Analisis Putusan Kasus Praperadilan pada Pengadilan Negeri Medan.

A. Analisis Putusan Kasus Praperadilan pada Pengadilan Negeri Medan.

Lembaga Praperadilan pada dasarnya bertujuan untuk menegakkan hukum, keadilan, dan kebenaran melalui pengawasan horizontal sehingga pendekatan yang digunakan adalah pendekatan untuk mencari kebenaran materil, sehingga harus dihindari sikap “formalistic legal thingking”, sehingga sidang praperadilan yang diadakan atas permintaan tersangka atau terdakwa ataupun keluarganya ataupula atas kuasanya merupakan suatu forum yang terbuka yang dipimpin seorang hakim atau lebih untuk memanggil pihak penyidik atau jaksa penuntut umum yang telah melakukan upaya paksa agar mempertanggungjawabkan tindakannya di muka forum yang bersangkutan, apakah benar-benar beralasan dan berlandaskan hukum. Dalam hal ini pihak penyidik atau penuntut umum wajib membuktikan bahwa tindakannya sah dan tidak melanggar hukum. Untuk itu penyidik atau penuntut umum harus membuktikan bahwa dia memiliki semua syarat-syarat hukum yang diperlukan, baik berupa syarat-syarat formal maupun materiil. Seperti surat perintah penangkapan atau penahanan, adanya dugaan keras telah melakukan tindak pidana yang didukung oleh bukti permulaan yang cukup, ataupun dalam hal penahanan adanya alasan yang nyata dan konkrit bahwa si pelaku akan melarikan diri, menghilangkan barang bukti atau menggulangi kejahatannya. Dalam hubungan ini dapat diperhatikan beberapa perkara praperadilan yang diputus oleh Pengadilan Negeri Medan sebagai upaya perlindungan hukum terhadap hak asasi yang dilanggar oleh aparat penegak hukum: Universitas Sumatera Utara I. Anotasi Putusan Pengadilan Negeri Nomor : 04Pra.pid2007PN.Mdn Tentang Penghentian Penyidikan oleh Kepolisian Daerah Sumatera Utara. Pemohon Praperadilan ini adalah Husin, selaku kuasa Direksi PT. Adi Perkasa Buana, berkedudukan di Jalan Penjajai No. 6 Jakarta Utara, yang diangkat berdasarkan Akte Kuasa Direksi No. 18 tanggal 23 Agustus 2006, dalam hal ini diwakili kuasanya Abdulrahman, SH, M.Hum, dkk, advokatpengacara, berkantor di Jalan Prof. H.M. Yamin, SH No. 253 Medan. Terhadap Kepolisian Republik Indonesia Cq Kepala Kepolisian Sumatera Utara, Kepolisian Republik Indonesia Cq Direktur Direktur Reserse Kriminal Kepolisian Daerah Sumatera Utara, Kepolisian Republik Indonesia Cq Kasat I Pidana Umum Kepolisian Daerah Sumatera Utara, Kepala Kepolisian Republik Indonesia Cq. Kepala Unit I Jahtanras Kepolisian Daerah Sumatera Utara, kesemuanya berkantor di Jalan sisingamangaraja Km. 10,5 No. 60 Medan, selaku termohon praperadilan. 1. Dasar Hukum Permohonan Praperadilan a. Termohon Praperadilan melakukan penghentian penyidikan terhadap tindak pidana merk, berdasarkan Surat Ketetapan No. Pol: SP – TAP252 BIX2006 tanggal 23 November 2006. b. Termohon Praperadilan melanggar Pasal 77 KUHAP yang menyebutkan “Pengadilan Negeri berwenang untuk memeriksa dan memutuskan tentang sah atau tidaknya penghentian penyidikan”. Universitas Sumatera Utara c. Pemohon Praperadilan adalah pihak ketiga yang berkepentingan sebagaimana ditentukan dalam pasal 80 KUHAP. 2. Fakta-fakta Hukum Di dalam perkara praperadilan ini, diperoleh sejumlah fakta-fakta yuridis, sebagai berikut: a. Bahwa Pemohon Praperadilan adalah pemilik, pemegang hak dan pemakai pertama Merk Dagang Dong Feng dan DF di Indonesia untuk jenis barang-barang mesin, diantaranya mesin diesel, diesel engine dan motor diesel yang telah bersertifikat merk masing-masing dengan Sertifikat Merk tanggal 7 Desember 1985 No. 200111 dan telah diperpanjang dengan No. 353024 tanggal 2 Februari 1996, Sertifikat Merk tanggal 19 Mei 1987 No. 219452 dan telah diperpanjang dengan No. 385410 tanggal 3 September 1997, Sertifikat Merk tanggal 19 Mei 1987 No. 219453 dan telah diperpanjang dengan No. 385413 tanggal 3 September 1997. b. Bahwa sekitar awal tahun 2002, Herry Chandra selaku Direktur CV. HRC Diesel Industri, berkedudukan di Medan, meminta kepada pemohon agar dijadikan mitra untuk memasarkan mesin-mesin tersebut kepada konsumen, yang dibuatdituangkan dalam Akta Perjanjian dan Kesepakatan Bersama No. 18 tanggal 