PENGANTAR Analisis Wacana Pada Media Cetak Perspektif Linguistik Fungsional Sistemik (Lfs) Dan Representasi Semiotik

❏ Gustianingsih Analisis Wacana pada Media Cetak Perspektif Linguistik Fungsional Sistemik LFS dan Representasi Semiotik LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume II No. 2 Oktober Tahun 2006 Halaman 104 ANALISIS WACANA PADA MEDIA CETAK PERSPEKTIF LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMIK LFS DAN REPRESENTASI SEMIOTIK Gustianingsih Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Abstract In the perspective of systemic Functional Linguistics LFS. Language is defined as a system of how meaning and expression are realized. This analysis is based on two basis concept of linguistics which can differentiate LFS from other schools of linguistics, they are; a Language as social phenomenon which appears as social semiotic, and b Language as texts which construe social contexts. The first concept means that language as social semiotic consists of two elements; the meaning and expression Unlike other general semiotic, social semiotic of language has another element called form. Therefore, language as social interaction has three elements, they are; meaning, from and expression. The relationship of these three elements is called meaning semiotic or discourse semantics which is realized by lexicogrammar and coded by expressions in phonology or graphology. The second concept means that LFS focuses on text analysis in social context. A text is limited as a functional language unit in the social context; that is, meaning unit or semantic unit. Functional language gives meaning to the language user. Semantic unit can be realized by various language unit. The relationship between language or text and social context is construal. It means that certain social context will reflect one particular text. Situational context register consists of what is being talked about field, who is using the language tenor, and how something is talked about mode. Field refers to the language tenor, and how something is talked about mode. Field refers to the role of language or topic which is talked about, tenor describes the status of the speaker, like or dislike affect, the relation usual or unusual between the decoder and the encoder addresser, and mode is the medium of language use either oral or written. Key words: discourse of mass media, semiotic, text and semantic social context

