Pola komunikasi tutor terhadap anak jalanan dalam pembinaan ibadah di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Indah Dwi Fujiani
NIM: 1110051000085
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(2)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh
Indah Dwi Fujiani NIM: 1110051000085
Pembimbing
Nasichah, MA NIP. 19671126 199603 2 001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(3)
(4)
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Agustus 2014
(5)
i
Yayasan Bina Insan Mandiri adalah yayasan yang memberikan pendidikan gratis bagi anak jalanan, kaum marjinal dan para dhuafa yang bergerak di bidang pendidikan dan pembinaan. Dalam hal ini pembinaan yang dilakukan oleh tutor terhadap anak jalanan bertujuan agar ibadah mereka sesuai dengan norma agama, maka diperlukan suatu pembinaan yang dapat mencapai tujuan tersebut yaitu salah satunya dengan pembinaan ibadah serta pentingnya pola komunikasi yang digunakan oleh tutor di yayasan tersebut.
Untuk mengetahui pola komunikasi yang digunakan oleh tutor dan anak jalanan dalam pembinaan ibadah, maka penulis memaparkan dengan pertanyaan, bagaimana pola komunikasi yang digunakan tutor terhadap anak jalanan dalam pembinaan ibadah di YABIM ? Apakah yang menjadi faktor pendukung, penghambat dalam pembinaan ibadah ?
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pola komunikasi
Joseph A. Devito dalam buku “komunikasi antarmanusia” yang mengatakan
bahwa ada lima jenis pola komunikasi. Kelima jenis itu adalah pola roda yaitu pola yang mengarahkan seluruh informasi kepada individu yang menduduki posisi sentral., pola rantai adalah pola yang hubungan komunikasi garis langsung baik ke atas maupun ke bawah tanpa terjadinya suatu penyimpangan, pola lingkaran adalah pola yang tidak memiliki pemimpin semua posisinya sama dan pola bintang semua anggota nya berkomunikasi dengan semua anggota. Pola y relatif kurang tersentralisasi di banding dengan struktur roda.
Pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskripif analisis yaitu menggambarkan sesuatu sesuai dengan fenomena yang ada, dengan menggunakan pengamatan langsung atau observasi yang dilanjutkan dengan wawancara kepada narasumber dan kemudian menggunakan dokumentasi sebagai dokumen aktual dalam penyusunan penelitian ini. Setelah semua data yang dibutuhkan telah terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menyusun data secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian dalam melakukan analisa data.
Maka hasil yang diperoleh oleh penulis dalam penelitian ini adalah bahwa dalam proses pembinaan ibadah anak jalanan para tutor menggunakan pola roda dan pola bintang. Bentuk komunikasi yang digunakan dalam pembinaan ibadah adalah komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok. Adapun hambatannya dari tenaga pengajar (tutor) dan faktor lingkungan. Pola komunikasi yang digunakan para tutor dalam pembinaan ibadah anak jalanan sudah berhasil dan efektif. Ini terbukti dari adanya komunikasi yang terjadi secara dua arah, persamaan makna dari hasil komunikasi yang menunjukan adanya feedback dari komunikan dan efek yang mengarahkan anak-anak untuk beribadah dengan baik dan benar.
(6)
ii
Alhamdulillahirabbil’alaamiin. Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam. Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang, sebab hanya dengan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Pola Komunikasi Tutor terhadap Anak Jalanan dalam Pembinaan Ibadah di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW, juga kepada keluarganya, para sahabatnya, dan kepada seluruh para pengikutnya. Amin…
Dalam menyelesaikan skripsi ini tentu saja tidak lepas dari berbagai pihak
yang telah memberikan dukungan dan bimbingannya, juga bantuan dan masukan
yang diberikan kepada penulis. Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis dengan
tulus menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA selalu Rektor Universitas Islam Negeri,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta pembantu dekan dan
jajarannya.
3. Rachmat Baihaky, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
FIDKOM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Fita Fathurokhmah, MA
selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam atas motivasi dan
(7)
iii
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang pernah
mengajar penulis, terima kasih atas ilmu yang diberikan. Semoga berkah dan
selalu bermanfaat.
6. Seluruh Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas yang telah
membantu penulis dalam menemukan referensi-referensi untuk skripsi ini.
7. Kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda Agus Kusnadi, Ibunda Henny
Aeniah yang telah bekerja keras dalam memperjuangkan sekolah
anak-anaknya, juga nasihat dan motivasi yang selalu diberikan, cinta dan kasih
sayangnya serta tak bosan-bosannya memberikan bantuan moril, materil,
dengan segala doa dan ridho yang mengiringi setiap langkah penulis.
8. Bapak Nurohim, Bunda Rina, Bunda Wulan, Kak Fida, Kak Mus, Kak Gatot,
yang telah banyak membantu penulis memberikan data-data yang diperlukan.
Juga untuk seluruh anak binaan Yayasan Bina Insan Mandiri, terima kasih atas
pelajaran hidup yang sangat berharga. Semoga Allah senantiasa melindungi
kalian.
9. Sahabat terbaik, sahabat perjuangan Alfani Roosy Andini, Izzah Fitriyah,
Ardiyat Ningrum, Anita Purnama Sari, Sinta Taryas, Pambayun Menur Seta,
Noor Aisyah, Eva Damayanti, Khairunnisa. Atas segala waktu yang telah kita
lewati bersama-sama, segala tawa juga candaannya dan mendampingi penulis
di kala sedih dan susah selalu bersama. Semoga silahturahmi persahabatan
(8)
iv
11.Sahabat tersayang dan terbaik Resti Kurnia Nisa Anjar, Rosalina, Thina
Agustina yang selalu memberi semangat, dukungan dan tempat curhat di kala
sedih dan senang. Sukses untuk kita semua dan semoga persahabatan kita
terus abadi selamanya.
12.Teman-teman seperjuangan KPI C angkatan 2010 dan teman-teman KKN
ANJAS 2013, atas segala pelajaran kebersamaan dan kerja sama yang telah
kalian ajarkan.
13.Kawan-kawan seperjuangan HMJ KPI 2012-2013, DEMAF FIDKOM
2013-2014, HMI KOMFAKDA, atas segala pelajaran kebersamaan dan kerja sama
yang telah kalian ajarkan, apapun bentuk pengabdian yang kita lakukan untuk
kampus kita pada saat ini pasti akan kita petik hasilnya pada saat kita terjun di
masyarakat nanti, yang penting kita harus ikhlas dan tulus dalam mengabdi.
Dengan demikian skripsi ini saya buat sebaik-baiknya, semoga dapat
membawa manfaat bagi kita semua yang membacanya terutama dalam
memajukan bidang Komunikasi Penyiaran Islam. Semoga Allah SWT membalas
semua kebaikan untuk kita semua. Amin Amin ya Rabbal alamin……..!
Jakarta, 10 Agustus 2014
(9)
v
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
D. Metodologi Penelitian ... 9
E. Pedoman Penulisan ... 15
F. Tinjauan Pustaka ... 15
G. Sistematika Penulisan ... 16
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Komunikasi dan Ruang Lingkupnya... 19
1. Pengertian Pola ... 19
2. Pengertian Komunikasi ... 19
3. Unsur-unsur Komunikasi………... 22
4. Jenis-jenis Pola Komunikasi……….. 25
5. Bentuk-bentuk Komunikasi……….. 28
6. Teknik Komunikasi……… 31
B. Pengertian Tutor ... 32
(10)
vi
4. Motivasi Ibadah……… 37
D. Anak Jalanan ... 38
1. Pengertian Anak Jalanan………... 38
2. Ciri-ciri Anak Jalanan………... 39
3. Penyebab Kenakalan Anak Jalanan……….. 41
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN BINA INSAN MANDIRI A. Sejarah Yayasan Bina Insan Mandiri ... 43
B. Letak Yayasan Bina Insan Mandiri ... 47
C. Profil Yayasan ... 48
D. Keadaan Fisik dan Fasilitas Lembaga ... 51
E. Program Kerja………... 52
F. Profil Anak Jalanan Yayasan Bina Insan Mandiri………… 59
G. Profil Tutor dan Relawan……….. 60
H. Sumber Dana Yayasan Bina Insan Mandiri……….. 63
BAB IV TEMUAN HASIL PENELITIAN A. Pola Komunikasi Tutor terhadap Anak Jalanan dalam Pembinaan Ibadah ... 65
B. Faktor Penghambat Pola Komunikasi dalam Pembinaan Ibadah Anak Jalanan……….………... 84
(11)
vii
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(12)
viii
Tabel 3.1: Data Sarana dan Prasarana Yayasan Bina Insan Mandiri………….. 51
Tabel 3.2 : Data Jumlah Siswa PAUD Yayasan Bina Insan Mandiri………..… 53
Tabel 3.3 : Data Jumlah Siswa Sekolah Dasar (Persamaan Paket A)……..…… 54
Tabel 3.4 : Data Jumlah Siswa SMP (Persamaan Paket B)……….. 55
Tabel 3.5 : Data Jumlah Siswa SMA (Persamaan Paket C)………. 56
Tabel 3.6 : Data Anak Jalanan YABIM Berdasarkan Usia……….. 59
Tabel 3.7 : Data Anak JalananYABIM Berdasarkan Pendidikan………. 60
(13)
1
A. Latar Belakang Masalah
Manusia lahir dan ditakdirkan sebagai makhluk sosial, makhluk yang tidak
dapat hidup sendiri, makhluk yang membutuhkan antara satu dengan yang lainnya
untuk bertahan hidup. Manusia membutuhkan orang lain untuk bekerja, tolong
menolong, dan juga untuk saling melengkapi demi kelangsungan hidupnya.