14 Maret 2002 yang dibuat dihadapan Mutiara Hartanto, SH., NotarisPPAT di Jakarta. c. Bahwa isi perjanjian kerjasama tersebut pada pokoknya adalah mengenai lisensi yang diberikan pemohon pada Henry Chandra atas penggunaan Merk Dong Feng Universitas Sumatera Utara dan DF milik pemohon, khusus dan hanya pada mesin diesel, diesel engine dan motor diesel, untuk jangka waktu 5 tahun terhitung sejak tanggal 1 Mei 2002 dan berakhir pada tanggal 1 Mei 2007, namun sekitar tahun 2006 ternyata ditemukan mesin diesel Merk Dong Feng dan DF milik pemohon ditempel dengan Merk Misaki milik Herry Chandra tanpa seijin dan persetujuan Pemohon selaku pemilik dan pemegang Merk Dong Feng dan DF yang sah. d. Bahwa atas tindakan Herry Chandra tersebut, pemohon membuat laporan kepada Termohon I dengan laporan polisi No. Pol: LP254VIII2006Dit Reskim tanggal 29 Agustus 2006 namun dihentikan oleh termohon Surat Ketetapan No. Pol: SP – TAP252 BIX2006 tertanggal 23 November 2006 tentang Penghentian Penyidikan dengan dasar bahwa berdasarkan hasil penyidikan terhadap tersangka, Saksi Ahli dan Barang Bukti ternyata peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana yang disangkakan kepada tersangka tidak cukup bukti, atau peristiwa tersebut bukan tindak pidana atau penyidikan dihentikan demi hukum, sehingga perlu mengeluarkan Surat Perintah ini. e. Bahwa menurut pemohon praperadilan, setiap perbuatan yang menggunakan merk tanpa hak adalah jelas merupakan tindak pidana merk sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 90 UU No. 15 Tahun 2001 tentang merk yang berbunyi: “ barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan merk yang sama pada keseluruhannya dengan merk terdaftar oleh pihak lain untuk barang danatau jasa sejenis yang diproduksi danatau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara Universitas Sumatera Utara paling lama 5 tahun danatau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,- satu milyar rupiah. 3. Analisis Putusan Pokok utama dari perkara ini adalah mengenai tindakan termohon praperadilan dalam melakukan penghentian penyidikan berdasarkan Surat Ketetapan No. Pol: SP – TAP252 BIX2006 tertanggal 23 November 2006 tentang pengehentian penyidikan tersebut sudah sah dan tepat menurut hukum ataukah tidak sah dan bertentangan dengan hukum. Permintaan untuk memeriksa sah atau tidaknya suatu penghentian penyidikan atau penuntutan diajukan oleh penyidik atau penuntut umum atau pihak ketiga yang berkepentingan kepada Ketua Pengadilan Negeri dengan menyebutkan alasannya. 121 Meskipun KUHAP tidak memberi batasan pengertian yang jelas tentang siapa yang dimaksud dengan Pihak Ketiga yang berkepentingan, namun dapat dipahami bahwa salah satu yang dimaksudkan sebagai pihak ketiga yang berkepentingan termasuk didalamnya adalah saksi korban atau saksi pelapor, tidak hanya itu pengertian pihak ketiga diperluas lagi oleh M. Yahya Harahap, SH, dimana bukan hanya terbatas pada saksi korban tindak pidana atau saksi pelapor, bahkan meliputi masyarakat luas yang diwakili LSM atau Organisasi kemasyarakatan. 122 Oleh karenanya pemohon sebagai 121 Pasal 80 KUHAP 122 M. Yahya Harahap, Op.Cit, hlm 11. Universitas Sumatera Utara korban sekaligus sebagai saksi pelapor memiliki hak untuk mengajukan permohonan praperadilan ini. Dengan demikian, pernyatakan termohon yang menyatakan bahwa pemohon praperadilan tidak memiliki hak untuk mengajukan praperadilan adalah salah, dimana semula termohon menyatakan bahwa yang berhak mengajukan praperadilan adalah penyidik, penuntut umum dan pihak ketiga dan pemohon tidak termasuk ketiganya karena menurut penyidik yang dimaksud pihak ketiga disini hanya tersangka atau apabila pemohon selaku tersangka. Dari hal tersebut nampak bahwa pemohon memiliki hak penuh untuk melakukan praperadilan karena pemohon merupakan pihak ketiga yang merasa dirugikan oleh tersangka yang menempelkan nama Misaki disamping merk Dong Feng dan DF, dimana perbuatan tersebut telah melanggar akta perjanjian yang dibuat dihadapan notaris. Perbuatan yang dilakukan oleh termohon tersebut, didasari dengan alasan bahwa berdasarkan hasil penyidikan terhadap