Intensitas Serangan Phytophthora infestans Mont. de Barry

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Intensitas Serangan Phytophthora infestans Mont. de Barry

Data pengamatan intensitas serangan P. infestans pada setiap waktu pengamatan mulai dari tanaman berumur 30 – 66 Hari Setelah Tanam hst dapat dilihat pada lampiran 3 – 12. Uji beda Rataan intensitas serangan P. infestans dengan perlakuan fungisida botani dan fungisida mankozeb dapat dilihat pada tabel 1 berikut : Tabel 1. Uji beda Rataan intensitas serangan P. infestans dengan perlakuan fungisida botani dan fungisida mankozeb sebagai pembanding pada tanaman. Perlakuan Hari Setalah Tanam HST 30 HST 34 HST 38 HST 42 HST 46 HST 50 HST 54 HST 58 HST 62 HST 66 HST A 2,25 5,05 11,7 a 31 a 44,5 a 55,35 a 64,5 a 93 a 99,75 a 100 a C1 0,35 1,35 5,3 b 18 a 26 b 38,55 b 48 b 62 b 75,5 b 86,25 b C2 0,35 0,7 3,8 b 15,65 b 27,25 b 35,75 b 45,25 b 61 b 73,5 b 87 b E1 0,9 1,25 5,35 b 22,25 a 34,75 a 42,9 a 52,25 a 66,25 b 79,75 a 90 a E2 0,25 1,2 5,25 b 18 a 29 a 38,75 b 48,75 b 62,75 b 77,25 b 85,25 b M 0,75 0,85 3,75 b 10,7 b 15,5 b 28 b 37 b 46 c 58 b 68,25 c Keterangan : Nilai rataan yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama yang tidak berbeda nyata pada taraf 5 menurut uji jarak berganda Duncan. Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa intensitas serangan pada perlakuan A kontrol sebesar 100 tidak berbeda nyata dengan perlakuan E1 ekstrak Equisetum sp. 100 mll air sebesar 90 , tetapi perlakuan A dan E1 berbeda nyata terhadap perlakuan C1 ekstrak cengkeh 100 mll air sebesar 86,25 , C2 ekstrak cengkeh 150 mll air sebesar 87 , E2 ekstrak Equisetum sp. 150 mll air sebesar 85,25 dan M Fungisida Mankozeb 2 grl air Universitas Sumatera Utara sebesar 68,25 . Untuk melihat perbedaan nyata diantara perlakuan terhadap intensitas serangan P. infestans dapat dilihat pada histogram di bawah ini : Gambar 10. Histogram hubungan antara intensitas serangan dengan waktu pengamatan terhadap penyakit hawar daun P. infestans. Dapat dilihat bahwa persentase serangan P. infestans mulai terlihat pada saat tanaman berumur 30 HST sampai dengan akhir pengamatan 66 HST. Intensitas serangan tertinggi pada perlakuan E1 ekstrak Equisetum sp. 100 mll air yaitu sebesar 90 dan terendah pada perkuan E2 ekstrak Equisetum sp. 150 mll air yaitu sebesar 85,25 . Hal ini dikarenakan mekanisme kerja fungisida botani yang berasal dari ekstrak equisetum yang merupakan pengendalian secara preventif sedangkan ekstrak cengkeh bekerja mengendalikan secara kuratif. Hal ini sesuai dengan literatur Watson 2009 yang menyatakan bahwa ekstrak Equisetum sp. ini adalah sebagai pembentuk kekebalan tubuh pada tumbuhan antibodi atau disebut juga pengendalian preventif pencegahan karena ekstrak Equisetum sp. ini mengandung zat berupa silika yang merupakan unsur mikro tanaman yang berfungsi meningkatkan kesehatan tanaman. Namun jika tanaman sudah terlebih dahulu terinfeksi patogen sebelum diberikan fungisida botani ekstrak Equisetum sp. ini, mekanisme kerja ekstrak Equisetum sp. ini 20 40 60 80 100 120 30 HST 34 HST 38 HST 42 HST 46 HST 50 HST 54 HST 58 HST 62 HST 66 HST In te n si ta s S e ra n g a n Pengamatan A C1 C2 E1 E2 M Universitas Sumatera Utara sangat rendah atau tidak dapat mengendalikan patogen tersebut. Juga menurut Aryabudi 2009 yang menyatakan bahwa fungisida botani berbahan baku dari cengkeh dapat menghambat pertumbuhan patogen P. infestans. Pengaruh pemberian fungisida botani berupa ekstrak cengkeh dengan dosis yang berbeda menunjukkan bahwa antara perlakuan C1 ekstrak cengkeh 100 mll air sebesar 86,25 dan C2 ekstrak cengkeh 150 mll air sebesar 87 tidak berbeda nyata. Hal ini menjelaskan bahwa tidak ada pengaruh pemberian dosis yang berbeda terhadap intensitas serangan P. infestans. Pengaruh pemberian fungisida botani berupa ekstrak equisetum dengan dosis yang berbeda menunjukkan bahwa antara perlakuan E1 ekstrak Equisetum sp. 100 mll air sebesar 90 berbeda nyata dengan perlakuan E2 ekstrak Equisetum sp. 150 mll air sebesar 85,25 . Hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi dosis yang diberikan semakin besar kemampuannya untuk menekan intensitas serangan P. infestans. Pada pengamatan 42 HST – 66 HST intensitas serangan P. infestans menunjukkan kenaikan angka persentase yang tinggi karena pada umur tanaman 40 hari sampai 70 hari adalah masa epidemi bagi petogen P. infestans dimana adanya pengaruh beberapa faktor baik dari tanaman itu sendiri maupun dari lingkungan. Faktor dari tanaman berupa kematangan tanaman pada usia ini sangat disukai oleh P. Infestans. Faktor lingkungan berupa seringnya terjadi hujan panas dimana curah hujan setiap harinya sedikit tetapi suhu panas dan intensitas curah hujan tinggi. Situasi ini dapat dilihat pada lampiran cuaca dimana temperatur maksimal pada bulan april – mei berkisar 23 C, Curah hujan 8,86 mmHg, Universitas Sumatera Utara RH 87 , 75. Seperti yang tertera pada Semangun, 2000 Epidemi penyakit ini biasanya terjadi pada suhu 16 – 24 C.

