsicum annum) In the Field" under the guidance Lahmuddin Pinem Iskandar Lubis and Mukhtar. Research conducted at the Experiment Garden Fruit Berastagi, Karo District. This study uses a factorial randomized block design consisting of two factors namely mycorrhizal factor (10, 20, 30, g / Polybag) and Charcoal factor with 12 treatment combinations and three replications. The results showed an attack percentage of Fusarium oxysporum disease are highest in the treatment of M0, ie, without using mycorrhizae, amounting to 28.21% and the lowest M3 (mycorrhiza 30 g) of 2.12%. Charcoal and factors against the percentage of Fusarium oxysporum significantly different attacks on A0 (without treatment) amounted to 15.39% and the lowest A2 (Palm Shell Charcoal) of 9.13%, the lowest attack symptoms present in combination M3A2 (30 gams per mycorrhiza by shell charcoal palm oil) by 0.71%.


(13)

ABSTRAK

M. Hanafi Sinaga, “Pengaruh Bio Va-Mikoriza Dan Pemberian Arang Terhadap Jamur Fusarium oxysporum Pada Tanaman Cabai (Capsicum Annum) Di Lapangan” dibawah bimbingan Lahmuddin Lubis dan Mukhtar Iskandar Pinem. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Tanaman Buah Berastagi, Kabupaten Karo. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial terdiri dari 2 faktor yakni faktor Mikoriza (10, 20, 30, g/Polybag) dan faktor Arang dengan 12 kombinasi perlakuan dan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan Persentase serangan penyakit Fusarium oxysporum tertinggi terdapat pada perlakuan M0 yaitu tanpa menggunakan Mikoriza, sebesar 28,21% dan yang terendah M3 (Mikoriza 30 g) sebesar 2,12%. Dan Faktor Arang terhadap persentase serangan Fusarium oxysporum berbeda nyata pada A0 (tanpa perlakuan) sebesar 15,39 % dan yang terendah A2 (Arang Cangkang Kelapa Sawit) sebesar 9,13 % , gejala serangan terendah terdapat pada kombinasi M3A2 (mikoriza 30g dengan arang cangkang kelapa sawit) sebesar 0,71 %.


(14)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (solanaceae). Keluarga ini diduga memiliki sekitar 90 genus dan sekitar 2.000 spesies yang terdiri dari tumbuhan herba, semak, dan tumbuhan kerdil lainnya. Dari banyaknya spesies tersebut, hampir dapat dikatakan sebagian besar merupakan tumbuhan negeri tropis. Namun yang dapat dimanfaatkan hanya beberapa spesies saja. Di antaranya adalah kentang (Solanum tuberosum), cabai (Capsicum annum), dan tembakau (Nicotiana tabacum) (Setiadi, 2005).

Daerah sentra penanaman cabai di Indonesia tersebar mulai dari sumatera Utara sampai Sulawesi Selatan. Di daerah Sumatera utara meliputi: Langkat, Deli Sedang, tanah Karo, Simalungun, tapanuli Selatan. Daerah tersebut masih menerapkan system budidaya yang bersifat tradisional. Hanya mengandalkan populasi tanaman yang tinggi tanpa diimbangi dengan penerapan teknologi (Prajnanta , 1998).

Tanaman cabai sudah lama dikenal oleh masyarakat sebagai pemberi rasa pedas pada masakan atau makanan.oleh karena itu, tanaman ini menjadi identik dengan rasanya yang pedas. Cabai digolongkan menjadi cabai besar (Capsicum

annum) dan cabai kecil (Capsicum frutescens) yang lebih dikenal dengan cabai

rawit (Setiawan, 1995).

Tanaman cabai banyak diserang oleh hama dan penyakit. Baik di persemaian sampai ditanam ke lapangan. Salah satu penyakit yang menyerang adalah penyakit Fusarium oxysporum. Cara pengendalian yang paling baik tidak


(15)

hanya memperhatikan kepada pengendalian satu atau beberapa jenis hama dan penyakit, tetapi sebaiknya harus dengan cara pengelolaan tanaman secara terpadu (Sutarno, 1995).

Penggunaan agen biologi sebagai pengendali patogen tular tanah memerlukan kondisi tanah yang cukup mendukung. Menurut Kobayashi dan Branch (1989) dalam Hersanti (1997), kombinasi perlakuan antara jamur MVA dengan arang cangkang kelapa sawitpada tanaman ketimun lebih aktif dalam menekan layu Fusarium oxysporum f.sp. cucumberinum, Rhizoctonian solani,

Pythium spp.

VA-Mikoriza adalah jamur yang hidup bersimbiosis saling menguntungkan

dengan akar tanaman. Bio VA-Mikoriza dapat membantu dan mempermudah akar

tanaman dalam menyerap mineral dan unsur hara dari dalam tanah (Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, 2006).

Sehubungan dengan uraian diatas, untuk mengetahui lebih lanjut dalam menekan serangan jamur Fusarium oxysporum sp. maka perlu diadakan suatu penelitian untuk mengendalikan penyakit ini di lapangan pada tanaman cabai.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh Bio VA-Mikoriza dan pemberian beberapa jenis

arang terhadap jamur Fusarium oxysporum pada tanaman Cabai

2. Untuk mengetahui jenis arang yang efektif dalam membantu pertumbuhan Bio

VA-Mikoriza untuk menekan jamur Fusarium oxysporum pada tanaman Cabai

3. Untuk mengetahui interaksi Bio VA-mikoriza dengan arang dalam menekan


(16)

Hipotesis Penelitian

Arang dapat meningkatkan pertumbuhan Bio VA-Mikoriza dalam menekan pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum sp.

Kegunaan Penelitian

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di

Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan


(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Penyebab Penyakit

Menurut Agios (1996), Penyakit layu Fusarium dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisio

Kelas

Ordo : Hypocreales

Famili

Genus : Fusarium

Spesies : Fusarium oxysporum f.sp capsici

Fusarium sp. menghasilkan 3 jenis spora. Mikrokonidia tidak berwarna,

bersel tunggal, berbentuk bulat dengan panjang 6-15 µ m dan berdiameter 3-5 µm. Makrokonidia berbentuk bulan sabit, tidak berwarna, mempunyai 3-5 sekat, masing-masing panjangnya 30-50 µ m dan berdiameter 2-5 µ m. Klamidospora halus, berbentuk bola, bersel tunggal yang menghasilkan miselium yang tua dan rata-rata berdiameter 10 µm. Ketiga jenis spora tersebut merupakan patogen tular tanah yang akan menginfeksi tanaman. Setelah mengadakan infeksi, tanaman akan mati kemudian jamur dan spora tersebut akan tetap berada di dalam tanah

dimana jamur dapat bertahan pada jangka waktu yang tidak terbatas (Lucas, et al., 1985).

Konidiofor dapat bercabang dan dapat tidak, dan membawa monofialid. Mikrokonidia bersepta 0-2, terbentuk lateral pada fialid yang sederhana, atau terbentuk pada fialid yang terdapat pada konidiofor bercabang pendek, umumnya


(18)

terdapat dalam jumlah banyak sekali terdiri dari aneka bentuk dan ukuran,

berbentuk ovoid-elips sampai silindris, lurus atau sedikit membengkok (Gandjar, dkk., 1999).

Gbr. 1. Fusarium oxysporum (a. Konidiofor , b. Makrokonidia, c. Klamidospora, d. Mikrokonidia)

Sumber: http://ipm.illinois.edu/diseases/series900/Diakses tanggal 22 April 2010

Daur Hidup Penyakit

Patogen penyebab layu Fusarium, dapat menginfeksi tanaman melalui biji yang terkontaminasi atau pencangkokan tanaman yang terinfeksi. Jamur ini dapat menginfasi tanaman melewati sistem serabut akar dan mengganggu proses pengambilan air dan mineral pada tanaman. Perkembangan infeksi dan penyakit

layu Fusarium, didukung oleh suhu tanah yang hangat (80 ºF) dan kelembapan

tanah yang rendah (Cahyono, 2008).

Inokulum patogen dapat masuk melalui akar dengan penetrasi langsung atau melalui luka, didalam jaringan tanaman, patogen dapat berkembang secara interseluler dan intraseluler (Winarsih, 2007).

Jamur F. oxysporum aktif pada suhu antara 25 dan 32 °C. Karena jamur menghasilkan spora istirahat (chlamydospores), jamur dapat bertahan hidup di


(19)

dalam tanah tidak terbatas bahkan bila tidak ada tanaman inang tumbuh. Tanah asam (pH 5,0 - 5,6) dan amonium nitrogen (amonium nitrat dan urea) mempercepat perkembangan penyakit (Varela and Seif, 2004).

Gejala Serangan

Gejala serangan yang diamati secara visual adalah tanaman dewasa layu. Tanaman biasanya layu mulai dari daun bagian bawah dan anak tulang daun menguning. Setelah infeksi daun-daun tanaman memucat, gejala tersebut menjalar sampai 2 cm di atas permukaan tanah. Tanaman dapat menjadi layu sepihak (Semangun, 2000).

Gejala layu Fusarium ditandai dengan menguningnya daun yang lebih tua kemudian berubah menjadi kecoklatan dan layu tanaman akan merambat dan

diikuti dengan runtuhnya tanaman. Jika batang yang terinfeksi dibelah jaringan vaskular menunjukkan perubahan warna cokelat (Varela and Seif, 2004).

Gbr.2. Gejala serangan layu Fusarium pada tanaman cabai Sumber:


(20)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Pada suhu yang tinggi umumnya tanaman lebih stres dan lebih rentan terhadap F. oxysporum. Walaupun sulit untuk mengatakan bahwa perubahan iklim yaitu peningkatan suhu merupakan satu-satunya penyebab peningkatan status perkembangan penyakit layu Fusarium (Wiyono, 2007).

Perkembangan penyakit dibantu oleh cuaca yang lembab. Selama musim hujan banyak terjadi infeksi baru. Penyakit busuk pangkal batang banyak terdapat di kebun-kebun yang terlalu rapat dan drainase yang kurang baik. Semakin tua, penyakit semakin banyak (Semangun, 2000).