tersangka, Saksi Ahli dan Barang Bukti ternyata peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana yang disangkakan kepada tersangka tidak cukup bukti, atau peristiwa tersebut bukan tindak pidana atau penyidikan dihentikan Jika ditinjau dari segi penegakan hukum dan teknis peradilan, yang berwenang menentukan cukup tidaknya bukti atau bersalah tidaknya seseorang adalah hakim dalam persidangan pengadilan, jadi bukan penyidik atau penuntut umum. Universitas Sumatera Utara Oleh karena itu, putusan praperadilan yang telah mengabulkan permohonan praperadilan pemohon tentang tidak sahnya Surat Ketetapan No. Pol: SP – TAP252 BIX2006 tertanggal 23 November 2006 tentang penghentian penyidikan tersebut, telah memberikan perlindungan hukum atas hak-hak pemohon praperadilan sebagai selaku pemilik atas Merk Dagang Dong Feng dan DF di Indonesia. Majelis hakim dalam perkara tersebut telah merumuskan konstruksi hukum untuk menemukan makna yang aktual dari rumusan praperadilan dalam KUHAP, melalui pendekatan pengertian yang tepat dan aktual, berdasarkan unsur “kehendak pembuat undang-undang” legislative power dan kehendak publik public purpose, sehingga menjadi rechtsvinding dalam memberikan rasa keadilan. II. Anotasi Putusan Pengadilan Negeri Nomor : 29Pra.pid2007PN.Mdn Tentang penggeledahan, penahanan dan penahanan oleh Kepolisian Daerah Sumatera Utara. Pemohon praperadilan adalah M. Richard Manik, SH, umur 47 tahun, Pekerjaan Wartawan, Alamat Jalan Melur II No. 38 Helvetia, Kecamatan Medan Helvetia, dalam hal ini diwakili oleh kuasa hukumnya Martha Sitorus, SH, dkk, AdvokatPenasehat Hukum dari LBH Menara Keadilan Medan, berkantor di Jalan Bambu No. 64 Medan. Universitas Sumatera Utara Terhadap Kepolisian Republik Indonesia Cq Kepala Kepolisian Sumatera Utara, Cq. Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara, Cq. Direktur Narkoba Polda Sumatera Utara, berkantor di Jalan Sisingamangaraja Km. 10,5 No. 60 Medan, selaku termohon praperadilan. 1. Dasar hukum permohonan praperadilan a. Termohon praperadilan melakukan penggeledahan, penangkapan, penahanan kepada pemohon praperadilan tanpa adanya bukti permulaan yang cukup. b. Termohon praperadilan melanggar Pasal 77 KUHAP yang menyebutkan “Pengadilan Negeri berwenang untuk memeriksa dan memutuskan sah atau tidaknya penangkapan dan penahanan.” 2. Fakta-fakta hukum Didalam perkara praperadilan ini, diperoleh sejumlah fakta-fakta yuridis, sebagai berikut: a. Bahwa pemohon praperadilan adalah pemilik kantor media Surat Kabar Independen Suara Pekerja Merdeka SPM yag terletak di Jalan Sidodame No. 30 B Medan. b. Bahwa Termohon praperadilan melakukan penangkapan terhadap diri Pemohon tidak ada ditemukan bukti permulaan yang cukup, akan tetapi Universitas Sumatera Utara termohon melakukan penangkapan kepada pemohon pada penggeledahan pertama dan langsung membawa pemohon menuju Poldasu dan kemudian termohon membawa pemohon ke TKP untuk melakukan penggeledahan ke 2 kalinya terhadap kantor pemohon dan kemudian termohon menemukan barang bukti berupa bungkusan warna coklat yang terletak diatas aquarium di toples plastik dan kemudian termohon langsung membawa pemohon ke kantor termohon, perbuatan mana adalah merupakan perbuatan yang bertentangan dengan kepatutan serta ketentuan hukum yang berlaku dan merupakan perbuatan yang sewenang-wenang, hal mana telah menyalahi ketentuan Pasal 17 dan 18 KUHAP. c. Bahwa penggeledahan tersebut dilakukan sebanyak 2 dua kali pada tanggal dan waktu yang berbeda yaitu penggeldahan tersebut dilakukan pada tanggal 18 November 2007, dimana penggeledahan pertama dilakukan pada pukul 16.30 dan penggeledahan kedua dilakukan pukul 17.00. d. Bahwa unsur yuridis penahanan terhadap diri pemohon yaitu penahanan atas diri pemohon seharusnya hanya dapat dilakukan terhadap yang melakukan Tindak Pidana atas percobaan maupun pemberian bantuan dalam tindak pidana. e. Bahwa termohon membantah dalil-dalil tersebut dengan argumentasi sesuai Pasal 21 KUHAP dan telah diperiksa saksi-saksi dan barang bukti serta petunjuk, sehingga sudah didasarkan pada bukti permulaan yang cukup. Universitas Sumatera Utara 