1. PENGANTAR

Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Hampir tidak ada kegiatan manusia yang berlangsung tanpa kehadiran bahasa. Bahasa muncul dan diperlukan dalam segala kegiatan seperti pendidikan, perdagangan, peristiwa-peristiwa keluarga, keagamaan, politik, militer, birokrasi, dan sebagainya. Dengan bahasa, semua kegiatan yang dilaksanakan manusia terpenuhi. Tidak bisa dibayangkan bagaimana keadaan manusia bila tanpa bahas. Peranan bahasa begitu besar dalam kehidupan manusia terutama untuk memenuhi kebutuhannya, karena dengan bahas manusia mampu menyampaikan pesan, tujuan, kehendak, gagasan, informasi, dan sebagainya dari seorang manusia kepada manusia lainnya. Bahasa yang dipergunakan sehari-hari dalam berkomunikasi merupakan hasil kesepakatan atau perjanjian yang dilakukan masyarakat bahas. Tentu saja, dalam berkomunikasi itu harus terjadi kesepahaman di antara pemakai bahasa itu sendiri. Hal ini terlihat dalam struktur bahasa yang dipergunakan. Struktur bahasa lexico-grammer ditentukan oleh fungsi apa yang dilakukan bahasa untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam masyarakat, yaitu memaparkan atau menggambarkan, mempertukarkan, dan merangkai atau mengorganisasikan, pengalaman Saragih 2001: 25. Halliday menyebutnya dengan metafungsi Martin 1992: 10. Selanjutnya juga Saragih menjelaskan bahwa pengalaman manusia tentang alam semesta, yakni pengalaman semiotik-linguistik karena hanya merepresentasikan pengalaman semiotik- linguistik yang dapat dipertukarkan dalam konteks sosial dengan mitra interaksi bahasa sebagai lawan komunikasi. Dalam kajian bahasa terdapat keteraturan merealisasikan atau mengodekan pengalaman nyata ke dalam pengalaman bentuk linguistik yang kemudian menjadi kebiasaan dalam ❏ Gustianingsih Analisis Wacana pada Media Cetak Perspektif Linguistik Fungsional Sistemik LFS dan Representasi Semiotik LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume II No. 2 Oktober Tahun 2006 Halaman 105 menganalisis fenomena bahas. Sebagai contoh, pengalaman material biasanya dinyatakan oleh klausa dengan proses material, atau pengalaman mental dinyatakan dengan proses mental, kebiasaan pemakaian bentuk linguistik seperti ini disebut realisasi yang lazim congruent Thompson 1996: 164. Bahasa Indonesia jurnalistik sebagai bahasa komunitas massa yang digunakan dalam harian dan majalah-majalah Wojowasito 1994: 7. Selain ini menurutnya hal yang penting dalam bahasa jurnalistik adalah susunan kalimat harus logis dan pilihan katanya umum. Sementara itu Anwar 1984: 15 mengatakan bahwa bahasa jurnalistik itu harus singkat ekonomis, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan menarik. Oleh karena itu, menurut Anwar hal-hal yang bersifat berlebih-lebihan harus dibuang serta kata-kata mubazir dapat dihilangkan dari susunan kalimat tanpa merusak atau mempengaruhi kejelasan makna kalimat. Di samping itu, Anwar juga menjelaskan bahwa bahasa yang dipakai dalam jurnalistik harus dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Bahasa yang digunakan pun harus bahasa yang mempunyai pengaruh dan mempunyai wibawa yang luas. Menurut Anwar, bahasa yang seperti itu tidak lain adalah bahasa baku, bahasa yang menaati kaidah tata bahasa, memperhatikan ejaan, dan mengikuti perkembangan kosa kata di masyarakat. Menurut Assegaff 1999: 24-26 dalam Amrin 2001, berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan karena menarik perhatian pembaca, luas biasa, penting, berakibat, dan mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi, dan ketegangan. Adapun unsur-unsur berita itu mencakupi hal-hal berikut: a. Berita itu harus terkini baru; b. Jarak dekat jauhnya lingkungan yang terkena oleh berita; c. Penting atau ternamanya orang yang diberitakan; d. Keluarbiasaan dari berita; e. Akibat yang ditimbulkan oleh berita; f. Ketegangan yang ditimbulkan oleh berita; g. Pertentangan conflict yang terlihat dalam berita; h. Teks yang ada dalam berita; i. Kemajuan-kemajuan yang diberitakan; j. Humor-humor yang ada dalam berita, dan k. Emosi yang ada dalam berita. Menurut Hoed 1994, teks berita surat kabar dapat diabstraksikan suatu sistem dan struktur wacana yang dikenal sebagai piramida terbalik. Jika dilihat dari isinya, teks berita dimulai dari “klimaks” dan diakhiri dengan “rincian”. Isi sebuah wacana berita didasarkan oleh tujuan penulisan berita yang dimulai dengan upaya menarik perhatian yang kemudian semakin mengecil pembaca ingin segera mengetahui apa yang diberitakan. Berdasarkan beberapa pandangan Hoed 1994 tersebut, klimaks dari isi wacana berita itu biasanya terletak pada bagian awal dan diakhiri dengan suatu rincian. Semakin ke bawah, isi berita akan berkurang dan kurang mendapatkan perhatian pembaca. Secara garis besar, sistem dan struktur wacana berita itu dapat digambarkan seperti berikut ini. Klimaks Skunder perhatian makin berkurang Perincian Dalam konteks masyarakat bangsa, kelompok masyarakat yang tingkat keberaksaraannya tinggi memiliki kewajiban untuk berbuat sesuatu yang bertujuan untuk mengentaskan kelompok masyarakat yang tingkat keberaksaraannya masih rendah. Hal itu berarti bahwa mereka yang sudah tergolong pakar, ilmuwan, dan cendekiawan berkewajiban “menularkan” wawasan dan pengetahuan yang dimilikinya kepada mereka yang masih tergolong orang awam, salah satu upayanya yang dapat dilakukan ialah melakukan penelitian yang berhubungan dengan analisis berita utama pada media cetak, perspektif Linguistik Fungsional Sistemik LFS dan representasi semiotiknya.

2. PERSPEKTIF LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMIK LFS