Pengendalian

Cara pengendalian penyakit layu fusarium adalah dengan penanaman jenis tanaman yang tahan. Beberapa usaha untuk mengendalikan penyakit dengan fungisida tidak memberikan hasil yang memuaskan. Tetapi diberitakan bahwa pencelupan akar benomyl 1.000 ppm memberikan hasil yang baik. Usaha untuk mengendalikan penyakit dengan meningkatkan suhu tanah dengan mulsa plastik memberikan banyak harapan, namun masih memerlukan banyak penelitian untuk dapat dianjurkan dalam praktek (Semangun, 2000).

Bio VA-Mikoriza

Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara jenis jamur tertentu dengan perakaran tanaman. Jamur ini tidak membentuk selubung yang padat, namun membentukmiselium yang tersusun longgar pada permukaan akar.


(21)

jamur juga membentuk vesikula dan arbuskular yang besar di dalam sel korteks, sehingga sering disebut dengan VAM (Vesicular-Arbuscular Miccorhizal). Akar yang bermikorisa dapat memproduksi bahan atsiri yang bersifat fungistatik yang

jauh lebih banyak dibanding dengan akar yang tidak bermikorisa (Feronika, 2003).

Infeksi CMA pada akar tanaman jagung sangat dipengaruhi oleh dosis CMA atau pupuk yang diberikan. Tanpa pemberian pupuk, infeksi CMA meningkat sejalan dengan bertambahnya dosis CMA hingga 15 g/ tanaman. Hal yang sama juga terlihat pada pemberian 100% pupuk NPK, di mana infeksi akar meningkat pada pemberian CMA sampai 20 g/tanaman. Pemberian 50% pupuk NPK ditambah 5 g CMA memberikan persentase infeksi akar yang sama dengan 100% pupuk NPK ditambah 15 g CMA. Tinggi rendahnya persentase infeksi CMA pada akar tanaman jagung dipengaruhi oleh banyaknya CMA dan pupuk yang diberikan (Musfal, 2010).

Gambar 3. Glomus sp. a : Hifa ; b : Spora Sumber : Dewi (2007)

Akar tanaman yang terbungkus oleh mikoriza akan menyebabkan akar tersebut terhindar dari serangan hama dan penyakit. Infeksi patogen akar akan terhambat, disamping itu mikoriza akan menggunakan semua kelebihan karbohidrat dan eksudat akar lainnya, sehingga tercipta lingkungan yang tidak

a


(22)

cocok bagi pertumbuhan patogen. Dipihak lain, jamur mikoriza ada yang dapat melepaskan antibiotik yang dapat mematikan patogen ( Dewi A, 2007).

Bio VA-Mikoriza adalah jamur yang hidup bersimbiosis saling menguntungkan dengan akar tanaman. Bio VA-Mikoriza ini digunakan untuk membantu dan mempermudah akar tanaman menyerap mineral dan unsur hara dari dalam tanah khususnya fosfat dan air. Tanaman yang berasosiasi dengan

VA-Mikoriza lebih tahan terhadap kekeringan.

Ada 4 manfaat mikoriza yaitu :

1. Berfungsi melarutkan mineral tanah khususnya fosfat yang sangat

dibutuhkan tanaman.

2. Membantu proses penyerapan mineral dan air ke dalam akar tanaman.

3. Menghasilkan hormon pertumbuhan tanaman antimikrobial.

4. Digunakan cukup hanya sekali pada saat tanaman disemai, jumlah

VA-Mikoriza terus bertambah seiring dengan pertumbuhan tanaman.

(Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, 2006).

Salah satu pengaruh positif adanya infeksi MVA yaitu dapat meningkatkan retensi tanaman terhadap kekurangan air, anakan yang akarnya terinfeksi oleh MVA, cepat pulih dan dapat tumbuh dengan baik dalam pembibitan, hal ini disebabkan MVA mampu meningkatkan kapasitas absorbs air pada tanaman inang. mikoriza dapat meningkatkan serapan N, P dan, K. Kehadiran mikoriza pada tanah dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air, meningkatkan nilai tegangan osmotik sel-sel tanaman pada tanah yang kadar airnya cukup rendah, sehingga tanaman dapat melangsungkan kehidupannya (Tirta, 2006).


(23)

Inokulasi Mikorhiza dan rhizobium sebagai pupuk hayati pada tanah pasir dapat membantu meningkatkan kandungan dan serapan hara akar tanaman. Mikorhiza merupakan bentuk simbiosis akar tanaman dengan suatu jenis jamur. Simbiosis ini dapat menyediakan enzim fosfatase yang dapat melarutkan fosfat tak tersedia dalam mineral-mineral sekunder menjadi bentuk fosfat tersedia bagi tanaman. Hifa-hifa mikorhiza juga dapat menambah daerah penyerapan bulu-bulu akar untuk ketersediaan hara dan air tanaman. Bakteri Rhizobium dapat meningkatkan unsur N bagi tanaman pada tanah-tanah yang kurang subur (Saptiningsih, 2007).

Cendawan mikoriza arbuskula (CMA) merupakan salah satu mikroorganisme antagonis yang dapat digunakan untuk mengendalikan pathogen tular tanah. Mekanisme perlindungan tanaman inang oleh CMA terhadap pathogen tular tanah meliputi kompetisi fotosintat, kompetisi tempat kolonisasi

dan infeksi, modifikasi morfologi akar tanaman inang serta antibiosis (Rossiana, 2009).

Mikoriza adalah simbiosis antara fungi dengan akar tanaman yang memiliki banyak manfaat dibidang pertanian, diantaranya adalah membantu meningkatkan status hara tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap

kekeringan, penyakit dan kondisi tidak menguntungkasn lainnya

(Nurbaity dkk, 2009).

Pemberian inokulum mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan tumbuhan dan kemampuan tanaman memanfaatkan nutrisi yang ada dalam tanah, terutama P, Ca, N, Cu, Mn, K, dan Mg. Kolonisasi jamur MVA dapat memperluas bidang serapan akar, berkat adanya hifa eksternal yang tumbuh dan berkembang


(24)

melebihi jangkauan bulu akar. Selain itu MVA dapat pula meningkatkan kandungan klorofil, penyerapan air, dan zat perangsang tumbuh. Terpacunya produksi substansi-substansi zat perangsang tumbuh, menjadikan tanaman lebih toleran terhadap shock, terutama untuk tanaman yang dipindahkan ke lapangan (Rompas, 1997).

Cendawan mikoriza arbuskula mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan dan proses fisiologi pada tanaman. Pengaruh dari cendawan mikoriza arbuskula terhadap tanaman sering dihubungkan dengan peningkatan serapan hara terutama posfor (Roslian dkk, 2006).

Secara alami terdapat asosiasi mikoriza antara fungi dan tanaman dalam bentuk mutualisme. Berdasarkan aspek fungsional, simbiosis mutualisme dikatakan berhasil apabila kedua simbion dapat memanfaatkan fungi simbiosis secara maksimal. Manfaat fungsional yang diperoleh FMA dapat dilihat dari adanya pembentukan arbuskula dan atau vesikula di dalam sel-sel akar serta produksi yang tinggi. Perkembangan FMA dan produksi spora membutuhkan energi yang diperoleh melalui C organik dari tanaman inang (Purnomo, 2008).

Inokulasi mikoriza meningkatkan perkecambahan biji cabai (±30%) dan mempercepat umur bibit cabai (14 hari). Artinya inokulasi mikoriza dapat mempercepat semaian cabai dan waktu tanam dilapangan. Apabila jika waktu penanaman bibit di lapangan dilakukan pada umur 5 minggu setelah semai. Bibit yang terlalu besar mengalami kesulitan beradaptasi dilapangan, maka di lapangan

tanaman yang diinokulasi mikoriza lebih banyak mati


(25)

Peningkatan ketahanan tanaman terhadap patogen juga dipengaruhi oleh adanya beberapa jamur MVA yang dapat menghasilkan antibiotik, misalnya fenol, quinone dan berbagai phytoalexine. Tanaman yang terinfeksi jamur MVA dapat memproduksi bahan atsiri yang bersifat fungistatik jauh lebih banyak dibanding dengan yang tidak terinfeksi MVA. Juga mengandung asam amino 3-10 kali lebih banyak dibanding tanaman yang tidak terinfeksi MVA. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan ketahanan melalui eksudat akar. Eksudat akar yang terinfeksi jamur MVA berbeda dengan eksudat akar yang tidak terinfeksi jamur MVA. Perubahan eksudat akar sangat mempengaruhi mikroorgainsme dalam rhizosfer dan bentuk perubahannya dapat mengakibatkan meningkatkan ketahanan tanaman, sehingga dapat menguntungkan tanaman karena tanaman dapat terhindar serangan patogen tanah. Dosis yang umum digunakan adalah sebesar 20 gam/tanaman (Soenartiningsih dan Talanea, 1997).

Aplikasi cendawan mikoriza dimungkinkan dengan cara memanfaatkan cendawan mikoriza lokal yang cocok dengan inang (pohon) yang akan diintroduksi dalam skala besar. Bibit bermikoriza lebih tahan kering daripada bibit yang tidak bermikoriza. Kekeringan yang menyebabkan rusaknya jaringan korteks, kemudian matinya perakaran, pengaruhnya tidak akan permanen pada akar yang bermikoriza. Akar bermikoriza akan cepat pulih kembali setelah periode kekurangan air berlalu. Hifa cendawan masih mampu menyerap air pada pori-pori tanah pada saat akar bibit sudah tidak mampu lagi. Selain itu penyebaran hifa di dalam tanah sangat luas, sehingga dapat memanen air relatif lebih banyak (Santoso,dkk. 2006).


(26)

Gambar 4: Diagam of a typical colony of an arbuscular mycorrhiza showing the root and penetration by the fungus (Dewi 2007)

Perkembangan kolonisasi FMA dimulai dengan pembentukan suatu apresorium pada permukaan akar oleh hifa eksternal yang berasal dari spora yang berkecambah. Apresorium tersebut masuk ke dalam akar melalui celah antar epidermis, kemudian membentuk hifa intraseluler di sepanjang epidermis akar. Setelah proses itu berlangsung, terbentuk arbuskula dan vesikula (Dewi, 2007).

Arang

Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi kebocoran udara didalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung

karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi

(Tryana dan Sarma, 2007).