3. Analisis Putusan Berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut, menunjukkan bahwa perkara ini berkaitan dengan perbedaan persepsi tentang bukti permulaan yang cukup yaitu bukti permulaan untuk menduga adanya tindak pidana. Menurut M. Yahya Harahap, pengertian bukti permulaan yang cukup harus diproporsionalkan sesuai dengan taraf pemeriksaan. Bukti permulaan yang cukup harus diperoleh sebelum penyidik melakukan penangkapan atau sebelum penyidik memerintahkan kepada penyelidik untuk melakukan penangkapan. Pada penyidikan sudah dapat dianggap cukup bukti apabila telah ditemukan penyidik batas batas minimum pembuktian yang dapat diajukan ke muka sidang pengadilan, sesuai dengan alat-alat bukti yang ditentukan dalam Pasal 184 KUHAP yaitu keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa. Pada kasus ini, termohon melakukan penggeledahan atau penahanan tidak disertai dengan bukti permulaan yang cukup yaitu berupa tidak adanya surat perintah penggeledahan ataupun penahanan, akan tetapi termohon menyangkal bahwa penggeledahan dan penangkapan tersebut dilakukan secara tertangkap tangan sehingga tidak diperlunya surat perintah dari pengadilan negeri. Penangkapan yang dilakukan secara tertangkap tangan sesuai dengan Pasal 18 ayat 3 KUHAP, maka pada saat penangkapan tidak diperlukan surat perintah dan penggeledahan yang dilakukan adalah sangat perlu dan mendesak dan pada saat itu Universitas Sumatera Utara tidak mungkin meminta izin dari ketua pengadilan dimana kalau tidak segera dilakukan penggeledahan barang bukti akan dihilangkan. Sedangkan dalam hal penggeledahan, pengadilan negeri membenarkan dilakukan secara 2 kali namun karena penggeledahan dilakukan pukul 16.001630 Wib dan sangat mendesak sekali maka tidaklah mungkin untuk dilakukan izin. Namun menurut penulis, setelah melihat keterangan termohon yang menyatakan bahwa penangkapan dilakukan secara tertangkap tangan sehingga tidak dimungkinkan meminta izin dari ketua pengadilan negeri dan sebagai gantinya dalam melakukan penggeledahan termohon memanggil istri kepling sebagai saksi. Sedangkan maksud tidak adanya bukti permulaan cukup untuk melakukan penangkapan dan penahanan terhadap pemohon tidak dapat dibuktikan oleh pemohon sehingga disini pemohon tidak berhasil membuktikan dalil-dalil permohonannya. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, maka sudah sesuai menurut apabila majelis Hakim yang menerima perkara ini menyatakan gugatan praperadilan pemohon ditolak, namun demikian yang perlu menjadi perhatian adalah terlindungnya hak-hak tersangka atau terdakwa sebagai bagian dari perlindungan hak asasi manusia atas penangkapan dan penahanan yang dilakukan sewenang-wenang. III. Anotasi Putusan Pengadilan Negeri Nomor : 25 Pra.pid2007PN.Mdn, sah tidaknya benda yang disita sebagai alat pembuktian. Pemohon Praperadilan adalah Drs. Erik Mulia Wijaya, beralamat di Jalan Bogaspati 4 No. 1 RT.00114, Kelutahan Bantarjati, Kecamatan Bogor Utara, Bogor, Universitas Sumatera Utara dalam hal ini diwakili oleh kuasa hukumnya, Marsaulina Manurung, SH, dkk, Pengacara, berkantor di uko Cempaka Mas Blok B-24 Jalan Letjend Suprapto, Jakarta Pusat. Terhadap Kepolisian Republik Indonesia Cq Kepala Kepolisian Sumatera Utara, Cq. Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara, beralamat di Jalan Sisingamangaraja Km. 10,5 No.60 Medan. 1. Dasar Hukum Permohonan Praperadilan: - Termohon Praperadilan melakukan penyitaan dan penyegelan terhadap produk tepung tapioka merek LIAUW TONG LIONG tertanggal 18 September 2007 milik Pemohon. 