Berlandaskan hal inilah disadari atau tidak maka proses komunikasi pun terjadi.
Komunikasi lah yang dapat menghubungkan antara orang yang satu dengan yang
lainnya. Komunikasi amat berperan penting dalam kehidupan manusia. Tanpa
adanya komunikasi maka mustahil manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Ditinjau dari sudut pandang agama pun komunikasi di anggap mempunyai peran
vital dalam kehidupan umat manusia. Allah SWT berfirman:
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.(QS.Al.Hujuraat:13)
Dalam berkomunikasi tentunya memiliki tata cara dan aturan, sehingga
manusia harus bisa menerapkan aturan dan etika dalam berkomunikasi agar setiap
(14)
komunikasinya, selain itu agar setiap perkataannya tidak menyakiti perasaan
orang lain karena Indonesia merupakan bangsa yang majemuk yang terdiri dari
berbagai macam suku, agama, dan bahasa sehingga sudah barang tentu cara berkomunikasinya pun beraneka ragam. “Komunikasi adalah proses penyampaian
pesan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan)”.1
Komunikasi bukan sekedar tukar menukar pikiran serta pendapat saja akan
tetapi kegiatan yang dilakukan untuk berusaha mengubah pendapat dan tingkah
laku orang lain.2 Komunikasi akan berhasil dan berjalan dengan baik apabila
pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan dapat diterima dan
dapat dipahami dengan baik sehingga terjadi persamaan pemahaman diantara
keduanya. Dengan demikian komunikator dapat mempengaruhi komunikan.
Komunikator dapat mempengaruhi orang lain untuk mengubah sikap sesuai
dengan pesan yang dikemukakan, sehingga orang lain mengikutinya atau
mengubah sikapnya (perilakunya). Hal ini yang membuat pola komunikasi
sebagai penunjang dan penentu dari keberhasilan sebuah komunikasi dapat
berjalan dengan baik.
Bicara mengenai pola komunikasi maka ada beberapa pola komunikasi
yang dapat digunakan dalam berkomunikasi, yaitu pola komunikasi, roda pola
komunikasi lingkaran, pola komunikasi rantai dan pola komunikasi bintang, pola
y, Semua pola komunikasi ini dapat digunakan dalam setiap proses komunikasi
1
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya,2001), cet. Ke-1, h. 4.
2
H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000) h. 26.
(15)
berlangsung tentunya dalam penggunaannya disesuaikan oleh kondisi dan faktor
lapangan saat proses komunikasi berlangsung.
Penerapan pola komunikasi yang tepat menghasilkan keberhasilan
seseorang dalam berkomunikasi sehingga setiap pesan dapat diterima dan
dipahami oleh setiap pelaku komunikasi itu sendiri.
Proses komunikasi tidak hanya berlangsung pada seseorang yang berada di
rumah atau di kantor, tetapi juga berlangsung di jalanan pada anak jalanan.
