Tanaman yang diberikan mikoriza mendapat serangan F. oxysporum yang lebih kecil . Hal ini terlihat pada perlakuan M1 mikoriza 10 g, M2 mikoriza 20
g, dan M3 mikoriza 30 g. Hal ini menunjukkan bahwa mikoriza mampu menekan serangan F. oxysporum. Nurbaity dkk, 2009 menyebutkan bahwa
Mikoriza adalah simbiosis antara fungi dengan akar tanaman yang memiliki banyak manfaat dibidang pertanian, diantaranya adalah membantu meningkatkan
status hara tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan, penyakit dan kondisi tidak menguntungkasn lainnya.
b. Pengaruh Arang A Terhadap Persentase Serangan F. oxysporum
Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa penggunaan arang berpengaruh nyata terhadap Persentase Serangan F. oxysporum pada tanaman
cabai. Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda nyata maka dilakukan Uji Jarak Duncan, pada Tabel 2. Lampiran 3-10 dapat dilihat jenis arang yang
digunakan dalam menekan F. oxysporum
Tabel 2. Uji Rataan Persentase Serangan F. oxysporum faktor arang A untuk setiap waktu pengamatan MSI.
Perlakuan Minggu setelah inokulasi MSI
1 MSI 2 MSI
3 MSI 4 MSI
5 MSI 6 MSI
7 MSI 8 MSI
A0 2,12
3,21 3,21
5,38 8,58a
12,57a 15,06A
15,39A A1
2,12 3,21
3,21 3,21
4,81b 7,89b
12,21B 12,55B
A2 2,12
2,12 3,21
3,21 3,21c
6,98b 9,53C
9,13C Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf kapital berbeda pada kolom yang
sama berbeda sangat nyata dan angka dengan notasi huruf kecil pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 1 menurut Uji Jarak Duncan.
.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil yang diperoleh faktor arang pada pengematan 2 msi sampai 8 msi berpengaruh nyata terhadap Persentase Serangan penyakit
F. oxysporum. Pada pengamatan 8 msi perlakuan tanpa arang A0 berbeda nyata terhadap perlakuan arang sekam padi A1 dan perlakuan arang cangkang kelapa
sawit A2. Persentase Serangan tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa arang A0 Sebesar 15,39 dan yang terendah terdapat pada perlakuan arang cangkang
kelapa sawit A2 sebesar 9,13 .
Gambar 5. Histogam Persentase Serangan F.oxysporum pada cabai dengan perlakuan arang untuk setiap waktu pengamatan MSI.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan arang dalam menekan perkembangan penyakit layu fusarium dapat digunakan sebagai salah satu
alternatif dalam pengendalian. Hersanti 1997 arang cangkang kelapa sawitmempunyai kemampuan menjadi media tumbuh yang baik bagi beberapa
jamur antagonis, sehingga perkembangan jamur MVA menjadi lebih baik, dan mampu menekan jamur penyebab penyakit tumbuhan.
0,00 5,00
10,00 15,00
20,00
1 MSI 2 MSI 3 MSI 4 MSI 5 MSI 6 MSI 7 MSI 8 MSI Minggu Setelah Inokulasi MSI
P e
rs e
n ta
se S
e ra
n g
a n
A0 A1
A2
Universitas Sumatera Utara
c. Pengaruh Faktor Interaksi Perlakuan Mikoriza M dengan Arang A Terhadap Persentase Serangan F. Oxysporum
Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa faktor interaksi perlakuan mikoriza M dengan arang A berpengaruh nyata terhadap Persentase
Serangan F. oxysporum pada tanaman cabai. Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda nyata maka dilakukan Uji Jarak Duncan, tabel 3 Lampiran 3-10
memperlihatkan interaksi antara mikoriza dan arang.
Tabel 3. Uji Rataan Persentase Serangan F. Oxysporum pada faktor interaksi perlakuan Mikoriza M dengan Arang A untuk setiap waktu
pengamatan MSI.