2. Fakta-Fakta Hukum a. Bahwa Pemohon Praperadilan adalah pemilik atas merek dagang LIAUW TONG LIONG Cap Tani Nelayan Boga Jaya yang telah terdaftar No. IDM000072396 pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI untuk jenis barang “Tepung Tapioka”. b. Bahwa Termohon telah melakukan penyitaan dan penyegelan terhadap produk tepung tapioka merek LIAUW TONG LIONG sebanyak 484 empat ratus delapan puluh empat karung 50 Kg dari Toko Hasan Medan Jl. Pasar No. 142133 Medan, Sumatera Utara dan 28 duapuluh delapan karung tepung Universitas Sumatera Utara tapioka 50 Kg dari Toko Bandung yang beralamat di Jalan Nusantara No. 176 Medan, Sumatera Utara. c. Bahwa penyitaan dan penyegelan yang dilakukan oleh termohon, tidak didasari dengan surat izin Ketua Pengadilan Negeri Medan. d. Bahwa Termohon membantah dalil tersebut dengan argumentasi bahwa pemohon bukalah pihak yang diperkenankan mengajukan permohonan praperadilan, karena pemohon bukanlah tersangka atau saksi dalam penyidikan serta tepung merek Cap Tani Nelayan bukan dari tangan pemohon tetapi dari tangan orang lain yaitu Joi Kim Leng Alias Aleng, Sartono Salim dan Sugiono. e. Bahwa termohon melakukan penyidikan terhadap tindak pidana merek atas barang tepung tapioka, dimana tepung tapioka merek “Cap Tani Nelayan” mempunyai kemiripan atau persamaan dengan tepung tapioka merek “Cap Orang Tani”, sehingga menjadi barang bukti dalam tindak pidana merek, oleh karena itu harus disita. 3. Analisis Putusan Berdasarkan fakta-fakta hukum dimaksud, menunjukkan perkara praperadilan ini berkaitan dengan sah tidaknya benda yang disita sebagai alat pembuktian. Universitas Sumatera Utara Sah tidaknya benda yang disita sebagai alat pembuktian dalam praperadilan dapat dilihat didalam Pasal 82 3 huruf d 123 , dalam hal ini praperadilan dapat ditetapkan bahwa “benda yang disita ada yang tidak termasuk alat pembuktian” karena “benda tersebut harus segera dikembalikan kepada tersangka atau dari siapa benda itu disita”. Dengan demikian apabila ditelaah maka praperadilan tidak hanya terbatas pada sah tidaknya penangkapan dan penahanan saja tetapi juga mengenai sah tidaknya benda yang disita sebagai alat pembuktian. Namun, walaupun pemohon praperadilan beranggapan sebagai pihak yang berkepentingan terhadap merek dagang Liauw Tong Liong Cap Tani Nelayan Boga Jaya, akan tetapi menurut hakim, pemohon tidak tepat alasannya dari pihak yang berkepentingan karena penentuan siapa pemilik merek yang sah yang berkaitan dengan dari pihak yang berkepentingan harus terlebih dahulu diajukan gugatan ke Pengadilan Niaga untuk menentukan status merek tersebut. Oleh karena itu sekalipun pemohon dilindungi tapi harus mengambil jalur yurisdiksi yang telah ditentukan oleh Undang-Undang yang berlaku. Oleh karena itu status sebagai pihak yang berkepentingan belum jelas dan terang dalam hukum. Dengan catatansyarat merek tersebut belum pernah diajukan perkaranya baik secara perdata maupun pidana. Sehingga dalam konteks yuridis, pemohon praperadilan tidak mempunyai kapasitas hukum yang sah untuk mengajukan permohonan praperadilan, disebabkan karena berdasarkan putusan mahkamah agung No. 2005 KPid2006 tanggal 24 Mei 123 Pasal 82 3 huruf d KUHAP: dalam hal putusan menetapkan bahwa benda yang disita ada yang tidak termasuk alat pembuktian, maka dalam putusan dicantumkan bahwa benda tersebut harus segera dikembalikan kepada tersangka atau dari siapa benda itu disita. Universitas Sumatera Utara 2007 yang menyatakan pada pokoknya terdakwa Erik Mulia Wijaya terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana dengan sengaja atau tanpa menggunakan merek yang sama pada pokoknya dengan merek terdaftar milik orang lain untuk barang danatau jasa sejenis yang diproduksi danatau diperdagangkan. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, maka sudah sesuai menurut hukum apabila Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini menyatakan gugatan praperadilan pemohon ditolak. Dari ketiga putusan praperadilan sebagaimana yang telah diuraikan diatas, 2 dua diantaranya ditolak dan 1 satu diterima. Putusan praperadilan yang ditolak dalam prakteknya terhadap penggunakan upaya paksa hanya menitikberatkan kepada pemeriksaan formil administratif, dimana penggunaan upaya paksa dinilai absah bila didasarkan pada selembar surat tanpa ditinjau lebih dalam apakah telah terpenuhi syarat materiil dan telah dilakukan prosedur yang benar, seperti dalam putusan Pengadilan Negeri Nomor 29Pra.pid2007PN.Mdn. Dengan demikian, meskipun putusan praperadilan telah mencerminkan penegakan hukum dan keadilan, akan tetapi juga tidak jarang putusan praperadilan tidak pada landasan yang kuat sebagaimana diatur dalam Pasal 77 KUHAP.