Bahan baku yang berasal dari hewan, tumbuh-tumbuhan, limbah ataupun mineral yang mengandung karbon dapat dibuat menjadi arang aktif, antara lain: tulang, kayu lunak, sekam, tongkol jagung, tempurung biji kelapa sawit, tempurung kelapa, sabut kelapa, ampas penggilingan tebu, ampas pembuatan kertas, serbuk gergaji, kayu keras dan batubara (Tryana dan Sarma, 2007).


(27)

Arang cangkang kelapa sawitmempunyai kemampuan menjadi media tumbuh yang baik bagi beberapa jamur antagonis, sehingga perkembangan jamur MVA menjadi lebih baik, dan mampu menekan jamur penyebab penyakit tumbuhan (Hersanti, 1997).

Pemberian arang cangkang kelapa sawitdapat meningkatkan ketersediaan unsur hara, suasana pH tanah yang lebih sesuai, dan porositas tanah yang lebih baik, sehingga pertumbuhan dan perkembangan populasi Mikoriza lebih baik. Dosis arang cangkang kelapa sawityang diberikan untuk membantu pertumbuhan Mikoriza adalah sebesar 37,5 gam/ tanaman (Hersanti, 1997).

Sekam padi merupakan limbah pertanian yang belum dimanfaatkan secara luas dan secara umum jumlahnya cukup banyak, di berbagai daerah pertanian.

Sekam padi mengandung 11,5% air, 20,03% abu dan 44,31 selulosa. Bio

VA-Mikoriza dapat memanfaatkan selulosa sebagai sumber karbon dan energi

untuk kebutuhan hidupnya (Winarsih dan Syafrudin, 2008).

Karakteristik briket arang yang terbuat dari TKKS dan cangkang sawit sangat berbeda, seperti yang terlihat pada Tabel,

No Karakteristik Briket arang tandan kosong sawit

Briket arang cangkang sawit

1 Kadar air, % 9.77 8.47

2 Kadar abu, % 17.15 9.65

3 Kadar zat terbang, %

(volatile matter) 29.03 21.10

4 Kadar karbon terikat, %

(fixed carbon) 53.82 69.25

5 Keteguhan tekan, kg/cm2 2.10 7.82 6 Nilai kalor, kal/g 5_578.00 6_600.00


(28)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Buah Berastagi, Jl. Medan-Berastagi KM. 60. Ketinggian tempat 1.340 m dpl. Pelaksanaan dimulai bulan Desember 2010 sampai Juni 2011.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah tanaman Cabai varietas lokal, Bio VA-Mikoriza, arang cangkang kelapa sawit, arang sekam padi, PDA, tanaman

yang terserang F. oxysporum, alkohol 96 %, Clorox 0,1%, dan Aquades.

Adapun alat yang dipergunakan adalah cangkul, pisau, timbangan, erlenmeyer, petridish, gelas ukur, mikroskop, pipet tetes, jarum ose, inkubator, meteran, objek glass, pinset, bunsen, aluminium foil, cling wrap, selotip, autoclave, kukusan tanah, ayakan tanah, handsprayer dan alat tulis

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor yaitu :

Faktor 1 : Bio VA-Mikoriza (M)

M0 : Kontrol (tanpa perlakuan)

M1 : Bio VA-Mikoriza dengan dosis 10 g/tan


(29)

M3 : Bio VA-Mikoriza dengan dosis 30 g/tan

Faktor 2 : Pemberian Arang (A)

A0 : Kontrol (tanpa perlakuan)

A1 : Arang sekam padi

A2 : Arang cangkang kelapa sawit

Kombinasi Perlakuan :

M0A0 M0A1 M0A2 M2A0 M2A1 M2A2

M1A0 M1A1 M1A2 M3A0 M3A1 M3A2

Jumlah kombinasi perlakuan (tanaman) = 12

Jumlah ulangan (r) = (t-1) (r-1) ≥ 15

(12-1) (r-1) ≥ 15

11(r-1) ≥ 15

11r ≥ 15 + 11

r ≥ 26 : 11

r ≥ 2,36

r ≈ 3

Jumlah ulangan = 3

Kombinasi perlakukan : 12 perlakuan

Ulangan : 3 blok

Jumlah tanaman per plot : 4 tanaman

Jumlah plot : 36 plot


(30)

Jumlah tanaman sample seluruhnya : 144 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 144 tanaman

Jarak antara plot : 70 cm

Jarak antara blok : 100 cm

Jarak antara polibeg : 40 x 40 cm

Model linier yang digunakan adalah :

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + ∈ijk Keterangan :

Yijk = Respon tanaman yang diamati

µ = Nilai tengah umum (rataan)

αi = Pengaruh taraf ke – i dari faktor A

βj = Pengaruh taraf ke – j dari faktor B

(αβ) = pengaruh interaksi taraf ke – i dari faktor A dan taraf ke – j dari faktor B

Єijk = pengaruh sisa (galat percobaan ) taraf ke – i dari faktor A dan taraf ke–

j dari faktor B pada ulangan ke k (Sastrosupadi, 2000)

Persiapan Penelitian

Penyediaan Sumber Inokulum Fusarium oxysporum

Sumber inokulum diambil dari tanaman cabai yang terserang

F. oxysporum. Bagian tanaman yang terinfeksi dibersihkan dengan air steril, lalu


(31)

menit. Dibersihkan dengan air steril. Selanjutnya potongan tersebut dikeringkan di atas tissue dan ditanam dalam media PDA. Media tersebut disimpan dalam inkubator.

Setelah miselium F. oxysporum tumbuh, diisolasi kembali untuk mendapatkan biakan murni.

Persiapan Benih

Untuk menyiapkan benih, diperlukan buah cabai yang benar-benar masak dan sehat. Buah cabai dibiarkan menua di pohonnya, setelah itu dipetik dan dibiarkan selama dua atau tiga hari sampi buah merekah dan berair. Lalu pisahkan biji dari bagian yang lain. Cuci biji biji cabai dengan air, setelah itu keringkan. Benih yang telah kering dapat disimpan dalam wadah kaleng atau botol botol yang kering. Lalu simpan benih ditempat sejuk dan kering

Persiapan Tempat Penyemaian

Untuk menyemaikan bibit beberapa ratus batang dapat digunakan bak persemaian yang dibuat dari kayu yang murah dengan ukuran lebar 30-40 cm, panjang 50-60 cm, dan 15-20 cm. Untuk menyemaikan ribuan bibit lebih baik mempergunakan persemaian biasa. Petakan persemaian harus benar benar gembur dan ditabur kompos 1 kaleng/meter panjang. Lebar petakan cukup dengan 75 cm, dengan aluran antara petakan selebar 40 cm untuk memudahkan pemeliharaan


(32)

Penyemaian

Benih yang sudah dipersiapkan dapat langsung disemai pada tempat penyemaian yang telah disediakan. Biji yang telah tersebar itu kemudian ditutup dengan kompos, lalu disiram. Untuk menghindarkan kerusakan akibat kekeringan atau hujan, petakan ditutup dengan jerami kering atau atap. Seminggu kemudian pada semaian sudah mulai tampak daun pertama, lalu dipindahkan kedalam polibag .

Persiapan Media Tanam

Tanah top soil dan kompos yang akan digunakan 3:1 diayak terlebih dahulu. Media campuran tersebut disterilkan dengan menggunakan uap panas untuk membunuh mikroorganisme pada media tanam. Sterilisasi dilakukan

dengan menggunakan drum pengkukus pada suhu 1200 C dan tekanan 1,2 atm

selama ± 1 jam. Media yang telah dipanaskan dikeluarkan dari kukusan, lalu dikering-anginkan di atas plastik di ruangan tertutup sampai dingin. Kemudian media tanam tersebut diberi pupuk. kemudian diaduk rata. Hal ini bertujuan agar unsur hara yang diberikan merata pada masing-masing polibag.

Pemberian Arang dan Bio VA-Mikoriza

Pengaplikasian arang dilakukan pada saat pengisian tanah kedalam polibeg. Arang sekam padi dan arang cangkang kelapa sawit pada setiap perlakuan. Setelah 7 hari dilakukan pengaplikasian Bio VA-Mikoriza dengan dosis 10g, 20g dan 30g pada setiap perlakuan.


(33)

Inokulasi Fusarium oxsysporum

Biakan dari F. oxsysporum diberi aquades steril sebanyak 10 ml, kemudian miselium dari media PDA dikikis dengan menggunakan jarum ose sehingga bagian permukaan atas dari media terlepas. Lalu dishaker selama 15 menit dengan kecepatan 100-150 rpm agar media tercampur dengan larutan air. Setelah itu, suspensi disaring dengan kertas saring. Suspensi diambil 1 ml dan diteteskan di atas Haemocytometer dengan menggunakan pipet tetes. Dibiarkan ruangan Haemocytometer dipenuhi oleh suspensi jamur. Setelah merata dihitung jumlah konidia pada setiap kotak contoh yang berisi 16 kotak kecil, lalu dihitung kerapatan jamur. Kemudian suspensi tersebut diencerkan sehingga diperoleh

konidia yang diinginkan yaitu 106 konidia/liter air.

Suspensi tersebut diambil sebanyak 10 ml dan dicampurkan dengan 1 liter

air, sehingga diperoleh konsentrasi yang siap diaplikasikan yaitu 10 ml suspensi

F. oxysporum/liter air. Inokulasi F. oxysporum dilakukan dengan cara dituang

merata ke sekeliling pangkal batang.

Sebelum F. oxysporum di inokulasikan, terlebih dahulu akar tanaman dilukai karena F. oxysporum akan lebih cepat menginfeksi jika ada pelukaan.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman cabai meliputi aktifitas penyiraman dilakukan 1 kali sehari, pengajiran setelah tanaman berumur 1 bulan, pemupukan, penyiangan


(34)

Parameter Pengamatan

Persentase Serangan Fusarium oxysporum

Pengamatan dilakukan dengan mengamati tanaman cabai yang terserang jamur F. oxysporum. Pengamatan pertama dilakukan 7 hari setelah inokulasi suspensi Fusarium sp. Pengamatan dilakukan sebanyak 8 kali dengan interval 1 minggu sekali. Persentase kerusakan dihitung dengan menggunakan rumus:

a

PS = x 100% N

Dimana,

PS = persentase serangan

a = Jumlah tanaman yang terserang/perlakuan N = Jumlah tanaman/perlakuan

(Moekasan, dkk, 2000).

