❏ Gustianingsih
Analisis Wacana pada Media Cetak Perspektif Linguistik Fungsional Sistemik LFS dan Representasi Semiotik
LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA
Volume II No. 2 Oktober Tahun 2006 Halaman 105
menganalisis fenomena bahas. Sebagai contoh, pengalaman material biasanya dinyatakan oleh
klausa dengan proses material, atau pengalaman mental dinyatakan dengan proses mental,
kebiasaan pemakaian bentuk linguistik seperti ini disebut realisasi yang lazim congruent
Thompson 1996: 164.
Bahasa Indonesia jurnalistik sebagai bahasa komunitas massa yang digunakan dalam
harian dan majalah-majalah Wojowasito 1994: 7. Selain ini menurutnya hal yang penting dalam
bahasa jurnalistik adalah susunan kalimat harus logis dan pilihan katanya umum.
Sementara itu Anwar 1984: 15 mengatakan bahwa bahasa jurnalistik itu harus
singkat ekonomis, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan menarik. Oleh karena itu, menurut
Anwar hal-hal yang bersifat berlebih-lebihan harus dibuang serta kata-kata mubazir dapat dihilangkan
dari susunan kalimat tanpa merusak atau mempengaruhi kejelasan makna kalimat.
Di samping itu, Anwar juga menjelaskan bahwa bahasa yang dipakai dalam jurnalistik harus
dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Bahasa yang digunakan pun harus bahasa yang mempunyai
pengaruh dan mempunyai wibawa yang luas. Menurut Anwar, bahasa yang seperti itu tidak lain
adalah bahasa baku, bahasa yang menaati kaidah tata bahasa, memperhatikan ejaan, dan mengikuti
perkembangan kosa kata di masyarakat.
Menurut Assegaff 1999: 24-26 dalam Amrin 2001, berita adalah laporan tentang fakta
atau ide yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan karena menarik perhatian
pembaca, luas biasa, penting, berakibat, dan mencakup segi-segi human interest seperti humor,
emosi, dan ketegangan. Adapun unsur-unsur berita itu mencakupi hal-hal berikut:
a. Berita itu harus terkini baru; b. Jarak dekat jauhnya lingkungan yang terkena
oleh berita; c. Penting atau ternamanya orang yang
diberitakan; d. Keluarbiasaan dari berita;
e. Akibat yang ditimbulkan oleh berita; f.
Ketegangan yang ditimbulkan oleh berita; g. Pertentangan conflict yang terlihat dalam
berita; h. Teks yang ada dalam berita;
i. Kemajuan-kemajuan yang diberitakan;
j. Humor-humor yang ada dalam berita, dan
k. Emosi yang ada dalam berita. Menurut Hoed 1994, teks berita surat
kabar dapat diabstraksikan suatu sistem dan struktur wacana yang dikenal sebagai piramida
terbalik. Jika dilihat dari isinya, teks berita dimulai dari “klimaks” dan diakhiri dengan “rincian”. Isi
sebuah wacana berita didasarkan oleh tujuan penulisan berita yang dimulai dengan upaya
menarik perhatian yang kemudian semakin mengecil pembaca ingin segera mengetahui apa
yang diberitakan.
Berdasarkan beberapa pandangan Hoed 1994 tersebut, klimaks dari isi wacana berita itu
biasanya terletak pada bagian awal dan diakhiri dengan suatu rincian. Semakin ke bawah, isi berita
akan berkurang dan kurang mendapatkan perhatian pembaca. Secara garis besar, sistem dan struktur
wacana berita itu dapat digambarkan seperti berikut ini.
Klimaks Skunder
perhatian makin berkurang Perincian
Dalam konteks masyarakat bangsa, kelompok masyarakat yang tingkat keberaksaraannya
tinggi memiliki kewajiban untuk berbuat sesuatu yang bertujuan untuk mengentaskan kelompok masyarakat
yang tingkat keberaksaraannya masih rendah. Hal itu berarti bahwa mereka yang sudah tergolong pakar,
ilmuwan, dan cendekiawan berkewajiban “menularkan” wawasan dan pengetahuan yang
dimilikinya kepada mereka yang masih tergolong orang awam, salah satu upayanya yang dapat
dilakukan ialah melakukan penelitian yang berhubungan dengan analisis berita utama pada
media cetak, perspektif Linguistik Fungsional Sistemik LFS dan representasi semiotiknya.
2. PERSPEKTIF LINGUISTIK FUNGSIONAL SISTEMIK LFS
DAN REPRESENTASI SEMIOTIK
Dalam perspektif linguistik fungsional sistemik LFS bahasa adalah sistem arti dan sistem
ekspresi untuk merealisasikan arti tersebut. Kajian ini berdasar pada dua konsep yang mendasar yang
dapat membedakan LFS dari aliran linguistik lain, yaitu a bahasa merupakan fenomena sosial yang
wujud sebagai semiotik sosial dan b bahasa merupakan teks yang berkonstrual dengan konteks
sosial.
