❏ Namsyah Hot Hasibuan
Perangkat Tindak Tutur dan Siasat Kesantunan Berbahasa Data Bahasa Mandailing
LOGAT
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume I No. 2 Oktober Tahun 2005
atau tuturan dengan fakta duniawi terletak pada pihak penutur. Yang termasuk ke dalam jenis
tindak tutur representatif ini, antara lain: pernyataan assertion, penyimpulan
conclusions, dan pemerian description; seperti terdapat pada contoh 01a-c berikut ini.
01 a. Mata ni ari i milas. matahari itu panas
‘Matahari itu panas’. b.
Horbo inda manaek harambir. Kerbau tidak memajat kelapa
‘Kerbau tidak memanjat pohon kelapa’. c. Natuari ari rayo.
Kemarin hari raya ‘Kemarin hari raya’.
2.2 Tindak Tutur Direktif Pada tindak tutur direktif terdapat keinginan pihak
penutur agar orang lain melakukan sesuatu. Dengan demikian, tindak tutur direktif merupakan
ekspresi dari apa yang penutur inginkan lihat Yule 1996. Pada kesempatan lain, Peccei juga
memberi pandangan tentang tindak tutur direktif dengan menyebutkan bahwa dalam jenis tindak
tutur ini terdapat pengerahan penutur terhadap lawan berbicara atau pembacanya agar melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang dimaksudkannya melalui kata-kata yang disebutkan. Yang termasuk
ke dalam jenis ini, menurut Yule, adalah perintah commands, pesan orders, permohonan
requests, dan saran suggestions. Dalam hubungan ini, pendengar bertanggung jawab untuk
menyelesaikan apa yang akan dilakukannya terhadap keinginan penutur. Sebagai contoh, dapat
ditemukan pada 02a-c berikut.
02 a. Lehen jolo i sia hobar, muruk ko Beri dulu sama dia nasihat, marah kau
‘Beri dia nasihat dulu, marahi’. b.
Inda langa tarlehen ko di ahu hepeng na saotik i? tidak dapat memberi kau kepada aku duit yang sedikit itu.
‘Apakah engkau tidak dapat memberiku duit yang sedikit itu?’
c. Kehe mani tomui ia sannari.
‘Pergi lah jumpai dia sekarang’. ‘Pergilah jumpai dia sekarang’.
2.3 Tindak Tutur Komisif Dari Yule 1996 diperoleh pemahaman bahwa
dalam tindak tutur komisif penutur berketetapan hati untuk menindaklanjuti atau memenuhi apa
yang dituturkan. Tuturan semacam ini mengekspresikan apa yang dimaksudkan oleh
penutur. Dalam penggunaan tindak tutur komisif, penutur bertanggungjawab atas kebenaran apa
yang dituturkan. Menurut Leech 1993, jenis tindak tutur ini berfungsi menyenangkan. Yang
disenangkan tentunya adalah pihak pendengar karena dia tidak mengacu kepada kepentingan
penutur. Yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini, menurut Yule, adalah perjanjian
promises, ancaman threats, penolakan refusal, dan jaminan pledges. Contohnya dapat
ditemukan pada 03a-c berikut ini.
03 a. Nangkan lehenon ku dei. Itu akan berikan saya af.
‘Itu akan saya berikan’. b.
Ro ma ia so hu pingkok. Datang lah dia biar saya cekik.
‘Datanglah dia biar saya cekik’. c.
Inda di ahu tu si be. tidak Aku ke situ.
‘Aku tidak mau lagi ke situ’.
2.4 Tindak Tutur Ekspresif Dalam tindak tutur ekspresif Yule 1996 terdapat
pernyataan yang menggambarkan apa yang penutur rasakan. Tindak tutur ini mengungkapkan
sikap psikologis penutur terhadap keadaan states; boleh juga terhadap kesenangan pleasure, rasa
sakit pain, rasa suka dan taksuka likes and dislikes
, kegembiraan joy, ataupun duka sorrow. Menurut Searle dalam Leech 1993,
sebagaimana halnya dalam tindak tutur komisif, tindak tutur jenis ini juga cenderung
menyenangkan. Karena itu, tindak tutur ini, secara intrinsik, bersifat sopan kecuali dalam hal
mengecam dan menuduh. Contoh tindak tutur jenis ekspresif dapat ditemukan pada 04a-e berikut ini.
04 a. Amman, bana mei.
Wah, begitulah hendaknya’. ‘Wah, begitulah hendaknya’.
b. Mauli ate, da.
‘Terima kasih, ya’. ‘Terima kasih, ya’.
c. Bo, ma isi ia hape.
Ya, sudah di situ dia rupanya ‘Ya, dia sudah di situ rupanya’.
d. Pabahat sobar, da. ‘Perbanyak
sabar, ya
‘Perbanyak sabar,
ya’.
