❏ Namsyah Hot Hasibuan
Perangkat Tindak Tutur dan Siasat Kesantunan Berbahasa Data Bahasa Mandailing
LOGAT
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume I No. 2 Oktober Tahun 2005
bahasa daerah sudah jelas dan tercatat sebagai keberuntungan tersendiri dalam menjaga
terpeliharanya kelangsungan kehidupan budaya daerah yang merupakan kekayaan nasional
Halim1981.
Salah satu di antara bahasa daerah yang jumlahnya disebutkan di atas adalah bahasa
Mandailing. Berdasarkan pengetahuan penulis, bahasa ini masih tergolong bahasa yang masih
jarang mendapat sentuhan pengaplikasian teori linguistik modern, terutama dari tataran semantik.
Keinginan untuk memperoleh informasi ihwal semantik bahasa Mandailing melalui
pengaplikasian teori seperti dimaksudkan di atas, mendasari upaya penulis untuk mengadakan telaah
singkat dalam tataran semantik. Fokus telaah semantik di sini adalah perangkat tindak tutur dan
kesantunan berbahasa
bahasa Mandailing. Penulis berharap hasil telaah singkat ini dapat memberikan
gambaran tentang aspek semantis bahasa Mandailing.
2. PRAGMATIK PERANGKAT
TINDAK TUTUR
Saeed 2000 menyebutkan bahwa J.L. Austin adalah orang pertama pencetus konsep tindak tutur
melalui bukunya How to do things with words. Menurut Austin, tuturan pada dasarnya dapat
dibedakan atas dua jenis. Yang pertama adalah tuturan yang bersifat performatif dan tuturan yang
bersifat konstantif. Selanjutnya, dinyatakan bahwa semua tuturan pada dasarnya bersifat performatif,
yang berarti bahwa dua hal terjadi secara bersamaan ketika orang mengucapkannya. Yang
pertama adalah tindak action, dan kedua berupa ucapan yang dapat digolongkan kepada tiga
kategori, yaitu ilokusi, lokusi, dan perlokusi lihat Austin dalam Saeed 2000. Ilokusi merupakan
tuturan dengan sekaligus melakukan sesuatu. Lokusi
dimaksudkan sebagai pengucapan kalimat yang memiliki makna dan rujukan tertentu;
sedangkan perlokusi merujuk pada tuturan yang digunakan untuk memperoleh efek-efek tertentu,
seperti membuat orang merasa terhibur, lebih yakin, ataupun marah. Selanjutnya, konsep
performatif dapat meliputi bentuk tuturan yang eksplisit dan implisit. Jenis perfomatif yang
implisit ternyata jumlahnya lebih banyak daripada yang eksplisit. Sebagai contoh tuturan performatif
yang implisit dan eksplisit masing-masing dapat ditemukan pada yang berikut ini.
implisit : Ro ma ahu. datang lah aku
‘Saya akan datang’. eksplisit : Marjanji bahaso ahu nangkan ro.
Berjanji bahwa aku akan datang ‘Saya berjanji bahwa saya akan datang’.
Tuturan pertama di atas disebut implisit karena, walaupun penutur tidak mengucapkan kata
marjanji ‘berjanji’, dia, dalam hubungan ini tetap
berbuat seperti tersebut pada kata marjanji. Pada tuturan kedua contoh di atas, perbuatan berjanji,
dengan eksplisit, dinyatakan dengan mengatakan marjanji
‘berjanji’. Teori tindak tutur Austin mendapat pengembangan lanjut dari J.R. Searle
dalam Leech 1981, yang di antara pendapatnya memandang teori bahasa sebagai bagian dari teori
tindak action theory. Oleh Searle upaya sistematisasi dilakukan terhadap teori tindak tutur.
Satu di antara upaya sistematisasi yang dilakukan adalah pembuatan taksonomi sendiri, dengan
mengelompokkannya ke dalam lima jenis tindak tutur utama.
1 Tindak tutur representatif, yang menunjukkan
komitmen penutur terhadap kebenaran proposisi yang diucapkan meliputi, antara
lain: pemberian pernyataan, pembuatan kesimpulan.