Keberadaan anak jalanan sudah lazim kelihatan pada kota-kota besar di Indonesia,
seperti halnya di Jakarta dan Depok. Saat ini di Indonesia, jumlah penduduk
miskin semakin meningkat jumlahnya sebagai akibat dari krisis ekonomi. Dampak
dari meningkatnya jumlah penduduk miskin tersebut menyebabkan sebagian dari
anak-anak mereka yang masih di bawah umur turut bekerja membantu menambah
keuangan keluarga. Kebanyakan anak-anak tersebut bekerja di jalan-jalan sebagai
pengasong Koran, rokok, permen, penjual jasa payung, joki three in one dan
sebagainya. Anak-anak tersebut yang biasa dikenal dengan anak jalanan.3
Setiap anak yang lahir, ia berhak mendapat pendidikan dari orang tua
ataupun seorang pembimbing tentang ibadah. Sosok pembimbing atau yang
disebut dengan tutor disini, sangat dibutuhkan oleh seorang anak jalanan, jika
mereka tidak memiliki orang tua yang mendidik dan memberikan pengajaran
kepadanya. Karena dalam islam setiap anak Adam berhak mendapat pembinaan
dan pendidikan dan dipandang suci dan mulia. Anak jalanan sebagaimana pada
umumnya manusia mempunyai akal yang berkemampuan untuk mengetahui baik
3
L. Moeliono. Anak jalanan: Antara Kerentanan dan Ketahanan (Sisi lain Fenomena
(16)
dan buruk. Untuk memenuhi kebutuhan hidup baik jasmani ataupun rohani
seorang manusia tidak dapat berdiri sendiri tetapi harus kerja sama dengan orang
lain, hal ini karena keterbatasan kemampuan berfikir manusia dan juga karena
keterbatasan kemampuan fisik maupun psikis.4
Fungsi yang sangat penting sebagai seorang tutor disini yaitu
berkomunikasi dalam menanamkan serta membina keagamaan yang baik bagi
anak-anak jalanan di Yayasan. Yayasan Islam sesuai dengan fungsinya sebagai
lembaga pendidikan, tempat untuk mempelajari, mendalami, menghayati dan
mengamalkan ajaran agama islam yang menerapkan pentingnya moral
keagamaan.5
Di dalam agama islam ibadah menempati posisi yang penting, karena
ibadah merupakan salah satu pokok ajaran agama. Ibadah adalah “suatu kegiatan atau perbuatan yang dilakukan untuk memenuhi berbagai kehidupan dunia, yang
disertai niat mencari ridha Allah, serta dijalankan dengan memperhatikan
norma-norma keagamaan”.6
Pembinaan ibadah bertujuan untuk menuntun anak jalanan
agar meniru akhlak yang ditunjukan Allah lewat Rasul-Nya dan agar anak tidak
mengalami penyimpangan perilaku sehingga akan memiliki akhlak yang terpuji.
Peranan komunikasi dalam kehidupan pembinaan ibadah sangat penting, bahkan
komunikasi ketika dipandang dalam arti yang lebih luas tidak hanya diartikan
sebagai proses transformasi atau pertukaran berita atau pesan. Tetapi komunikasi
dikatakan sebagai kegiatan individu dan kelompok, mengenai tukar menukar data,
ide, dan wawasan. Maka komunikasi memiliki fungsi dalam setiap sistem sosial
4 Anwar Masy’ari,
Akhlak Al-Qur’an (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990) h.4. 5
Mastufu, Prinsip Pendidikan Pesantren (Jakarta: Inis, 1994), h. 55. 6
(17)
tidak terkecuali komunikasi yang efektif akan mendatangkan kemajuan dalam
dunia pendidikan.
Pandangan anak jalanan yang berkeliaran di jalanan, terminal maupun di
lampu merah untuk mencari nafkah sudah tidak asing lagi, karena mereka
menghabiskan waktunya di jalanan. Kehidupan di jalanan yang serba bebas dan
pada umumnya mereka tidak terdidik dan tanpa keahlian tertentu, sehingga sangat
potensial mereka melakukan tindakan kriminal yang mengakibatkan dapat
meresahkan masyarakat.7 Semuanya itu disebabkan karena kurangnya
pengetahuan tentang pendidikan agama. Padahal anak seusia mereka harus dibina
ibadahnya agar tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan yang serba bebas yang
menyebabkan mereka melakukan perbuatan yang kurang baik, dan dapat
membahayakan diri mereka sendiri atas perbuatan yang kurang baik tersebut.
Yayasan Bina Insan Mandiri atau yang biasa disebut dengan Sekolah
Master (Masjid Terminal) Depok lahir berawal dari rasa keprihatinan terhadap
adanya gejala perubahan sosial masyarakat yang semakin terlihat nyata di Kota
Depok. Salah satu gejala perubahan sosial masyarakat yang teramati adalah
keberadaan anak-anak jalanan, terlantar dan menggelandang atau mengamen,
mengasong, di fasilitas-fasilitas umum masyarakat yang ada di Kota Depok.