2.5 Tindak Tutur Deklarasi Dengan mengacu kepada pendapat Yule 1996
diperoleh pemahaman bahwa pada tindak tutur deklaratif terdapat perubahan dunia sebagai akibat
dari tuturan itu. Menurut Searle dalam Leech 1993 tindakan jenis ini tercatat sebagai kategori
tindak tutur yang sangat khusus karena hal yang demikian biasanya dilakukan oleh seseorang yang
memiliki kapasitas untuk itu atas dasar kelembagaan. Dengan acuan kelembagaan yang
ada pada seseorang, orang yang bersangkutan berwenang untuk melakukannya. Misalnya, yang
lazim disaksikan oleh masyarakat, berupa peristiwa tuan kadi yang menikahkan calon suami-
istri, hakim yang menjatuhkan hukuman bagi pelanggar undang-undang, pejabat tinggi yang
meresmikan bangunan penting, dan sebagainya. Dengan deklarasi yang dibuat oleh pejabat yang
❏ Namsyah Hot Hasibuan
Perangkat Tindak Tutur dan Siasat Kesantunan Berbahasa Data Bahasa Mandailing
LOGAT
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume I No. 2 Oktober Tahun 2005
berwenang, keadaan dunia berubah sebagai akibat dari kata-kata atau tuturan yang diucapkannya.
Jika mengacu kepada pejabat yang melakukannya, seperti tuan kadi tadi, dengan kata-kata atau tindak
ilokusi yang dilakukan, status kedua orang yang tadinya sebagai calon suami-istri, berubah suami
dan istri. Contoh lain lagi dapat ditemukan, pada 05a-b berikut ini.
05 a. Ketua Yayasan Pendidikan: … sikola on goarna BAKTI.
… sekolah ini namanya BAKTI. ‘… sekolah ini namanya BAKTI’.
b. Dari ayah ke anak: Hutobalkonma gorarmu si Sahat. Kutabalkanlah namamu si Sahat.
‘Kutabalkanlah namamu si Sahat’.
Pada 05a, berkat upaya ketua yayasan pendidikan yang bersangkutan dalam meresmikan
dan memberi nama sekolah yang dimaksudkan, untuk selanjutnya sekolah tersebut resmi bernama
sekolah BAKTI. Begitu juga pada 05b, berkat penabalan nama oleh ayah anak yang bersangkutan
terhadap anaknya maka anak tersebut resmi bernama Sahat. Tindak tutur lain yang tergolong
ke dalam jenis tindak ilokusi ini adalah penjatuhan hukuman sentencing dan putusan juri referee’s
calls
. Hal lain yang dapat dipahami dari Searle adalah bahwa semua tuturan merupakan tindak
ilokusi. Kenyataan bahwa penutur sering mengucapkan tuturan dalam bentuk yang berbeda
dengan tindak tutur yang dimaksudkan. Misalnya penutur bermaksud meminta, tetapi
mengekspresikannya melalui bentuk pertanyaan, sehingga terdapat perbedaan antara yang
diucapkan dengan yang dimaksudkan. Hal itulah yang mendasari pembagian tindak tutur atas dua
jenis, yaitu tindak tutur langsung direct speech act
dan tindak tutur taklangsung indirect speech
act. Kedua jenis tindak tutur tersebut dapat dijelaskan melalui tampilan berikut.
TUTURAN LANGSUNG TAK-
LANGSUNG
Bia pala na get mulak ia? Kenapa kalau hendak pulang dia
‘Kenapa kalau dia hendak pulang?’ bertanya suruhan
Oban ayamu, so huida jolo Bawa ayahmu, biar kulihat dulu itu
‘Bawa ayahmu, biar tahu saya’ perintah
gertakan
Hutombomkon ho naron. kuhentakkan pantat kau’ nanti
‘Nanti kuhentakkan pantat kau’. pernyataan
gertakan
Gambaran di atas menyiratkan problema, yaitu bagaimana orang dapat mengenali tindak
tutur taklangsung itu? Untuk itu, Searle mencanangkan satu cara pendekatan. Menurut
Searle, dalam bentuk ilokusi taklangsung penutur menyampaikan maksudnya tidak seperti apa yang
terdapat pada yang terucapkan. Hal itu dihubungkan dengan pengetahuan bersama
terhadap yang melatari informasi itu. Dalam banyak hal, konvensi sangat berperan.
Penderes A: Ketabo mangguris
Ayo menderes ‘Ayo pergi menderes’
Penderes B: Mago piso gurisku. hilang
pisau deresku
‘Pisau deresku
hilang’. Pada percakapan dua orang penderes
pohon karet di atas, secara sepintas, tidak terlihat adanya relevansi jawaban B terhadap ajakan A.
Namun, kerelevanan jawaban B terhadap ajakan A akan mengemuka apabila, siapa saja, mengetahui
latar belakang jawaban B. Dengan mengikut pada pendekatan Searle, dinyatakan bahwa B
melakukan tindak ilokusi sekunder yang ditandai dengan pembuatan pernyataan; dalam hal ini
pernyataan literal bahwa ia kehilangan pisau deres. Tindak ilokusi primer oleh B, sesungguhnya tidak
terdapat pada bentuk literalnya,seperti yang diucapkan B, tetapi pada non-literalnya. Penderes
A mengetahui bahwa seorang penderes, untuk melakukan pekerjaan menderes, sangat
memerlukan pisau deres. Tanpa pisau deres, seorang penderes tidak akan dapat melakukan
pekerjaannya untuk menderes. Jelasnya, untuk menderes diperlukan pisau deres. Mengetahui akan
hal itu, A dapat membuat praanggapan bahwa B, ketika itu merasa tidak siap untuk melakukan
pekerjaan menderes sebelum B menemukan pisau deresnya yang hilang, atau memiliki lagi yang
baru. Di sini jawaban B yang terlihat informatif Mago piso gurisku ditafsirkan oleh A sebagai
penolakan terhadap ajakannya.
3. KESANTUNAN BAHASA DAN