Gambar 16.A. Sistem adhesif self-etching primer B Sistem adhesif total- etchC.Stress Decreasing Resin D.Methylene blue 2 E. Resin
komposit flowable konvensionalbawah dan Resin komposit nanohybridatas F. Sticky wax G. Cat kuku
4.5.3 Prosedur Penelitian
a. Persiapan sampel Sampel berjumlah 40 buah gigi premolar satu dan dua maksila yang telah
diekstraksi untuk keperluan ortodonti dibersihkan dengan menggunakan skeler elektrik, kemudian dimasukkan ke dalam wadah plastik yang berisikan larutan saline
dan sampel dibiarkan dalam keadaan terendam. Selanjutnya sampel dibagi menjadi 4 kelompok secara random dan setiap kelompok perlakuan berjumlah 10 sampel serta
ditanam dalam balok gips untuk memudahkan preparasi dan restorasi.
Gambar 17. 40 buah sampel yang ditanam dalam balok gips
b. Perlakuan sampel penelitian 1.
Preparasi Sampel Bentuk outline form kavitas pada gigi premolar maksila menggunakan pensil
kayu dan dengan bantuan jangka, penggaris dan kedalaman mata bur, bentuk desain restorasi klas V berbentuk saucer dengan batas servikal 1mm diatas Cemento Enamel
Juntion CEJ, dengan lebar 4 mm dan panjang 2 mm untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat, serta kedalaman kavitas 2 mm.
Gambar 18. Desain kavitas, dengan ukuran 4x2x2mm
Preparasi kavitas menggunakan high speed handpiece dan akses ke jaringan karies di enamel dan dentin menggunakan diamond burdan preparasi dimulai pada
enamel permukaaan servikal. Selanjutnya kavitas diperdalam dengan memasukkan bur perlahan-lahan dengan kecepatan sedang sehingga mencapai kedalaman seluruh
kepala bur 1,5-2mm. Kemudian kavitas diperluas sampai membentuk outline form dengan
menggunakan diamond bur. kedalaman kavitas yang dibentuk adalah 2 mm dengan pembagiannya 1mm untuk intermediate layer, yaitu Stress Decreasing Resin dan
1mm untuk lapisan penutup, yaitu resin komposit nano hybrid. Setelah preparasi selesai, kavitas dicuci dengan air dan dikeringkan.
2. Restorasi Sampel
Kelompok I diberikan perlakuan aplikasi self-etching primer dengan menggunakan brush selama 15 detik. Selanjutnya disinar selama 10 detik untuk
proses polimerisasi. Aplikasikan Stress Decreasing Resin dengan ketebalan 1 mm dan kemudian disinari selama 20 detik. Selanjutnya untuk tahap akhir, aplikasikan
resin komposit nano hybrid dan kemudian disinari selama 20 detik dengan ketebalan 1mm.
Kelompok I
Kelompok II diberikan perlakuan aplikasi etsa dengan menggunakan brush selama 15 detik, kemudian dibilas dengan air dan struktur gigi gigi dijaga dan
dipertahankan untuk tetap dalam keadaan yang lembab moist. Selanjutnya bonding diaplikasikan sehingga akan berpenetrasi ke dalam struktur yang ireguler dan disinar
selama 20 detik untuk proses polimerisasi. Aplikasikan stress decreasing resin sebagai intermediate layer dengan ketebalan 1 mm dan kemudian disinari selama 20
detik. Selanjutnya untuk tahap akhir, aplikasikan resin komposit nano hybrid dan kemudian disinari selama 20 detik.
Kelompok II
Kelompok III diberikan perlakuan aplikasi self-ethcing primer dengan menggunakan brush selama 15 detik. Selanjutnya disinar selama 10 detik untuk
proses polimerisasi. Aplikasikan resin komposit flowable dengan ketebalan 1 mm dan kemudian disinari selama 20 detik. Selanjutnya untuk tahap akhir, aplikasikan resin
komposit nano hybrid dan kemudian disinari selama 20 detik dengan ketebalan 1 mm.
