BAB IV ANALISIS STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PEMBINAAN IBADAH
Dalam Bab ini, peneliti akan memaparkan data temuan serta menganalisisnya, dengan data yang peneliti dapatkan dari lokasi penelitian
tentang strategi komunikasi Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah, dalam kegiatan pembinaan ibadah terhadap anak asuh. Ini bertujuan untuk mengidentifikasi
strategi komunikasi apa saja yang dilakukan oleh pengurus ibadah dalam membina ibadah anak-anak asuh, selain itu untuk mengetahui faktor
pendukung dan penghambat apa saja yang terjadi dalam pembinaan ibadah tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti mewawancarai beberapa informan yang telah memberikan informasi seputar
kegiatan pembinaan ibadah yang dilaksanakan, serta mengenai data yang dibutuhkan oleh peneliti. Diantaranya yaitu: Kepala Sekolah MTs Yatim Piatu
Al-Barokah, yaitu Bapak Samsul Hadi. Tata Usaha MTs Yatim Piatu Al- Barokah yaitu Bapak Nasrun. Pengurus bagian ibadah anak asuh yaitu Bapak
Faqihuddin. Serta beberapa anak asuh yaitu, Armelia Sri Wulandari, Nurdin Salim dan yang terakhir Diana Punky, beserta data-data tertulis yang dapat
mendukung hasil penelitian.
A. Langkah-langkah Penyusunan Strategi komunikasi yang diterapkan oleh
Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah dalam Pembinaan Ibadah
Sebuah lembaga, atau yayasan agar bisa mencapai segala tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan maka sangat membutuhkan cara atau
metode. Cara atau metode yang dipakai itulah yang disebut dengan strategi. Karena strategi sangatlah dibutuhkan untuk melancarkan program-program
yang diterapkan oleh pihak Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah. Peranan komunikator sangatlah diperlukan dalam strategi
komunikasi. Karena komunikator ikut menentukan berhasilnya strategi komunikasi. Hal ini sesuai rencana dasar yang dilakukan oleh komunikator
dalam menyampaikan pesan kepada komunikan agar pesan tersebut dapat diterima, sehingga dapat mencapai tujuan yang ditetapkan. Dengan kata lain,
strategi komunikasi itu akan berjalan dan berhasil bila ada keterkaitan antara komunikator dan komunikan terhadap pesan yang disampaikan.
Menurut Onong Uchjana, dalam menentukan menyusun strategi komunikasi diperlukan suatu pemikiran dengan memperhitungkan faktor-
faktor pendukung dan faktor-faktor penghambat. Adapun langkah-langkah dalam strategi komunikasi di buku karya Onong Uchjana, yang pertama
yaitu
55
: 1.
Mengenali Sasaran Komunikasi 3
Faktor kerangka referensi Kerangka referansi seseorang terbentuk dalam dirinya sebagai
hasil dari panduan pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status sosial, ideology, cita-cita dan sebagainya. Dalam situasi
komunikasi antarpersonal mudah untuk mengenal kerangka referensi komunikan karena ia hanya satu orang. Jangankan sudah dikenal, tidak
55
Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2007, Cet ke-21. Hal. 36.
dikenal pun mudah menjajaginya, umpamanya dengan menanyakan kepadanya mengenai pekerjaan dan asal daerahnya.
Dalam hal ini, peneliti melihat para pengasuh serta pengurus yayasan yatim piatu Al-barokah mengetahui kerangka referensi yaitu
paduan pengalaman dan pengertian yang pernah diperoleh oleh komunikan yaitu mengetahui masing-masing latar belakang mereka
serta keadaan ekonomi yang berbeda-beda, yaitu watak serta cara menghadapi mereka sesuai daerah tempat mereka berasal.
Sebagai contoh untuk anak asuh yang berasal dari bekasi, mereka lebih menyesuaikan tempat serta keadaan dan bahasa, lain
dengan anak yang berasal dari flores watak mereka lebih keras untuk dibimbing, sehingga butuh sikap yang lebih dari pengasuh.
Dikarenakan dari bahasa, adat serta lingkungan mereka berbeda. Sehingga dengan begitu pengasuh serta pengurus dapat menyampaikan
pesan dengan komunikasi dua arah secara timbal balik akan lancar. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Bapak Faqihuddin dan berikut hasil
kutipan dari wawancara dengan beliau: “Sangat,, sangat sangat diperlukan sekali,, jadi untuk kita lebih
tau bagaimana kondisi anak itu bagaimana, kepribadiannya,, karna setiap anak dari latar belakang berbeda dari orang tua
yang berbeda dan pasti juga dari ekonomi yang pastinya akan berbeda sekali.,,”
56
56
Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam Al- Barokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 26 April 2011.