Fasilitas-fasilitas umum yang keberadaan mereka dapat dengan mudah terlihat
adalah masjid, pasar, jalan raya serta terminal dan stasiun yang letaknya relatif
7
L. Moeliono. Anak jalanan: Antara Kerentanan dan Ketahanan (Sisi lain Fenomena
(18)
mudah untuk dijangkau ataupun menjangkau pusat Kota Jakarta. Anak-anak
tersebut rata-rata tidak bersekolah.8
Salah seorang yang termasuk memiliki rasa keprihatinan akan keberadaan
anak-anak jalanan di Kota Depok adalah Bapak Nurohim. Dengan melihat
keberadaan mereka yang tidak mengeyam pendidikan, maka timbul pemikiran
untuk membentuk sebuah wadah pendidikan gratis bagi anak-anak jalanan yang
terlihat di sekitar Kota Depok tersebut. Untuk mewujudkan pemikirannya itu
diawali dengan mendirikan sebuah Yayasan Bina Insan Mandiri. Sebuah yayasan
yang berawal dari emperan masjid Al-Mutaqin Terminal Kota Depok, dengan
ruang gerak bidang pendidikan, pembinaan, bakti sosial, dakwah, kesehatan, dan
pemberdayaan ekonomi masyarakat.9 Munculnya Yayasan Bina Insan Mandiri
anak jalanan mendapatkan perhatian dan pendidikan yang layak. Mereka juga
mendapatkan bimbingan dan pembinaan pendidikan terutama dalam masalah
ibadah agar kelak menjadi kader muslim budi pekerti yang luhur yang sesuai
dengan aturan-aturan Islam. Oleh karena itu didorong rasa tanggung jawab
pendidik terutama dalam pendidikan agama Islam, cara alternatif yang dirasa
cukup efektif bagi anak jalanan adalah dengan memberikan pendidikan agama
islam yang berkaitan dengan masalah ibadah mereka agar tidak hanya sekedar
teori saja tetapi juga agar dapat dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam memberikan pengarahan dan pembinaan kepada anak jalanan agar
mereka mau menerima dan menjalankan apa yang para tutor berikan tidak mudah.
Karakteristik anak jalanan yang biasa hidup bebas di jalanan tanpa adanya aturan,
8
Wawancara Pribadi dengan Nurrohim, Ketua YABIM, Depok 10 Agustus 2014
9
(19)
membuat mereka sukar untuk mengendalikan diri dan tidak memiliki kepedulian
terhadap kepentingan terhadap kepentingan atau kebutuhan lingkungannya
(asosial).10 Untuk itulah terkait dengan kondisi di atas diperlukan adanya pola
komunikasi yang tepat dan efektif untuk melakukan sebuah pembinaan terhadap
anak jalanan.
Selaras dengan uraian dan latar belakang di atas dan mengingat pentingnya
bagaimana sebuah lembaga yang harus memiliki suatu cara untuk memberikan
atmosfir yang baik kepada anak didiknya, agar mereka dapat menjadi pribadi yang
baik serta menjunjung nilai-nilai keagamaan dalam hal ini tentang ibadah kepada
Allah SWT. Hal ini yang membuat penulis tertarik mengambil penelitian di
Yayasan Bina Insan Mandiri Depok, dengan mengangkat judul skripsi : “Pola Komunikasi Tutor terhadap Anak Jalanan dalam Pembinaan Ibadah di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penelitian ini penulis
fokuskan pada pembinaan ibadah anak jalanan di Yayasan Bina Insan
Mandiri Depok dengan menggunakan teori pola komunikasi roda dan pola
komunikasi bintang.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah di atas, agar lebih terfokus maka penelitian
merumuskan masalah sebagai berikut :
10
(20)
a. Bagaimana pola komunikasi yang digunakan tutor terhadap anak
jalanan dalam pembinaan ibadah di Yayasan Bina Insan Mandiri ?
b. Apakah yang menjadi faktor penghambat dalam pembinaan ibadah anak
jalanan di Yayasan Bina Insan Mandiri ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pola komunikasi apa yang digunakan oleh tutor
terhadap anak jalanan dalam pembinaan ibadah di Yayasan Bina Insan
Mandiri Depok.