Kelompok III
Kelompok IV diberikan perlakuan aplikasi etsa dengan menggunakan brush selama 15 detik, kemudian dibilas dengan air dan struktur gigi dijaga dan
dipertahankan untuk tetap dalam keadaan yang lembab moist. Selanjutnya bonding diaplikasikan sehingga akan berpenetrasi ke dalam struktur yang ireguler dan disinar
selama 20 detik untuk proses polimerisasi. Aplikasikan resin komposit flowable sebagai intermediate layer dengan ketebalan 1 mm dan kemudian disinari selama 20
detik. Selanjutnya untuk tahap akhir, aplikasikan resin komposit nano hybrid dan kemudian disinari selama 20 detik .
Kelompok IV
3. Finishing dan Polishing
Tahap finishing restorasi dilakukan menggunakan fine finishing bur untuk membuang resin komposit yang berlebihan, kemudian polis menggunakan bur polis
berbasissilicone enhancepada seluruh permukaan restorasi. proses preparasi, restorasi dan finishing dilakukan oleh operator yang sama.
Gambar 19. Proses restorasi sampel A Aplikasi self-etching primer selama 15 detik, B Penyinaran selama 10 detik, C 1. Aplikasi Stress Decreasing Resin
SDR sebagai intermediate layer pada kelompok I. 2. Aplikasi resin komposit flowable konvensional sebagai intermediate layer pada
kelompok III, D Penyinaran kembali selama 20 detik, E Aplikasi nanohybrid sebagai restorasi akhir, F Tahap finishing menggunakan
fine finishing bur, G Tahap polishing menggunakan bur enhance.
Gambar 20. Proses restorasi sampel A 1. Aplikasi total-etch selama 15 detik, 2. kemudian di bilas dengan air, 3. Struktur gigi di jaga dan dipertahankan
agar tetap dalam keadaan moist dengan absorband paper, B Aplikasikan bonding, C Penyinaran selama 20 detik, D 1. Aplikasi
Stress Decreasing Resin SDR sebagai intermediate layer pada kelompok II. 2. Aplikasi resin komposit flowable konvensional sebagai
intermediate layer pada kelompok IV, E Aplikasi nanohybrid sebagai restorasi akhir F Penyinaran selama 20 detik. G Tahap finishing
menggunakan fine finishing bur H Tahap polishing menggunakan bur enhance.
4. Water storage dan Thermocycling Seluruh sampel yang telah direstorasi dimasukkan kedalam wadah plastik
yang berisi saline dan direndam selama 24 jam. Kemudian dilakukan proses thermocycling menggunakan waterbath dengan terlebih dahulu memasukkan sampel
kedalam baker glass yang berisi air es bersuhu 5
o
C, diamkan selama 30 detik dan selanjutnya dipindahkan dengan waktu transfer 10 detik kedalam waterbath bersuhu
55
o
C, diamkan selama 30 detik serta dilakukan secara berulang sebanyak 200 kali putaran.
Gambar 21. A Sampel direndam dalam air es bersuhu 5
o
C, B Waktu transfer selama 10 detik, dan C Sampel direndam dalam waterbath bersuhu
55
o
C dan proses diulang sebanyak 200x. 5. Perendaman dalam larutan Methylene Blue 2
Bagian apeks seluruh sampel ditutupi dengan sticky wax sekitar 2 mm dari bagian servikal dan seluruh permukaan gigi dilapisi dengan 2 lapis cat kuku kecuali
1mm di sekitar tepi restorasi. Kemudian dibiarkan mengering di udara terbuka hingga tidak terasa lengket lagi. Setelah itu, lakukan perendaman Methylene Blue 2 selama
24 jam pada suhu kamar. Selanjutnya, seluruh gigi dibersihkan dari zat warna pada air mengalir dan dikeringkan.