4 Faktor situasi dan kondisi
Yang dimaksudkan dengan situasi disini ialah situasi komunikasi pada saat komunikan akan menerima pesan yang kita
sampaikan. Situasi yang bisa menghambat jalannya komunikasi dapat diduga sebelumnya, dapat juga datang tiba-tiba pada saat komunikasi
dilancarkan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, situasi komunikasi
yang biasanya terjadi, ketika suasana ramai oleh kegaduhan anak-anak ketika belajar sehingga agak mengganggu konsentrasi anak-anak yang
lain dalam menghafal. Sehingga bagi pengurus mengeluarkan suara yang lebih keras, sehingga anak-anak asuh yang lain menaruh
perhatiannya kembali pada pelajaran. Sedangkan yang dimaksud dengan kondisi di sini ialah state of
personality komunikan, yaitu keadaan fisik dan psikis komunikan pada saat ia menerima pesan komunikasi. Komunikasi kita tidak akan
efektif apabila komunikan sedang marah, sedih, bingung, atau sakit. Berdasarkan petikan wawancara bersama Bapak Faqihuddin dan
berikut hasil kutipan dari wawancara dengan beliau: “Biasanya, masalah yang umum dihadapi anak yatim, kurang
percaya diri, tidak konsentrasi belajar, stress karena ditinggal orang tua, malas dan sebagainya. Dan akhirnya mereka kurang
betah buat tinggal di sini deh. ,,”
57
57
Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam Al- Barokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 26 April 2011.
Permasalahan yang umumnya dihadapi oleh anak yatim piatu Al-Barokah biasanya berupa masalah prilaku yang dikhawatirkan akan
menggangu perkembangan serta belajarnya, sedih karna tidak lagi mempunyai seorang ayah atau ibu, sehingga mengakibatkan tidak
konsentransi dalam belajar, masalah dengan temannya dan akhirnya mereka tidak betah untuk tinggal di asrama.
2. Pemilihan Media Komunikasi
Untuk mencapai sasaran komunikasi kita dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan
dicapai, pesan yang akan disampaikan, dan teknik yang akan dipergunakan. Mana yang terbaik dari sekian banyak media komunikasi
itu tidak dapat ditegaskan dengan pasti sebab masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Dalam hal ini, Yayasan menyediakan buku-buku tentang kumpulan hadits-hadits yang akan dihafalkan serta dipraktekkan oleh anak asuh
selain itu panduan beribadah sholat dengan baik dan benar. Melalui media tulisan atau cetakan tersebut dapat dikaji berulang-ulang dan dipergunakan
oleh pengurus dalam mengajarkan kepada anak asuh. Ini sesuai dengan tujuan serta teknik komunikasi yang digunakan, yaitu bertujuan agar anak
asuh dapat merubah sikap serta perilaku dalam beribadah sehingga mereka faham dan benar dalam tata cara beribadah. Hal ini sesuai yang
diungkapkan oleh Bapak Faqihuddin dan berikut hasil kutipan dari wawancara dengan beliau:
“.,,, selain itu ada ustadnya yang mendukung karna gurunya juga semangat gitu mengajarnya,, media belajarnya seperti Al-
Qur’an, kitab, buku-
buku yang memadai dipenuhi oleh yayasan,,”.
58
3. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi
Pesan komunikasi message mempunyai tujuan tertentu, ini menetukan teknik yang harus diambil, apakah itu teknik informasi,
persuasi, atau teknik instruksi. Apapun tekniknya, pertama-tama komunikasi harus mengerti pesan komunikasi itu.
Mengenai pesan yang disampaikan, materi yang diberikan oleh pengurus ibadah dapat dipahami oleh anak-anak asuh. Hal ini sesuai yang
diungkapkan oleh Bapak Faqihuddin dan berikut hasil kutipan dari wawancara dengan beliau:
“,,yah programnya ada macem-macem yang pertama mungkin,,, ibadah yang pastinya,, terus yang kedua ada pendalaman materi
agama,, salah satunya ngaji, terus majlis taklim hemm,, hafalan juga bisa seperti itu.,”.