Konsep pertama memiliki pengertian bahwa sebagai semiotik bahasa terjadi dari dua
unsur, arti dan ekspresi. Namun, berbeda dengan semiotik biasa, semiotik sosial terdiri atas tiga
unsur yaitu, arti, bentuk, dan ekspresi. Hubungan ketiga unsur ini dikatakan sebagai arti semantics
atau discourse semantic yang direalisasikan oleh bentuk yaitu tata bahasa lexicogrammar dan bentuk
ini selanjutnya dikodekan oleh ekspresi yaitu fonologi atau grafologi phonologygraphology.
❏ Gustianingsih
Analisis Wacana pada Media Cetak Perspektif Linguistik Fungsional Sistemik LFS dan Representasi Semiotik
LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA
Volume II No. 2 Oktober Tahun 2006 Halaman 106
Bahasa berfungsi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Bahasa terstruktur menurut
kebutuhan manusia. Dalam memenuhi kebutuhan manusia, bahasa berfungsi menggambarkan atau
memaparkan pengalaman. Fungsi eksperensial ini direalisasikan dalam klausa yang terdiri atas
proses, partisipan, dan sirkumstan. Proses menunjuk kepada kegiatan atau aktivitas yang
terjadi dalam klausa yang menurut tata bahasa tradisional dan formal disebut verba. Partisipan
dibatasi sebagai orang atau benda yang terlibat dalam proses tersebut. Sirkumstan adalah
lingkungan tempat proses yang melibatkan partisipan terjadi Halliday 1994: 107 dalam
Saragih 2005: 26.
Identifikasi field yang diinterpretasikan dalam makna ideasional meliputi 1 proses,
partisipan, dan sirkumstan dengan cara i mengidentifikasi bentuk proses, partisipan, dan
sirkumstan, ii menghintung persentase jenis proses, partisipan, dan sirkumstan, iii
menyimpulkan hasil analisis dengan merujuk pada persentase pemunculan bentuk, proses, partisipan,
dan sirkumstan, dan iv menginterpretasikan hasil analisis, dan 2 hubungan logis unit pengalaman
yang direpresentasikan dalam dua hal yaitu i posisi antarklausa dan ii makna yang wujud
antarklausa. Posisi antarklausa dianalisis dengan cara mengidentifikasikan taksis yaitu parataksis
dan hipotaksis. Makna antarklausa diidentifikasi dengan cara menentukan hubungan logis sematik
logicosemantic relation. Hubungan antarkalusa diuraikan berdasarkan dua kriteria taksis dan
hubungan logis semantik. Secara kuantitatif dihitung berapa persentase makna antarklausa
yang meliputi parataksis elaborasi 1=2, parataksis ekstensi 1 + 2, parataksis ganda 1x2,
parataksis lokusi 1 “2, parataksis ide 1 ‘2, hipotataksis elaborasi
α = , hipotaksis ekstensi α + , hipotaksis ganda α x , hipotaksis
elaborasi α = , dan hipotaksis ide α ‘ .
Parataksis adalah hubungan klausa yang setara dan hipotaksis adalah hubungan klausa tidak
setara. Parataksis ditandai dengan angka Arab 1,2,3,…..n. Klausa pertama ditandai dengan angka
1 dan klausa kedua ditandai dengan angka 2 dan demikian seterusnya. Hipotaksis ditandai dengan
α dan . Klausa lain yang bergantung dengan
ditandai dengan dan klausa yang bergantung pada ditandai dengan
δ, dan demikian seterusnya. Hubungan logis semantik menurunkan
dua sifat makna yaitu ekspansi dan proyeksi. Ekspansi menunjukkan bahwa klausa kedua 2
atau memperluas makna klausa pertama 1 atau α. Perluasan ini dilakukan dengan tiga cara, yaitu,
elaborasi, ekstensi, dan ganda. Elabirasi adalah bahwa makna klausa kedua sama dengan klausa
pertama. Secara teknis hubungan elaborasi ditandai dengan tanda sama dengan =, misalnya, 1 = 2
atau
α = . Ekstensi adalah bahwa makna klausa kedua menambah klausa pertama. Secara teknis
hubungan ekstensi ditandai dengan tanda tambah +, misalnya 1+2 atau
α + . Ganda adalah melipatgandakan hubungan dua klausa maksudnya
klausa kedua melipatgandakan klausa pertama. Secara teknis hubungan ini ditandai dengan tanda
kali x, misalnya 1 x 2 atau α x . Proyeksi
merupakan representasi kembali pengalaman linguistik ke pengalaman linguistik lain. Proyeksi
disebut juga sebagai aspek kalimat langsung dan kalimat tidak langsung. Proyeksi terdiri atas lokusi
dan ide. Lokusi adalah ditandai dengan “, misalnya, 1 “2 atau
α “ . Ide adalah proyeksi makna satu klausa ke dalam klausa lain. Ide
ditandai dengan ‘, misalnya 1 ‘2 atau α ‘ .
3. ANALISIS WACANA BERITA MEDIA CETAK