Perlakuan Minggu setelah inokulasi MSI
1 MSI 2 MSI
3 MSI 4 MSI
5 MSI 6 MSI
7 MSI 8 MSI
M0A0 0,71
2,15 2,15
3,60 6,42
8,16 9,58a
10,02a M0A1
0,71 2,15
2,15 2,15
4,29 6,95
9,13a 9,58a
M0A2 0,71
0,71 2,15
2,15 2,15
5,74 8,61a
8,61a M1A0
0,71 0,71
0,71 2,15
2,15 5,74
7,63a 7,63a
M1A1 0,71
0,71 0,71
0,71 0,71
2,15 5,74b
5,74b M1A2
0,71 0,71
0,71 0,71
0,71 2,15
2,15c 2,15c
M2A0 0,71
0,71 0,71
0,71 2,15
2,15 2,15c
2,15c M2A1
0,71 0,71
0,71 0,71
0,71 0,71
0,71d 0,71d
M2A2 0,71
0,71 0,71
0,71 0,71
0,71 0,71d
0,71d M3A0
0,71 0,71
0,71 0,71
0,71 0,71
0,71d 0,71d
M3A1 0,71
0,71 0,71
0,71 0,71
0,71 0,71d
0,71d M3A2
0,71 0,71
0,71 0,71
0,71 0,71
0,71d 0,71d
Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 menurut Uji Jarak Duncan.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pengamatan 1– 6 msi pada masing – masing perlakuan tidak berbeda nyata terhadap Persentase Serangan
penyakit layu fusarium sedangkan pada pengamatan 7–8 msi pada masing – masing perlakuan berbeda nyata. Pada pengamatan 8 msi, M1A2 mikoriza 10g
Universitas Sumatera Utara
dan arang cangkang kelapa sawit, M2A0 mikoriza 20g dan tanpa arang, M2A1 mikoriza 20g dan arang sekam padi, M2A2 mikoriza 20g dan arang cangkang
kelapa sawit, M3A0 mikoriza 30g dan tanpa arang, M3A1 mikoriza 30 g dan arang sekam padi, M3A2 mikoriza 30g dan arang cangkang kelapa sawit
berbeda nyata terhadap perlakuan MOA0 tanpa perlakuan, M0A1 tanpa mioriza dan arang sekam padi, M0A2 tanpa mikoriza dan arang cangkang kelapa sawit
dan M1A1 mikoriza 10g dan arang sekam padi.
Gambar 6. Histogam Persentase Serangan F. oxysporum pada faktor interaksi perlakuan mikoriza M dengan arang A untuk setiap waktu pengamatan
MSI
Pengaruh interaksi antara aplikasi mikoriza dengan arang yang berbeda berpengaruh nyata pada pengamatan 7 msi – 8 msi. Pada pengamatan 8 msi
Persentase Serangan tertinggi terdapat pada perlakuan M0A0 tanpa perlakuan 10,02 , yang diikuti dengan perlakuan M0A1 tanpa mikoriza dengan arang
sekam padi 9,58 , M0A2 tanpa mikoriza dengan arang cangkang kelapa sawit yaitu 8,61 , M1A1 mikoriza 10g dengan arang sekam padi 5,74 , dan diikuti
oleh M1A2 mikoriza 10 g dengan arang cangkang kelapa sawit, M2A0
0,00 2,00
4,00 6,00
8,00 10,00
12,00
M A
M A
1 M
A 2
M 1
A M
1 A
1 M
1 A
2 M
2 A
M 2
A 1
M 2
A 2
M 3
A M
3 A
1 M
3 A
2
P e
rs e
n ta
se S
e ra
n g
a n
Minggu Setelah Inokulasi MSI 1 MSI
Minggu Setelah Inokulasi MSI 2 MSI
Minggu Setelah Inokulasi MSI 3 MSI
Minggu Setelah Inokulasi MSI 4 MSI
Minggu Setelah Inokulasi MSI 5 MSI
Universitas Sumatera Utara
mikoriza 20 g dan tanpa arang yaitu 2,15 , M2A1 mikoriza 20 g dengan arang sekam padi, M2A2 mikoriza 20 g dengan arang cangkang kelapa sawit, M3A0
mikoriza 30 g dan tanpa arang, M3A1 mikoriza 30 g dengan arang sekam padi, M3A2 mikoriza 30 g dengan arang cangkang kelapa sawit yaitu sebesar 0,71
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh penggunaan mikoriza pada 1 - 6 msi tidak berbeda nyata terhadap persentase serangan F.oxysporum. Namun
pada umur 7 – 8 msi interaksi kombinasi perlakuan menunjukkan pengaruh nyata. Kombinasi perlakuan paling efektif dalam menekan serangan jamur.