59
Dari penjelasan materi agama dan tata cara sholat, mereka dapat menjalankannya serta mempraktekkannya. Selain itu, teknik komunikasi
yang digunakan yaitu informatif yaitu agar anak asuh mengerti dan tahu, dan persuasif yaitu agar anak asuh patuh serta dapat menjalankan suatu
perbuatan atau kegiatan yang diberikan oleh pengurus ibadah.
58
Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam Al- Barokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 26 April 2011.
59
Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin.
4. Peranan Komunikator dalam Komunikasi
a. Daya tarik sumber
Seorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi, akan mampu mengubah sikap, opini, dan perilaku komunikan melalui
mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya. Dengan lain perkataan, komunikan
merasa ada kesamaan antara komunikator dengannya sehingga komunikan bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan oleh
komunikator. Berdasarkan pengamatan, pengurus mempunyai peranan
penting dalam keberhasilan anak asuh, ini ditandai dengan semangat guru dalam memberikan pemahaman kepada si anak, sehingga dapat
mendukung pesan yang akan disampaikan. Selain itu si anak dapat sedikit demi sedikit merubah perilakunya karena dorongan dari
gurunya itu sendiri. b.
Kredibilitas sumber Faktor kedua yang bisa menyebabkan komunikasi berhasil
ialah kepercayaan komunikan pada komunikator. Kepercayaan ini banyak bersangkutan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki
seorang komunikator. Ini diterapkan oleh pihak Yayasan dalam strategi konseling, yaitu upaya atau suatu cara pemberian nasehat, anjuran dan
pembicaraan dengan bertukar pikiran melalui interaksi antara dua orang yaitu pengurus dan anak asuh yang sedang mengalami suatu
masalah yang dihadapi dengan memberikan jalan keluar terhadap masalah individu, sehingga masalah itu dapat teratasi.
Dalam hal ini, masalah yang umum dihadapi anak yatim berupa masalah perilaku yang dapat mengganggu perkembangan diri
serta belajar anak, semua ini dilakukan melalui motivasi bersama yaitu dengan memberikan nasihat kepada masing-masing anak asuh.
Berdasarkan kedua faktor tersebut, seorang komunikator dalam menghadapi komunikan harus bersikap empatik empaty, yaitu kemampuan
seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain. Dengan kata lain perkataan, dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
Seorang komunikator harus bersikap empatik ketika ia berkomunikasi dengan komunikan yang sedang sibuk, marah, bingung, sedih, sakit, kecewa dan
sebagainya. Berikut ini adalah strategi yang digunakan pihak Yayasan Yatim
Piatu Islam Al-Barokah dalam membina ibadah para anak asuhnya, strategi komunikasi ini dilakukan oleh para pengurus ibadah untuk anak asuh ini di
koordinatori oleh Ustad Faqihuddin, dan para pengurus ibadah lainnya yaitu H. Tabrani S.Ag, Tamali, Siti Barkah S.Ag dan Maria Ulfah. Strategi
komunikasi ini dilakukan dengan beberapa strategi yang diterapkan oleh anak asuh
60
:
60
Wawancara Pribadi dengan Samsul Hadi, Kepala Sekolah Mts Yatim Piatu Al- Barokah, Bekasi 12 April 2011.
1. Strategi Mengenal Komunikan
Dalam mengenal anak asuh, strategi ini sangatlah diperlukan dalam pembinaan. Di karenakan masing-masing anak asuh berasal
dari latar belakang keluarga dan kepribadian yang berbeda-beda. Diantaranya anak asuh yang salah satu orang tuanya sudah tiada serta
anak yang kurang mampu. Sebagai contoh dalam hal pembinaan, anak asuh yang berasal dari Flores Nusa Tenggara Timur pembinaannya
lebih ditekankan serta dikhususkan karena pada anak tersebut lebih bersifat temperamental. Ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak
Faqihuddin selaku pengurus ibadah Yayasan Yatim Piatu Islam Al- Barokah:
“,,,,yang pertama, strategi mengenal anak asuh disini, seperti kita mengenalnya dengan latar belakang keluarga mereka yang
berasal dari beberapa daerah misalnya anak asuh yang berasal dari flores, cara menghadapinya sangatlah berbeda lebih
ditekankan
dikarenakan lebih
temperamental, dengan
mengetahui semua itu, kita bisa tahu IQ mereka masing-masing. Tentang latar belakangnya yang berbeda,, perbedaannya
mungkin,, klo dari jawa itu lebih ke diam, ga bisa ngomong, atau minder pokoknya wataknya lebih tertutup atau ga berani
gitu.. sedangkan klo dari bekasi sendiri karna dari sini gitu udah biasa ngomong, lebih menyesuaikan karna dari daerah sini,, dan
klo dari lampung atau flores itu lebih keras lagi dia,, wataknya dan kadang untuk di bilangin juga ga sekali dua kali,,
”
61
2. Strategi Konseling
Konseling yaitu suatu proses interaksi yang terjadi antara dua orang atau individu yang disebut konselor dan klien, atau terjadi dalam
situasi pribadi professional, serta dibina sebagai suatu cara untuk
61
Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam Al- Barokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 26 April 2011.