Produksi Cabai

Produksi mulai dihitung dari cabai siap panen, pemanenan dilakukan dengan interval 3 hari sekali, dengan menimbang berat cabai yang dipanen dari setiap plot perlakuan (kg/plot).


(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggunaan Bio-VA Mikoriza terhadap Fusarium oxysporum

Penggunaan Bio-VA Mikoriza dengan arang yang diaplikasikan dalam penelitian ini berpengaruh nyata terhadap Persentase Serangan F. oxysporum .

1. Persentase serangan Fusarium oxysporum

a. Pengaruh Pemberian Bio-VA Mikoriza Terhadap Persentase Serangan (%) F. oxysporum

Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa penggunaan mikoriza berpengaruh nyata terhadap Persentase Serangan F. oxysporum pada tanaman cabai. Persentase Serangan F. oxysporum dapat dilihat pada (Tabel 1. Lampiran 3-10).

Tabel 1. Uji Rataan Persentase Serangan (%) F. oxysporum . faktor Mikoriza (M) untuk setiap waktu pengamatan (msi).

Perlakuan Minggu setelah inokulasi(MSI)

1 MSI 2 MSI 3 MSI 4 MSI 5 MSI 6 MSI 7 MSI 8 MSI

M0 2,12 5,02 6,46 7.91a 12,86A 20,85A 27,32A 28,21A

M1 2,12 2,12 2,12 3,57b 3.57B 10,04B 15,52B 15,52B

M2 2,12 2,12 2,12 2,12b 3,57B 3,57C 3,57C 3,57C

M3 2,12 2,12 2,12 2,12b 2.12B 2.12C 2.12D 2.12D

Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf kapital yang berbeda pada kolom yang sama berbeda sangat nyata dan angka dengan notasi huruf kecil pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 1% menurut Uji Jarak Duncan.

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa Persentase Serangan (%) penyakit

F. oxysporum pada pengamatan 2 – 8 msi aplikasi mikoriza berpengaruh nyata

terhadap Persentase Serangan (%) penyakit F. oxysporum . Hasil pengamatan Persentase Serangan F. oxysporum . pada setiap waktu pengamatan mulai dari 1-8 msi dapat dilihat pada (Lampiran 3-10).


(36)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat serangan tertinggi terdapat pada aplikasi M0 yaitu 28,21 %, diikuti dengan aplikasi mikoriza dengaan dosis 10 g (M1) yaitu 15,52 %, aplikasi mikoriza dengaan dosis 20 g (M2) yaitu 2,12 %, mikoriza dengaan dosis 30 g (M3) yaitu 2,12 %. Sedangkan tingkat serangan terendah terdapat pada aplikasi mikoriza dengan dosis 30 g (M3) yaitu 2,12 %. dapat dilihat (Gambar 4) .

Gambar 4. Histogam pengaruh pemberian mikoriza terhadap persentase serangan (%) F.oxysporum . untuk setiap waktu pengamatan (MSI).

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Persentase Serangan (%)

F. oxysporum mengalami peningkatan secara bertahap dari 1 msi sampai 8 msi.

Tingginya Persentase Serangan F. oxysporum dipengaruhi oleh tidak adanya aplikasi mikoriza yang mampu meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit, hal ini sesuai dengan Soenartiningsih dan Talanea (1997) yaitu Peningkatan ketahanan tanaman terhadap patogen juga dipengaruhi oleh adanya beberapa jamur MVA yang dapat menghasilkan antibiotik, misalnya fenol, quinone dan berbagai phytoalexine. Tanaman yang terinfeksi jamur MVA dapat memproduksi bahan atsiri yang bersifat fungistatik jauh lebih banyak dibanding dengan yang tidak terinfeksi MVA.

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00

1 MSI 2 MSI 3 MSI 4 MSI 5 MSI 6 MSI 7 MSI 8 MSI Minggu Setelah Inokulasi (MSI)

P e rs e n ta se S e ra n g a n ( % ) M0 M1 M2 M3


(37)

Tanaman yang diberikan mikoriza mendapat serangan F. oxysporum yang lebih kecil . Hal ini terlihat pada perlakuan M1 (mikoriza 10 g), M2 (mikoriza 20 g), dan M3 (mikoriza 30 g). Hal ini menunjukkan bahwa mikoriza mampu menekan serangan F. oxysporum. Nurbaity dkk, (2009) menyebutkan bahwa Mikoriza adalah simbiosis antara fungi dengan akar tanaman yang memiliki banyak manfaat dibidang pertanian, diantaranya adalah membantu meningkatkan status hara tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan, penyakit dan kondisi tidak menguntungkasn lainnya.

b. Pengaruh Arang (A) Terhadap Persentase Serangan (%) F. oxysporum Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa penggunaan arang berpengaruh nyata terhadap Persentase Serangan F. oxysporum pada tanaman cabai. Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda nyata maka dilakukan Uji Jarak Duncan, pada (Tabel 2. Lampiran 3-10) dapat dilihat jenis arang yang digunakan dalam menekan F. oxysporum

Tabel 2. Uji Rataan Persentase Serangan (%) F. oxysporum faktor arang (A) untuk setiap waktu pengamatan (MSI).

Perlakuan Minggu setelah inokulasi (MSI)

1 MSI 2 MSI 3 MSI 4 MSI 5 MSI 6 MSI 7 MSI 8 MSI

A0 2,12 3,21 3,21 5,38 8,58a 12,57a 15,06A 15,39A

A1 2,12 3,21 3,21 3,21 4,81b 7,89b 12,21B 12,55B

A2 2,12 2,12 3,21 3,21 3,21c 6,98b 9,53C 9,13C

Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf kapital berbeda pada kolom yang sama berbeda sangat nyata dan angka dengan notasi huruf kecil pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 1% menurut Uji Jarak Duncan. .


(38)

Berdasarkan hasil yang diperoleh faktor arang pada pengematan 2 msi

sampai 8 msi berpengaruh nyata terhadap Persentase Serangan (%) penyakit

F. oxysporum. Pada pengamatan 8 msi perlakuan tanpa arang (A0) berbeda nyata

terhadap perlakuan arang sekam padi (A1) dan perlakuan arang cangkang kelapa sawit (A2). Persentase Serangan tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa arang (A0) Sebesar 15,39 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan arang cangkang kelapa sawit (A2) sebesar 9,13 %.

Gambar 5. Histogam Persentase Serangan (%) F.oxysporum pada cabai dengan perlakuan arang untuk setiap waktu pengamatan (MSI).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan arang dalam menekan perkembangan penyakit layu fusarium dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pengendalian. Hersanti (1997) arang cangkang kelapa sawitmempunyai kemampuan menjadi media tumbuh yang baik bagi beberapa jamur antagonis, sehingga perkembangan jamur MVA menjadi lebih baik, dan mampu menekan jamur penyebab penyakit tumbuhan.

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00

1 MSI 2 MSI 3 MSI 4 MSI 5 MSI 6 MSI 7 MSI 8 MSI Minggu Setelah Inokulasi (MSI)

P e rs e n ta se S e ra n g a n ( % ) A0 A1 A2


(39)

c. Pengaruh Faktor Interaksi Perlakuan Mikoriza (M) dengan Arang (A) Terhadap Persentase Serangan (%) F. Oxysporum

Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor interaksi perlakuan mikoriza (M) dengan arang (A) berpengaruh nyata terhadap Persentase Serangan F. oxysporum pada tanaman cabai. Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda nyata maka dilakukan Uji Jarak Duncan, tabel 3 (Lampiran 3-10) memperlihatkan interaksi antara mikoriza dan arang.

Tabel 3. Uji Rataan Persentase Serangan (%) F. Oxysporum pada faktor interaksi perlakuan Mikoriza (M) dengan Arang (A) untuk setiap waktu pengamatan (MSI).

Perlakuan Minggu setelah inokulasi (MSI)

1 MSI 2 MSI 3 MSI 4 MSI 5 MSI 6 MSI 7 MSI 8 MSI

M0A0 0,71 2,15 2,15 3,60 6,42 8,16 9,58a 10,02a

M0A1 0,71 2,15 2,15 2,15 4,29 6,95 9,13a 9,58a

M0A2 0,71 0,71 2,15 2,15 2,15 5,74 8,61a 8,61a

M1A0 0,71 0,71 0,71 2,15 2,15 5,74 7,63a 7,63a

M1A1 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 2,15 5,74b 5,74b

M1A2 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 2,15 2,15c 2,15c

M2A0 0,71 0,71 0,71 0,71 2,15 2,15 2,15c 2,15c

M2A1 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71d 0,71d

M2A2 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71d 0,71d

M3A0 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71d 0,71d

M3A1 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71d 0,71d

M3A2 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71d 0,71d

Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Duncan.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pengamatan 1– 6 msi pada masing – masing perlakuan tidak berbeda nyata terhadap Persentase Serangan penyakit layu fusarium sedangkan pada pengamatan 7–8 msi pada masing – masing perlakuan berbeda nyata. Pada pengamatan 8 msi, M1A2 (mikoriza 10g


(40)

dan arang cangkang kelapa sawit), M2A0 (mikoriza 20g dan tanpa arang), M2A1 (mikoriza 20g dan arang sekam padi), M2A2 (mikoriza 20g dan arang cangkang kelapa sawit), M3A0 (mikoriza 30g dan tanpa arang), M3A1 (mikoriza 30 g dan arang sekam padi), M3A2 (mikoriza 30g dan arang cangkang kelapa sawit) berbeda nyata terhadap perlakuan MOA0 (tanpa perlakuan), M0A1 (tanpa mioriza dan arang sekam padi), M0A2 (tanpa mikoriza dan arang cangkang kelapa sawit) dan M1A1 (mikoriza 10g dan arang sekam padi).