2. Produksi kentang TonHa

Dokumen yang terkait

Survei Pengaruh Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Penyakit Hawar Daun (Phytophthora infestans) pada Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum Linn.)di Kecamatan Simpang Empat

1 47 79

Penggunaan Beberapa Jamur Antagonis Untuk Mengendalikan Penyakit Hawar Daun(Phytophthora Infestans (mont.) De Bary) Pada Tanaman Kentang (Solanum Tuberosum L) Di Lapangan

1 40 102

Uji Resistensi Phythopthora infestans (Mont.) de Bary Terhadap Beberapa Jenis Fungisida Di Laboratorium

1 40 67

Potensi Trichoderma harzianum Rifai dan Kompos untuk Mengendalikan Penyakit Busuk Daun (Phytophthora infestans (Mont.) de Barry) pada Tanaman Tomat (Lycopersicom esculentum Mill.)

0 39 79

Uji Efikasi Beberapa Fungisida Nabati Untuk Mengendalikan Hawar Daun (Helminthosporium maydis Nisik.) Pada Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Di Lapangan

2 35 105

Pengaruh Beberapa Jenis Mulsa terhadap Perkembangan Penyakit Hawar Daun Tomat (Phytophthora infestans Mont.) de Bary

0 6 79

Peranan Agens Antagonis Pseudomonas Spp. Kelompok Fluorescens Terhadap Perkembangan Penyakit Hawar Daun Kentang (Phytophthora Infestans (Mont.) De Bary)

0 15 63

Pemanfaatan gen RB dalam pengenbangan tanaman kentang tahan penyakit hawar daun (phytophthora infestans)

0 3 147

PENGARUH TAKARAN PUPUK N DAN K TERHADAP TEBAL EPIDERMIS DAN INTENSITAS SERANGAN Phytophthora infestans PADA DAUN KENTANG.

0 0 11

HUBUNGAN ANTARA PERUBAHAN IKLIM (TEMPERATUR DAN CURAH HUJAN) DENGAN LUAS SERANGAN PENYAKIT HAWAR DAUN KENTANG (Phytophthora infestans) DI JAWA BARAT.

0 0 2