memudahkan terjadinya perubahan-perubahan tingkah laku klien, sehingga ia memperoleh keputusan yang memuaskan kebutuhannya.
62
Sedangkan tujuan dari konseling dalam Islam, yaitu untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan kebersihan
jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai Muthmainah, bersikap lapang dada Radhiyah dan mendapatkan pencerahan taufik
dan hidayah Tuhannya Mardhiyah.
63
Strategi konseling yaitu suatu cara pemberian nasehat, anjuran dan pembicaraan dengan bertukar pikiran melalui interaksi antara dua
orang yaitu pengurus dan anak asuh yang sedang mengalami suatu masalah yang dihadapi dengan memberikan jalan keluar terhadap
masalah individu, sehingga masalah itu dapat teratasi. Dalam hal ini, masalah yang umum dihadapi anak yatim berupa
masalah perilaku yang dapat mengganggu perkembangan diri anak tersebut, diantaranya: kurangnya percaya diri, tidak konsentrasi
belajar, ,malas dan sebagainya.
64
Sehingga mereka menimbulkan masalah seperti, tidak betah untuk tinggal di lingkungan asrama,
berkelahi dengan temannya. Ini dikarnakan perasaan mereka yang belum terima bahwa mereka sudah ditinggal oleh orang tua yaitu ayah
atau ibu mereka, Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Bapak Faqihuddin dan berikut hasil kutipan dari wawancara dengan beliau:
62
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling : Suatu Uraian Ringkas Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985, Cet. Ke-1, h. 14.
63
M. Hamdani Bakran Adz-dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam Penerapan Metode Sufistik. h. 220.
64
Wawancara Pribadi dengan Armelia Sri Wulandari, Anak Asuh Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 26 April 2011.
“Strategi Konseling,, iyaa,,apa namanya,,hemm anak kita panggil saja satu anak satu persatu klo ada masalah kita Tanya
bagaimana masalahnya yah begitu,,, kadang klo anak ada masalahnya aja, yah tapi ga menentu satu minggu sekali tapi
kadang juga klo banyak yang anak mempunyai masalah yahhh lebih sering lagi kita menanganinya,, ini dilakukan untuk
pemberian motivasi, anjuran, nasehat seperti masalah umum yang dihadapi sihh:,,,,,,,.
65
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, pengurus saling memberikan bimbingan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki anak asuh, dengan menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri anak asuh sehingga muncul dan berkembang rasa ingin
keinginan untuk berbuat taat kepada Allah SWT dengan beribadah kepada-Nya, sekaligus memberikan nasihat agar tetap sabar dan
tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya.
66
3. Strategi menentukan metode
Selanjutnya strategi yang terakhir yaitu menentukan materi dengan metode yang digunakan, ini dilakukan agar terwujudnya suatu
perubahan kepada anak tersebut ke arah yang lebih baik lagi. Berdasarkan penelitian yang diamati, metode yang dilakukan dalam
pembinaan ibadah terhadap anak asuh yaitu: a.
Metode Hafalan Metode hafalan adalah suatu cara yang digunakan oleh para
pengajar dalam hal pembinaan ibadahnya. Seperti bagaimana anak dapat menghafal setiap bacaan shalat dan menerapkannya dalam
ibadah shalatnya sehari-hari. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh
65
Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam Al- Barokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 18 Mei 2011.
66
Pengamatan Observasi, Tentang Penerapan Strategi Konseling, di Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah, 12 April 2011.