Gambar 6. Histogam Persentase Serangan (%) F. oxysporum pada faktor interaksi perlakuan mikoriza (M) dengan arang (A) untuk setiap waktu pengamatan (MSI)

Pengaruh interaksi antara aplikasi mikoriza dengan arang yang berbeda berpengaruh nyata pada pengamatan 7 msi – 8 msi. Pada pengamatan 8 msi Persentase Serangan tertinggi terdapat pada perlakuan M0A0 (tanpa perlakuan) 10,02 %, yang diikuti dengan perlakuan M0A1 (tanpa mikoriza dengan arang sekam padi) 9,58 %, M0A2 (tanpa mikoriza dengan arang cangkang kelapa sawit) yaitu 8,61 %, M1A1 (mikoriza 10g dengan arang sekam padi) 5,74 %, dan diikuti oleh M1A2 (mikoriza 10 g dengan arang cangkang kelapa sawit), M2A0

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 M 0 A 0 M 0 A 1 M 0 A 2 M 1 A 0 M 1 A 1 M 1 A 2 M 2 A 0 M 2 A 1 M 2 A 2 M 3 A 0 M 3 A 1 M 3 A 2 P e rs e n ta se S e ra n g a n ( %

) Minggu Setelah Inokulasi

(MSI) 1 MSI

Minggu Setelah Inokulasi (MSI) 2 MSI

Minggu Setelah Inokulasi (MSI) 3 MSI

Minggu Setelah Inokulasi (MSI) 4 MSI

Minggu Setelah Inokulasi (MSI) 5 MSI


(41)

(mikoriza 20 g dan tanpa arang) yaitu 2,15 %, M2A1 (mikoriza 20 g dengan arang sekam padi), M2A2 (mikoriza 20 g dengan arang cangkang kelapa sawit), M3A0 (mikoriza 30 g dan tanpa arang), M3A1 (mikoriza 30 g dengan arang sekam padi), M3A2 (mikoriza 30 g dengan arang cangkang kelapa sawit) yaitu sebesar 0,71 % Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh penggunaan mikoriza pada 1 - 6 msi tidak berbeda nyata terhadap persentase serangan F.oxysporum. Namun pada umur 7 – 8 msi interaksi kombinasi perlakuan menunjukkan pengaruh nyata.

Kombinasi perlakuan paling efektif dalam menekan serangan jamur.

F. oxysporum terdapat pada perlakuan, M2A1, M2A2, M3A0, M3A1, M3A2

sebesar 0,71 %. dan M1A2, M2A0 sebesar 2,15%.

Tingginya Persentase Serangan penyakit pada perlakuan M0A0, M0A1 dan M0A2 dikarenakan tidak adanya interaksi antara mikoriza dan arang dilapangan, Dewi (2007) menyatakan Akar tanaman yang terbungkus oleh mikoriza akan menyebabkan akar tersebut terhindar dari serangan hama dan penyakit. Infeksi patogen akar akan terhambat, disamping itu mikoriza akan menggunakan semua kelebihan karbohidrat dan eksudat akar lainnya, sehingga tercipta lingkungan yang tidak cocok bagi pertumbuhan patogen.

Sedangkan Persentase Serangan penyakit terendah terdapat pada perlakuan M2A1, M2A2, M3A0, M3A1, M3A2 yaitu sebesar 0,71 % hal ini dikarenakan adanya interaksi dan simbios yang terjadi antara tanaman, mikoriza dan arang sehingga akar tanaman mengalami perubahan morfologi sehingga tahan terhadap penyakit layu fusarium. Nurbaity (2009) menyatakan bahwa Mikoriza adalah simbiosis antara fungi dengan akar tanaman yang memiliki banyak manfaat dibidang pertanian, diantaranya adalah membantu meningkatkan status hara


(42)

tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan, penyakit dan kondisi tidak menguntungkasn lainnya.

Interaksi antara mikoriza dan arang akan meningkatkan pertumbuhan dari mikoriza hal ini dapat terlihat pada tabel 4 yaitu perlakuan M2A1, M2A2, M3A0, M3A1, M3A2, diketahui bahwa gejala serangan yang diakibatkan oleh patogen tular tanah mengalami penurunan atau sama sekali tidak terserang. Hal ini sesuai dengan Rossiana (2009) Cendawan mikoriza arbuskula (CMA) merupakan salah satu mikroorganisme antagonis yang dapat digunakan untuk mengendalikan patogen tular tanah. Mekanisme perlindungan tanaman inang oleh CMA terhadap patogen tular tanah meliputi kompetisi fotosintat, kompetisi tempat kolonisasi dan infeksi, modifikasi morfologi akar tanaman inang serta antibiosis.

Produksi Tanaman

a. Pengaruh Bio-VA Mikoriza Terhadap Produksi Cabai (g/plot)

Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa aplikasi mikoriza berpengaruh sangat nyata terhadap produksi cabai (g/plot). Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda sangat nyata maka dilakukan Uji Jarak Duncan, dapat dilihat pada ( Lampiran 10).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi mikoriza dengan dosis yang berbeda sangat nyata terhadap produksi cabai (g/plot). Pada perlakuan M3 (aplikasi mikoriza dengan dosis 30 g) berpengaruh sangat nyata terhadap M2 (aplikasi mikoriza dengan dosis 20 g), diikuti dengan perlakuan M1 (aplikasi dengan dosis 10 g), dan perlakuan M0 (tanpa aplikasi).


(43)

Tabel 4. Uji Rataan produksi cabai pada perlakuan mikoriza (M) g/plot

Perlakuan Rataan g/plot

M0 9,97D

M1 34,08C

M2 37,89B

M3 41,97A

Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda sangat nyata pada taraf 1% menurut Uji Jarak Duncan.

Hasil penelitian menunjukan produksi tertinggi terdapat pada perlakuan M3 (aplikasi mikoriza 30g) yaitu sebesar 41,97 g/plot diikuti dengan perlakuan M2 (aplikasi mikoriza 20g) 37,89 g/plot, M1 (aplikasi mikoriza 10g) 34,08 g/plot, dan M0 (tanpa aplikasi mikoriza) yaitu 9,97 g/plot.

Gambar 7. Histogam rataan produksi cabai (g/plot) pada perlakuan mikoriza (M)

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa Persentase Serangan penyakit mempengaruhi rendahnya produksi cabai pada perlakuan M0 yaitu 9,97 g/plot, yang mengakibatkan penyakit berkembang cepat dengan Persentase Serangan yang tinggi, sehingga mengakibatkan rendahnya produksi karena terganggunya proses fisiologis pada tanaman. Sedangkan pada perlakuan M3 yang mampu

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 M0 M1 M2 M3 R a ta a n P ro d u k si g r/ p lo t Perlakuan Rataan gr/plot


(44)

menekan pertumbuhan penyakit layu fusarium sehingga mempunyai produksi paling tinggi dari pada M1 dan M2 yaitu sebesar 41,97 g/plot. Hal ini dikarenakan dosis yang digunakan lebih tinggi dari pada perlakuan M0, M1 dan M2 yaitu sebesar 30g, Musfal (2010) Infeksi CMA pada akar tanaman jagung sangat dipengaruhi oleh dosis CMA atau pupuk yang diberikan. Tanpa pemberian pupuk, infeksi CMA meningkat sejalan dengan bertambahnya dosis CMA hingga 15 g/ tanaman.

b. Pengaruh Arang Terhadap Produksi cabai (g/plot)

Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa penggunaan arang berpengaruh nyata terhadap produksi cabai (g/plot). Pada Tabel 5. (Lampiran 10) dapat dilihat perlakuan mana yang berbeda nyata,

Tabel 5. Uji Rataan produksi cabai pada beberapa arang (A) (g/plot)

Perlakuan Rataan g/plot

A0 25,94C

A1 29,95B

A2 37,03A

Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda sangat nyata pada taraf 1% menurut Uji Jarak Duncan

Hasil menunjukkan bahwa A2 (arang kelapa sawit) berpengaruh sangat nyata terhadap A1 (arang sekam padi) . Rataan produksi cabai tertinggi pada A2 (arang kelapa sawit) yaitu 37,03 g/plot, sedangkan yang terendah terdapat pada A0 (tanpa arang). Untuk mengetahui rataan produksi cabai pada faktor Arang (A) dapat dilihat (Gambar 8) histogam rataan produksi cabai (g/plot)


(45)

Gambar 8. Histogam rataan produksi cabai (g/plot) pada arang (A)

c. Pengaruh Faktor Interaksi Perlakuan Mikoriza (M) dengan Arang (A) Terhadap Produksi cabai (g/plot)

Dari hasil rataan produksi cabai, menunjukkan bahwa pada perlakuan M3A2 (aplikasi mikoriza 30g dengan arang cangkang kelapa sawit) menunjukkan produksi yang lebih tinggi dari pada perlakuan yang lain, tetapi tidak berbeda nyata dari perlakuan M3A1 (perlakuan mikoriza 30g dengan arang sekam padi) dan M2A2 (perlakuan mikoriza 20g dengan arang kelapa sawit). Sedangkan produksi terendah terdapat pada perlakuan M0A0 (tanpa mikoriza dan arang) yaitu sebeber 0,71 g. Untuk mengetahui hasil analisis sidik ragam aplikasi mikoriza dan penggunaan arang terhadap produksi cabai (g/plot) dapat dilihat (Lampiran 10).

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00

A0 A1 A2

R

a

ta

a

n

p

ro

d

u

k

si

g

r/

p

lo

t

Perlakuan


(46)

Tabel 6. Uji Rataan Produksi cabai pada faktor interaksi perlakuan Mikoriza (M) dengan Arang (A) (g/plot)

Perlakuan Rataan g/plot

M0A0 0,71d

M0A1 1,98d

M0A2 7,28c

M1A0 10,74b

M1A1 11,00b

M1A2 12,34b

M2A0 11,07b

M2A1 12,55b

M2A2 14,27a

M3A0 12,07b

M3A1 14,40a

M3A2 15,49a

Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Duncan.

Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa interaksi M3A2 (perlakuan mikoriza 30g dengan arang kelapa sawit) menunjukkan produksi yang lebih tinggi dikarenakan arang cangkang kelapa sawit dapat meningkatkan perkembangan mikoriza, Hersanti (1997) Arang cangkang kelapa sawit mempunyai kemampuan menjadi media tumbuh yang baik bagi beberapa jamur antagonis, sehingga perkembangan jamur MVA menjadi lebih baik, dan mampu menekan jamur penyebab penyakit tumbuhan. Untuk mengetahui rataan produksi cabai pada perlakuan mikoriza (M) dengan arang (A) dapat dilihat (Gambar 9) histogam rataan produksi cabai (g/plot).

