Tindak Tutur Representatif Bertolak dari pendapat Yule 1996, dinyatakan Tindak Tutur Direktif Pada tindak tutur direktif terdapat keinginan pihak

❏ Namsyah Hot Hasibuan Perangkat Tindak Tutur dan Siasat Kesantunan Berbahasa Data Bahasa Mandailing LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume I No. 2 Oktober Tahun 2005 bahasa daerah sudah jelas dan tercatat sebagai keberuntungan tersendiri dalam menjaga terpeliharanya kelangsungan kehidupan budaya daerah yang merupakan kekayaan nasional Halim1981. Salah satu di antara bahasa daerah yang jumlahnya disebutkan di atas adalah bahasa Mandailing. Berdasarkan pengetahuan penulis, bahasa ini masih tergolong bahasa yang masih jarang mendapat sentuhan pengaplikasian teori linguistik modern, terutama dari tataran semantik. Keinginan untuk memperoleh informasi ihwal semantik bahasa Mandailing melalui pengaplikasian teori seperti dimaksudkan di atas, mendasari upaya penulis untuk mengadakan telaah singkat dalam tataran semantik. Fokus telaah semantik di sini adalah perangkat tindak tutur dan kesantunan berbahasa bahasa Mandailing. Penulis berharap hasil telaah singkat ini dapat memberikan gambaran tentang aspek semantis bahasa Mandailing.

2. PRAGMATIK PERANGKAT

TINDAK TUTUR Saeed 2000 menyebutkan bahwa J.L. Austin adalah orang pertama pencetus konsep tindak tutur melalui bukunya How to do things with words. Menurut Austin, tuturan pada dasarnya dapat dibedakan atas dua jenis. Yang pertama adalah tuturan yang bersifat performatif dan tuturan yang bersifat konstantif. Selanjutnya, dinyatakan bahwa semua tuturan pada dasarnya bersifat performatif, yang berarti bahwa dua hal terjadi secara bersamaan ketika orang mengucapkannya. Yang pertama adalah tindak action, dan kedua berupa ucapan yang dapat digolongkan kepada tiga kategori, yaitu ilokusi, lokusi, dan perlokusi lihat Austin dalam Saeed 2000. Ilokusi merupakan tuturan dengan sekaligus melakukan sesuatu. Lokusi dimaksudkan sebagai pengucapan kalimat yang memiliki makna dan rujukan tertentu; sedangkan perlokusi merujuk pada tuturan yang digunakan untuk memperoleh efek-efek tertentu, seperti membuat orang merasa terhibur, lebih yakin, ataupun marah. Selanjutnya, konsep performatif dapat meliputi bentuk tuturan yang eksplisit dan implisit. Jenis perfomatif yang implisit ternyata jumlahnya lebih banyak daripada yang eksplisit. Sebagai contoh tuturan performatif yang implisit dan eksplisit masing-masing dapat ditemukan pada yang berikut ini. implisit : Ro ma ahu. datang lah aku ‘Saya akan datang’. eksplisit : Marjanji bahaso ahu nangkan ro. Berjanji bahwa aku akan datang ‘Saya berjanji bahwa saya akan datang’. Tuturan pertama di atas disebut implisit karena, walaupun penutur tidak mengucapkan kata marjanji ‘berjanji’, dia, dalam hubungan ini tetap berbuat seperti tersebut pada kata marjanji. Pada tuturan kedua contoh di atas, perbuatan berjanji, dengan eksplisit, dinyatakan dengan mengatakan marjanji ‘berjanji’. Teori tindak tutur Austin mendapat pengembangan lanjut dari J.R. Searle dalam Leech 1981, yang di antara pendapatnya memandang teori bahasa sebagai bagian dari teori tindak action theory. Oleh Searle upaya sistematisasi dilakukan terhadap teori tindak tutur. Satu di antara upaya sistematisasi yang dilakukan adalah pembuatan taksonomi sendiri, dengan mengelompokkannya ke dalam lima jenis tindak tutur utama. 1 Tindak tutur representatif, yang menunjukkan komitmen penutur terhadap kebenaran proposisi yang diucapkan meliputi, antara lain: pemberian pernyataan, pembuatan kesimpulan. 2 Tindak tutur direktif, yang menunjukkan upaya penutur mempengaruhi lawan bicara untuk melakukan sesuatu meliputi, antara lain: meminta, bertanya. 3 Tindak tutur komisif, yang menunjukkan komitmen penutur terhadap tindak yang akan dilakukan meliputi, antara lain: berjanji, menakut-nakuti, menawarkan. 4 Tindak tutur ekspresif, yang menunjukkan sikap psikologis meliputi, antara lain: mengucapkan terima kasih, memuji, mengucapkan selamat datang, mengucapkan selamat. 5 Tindak tutur deklaratif, yang menunjukkan perubahan secara langsung tentang status sesuatu atas putusan lembaga-lembaga otorita non-linguistis meliputi, antara lain: memecat, menyatakan perang, menikahkan, membebastugaskan.