B. Putusan Praperadilan Ditolak.

Dokumen yang terkait

EKSISTENSI EKSEPSI DALAM PERKARA PIDANA DI PENGADILAN NEGERI KELAS 1 A TANJUNG KARANG

0 17 12

ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM GUGATAN PRAPERADILAN PERKARA PIDANA DI PENGADILAN NEGERI KUDUS ( TELAAH YURIDIS MENGENAI PUTUSAN HAKIM PRAPERADILAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM DAN KEBIJAKAN PUBLIK )

0 5 95

PENDAHULUAN PERTIMBANGAN PENANGGUHAN PENAHANAN OLEH PENEGAK HUKUM DALAM PROSES PERKARA PIDANA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SLEMAN.

0 4 9

PENUTUP PERTIMBANGAN PENANGGUHAN PENAHANAN OLEH PENEGAK HUKUM DALAM PROSES PERKARA PIDANA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SLEMAN.

0 4 5

PRAPERADILAN SEBAGAI FUNGSI PENGAWASAN HORIZONTAL DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA Praperadilan Sebagai Fungsi Pengawasan Horizontal Dalam Penyelesaian Perkara Pidana (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta Dan Pengadilan Negeri Sragen).

0 1 13

PENDAHULUAN Praperadilan Sebagai Fungsi Pengawasan Horizontal Dalam Penyelesaian Perkara Pidana (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta Dan Pengadilan Negeri Sragen).

0 3 12

PRAPERADILAN SEBAGAI FUNGSI PENGAWASAN HORIZONTAL Praperadilan Sebagai Fungsi Pengawasan Horizontal Dalam Penyelesaian Perkara Pidana (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta Dan Pengadilan Negeri Sragen).

0 1 22

PROSES DAN PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN HUKUM DALAM PERKARA PIDANA DI PENGADILAN NEGERI PADANG.

0 1 8

PERLINDUNGAN HUKUM SAKSI DAN KORBAN DALAM PROSES PERKARA PIDANA DI PENGADILAN

0 0 14

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM PROSES PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA DI PENGADILAN NEGERI MAKASSAR

0 0 80