Hasil pengamatan diketahui bahwa M3A2 (perlakuan mikoriza 30 g dengan arang kelapa sawit) dan M3A1 (perlakuan mikoriza 30 g dengan arang sekam padi)menunjukkan hasil produksi yang tidak berbeda nyata, hal ini dikarenakan kedua arang mengandung karbon den selulosa yang baik untuk


(47)

bagi pertumbuhan tanaman dan produksi. Winarsih dan Syafruddin (2008) menyatakan bahwa sekam padi merupakan limbah pertanian yang belum dimanfaatkan secara luas dan secara umum jumlahnya sangat banyak, diberbagai daerah pertanian.

Gambar 9. Histogam Rataan Produksi cabai pada faktor interaksi perlakuan mikoriza (M) dengan arang (A) (g/plot)

Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa kombinasi antara mikoriza dosis 30g dengan arang cangkang kelapa sawit (M3A2) tidak berbeda nyata dengan perlakuan mikoriza dosis 20g dengan arang cangkang kelapa sawit (M2A2) hal ini dikarenakan arang cangkang kelapa sawit mengandung C yang lebih baik sehingga meningkatkan perkembangan mikoriza, Purnomo (2008) Secara alami terdapat asosiasi mikoriza antara fungi dan tanaman dalam bentuk mutualisme. Berdasarkan aspek fungsional, simbiosis mutualisme dikatakan berhasil apabila kedua simbion dapat memanfaatkan fungi simbiosis secara maksimal. Perkembangan FMA dan produksi spora membutuhkan energi yang diperoleh melalui C organik dari tanaman inang.

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 R a ta a n p ro d u k si g r/ p lo t Perlakuan Rataan gr/plot


(48)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Persentase Serangan tertinggi terdapat pada pengamatan ke-8 msi

(minggu setelah Inokulasi) yaitu perlakuan M0 (kontrol) sebesar 28,21% dan terendah pada perlakuan M3 ( 30 g mikoriza) sebesar 2,12%.

2. Persentase Serangan tertinggi terdapat pada pengamatan ke-8 msi

(minggu setelah inokulasi) yaitu perlakuan A0 (kontrol) sebesar 15,39% dan terendah pada perlakuan A2 (arang cangkang kelapa sawit) sebesar 9,13%.

3. Kombinasi perlakuan M3A2 (mikoriza 30 g dan arang cangkang

kelapa sawit) efektif untuk menekan perkembangan

Fusarium oxysporum sebesar 0,71 %

4. Produksi tertinggi terdapat pada perlakuan M3A2 (mikoriza 30 g dan

arang cangkang kelapa sawit) sebesar 15,49 g/plot dan terendah terdapat pada perlakuan M0A0 (kontrol) sebesar 0,71 %.

5. Interaksi antara mikoriza dan arang mampu menekan serangan

Fusarium oxysporum pada M2A1, M2A2, M3A1, M3A2 sebesar 0,71 %

Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai mikoriza dan bahan organik/anorganik dalam menekan penyakit F. oxysporum di lapangan.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Agios, G. N., 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Edisi Ketiga. Terjemahan M. Busnia. UGM-Press, Yogyakarta.

Cahyono, B. H., 2008.

Diakses 22 April 2010.

Didiek H. Goenadi , Wayan R. Susila , dan Isroi, 2005. Pemanfaatan Produk

Samping Kelapa Sawit Sebagai Sumber Energi

Alternatif Terbarukan. Badan Litbang Pertanian, Jakarta.

Delvian; N. Mardiatin; D. Elfiati; H. Hanum. 2006. Pelatihan Penggunaan Mikoriza Untuk Pengembangan Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan di Lahan Marginal. Fakultas Pertanian. USU. Medan.

Dewi.A.I Ratna., 2007. Peran, Prospek dan Kendala Dalam Pemanfaatan

Endomikoriza. Universitas Padjadjaran. Jatinangor.

Feronika, A. 2003. Mikoriza; peran, prospek dan kendalanya. Makalah seminar kelas PPs. Universitas Gadkah Mada. Yogyakarta.

Gandjar, I, Robert A.S.,Karin V.D., Ariyanti, O., dan Iman, S., 1999. Pengenalan

Kapang Tropik Umum.Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Hersanti, 1997. Pengaruh Jamur Mikoriza Vasikular-Arbuskular (Glomus sp.) dan Pemberian Arang cangkang kelapa sawitTerhadap Penyakit Layu Fusarium pada Tanaman Cabai dalam Prosiding Konges XIV Dan Seminar Nasional. Vol I. Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. Palembang. hlm. 213-215.

Lucas, G.B., C. L. Cambell dan L. T. Lucas, 1985. Introduction to Plant Diseases Identification and Management. The Avi Publishing Company, Inc. Westport, Connection North Carolina. p. 153.

Moekasan, T.K., L. Prabaningum, dan Meitha L., 2000. Penerapan PHT pada Sistemn Tanaman Tumpang Gilir. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura . Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Musfal, 2010. Potensi Cendawan Mikoriza Arbuskula Untuk Meningkatkan


(50)

Nurbaity, A. D, Herdiyantoro dan O, Mulyani. 2009. Pemanfaatan bahan organik sebagai bahan pembawa inokulan fungi Mikoriza Arbuskula. Jurnal biologi 13:17-11

Prajnanta, F. 1998. Agibisnis Cabai Hibrida. Penebar swadaya. Jakarta. hlm. 4-5

Purnomo, Dwiana W. 2008. Keefektifan Fungi Mikoriza Arbuskula Dalam Meningkatkan Hasil dan Adaptasi Cabai (Capsicum annum L.) Pada Tanah Bercekam Aluminium. Institut Pertanian Bogor.

Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, 2006. Bio VA-Mikorisa. Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, LIPI. Jakarta. hlm. 1 Rompas, J.P., 1997. Potensi Mikorisa (MVA) Dalam Pengendalian Hayati

Patogen Tumbuhan dalam Prosiding Konges Nasional XIV dan Seminar Nasional Vol I. Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. Palembang. hlm. 217-219.

Rossiana, N. 2009. Pengaruh Inokulasi Rhizoctonia solani kuhn.,Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) dan Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Cabai Merah C.V Tanjung-2 (Capsicum annum L. cv. Tanjung-2). Jurnal Biotika. Vol.7 No. 2, Hal. 69-86

Rosliani, R. Y, Hilman dan N. Sumarni. 2006. Pemupukan Fospat alam, pupuk kandang domba, dan inokulasi cendawan mikoriza arbuskula terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun pada tanah masam. Jurnal Hortikultura 16:21-30

dan N. Sumarni. 2009. Pemanfaatan Mikoriza dan Aplikasi Pupuk

Anorganik pada Tumpangsari Cabai dan Kubis di Dataran Tinggi. Jurnal Hortikultura. 19(3):313-323.

Santoso. E., M. Turjaman., R.SB.Irianto. 2006. Aplikasi Mikoriza Untuk Meningkatkan Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Terdegadasi. Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September 2006.

Saptiningsih, E. 2007. Peningkatan produktivitas tanah pasir untuk pertumbuhan tanaman kedelai dengan inokulasi mikorhoza dan rhizobium. Bioma 9:58-61

Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang pertanian. Kanisius, Jakarta. hlm. 102.

Semangun. H., 2000. Penyakit – Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. hlm. 661-665.


(51)

Setiawan, A.I. 1999. Bertanam Cabai. Penebar swadaya. Jakarta. hlm. 79-79 Soenartiningsih dan H. Talanea, 1997. Potensi Penggunaan Jamur Mikorisa

Vesikula Arbuskula (MVA) Sebagai Pengendali Patogen Tanah Pada Tanaman Jagung dalam Prosiding Konges XIV Dan Seminar Nasional. Vol I. Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. Palembang. hlm. 371-373 Soesanto, L., 2008. Pengantar Pengendalian hayati Penyakit Tanaman

Suplemen ke Gulma dan nematode. Rajawali-Press, Jakarta. Hal.292-299.

Sutarno, H. 1995. Pedoman bertanam sayuran dataran rendah. UGM-Press. Yogyakarta. hlm. 84

Tirta, I. G. 2006. pengaruh kalium dan mikoriza terhadap pertumbuhan bibit panili (Vanilla planifolia Andrew.). Biodiversitas 7:171-174

Tryana, M. S., dan Sarma, T. S., 2007. Arang Aktif. Diakses dari :

Varela, A.M., and A. Seif, 2004. A Guide to IPM and Hygiene Standards in Okra Production in Kenya. ICIPE. Kenya. http://www.infonet-biovision.org/default/ct/199/crops. Diakses 22 April 2010

Winarsih, S. 2007. Pengaruh bahan organik pada pertumbuhan Gliocladium virens dan daya antagonisnya terhadap Fusarium oxysporum secara In-Vitro. Jurnal Ilmu-ilmu pertanian Indonesia 3:386-390

Winarsih S., dan Syafrudin, 2008. Pengaruh Pemberian Trichoderma viridae Dan Sekam Padi Terhadap Penyakit Rebah Kecambah Di Persemaian Cabai. Jurnal ilmu-ilmu pertanian Indonesia 3:49-


(52)

Lampiran 1. Bagan Penelitian

I II III

U 1m 40cm

S

M1A2 M2A0 M1A1

M2A2 M0A0 M3A0

M1A0 M3A0 M0A0

M3A2 M0A2 M3A1

M0A2 M2A1 M1A2

M1A1 M3A1 M0A1

M0A2 M0A1 M1A0

M2A1 M1A2 M2A2

M3A0

M3A2 M0A2

M2A0

M0A0

M2A2

M1A1

M3A2


(53)

Keterangan ;

M0A0 : kontrol (tanpa perlakuan)

M0A1 : tanpa mikoriza dan arang sekam padi

M0A2 : tanpa mikoriza dan arang cangkang kelapa sawit M1A0 : mikoriza 10g dan tanpa arang

M1A1 : mikoriza 10g dan arang sekam padi

M1A2 : mikorizan10g dan arang cangkang kelapa sawit M2A0 : mikoriza 20g dan tanpa arang

M2A1 : mikoriza 20g dan arang sekam padi

M2A2 : mikoriza 20g dan arang cangkang kelapa sawit M3A0 : mikoriza 30g dan tanpa arang

M3A1 : mikoriza 30g dan arang sekam padi

M3A2 : mikoriza 30g dan arang cangkang kelapa sawit

Jumlah perlakukan : 12 perlakuan

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah tanaman seluruhnya : 144 tanaman

Lampiran 2. Bagan Tanaman Sampel

1m Keterangan:

Jumlah Tanaman/plot : 4 tanaman Jarak Antar Polibeg : 40cm x 40cm


(54)

Lampiran 3 . Data Persentase Serangan Fusarium oxysporum 2 MSI

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

M0A0 25,00 0,00 0,00 25,00 8,33

M0A1 0,00 25,00 0,00 25,00 8,33

M0A2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M1A0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M1A1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M1A2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M2A0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M2A1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M2A2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M3A0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M3A1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M3A2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Total 25,00 25,00 0,00 50,00 Rataan 2,08 2,08 0,00 1,39 Transformasi Data Arc Sin √x+0,5

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

M0A0 5,05 0,71 0,71 6,46 2,15

M0A1 0,71 5,05 0,71 6,46 2,15

M0A2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M1A0 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M1A1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M1A2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M2A0 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M2A1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M2A2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M3A0 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M3A1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M3A2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

Total 12,83 12,83 8,49 34,14


(55)

Tabel Dwi Kasta

Arang Mikoriza Total Rataan

M0 M1 M2 M3

A0 6,46 2,12 2,12 2,12 12,83 3,21

A1 6,46 2,12 2,12 2,12 12,83 3,21

A2 2,12 2,12 2,12 2,12 8,49 2,12 Total 15,05 6,36 6,36 6,36 34,14

Rataan 5,02 2,12 2,12 2,12 2,85 Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT F.Hit F.05 F. 01

Perlakuan 11 10,48

Mikoriza 3 6,29 2,10 0,00 tn 3,01 4,72

Arang 2 1,05 0,52 0,00 tn 3,40 5,61

M X A 6 3,14 0,52 0,00 tn 2,51 3,67

Error 24 25,14 1,05

Total 35 35,62

FK = 32,38

KK = 1,08 %

Ket : tn = tidak nyata * = nyata ** = sangat nyata


(56)

Lampiran 4. Data Persentase Serangan Fusarium oxysporum 3 MSI

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

M0A0 25,00 0,00 0,00 25,00 8,33

M0A1 0,00 25,00 0,00 25,00 8,33

M0A2 25,00 0,00 0,00 25,00 8,33

M1A0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M1A1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M1A2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M2A0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M2A1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M2A2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M3A0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M3A1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M3A2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Total 50,00 25,00 0,00 75,00 Rataan 4,17 2,08 0,00 2,08 Transformasi Data Arc Sin √x+0,5

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

M0A0 5,05 0,71 0,71 6,46 2,15

M0A1 0,71 5,05 0,71 6,46 2,15

M0A2 5,05 0,71 0,71 6,46 2,15

M1A0 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M1A1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M1A2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M2A0 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M2A1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M2A2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M3A0 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M3A1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M3A2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

Total 17,17 12,83 8,49 38,48


(57)

Tabel Dwi Kasta

Arang Mikoriza Total Rataan

M0 M1 M2 M3

A0 6,46 2,12 2,12 2,12 12,83 3,21

A1 6,46 2,12 2,12 2,12 12,83 3,21

A2 6,46 2,12 2,12 2,12 12,83 3,21

Total 19,39 6,36 6,36 6,36 38,48

Rataan 6,46 2,12 2,12 2,12 3,21 Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT F.Hit F.05 F. 01

Perlakuan 11 14,14

Mikoriza 3 14,14 4,71 0,00 tn 3,01 4,72

Arang 2 0,00 0,00 0,00 tn 3,40 5,61

M X A 6 0,00 0,00 0,00 tn 2,51 3,67

Error 24 37,72 1,57

Total 35 51,86

FK = 41,14

KK = 1,17 %

Ket : tn = tidak nyata nyata sangat nyata * =


(58)

Lampiran 5. Data Persentase Serangan Fusarium oxysporum 4 MSI Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

M0A0 25,00 0,00 25,00 50,00 16,67

M0A1 0,00 25,00 0,00 25,00 8,33

M0A2 25,00 0,00 0,00 25,00 8,33

M1A0 0,00 0,00 25,00 25,00 8,33

M1A1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M1A2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M2A0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M2A1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M2A2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M3A0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M3A1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M3A2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Total 50,00 25,00 50,00 125,00 Rataan 4,17 2,08 4,17 3,47 Transformasi Data Arc Sin √x+0,5

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

M0A0 5,05 0,71 5,05 10,81 3,60

M0A1 0,71 5,05 0,71 6,46 2,15

M0A2 5,05 0,71 0,71 6,46 2,15

M1A0 0,71 0,71 5,05 6,46 2,15

M1A1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M1A2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M2A0 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M2A1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M2A2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M3A0 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M3A1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M3A2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

Total 17,17 12,83 17,17 47,17


(59)

Tabel Dwi Kasta

Arang Mikoriza Total Rataan

M0 M1 M2 M3

A0 10,81 6,46 2,12 2,12 21,51 5,38

A1 6,46 2,12 2,12 2,12 12,83 3,21

A2 6,46 2,12 2,12 2,12 12,83 3,21

Total 23,73 10,71 6,36 6,36 47,17

Rataan 7,91 3,57 2,12 2,12 3,93 Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT F.Hit F.05 F. 01

Perlakuan 11 30,91

Mikoriza 3 22,53 7,51 3,58 * 3,01 4,72

Arang 2 4,19 2,10 1,00 tn 3,40 5,61

M X A 6 4,19 0,70 0,33 tn 2,51 3,67

Error 24 50,29 2,10

Total 35 81,20

FK = 61,80

KK = 1,10 %

Ket : tn = tidak nyata * = nyata

** = sangat nyata

Uji Jarak Duncan Faktor M

Sy 0,48

P 2 3 4 5

SSR 0,01 2,92 3,07 3,15 3,22

LSR 0,01 1,41 1,48 1,52 1,55

Perlakuan M3 M2 M1 M0

Rataan 2,12 2,12 3,57 7,91

·a b


(60)

Lampiran 6. Data Persentase Serangan Fusarium oxysporum 5 MSI Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

M0A0 50,00 25,00 50,00 125,00 41,67

M0A1 0,00 50,00 25,00 75,00 25,00

M0A2 25,00 0,00 0,00 25,00 8,33

M1A0 0,00 0,00 25,00 25,00 8,33

M1A1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M1A2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M2A0 0,00 0,00 25,00 25,00 8,33

M2A1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M2A2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M3A0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M3A1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M3A2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Total 75,00 75,00 125,00 275,00 Rataan 6,25 6,25 10,42 7,64 Transformasi Data Arc Sin √x+0,5

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

M0A0 7,11 5,05 7,11 19,26 6,42

M0A1 0,71 7,11 5,05 12,86 4,29

M0A2 5,05 0,71 0,71 6,46 2,15

M1A0 0,71 0,71 5,05 6,46 2,15

M1A1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M1A2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M2A0 0,71 0,71 5,05 6,46 2,15

M2A1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M2A2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M3A0 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M3A1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M3A2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

Total 19,23 19,23 27,91 66,37


(61)

Tabel Dwi Kasta

Arang Mikoriza Total Rataan

M0 M1 M2 M3

A0 19,26 6,46 6,46 2,12 34,31 8,58

A1 12,86 2,12 2,12 2,12 19,23 4,81

A2 6,46 2,12 2,12 2,12 12,83 3,21

Total 38,59 10,71 10,71 6,36 66,37

Rataan 12,86 3,57 3,57 2,12 5,53 Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT F.Hit F.05 F. 01

Perlakuan 11 108,77

Mikoriza 3 73,09 24,36 9,45 ** 3,01 4,72

Arang 2 20,28 10,14 3,93 * 3,40 5,61

M X A 6 15,40 2,57 1,00 tn 2,51 3,67

Error 24 61,88 2,58

Total 35 170,65

FK = 122,35

KK = 0,87 %

Ket : tn = tidak nyata * = nyata


(62)

Uji Jarak Duncan Faktor M

Sy 0,54

P 2 3 4 5

SSR 0,01 2,92 3,07 3,15 3,22

LSR 0,01 1,56 1,64 1,69 1,72

Perlakuan M3 M2 M1 M0

Rataan 2,12 3,57 3,57 12,86

·A B

Uji Jarak Duncan Faktor A

Sy 0,46

P 2 3 4

SSR 0,01 2,92 3,07 3,15

LSR 0,01 1,35 1,42 1,46

Perlakuan A2 A1 A0

Rataan 3,21 4,81 8,58

·a ·b


(63)

Lampiran 7. Data Persentase Serangan Fusarium oxysporum 6 MSI Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

M0A0 75,00 50,00 75,00 200,00 66,67

M0A1 25,00 75,00 50,00 150,00 50,00

M0A2 50,00 25,00 25,00 100,00 33,33

M1A0 25,00 25,00 50,00 100,00 33,33

M1A1 25,00 0,00 0,00 25,00 8,33

M1A2 0,00 25,00 0,00 25,00 8,33

M2A0 0,00 0,00 25,00 25,00 8,33

M2A1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M2A2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M3A0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M3A1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M3A2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Total 200,00 200,00 225,00 625,00 Rataan 16,67 16,67 18,75 17,36 Transformasi Data Arc Sin √x+0,5

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

M0A0 8,69 7,11 8,69 24,48 8,16

M0A1 5,05 8,69 7,11 20,85 6,95

M0A2 7,11 5,05 5,05 17,21 5,74

M1A0 5,05 5,05 7,11 17,21 5,74

M1A1 5,05 0,71 0,71 6,46 2,15

M1A2 0,71 5,05 0,71 6,46 2,15

M2A0 0,71 0,71 5,05 6,46 2,15

M2A1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M2A2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M3A0 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M3A1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M3A2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

Total 35,89 35,89 37,95 109,74


(64)

Tabel Dwi Kasta

Arang Mikoriza Total Rataan

M0 M1 M2 M3

A0 24,48 17,21 6,46 2,12 50,28 12,57

A1 20,85 6,46 2,12 2,12 31,55 7,89

A2 17,21 6,46 2,12 2,12 27,91 6,98

Total 62,54 30,13 10,71 6,36 109,74

Rataan 20,85 10,04 3,57 2,12 9,14 Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT F.Hit F.05 F. 01

Perlakuan 11 256,79

Mikoriza 3 218,13 72,71 33,76 ** 3,01 4,72

Arang 2 24,00 12,00 5,57 * 3,40 5,61

M X A 6 14,66 2,44 1,13 tn 2,51 3,67

Error 24 51,69 2,15

Total 35 308,48

FK = 334,52

KK = 0,48 %

Ket : tn = tidak nyata * = nyata ** = sangat nyata


(65)

