Efek Rumah Kaca Emisi Gas Rumah Kaca

menstabilkan emisi CO 2 . Indonesia telah meratifikasi konvensi ini melalui Undang Undang No. 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Perubahan Iklim dan Undang Undang No. 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Kyoto Protocol. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia perlu untuk melaporkan besarnya emisi CO 2 yang dihasilkan namum belum berkewajiban untuk mengurangi emisi CO 2 Sugiyono, 2006.

2.4. Efek Rumah Kaca

Cuaca di bumi sangat dipengaruhi oleh radiasi matahari. Radiasi matahari yang mencapai bumi mencapai 342 Wattm 2 . Sekitar 30 dari radiasi tersebut direfeleksikan kembali ke angkasa luar karena adanya awan dan permukaan bumi. Permukaan bumi akan menyerap radiasi matahari sebesar 168 Wattm 2 , sedangkan atmosfer menyerap 67 Wattm 2 . Atmosfer mempunyai beberapa lapis gas, termasuk gas rumah kaca dan awan, yang akan mengemisikan kembali sebagian radiasi infra merah yang diterima ke permukaan bumi. Dengan adanya lapisan ini maka panas yang ada di permukaan bumi akan bertahan dan proses ini dinamakan efek rumah kaca. Untuk jangka panjang akan terjadi keseimbangan antara radiasi yang masuk dan yang keluar sehingga suhu di bumi mencapai nilai tertentu. Meskipun demikian untuk memahami keseluruhan efek rumah kaca dan dampaknya terhadap cuaca di bumi, tidak sesederhana seperti pada gambar tetapi perlu dipertimbangkan adanya umpak balik yang dinamis dan proses transfer energi Sugiyono, 2006. Universitas Sumatera Utara

2.5. Emisi Gas Rumah Kaca

Gas yang dikategorikan sebagai GRK adalah gas-gas yang yang berpengaruh, baik secara langsung atau tidak langsung terhadap efek rumah kaca. Gas-gas itu antara lain karbon dioksida CO 2 , gas metan CH 4 , dinitrogen oksida N 2 O, karbon monoksida CO, nitrogen oksida NOx dan sulfur dioksida SO 2 . Konsentrasi gas- gas ini dalam skala global secara kumulatif dipengaruhi langsung oleh aktivitas manusia, walupun kebanyakan dari gas-gas tersebut terjadi secara alamiah Irmansyah, 2004. Kontribusi gas rumah kaca terhadap pemanasan global tergantung dari jenis gasnya. Berdasarkan perhitungan untuk beberapa tahun belakangan ini dapat disimpulkan bahwa kontribusi CO 2 terhadap pemanasan global mencapai lebih dari 60 Mimuroto and Koizumi, 2003. Irmansyah 2004 menyatakan bahwa kegiatan konversi hutan dan pembukaan lahan adalah kegiatan yang paling banyak menghasilkan emisi GRK khususnya CO 2 . Hal ini terjadi karena dalam proses perubahan lahan, banyak dilakukan pembakaran biomassa sisa-sisa pohon seperti cabang, ranting dan daun dan pembakaran hutan. Pembakaran inilah yang menghasilkan lebih dari sepertiga total emisi GRK dari seluruh sektor. Pada sektor energi, sebagian besar emisi CO 2 dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil. Selain gas CO 2 , pembakaran bahan bakar fosil juga menghasilkan gas N 2 O yang merupakan gas rumah kaca dengan potensi pemanasan global yang tinggi 320 x lipat gas CO 2 . Universitas Sumatera Utara Beberapa Aktivitas kehutanan penghasil emisi gas rumah kaca, antara lain perubahan tata guna lahan deforestasi, pembakaran biomassa, dekomposisi dan pembakaran padang rumput. Deforestasi adalah proses perubahan tata guna lahan dari statusnya sebagai hutan ke status lain seperti lahan pertanian atau perkebunan. Deforestasi bukanlah hal yang buruk,namun ketika laju deforestasi besar akan sangat berpengaruh pada iklim global Irmansyah, 2004.

2.6. Pembentukan Institusi