Gambar 22. Perendaman 27 sampel dalam larutan Methylene Blue 2
6. Pengukuran celah mikro Sampel ditempatkan pada bais sebagai penahan, kemudian sampel dibelah
dari arah bukolingual dengan menggunakan disc bur. Pengamatan celah mikro dilakukan dengan melihat penetrasi zat warna mesial dan distal pada sisi Methylene
Blue 2 pada tepi restorasi melalui stereomikroskop dengan pembesaran 20x. Pengamatan dan penilaian skor dilakukan oleh 2 orang untuk menghindari terjadinya
subjektivitas.
Gambar 23. A Pengamatan dilakukan dengan menggunakan stereomikroskop, dan B pembesaran stereomikroskop 20x
Derajat celah mikro ditentukan dengan mengamati perluasan Methylene Blue 2 dari sisi gigi yang perluasannya paling panjang dan dinilai dengan sistem
penilaian standar dengan skor 0-3 seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Arslan S dkk 2013.
10
Tabel 2. Skor Penetrasi Zat Warna. SKOR
DEFINISI Tidak ada penetrasi
1 Penetrasi melibatkan 12 dinding kavitas
2 Penetrasi melibatkan lebih dari 12 dinding kavitas
3 Penetrasi melibatkan dinding aksial
Gambar 24. Skema penentuan skor celah mikro berdasarkan penetrasi zat pewarna.
4.6 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji statistik non parametrik yaitu uji Kruskal-Wallis Test untuk melihat perbedaan di antara seluruh kelompok
perlakuan terhadap celah mikro dan uji Mann-Whitney Test untuk mengetahui perbedaan celah mikro pada masing-masing kelompok perlakuan dengan derajat
kemaknaan α = 0,05 pada setiap analisis data.
BAB 5 HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan terhadap 40 gigi premolar rahang atas yang dibagi dalam empat kelompok perlakuan, dan setiap kelompok di preparasi dengan kavitas
klas V. Kelompok I menggunakan sistem adhesif self-etching primer dan Stress Decreasing Resin SDR sebagai intermediate layer. Kelompok II menggunakan
sistem adhesif total-etch dan Stress Decreasing Resin SDR sebagai intermediate layer. Kelompok III menggunakan sistem adhesif self-etching primerdanresin
komposit flowable sebagai intermediate layer. Kelompok IV menggunakan sistem adhesif total-etchdan resin komposit flowable sebagai intermediate layer.
Sebelum dilakukan pengujian, dilakukan proses thermocycling dengan menggunakan waterbath. Thermocycling adalah sebuah proses untuk mensimulasikan
perubahan suhu pada rongga mulut. Pada proses thermocycling ini, dipakai suhu 5°C dan 55°C. Kemudian uji celah mikro dilakukan terhadap sampel dengan melihat
penetrasi zat warna menggunakan streomikroskop dengan pembesaran 20 x. Hasil yang diperoleh adalah berupa panjang penetrasi zat warna methylene blue 2 melalui
tepi restorasi yang dikategorikan dalam skor kebocoran 0-3, dimana skor 0 menunjukkan tidak ada penetrasi zat warna, skor 1 menunjukkan penetrasi zat warna
hingga ½ dinding kavitas, skor 2 menunjukkan penetrasi zat warna hingga lebih dari ½ dinding kavitas dan skor 3 menunjukkan penetrasi zat warna mencapai dinding
aksial kavitas. Hasil pengamatan terhadap celah mikro pada kelompok I menggunakan
sistem adhesif self-etching primer dan Stress Decreasing Resin SDR sebagai intermediate layer,diperoleh 2 sampel yang berskor 0; 3 sampel yang berskor 1; 2
sampel berskor 2 dan 3 sampel berskor 3. Pada kelompok II yang menggunakan sistem adhesif total-etch dan Stress Decreasing Resin SDR sebagai intermediate
layer, diperoleh 6 sampel yang berskor 0; 2 sampel yang berskor 1 dan 2 sampel berskor 2. Pada kelompok III yang menggunakan sistem adhesif self-etching
primerdan resin komposit flowable sebagai intermediate layer,diperoleh 3 sampel