2.1 Tindak Tutur Representatif Bertolak dari pendapat Yule 1996, dinyatakan

bahwa tindak tutur representatif merupakan jenis tindak tutur yang menyatakan keyakinan penutur tentang duduk ihwal realita eksternal lihat juga Peccei 1999. Antara Yule dan Peccei terdapat kesamaan pandangan tentang ciri jenis tindak tutur ini, yaitu faktor kesesuaian. Artinya, pada tindak tutur jenis representatif penutur berupaya agar kata-kata atau tuturan yang dihasilkan sesuai dengan realita duniawi yang diyakini. Searle dalam Leech 1993, menyebut tindak tutur jenis ini sebagai tindak tutur asertif, yang mengindikasikan dari segi semantik karena bersifat proposisional. Selain itu, yang bertanggung jawab terhadap kesesuaian hubungan antara kata-kata ❏ Namsyah Hot Hasibuan Perangkat Tindak Tutur dan Siasat Kesantunan Berbahasa Data Bahasa Mandailing LOGAT JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA Volume I No. 2 Oktober Tahun 2005 atau tuturan dengan fakta duniawi terletak pada pihak penutur. Yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur representatif ini, antara lain: pernyataan assertion, penyimpulan conclusions, dan pemerian description; seperti terdapat pada contoh 01a-c berikut ini. 01 a. Mata ni ari i milas. matahari itu panas ‘Matahari itu panas’. b. Horbo inda manaek harambir. Kerbau tidak memajat kelapa ‘Kerbau tidak memanjat pohon kelapa’. c. Natuari ari rayo. Kemarin hari raya ‘Kemarin hari raya’.

2.2 Tindak Tutur Direktif Pada tindak tutur direktif terdapat keinginan pihak

penutur agar orang lain melakukan sesuatu. Dengan demikian, tindak tutur direktif merupakan ekspresi dari apa yang penutur inginkan lihat Yule 1996. Pada kesempatan lain, Peccei juga memberi pandangan tentang tindak tutur direktif dengan menyebutkan bahwa dalam jenis tindak tutur ini terdapat pengerahan penutur terhadap lawan berbicara atau pembacanya agar melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dimaksudkannya melalui kata-kata yang disebutkan. Yang termasuk ke dalam jenis ini, menurut Yule, adalah perintah commands, pesan orders, permohonan requests, dan saran suggestions. Dalam hubungan ini, pendengar bertanggung jawab untuk menyelesaikan apa yang akan dilakukannya terhadap keinginan penutur. Sebagai contoh, dapat ditemukan pada 02a-c berikut. 02 a. Lehen jolo i sia hobar, muruk ko Beri dulu sama dia nasihat, marah kau ‘Beri dia nasihat dulu, marahi’. b. Inda langa tarlehen ko di ahu hepeng na saotik i? tidak dapat memberi kau kepada aku duit yang sedikit itu. ‘Apakah engkau tidak dapat memberiku duit yang sedikit itu?’ c. Kehe mani tomui ia sannari. ‘Pergi lah jumpai dia sekarang’. ‘Pergilah jumpai dia sekarang’.

2.3 Tindak Tutur Komisif Dari Yule 1996 diperoleh pemahaman bahwa