F. oxysporum terdapat pada perlakuan, M2A1, M2A2, M3A0, M3A1, M3A2 sebesar 0,71 . dan M1A2, M2A0 sebesar 2,15.
Tingginya Persentase Serangan penyakit pada perlakuan M0A0, M0A1 dan M0A2 dikarenakan tidak adanya interaksi antara mikoriza dan arang
dilapangan, Dewi 2007 menyatakan Akar tanaman yang terbungkus oleh mikoriza akan menyebabkan akar tersebut terhindar dari serangan hama dan
penyakit. Infeksi patogen akar akan terhambat, disamping itu mikoriza akan menggunakan semua kelebihan karbohidrat dan eksudat akar lainnya, sehingga
tercipta lingkungan yang tidak cocok bagi pertumbuhan patogen. Sedangkan Persentase Serangan penyakit terendah terdapat pada perlakuan
M2A1, M2A2, M3A0, M3A1, M3A2 yaitu sebesar 0,71 hal ini dikarenakan adanya interaksi dan simbios yang terjadi antara tanaman, mikoriza dan arang
sehingga akar tanaman mengalami perubahan morfologi sehingga tahan terhadap penyakit layu fusarium. Nurbaity 2009 menyatakan bahwa Mikoriza adalah
simbiosis antara fungi dengan akar tanaman yang memiliki banyak manfaat dibidang pertanian, diantaranya adalah membantu meningkatkan status hara
Universitas Sumatera Utara
tanaman, meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kekeringan, penyakit dan kondisi tidak menguntungkasn lainnya.
Interaksi antara mikoriza dan arang akan meningkatkan pertumbuhan dari mikoriza hal ini dapat terlihat pada tabel 4 yaitu perlakuan M2A1, M2A2, M3A0,
M3A1, M3A2, diketahui bahwa gejala serangan yang diakibatkan oleh patogen tular tanah mengalami penurunan atau sama sekali tidak terserang. Hal ini sesuai
dengan Rossiana 2009 Cendawan mikoriza arbuskula CMA merupakan salah satu mikroorganisme antagonis yang dapat digunakan untuk mengendalikan
patogen tular tanah. Mekanisme perlindungan tanaman inang oleh CMA terhadap patogen tular tanah meliputi kompetisi fotosintat, kompetisi tempat kolonisasi dan
infeksi, modifikasi morfologi akar tanaman inang serta antibiosis.
Produksi Tanaman
a. Pengaruh Bio-VA Mikoriza Terhadap Produksi Cabai gplot
Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa aplikasi mikoriza berpengaruh sangat nyata terhadap produksi cabai gplot. Untuk mengetahui
perlakuan mana yang berbeda sangat nyata maka dilakukan Uji Jarak Duncan, dapat dilihat pada Lampiran 10.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi mikoriza dengan dosis yang berbeda sangat nyata terhadap produksi cabai gplot. Pada
perlakuan M3 aplikasi mikoriza dengan dosis 30 g berpengaruh sangat nyata terhadap M2 aplikasi mikoriza dengan dosis 20 g, diikuti dengan perlakuan M1
aplikasi dengan dosis 10 g, dan perlakuan M0 tanpa aplikasi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. Uji Rataan produksi cabai pada perlakuan mikoriza M gplot Perlakuan
Rataan gplot M0
9,97D M1
34,08C M2
37,89B M3
41,97A
Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda sangat nyata pada taraf 1 menurut Uji Jarak Duncan.
Hasil penelitian menunjukan produksi tertinggi terdapat pada perlakuan M3 aplikasi mikoriza 30g yaitu sebesar 41,97 gplot diikuti dengan perlakuan
M2 aplikasi mikoriza 20g 37,89 gplot, M1 aplikasi mikoriza 10g 34,08 gplot, dan M0 tanpa aplikasi mikoriza yaitu 9,97 gplot.
Gambar 7. Histogam rataan produksi cabai gplot pada perlakuan mikoriza M
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa Persentase Serangan penyakit mempengaruhi rendahnya produksi cabai pada perlakuan M0 yaitu 9,97 gplot,
yang mengakibatkan penyakit berkembang cepat dengan Persentase Serangan yang tinggi, sehingga mengakibatkan rendahnya produksi karena terganggunya
proses fisiologis pada tanaman. Sedangkan pada perlakuan M3 yang mampu
0,00 10,00
20,00 30,00
40,00 50,00
M0 M1
M2 M3
R a
ta a
n P
ro d
u k
si g
r p
lo t
Perlakuan
Rataan grplot
Universitas Sumatera Utara
menekan pertumbuhan penyakit layu fusarium sehingga mempunyai produksi paling tinggi dari pada M1 dan M2 yaitu sebesar 41,97 gplot. Hal ini
dikarenakan dosis yang digunakan lebih tinggi dari pada perlakuan M0, M1 dan M2 yaitu sebesar 30g, Musfal 2010 Infeksi CMA pada akar tanaman jagung
sangat dipengaruhi oleh dosis CMA atau pupuk yang diberikan. Tanpa pemberian pupuk, infeksi CMA meningkat sejalan dengan bertambahnya dosis CMA hingga
15 g tanaman.
b. Pengaruh Arang Terhadap Produksi cabai gplot