Uji Jarak Duncan Faktor M

Sy 0,49

P 2 3 4 5

SSR 0,01 2,92 3,07 3,15 3,22

LSR 0,01 1,43 1,50 1,54 1,58

Perlakuan M3 M2 M1 M0

Rataan 2,12 3,57 10,04 20,85

·A ·B

C

Uji Jarak Duncan Faktor A

Sy 0,42

P 2 3 4

SSR 0,01 2,92 3,07 3,15

LSR 0,01 1,24 1,30 1,33

Perlakuan A2 A1 A0

Rataan 6,98 7,89 12,57

·a b


(66)

Lampiran 8. Data Persentase Serangan Fusarium oxysporum 7 MSI Perlakua n Ulanga n Total Rataa n

I II III

M0A0 100,00 75,00

100,0

0 275,00 91,67

M0A1 75,00 100,00 75,00 250,00 83,33

M0A2 100,00 75,00 50,00 225,00 75,00

M1A0 50,00 50,00 75,00 175,00 58,33

M1A1 50,00 25,00 25,00 100,00 33,33

M1A2 0,00 25,00 0,00 25,00 8,33

M2A0 0,00 0,00 25,00 25,00 8,33

M2A1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M2A2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M3A0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M3A1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M3A2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Total 375,00 350,00

350,0 0

1075,0

0

Rataan 31,25 29,17 29,17 29,86 Transformasi Data Arc Sin

√x+0,5 Perlakua

n Ulangan Total

Rataa n

I II III

M0A0 10,02 8,69 10,02 28,74 9,58

M0A1 8,69 10,02 8,69 27,40 9,13

M0A2 10,02 8,69 7,11 25,82 8,61

M1A0 7,11 7,11 8,69 22,90 7,63

M1A1 7,11 5,05 5,05 17,21 5,74

M1A2 0,71 5,05 0,71 6,46 2,15

M2A0 0,71 0,71 5,05 6,46 2,15

M2A1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M2A2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M3A0 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M3A1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71


(67)

Rataan 3,99 4,07 4,07 4,04

Tabel Dwi Kasta

Arang Mikoriza Total Rataan

M0 M1 M2 M3

A0 28,74 22,90 6,46 2,12 60,23 15,06

A1 27,40 17,21 2,12 2,12 48,85 12,21

A2 25,82 6,46 2,12 2,12 36,53 9,13

Total 81,96 46,57 10,71 6,36 145,60

Rataan 27,32 15,52 3,57 2,12 12,13 Daftar Sidik Ragam

Sumber

Keragaman db JK KT F.Hit F.05 F. 01

Perlakuan 11 467,81

Mikoriza 3 415,75 138,58 91,67 ** 3,01 4,72

Arang 2 23,41 11,71 7,74 ** 3,40 5,61

M X A 6 28,65 4,77 3,16 * 2,51 3,67

Error 24 36,28 1,51

Total 35 504,09

FK = 588,91

KK = 0,30 %

Ket : tn = tidak nyata nyata sangat nyata * =


(68)

Uji Jarak Duncan Faktor M

Sy 0,41

P 2 3 4 5

SSR 0,01 2,92 3,07 3,15 3,22

LSR 0,01 1,20 1,26 1,29 1,32

Perlakuan M3 M2 M1 M0

Rataan 2,12 3,57 15,52 27,32

·A ·B

·C ·D

Uji Jarak Duncan Faktor A

Sy 0,35

P 2 3 4

SSR 0,01 2,92 3,07 3,15

LSR 0,01 1,04 1,09 1,12

Perlakuan A2 A1 A0

Rataan 9,53 12,21 15,06

·A ·B


(69)

Uji Jarak Duncan Faktor M x A Sy

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

SSR 0,01 2,92 3,07 3,15 3,22 3,28 3,31 3,34 3,37 3,38 3,41 3,44 3,45

LSR 0,01 2,07 2,18 2,24 2,29 2,33 2,35 2,37 2,39 2,40 2,42 2,44 2,45

Perlakuan M3A2 M3A1 M3A0 M2A2 M2A1 M2A0 M1A2 M1A1 M1A0 M0A2 M0A1 M0A0

Rataan 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 2,15 2,15 5,74 7,63 8,61 9,13 9,58

a ·b

c d


(70)

Lampiran 9. Data Persentase Serangan Fusarium oxysporum 8 MSI Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

M0A0 100,00 100,00 100,00 300,00 100,00

M0A1 75,00 100,00 100,00 275,00 91,67

M0A2 100,00 75,00 50,00 225,00 75,00

M1A0 50,00 50,00 75,00 175,00 58,33

M1A1 50,00 25,00 25,00 100,00 33,33

M1A2 0,00 25,00 0,00 25,00 8,33

M2A0 0,00 0,00 25,00 25,00 8,33

M2A1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M2A2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M3A0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M3A1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

M3A2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Total 375,00 375,00 375,00 1125,00 Rataan 31,25 31,25 31,25 31,25 Transformasi Data Arc Sin

√x+0,5

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

M0A0 10,02 10,02 10,02 30,07 10,02

M0A1 8,69 10,02 10,02 28,74 9,58

M0A2 10,02 8,69 7,11 25,82 8,61

M1A0 7,11 7,11 8,69 22,90 7,63

M1A1 7,11 5,05 5,05 17,21 5,74

M1A2 0,71 5,05 0,71 6,46 2,15

M2A0 0,71 0,71 5,05 6,46 2,15

M2A1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M2A2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M3A0 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M3A1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M3A2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

Total 47,90 50,19 50,19 148,28


(1)

Uji Jarak Duncan Faktor M x A Sy

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

SSR 0,01 2,92 3,07 3,15 3,22 3,28 3,31 3,34 3,37 3,38 3,41 3,44 3,45

LSR 0,01 2,04 2,14 2,20 2,25 2,29 2,31 2,33 2,35 2,36 2,38 2,40 2,41

Perlakuan M3A2 M3A1 M3A0 M2A2 M2A1 M2A0 M1A2 M1A1 M1A0 M0A2 M0A1 M0A0

Rataan 0,71 0,71 0,71 0,71 0,71 2,15 2,15 5,74 7,63 8,61 9,58 10,02

a ·b

c d


(2)

Lampiran 10 . Data Rataan Produksi Cabai (g/Plot)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

M0A0 0,00 0,00 0,00

0,00

0,00

M0A1 20,00 0,00 0,00

20,00

6,67

M0A2 20,00 63,78 86,00

169,78

56,59

M1A0 112,00 109,00 124,00

345,00

115,00

M1A1 124,90 124,60 112,40

361,90

120,63

M1A2 154,40 157,07 143,90

455,37

151,79

M2A0 125,80 120,00 120,20

366,00

122,00

M2A1 209,40 141,80 125,76

476,96

158,99

M2A2 211,30 182,00 216,80

610,10

203,37

M3A0 142,00 143,90 150,00

435,90

145,30

M3A1 221,20 213,40 186,90

621,50

207,17

M3A2 232,60 243,90 242,00

718,50

239,50

Total 1573,60 1499,45 1507,96 4581,01

Rataan 131,13 124,95 125,66 127,25

Transformasi Data Arc Sin

√x+0,5

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

M0A0 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

M0A1 4,53 0,71 0,71 5,94 1,98

M0A2 4,53 8,02 9,30 21,85 7,28

M1A0 10,61 10,46 11,16 32,23 10,74

M1A1 11,20 11,18 10,63 33,01 11,00

M1A2 12,45 12,55 12,02 37,02 12,34

M2A0 11,24 10,98 10,99 33,20 11,07

M2A1 14,49 11,93 11,24 37,65 12,55

M2A2 14,55 13,51 14,74 42,80 14,27

M3A0 11,94 12,02 12,27 36,22 12,07

M3A1 14,89 14,63 13,69 43,20 14,40

M3A2 15,27 15,63 15,57 46,47 15,49

Total 126,39 122,32 123,01 371,72


(3)

Tabel Dwi Kasta

Arang Mikoriza Total Rataan

M0 M1 M2 M3

A0 2,12 32,23 33,20 36,22 103,77 25,94

A1 5,94 33,01 37,65 43,20 119,81 29,95

A2 21,85 37,02 42,80 46,47 148,14 37,03

Total 29,91 102,25 113,66 125,90 371,72

Rataan 9,97 34,08 37,89 41,97 30,98

Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT F.Hit F.05 F. 01

Perlakuan 11 730,50

Mikoriza 3 619,47 206,49 163,56 ** 3,01 4,72

Arang 2 84,11 42,05 33,31 ** 3,40 5,61

M X A 6 26,92 4,49 3,55 * 2,51 3,67

Error 24 30,30 1,26

Total 35 760,80

FK = 3838,21

KK = 0,11 %

Ket : tn = tidak nyata nyata sangat nyata * =


(4)

Uji Jarak Duncan Faktor M

Sy 0,37

P 2 3 4 5

SSR 0,01 2,92 3,07 3,15 3,22

LSR 0,01 1,09 1,15 1,18 1,21

Perlakuan M0 M1 M2 M3

Rataan 9,97 34,08 37,89 41,97

·A ·B

·C ·D

Uji Jarak Duncan Faktor A

Sy 0,32

P 2 3 4

SSR 0,01 2,92 3,07 3,15

LSR 0,01 0,95 1,00 1,02

Perlakuan A0 A1 A2

Rataan 25,94 29,95 37,03

·A ·B


(5)

Uji Jarak Duncan Faktor M x A

Sy 0,65

P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

SSR 0,01 2,92 3,07 3,15 3,22 3,28 3,31 3,34 3,37 3,38 3,41 3,44 3,45

LSR 0,01 1,89 1,99 2,04 2,09 2,13 2,15 2,17 2,19 2,19 2,21 2,23 2,24

Perlakuan M0A0 M0A1 M0A2 M1A0 M1A1 M2A0 M3A0 M1A2 M2A1 M2A2 M3A1 M3A2

Rataan 0,71 1,98 7,28 10,74 11,00 11,07 12,07 12,34 12,55 14,27 14,40 15,49

a b

·c d


(6)

lampiran 11. Foto Lahan Penelitian