2 Tindak tutur direktif, yang menunjukkan
upaya penutur mempengaruhi lawan bicara untuk melakukan sesuatu meliputi, antara
lain: meminta, bertanya.
3 Tindak tutur komisif, yang menunjukkan
komitmen penutur terhadap tindak yang akan dilakukan meliputi, antara lain: berjanji,
menakut-nakuti, menawarkan.
4 Tindak tutur ekspresif, yang menunjukkan
sikap psikologis meliputi, antara lain: mengucapkan terima kasih, memuji,
mengucapkan selamat datang, mengucapkan selamat.
5 Tindak tutur deklaratif, yang menunjukkan
perubahan secara langsung tentang status sesuatu atas putusan lembaga-lembaga otorita
non-linguistis meliputi, antara lain: memecat, menyatakan perang, menikahkan,
membebastugaskan.
2.1 Tindak Tutur Representatif Bertolak dari pendapat Yule 1996, dinyatakan
bahwa tindak tutur representatif merupakan jenis tindak tutur yang menyatakan keyakinan penutur
tentang duduk ihwal realita eksternal lihat juga Peccei 1999. Antara Yule dan Peccei terdapat
kesamaan pandangan tentang ciri jenis tindak tutur ini, yaitu faktor kesesuaian. Artinya, pada tindak
tutur jenis representatif penutur berupaya agar kata-kata atau tuturan yang dihasilkan sesuai
dengan realita duniawi yang diyakini. Searle dalam Leech 1993, menyebut tindak tutur jenis
ini sebagai tindak tutur asertif, yang mengindikasikan dari segi semantik karena bersifat
proposisional. Selain itu, yang bertanggung jawab terhadap kesesuaian hubungan antara kata-kata
❏ Namsyah Hot Hasibuan
Perangkat Tindak Tutur dan Siasat Kesantunan Berbahasa Data Bahasa Mandailing
LOGAT
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume I No. 2 Oktober Tahun 2005
atau tuturan dengan fakta duniawi terletak pada pihak penutur. Yang termasuk ke dalam jenis
tindak tutur representatif ini, antara lain: pernyataan assertion, penyimpulan
conclusions, dan pemerian description; seperti terdapat pada contoh 01a-c berikut ini.
01 a. Mata ni ari i milas. matahari itu panas
‘Matahari itu panas’. b.
Horbo inda manaek harambir. Kerbau tidak memajat kelapa
‘Kerbau tidak memanjat pohon kelapa’. c. Natuari ari rayo.
Kemarin hari raya ‘Kemarin hari raya’.
2.2 Tindak Tutur Direktif Pada tindak tutur direktif terdapat keinginan pihak
penutur agar orang lain melakukan sesuatu. Dengan demikian, tindak tutur direktif merupakan
ekspresi dari apa yang penutur inginkan lihat Yule 1996. Pada kesempatan lain, Peccei juga
memberi pandangan tentang tindak tutur direktif dengan menyebutkan bahwa dalam jenis tindak
tutur ini terdapat pengerahan penutur terhadap lawan berbicara atau pembacanya agar melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang dimaksudkannya melalui kata-kata yang disebutkan. Yang termasuk
ke dalam jenis ini, menurut Yule, adalah perintah commands, pesan orders, permohonan
requests, dan saran suggestions. Dalam hubungan ini, pendengar bertanggung jawab untuk
menyelesaikan apa yang akan dilakukannya terhadap keinginan penutur. Sebagai contoh, dapat
ditemukan pada 02a-c berikut.
02 a. Lehen jolo i sia hobar, muruk ko Beri dulu sama dia nasihat, marah kau
‘Beri dia nasihat dulu, marahi’. b.
Inda langa tarlehen ko di ahu hepeng na saotik i? tidak dapat memberi kau kepada aku duit yang sedikit itu.
‘Apakah engkau tidak dapat memberiku duit yang sedikit itu?’
c. Kehe mani tomui ia sannari.
‘Pergi lah jumpai dia sekarang’. ‘Pergilah jumpai dia sekarang’.
2.3 Tindak Tutur Komisif Dari Yule 1996 diperoleh pemahaman bahwa