Bapak Faqihuddin dan berikut hasil kutipan dai wawancara dengan beliau:
“Strategi selanjutnya yaitu,, metode yang akan digunakan menentukan materi , yaitu melalui metode hafalan, metode
ini dilakukan seminggu dua kali, hafalan itu,, tergantung tingkatan anak-anak itu, sesuai Tsanawiyah apa,, Aliyah,,
biasanya hafalan
juz’ama teruss surat: Al-Waqi’ah, Yasin dan Al-Mulk., dan lain-lain deh,,
67
Dalam metode ini, pengurus ibadah menentukan materi dari surat-surat yang akan dihafalkan kepada anak-anak, seperti
juz’ama, hadits, serta surat-surat panjang seperti surat Al-Waqi’ah, surat Yasin, surat Al-Mulk dan lain-lain, setelah itu anak-anak
mulai menghafal dengan masing-masing surat yang ditentukan. Setelah dihafalkan oleh anak asuh dan hafalan tersebut harus
disetorkan kepada para Pengurus dalam jangka waktu yang ditentukan.
Adapun waktu pelaksanaannya yaitu dilakukan seminggu dua kali dalam menyetorkan hafalan, yaitu pada hari senin, selasa
dan rabu, dengan menyetorkan secara bergilir berdasarkan tingkat pendidikan mereka, Yaitu sebagai berikut:
1 Tingkat Madrasah Tsanawiyah
Untuk kelas Tsanawiyah pengurus membagi dua kelompok, kelas satu dan kelas dua. Adapun hafalan yang wajib
67
Wawancara Pribadi dengan Faqihuddin, Pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam Al- Barokah Bidang Pembinaan Ibadah. Bekasi 18 Mei 2011
.
dihafalkan yaitu meliputi hafalan juz’ama, ratibul hadad, hadits-hadits pendek,
2 Tingkat Madrasah Aliyah
Sementara surat yang wajib dihafalkan oleh mereka yaitu: surat Al-
Waqi’ah, surat Yasin, surat Al-Mulk serta Juz’ama.
Berdasarkan kegiatan hafalan yang dilakukan oleh anak asuh yang penulis amati dilapangan, pada dasarnya penyetoran
hafalan surat-surat yang terjadi dilakukan dengan pola kelompok . dalam masing-masing kelompok tersebut, anak asuh meyetorkan
hafalan kepada pengurus dengan waktu dan hari yang ditentukan yaitu hari rabu dan kamis atau secara bergilir tergantung siap atau
tidaknya anak tersebut untuk menyetorkan hafalannya. Dalam tahap awal kegiatan ini, pengurus ibadah
memberikan semacam materi yang disampaikan kepada anak-anak dengan mengenalkan bagaimana cara untuk beribadah dengan baik,
dengan kata lain mengenalkan materi yang dianggap mudah terlebih dahulu, setelah itu pengurus menekankan anak untuk
mengucapkan berulang-ulang diselingi dengan melihat buku yang menjadi rujukannya untuk menghafal. Hal ini sesuai yang
dikatakan oleh Bapak Faqihuddin dan berikut hasil kutipan dari wawancara dengan beliau:
“Yang pertama kita mengenalkan materi yang lebih mudah dulu, dalam artian,, anak harus mengucapkan berulang-
ulang lalu dia sambil melihat buku lalu dia langsung hafalan gitu,,,”.
68
b. Metode Pembiasaan Diri
Dalam hal ini, metode yang dipakai yaitu metode pembiasaan diri yaitu suatu pendekatan yang berusaha memberikan
kesempatan kepada anak asuh agar senantiasa dapat mengamalkan ajaran agamanya. Cara ini dilakukan bertujuan agar anak tersebut
dapat mempraktekkan materi yang telah disampaikan oleh pengurus sekaligus guru yang menangani bidang ibadah anak asuh,
baik ketika masih berada di asrama maupun ketika keluar nanti. Hal ini sesuai hasil kutipan yang dikatakan oleh Bapak Faqihuddin:
“hemm,, dalam hal sholat baik itu sholat jama’ah maupun sholat sunnah,, disini kita lebih membiasakan kepada
mereka dengan gerakan serta bacaan supaya mereka dapat mempraktekkan sehari-hari baik masih disini maupun pas
keluar nanti,,,”.
69
Dengan itu anak asuh mempraktekkan ibadah-ibadah yang sudah diajarkan oleh pengurus ibadah yaitu pelaksanaan sholat
dhuha, sholat tahajjud serta sholat sunnah qabliyyah dan ba’diyyah
ini dimaksudkan untuk dipraktekkan dalam keseharian mereka.
B. Penerapan Strategi komunikasi dalam Pembinaan Ibadah terhadap