b. Untuk mengetahui faktor penghambat apa saja yang dialami oleh tutor
terhadap anak jalanan dalam pembinaan ibadah di Yayasan Bina Insan
Mandiri Depok.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat akademis
Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada semua kalangan
yang terkait dan menambah khazanah kepustakaan tentang pola
komunikasi di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta khususnya Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam. Dengan adanya penulisan skripsi ini diharapkan dapat
menambah referensi atau perbandingan bagi studi Ilmu Komunikasi dan
(21)
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengembangan dan
sumbangsi keilmuan komunikasi dan dakwah bagi para praktisi
pendidikan, komunikasi dan dakwah yakni sebagai salah satu upaya
membentuk komunikasi yang efektif dan secara intensitas. dengan
adanya penelitian ini dapat ditemukan pola komunikasi yang efektif
dalam upaya membina ibadah pada anak khususnya anak jalanan.
Secara praktis penelitian ini manfaatnya adalah sebagai kontribusi
pemikiran dalam membina ibadah anak jalanan khususnya dalam
lingkungan di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok, lingkungan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta maupun lingkungan akademisi lain dan
masyarakat pada umumnya.
D. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif yang menghasilkan data deskriptif dan tertulis dengan informasi dari
orang yang menghasilkan hipotesis dari penelitian lapangan.11 Penelitian
deskriptif hanya memaparkan situasi atau peristiwa penelitian, tidak mencari atau
menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Peneliti
bertindak hanya sebagai pengamat, hanya membuat kategori perilaku, mengamati
gejala dan mencatat dalam buku observasinya.12
11
Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), h.15.
8
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h.4.
(22)
Dalam pelaksanaannya penelitian ini dilakukan melalui pendekatan
kualitatif. Metodologi penelitian kualitatif sebagai prosedur yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati.13
1. Subjek dan Objek Penelitian
Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, teknik pemilihan
informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel bertujuan
(purposive sampling).14 Dalam menentukan subjek penelitian ini, peneliti
memilih subyek penelitian yang menurut peneliti dapat memberikan data dan
informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Adapun subjek utama dalam penelitian ini adalah Tutor Yayasan Bina
Insan Mandiri (YABIM) yang meliputi ketua yayasan, koordinator bidang
keagamaan dan 4 tutor. Pemilihan subjek ini dilakukan karena mereka
memiliki perhatian, pengetahuan serta perannya dalam membina ibadah anak
jalanan. subjek pendukung dalam penelitan ini adalah anak jalanan yang
berada di YABIM. Informan adalah orang yang diperkirakan menguasai dan
memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian.
Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah pola komunikasi terhadap
pembinaan ibadah di Yayasan Bina Insan Mandiri. Dalam wawancara
mendalam peran informan tetap menjadi sentral, walaupun kadang informan
berganti-ganti. Penentuan informan dilakukan secara purposive yaitu
13
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h.3.
14
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2009), cet. Ke-26, h.4.
(23)
menggunakan subjek penelitian yang sedikit dan dipilih menurut tujuan
penelitian.15
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Bina Insan (YABIM), yang
beralamat di Jl. Margonda No. 58 Terminal Terpadu Depok, 16431, Jawa
Barat. Pemilihan lokasi Depok di dasarkan pada 4 D dalam penelitian, yaitu
data, date, daya dan dana.16 Pertama, data atau informasi mudah untuk
didapatkan karena sudah mempunyai link dan izin dari yayasan tersebut.
Selanjutnya date atau waktu penelitian yang tersedia sesuai dengan waktu
yang dibutuhkan. Ketiga, daya yang ditempuh tidak terlalu jauh dan
memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian. Keempat, dana yang
dibutuhkan untuk penelitian tidak terlalu besar karena jangkauan tempat yang
mudah dicapai sehingga memberikan keringanan bagi peneliti. Adapun waktu
penelitian berlangsung sejak 13 Juni s.d 10 Agustus 2014.
3. Teknik Pengumpulan Data
Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah :
a. Observasi
Observasi yaitu pengamatan secara sistematis dan analisa yang
memegang peranan penting untuk meramalkan tingkah laku sosial,
15
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan
Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2007) hal.108.
16
Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi (Jakarta: UIN Press, 2006), cet. Ke-1, h.123.
(24)
sehingga hubungan antara satu peristiwa dengan yang lainnya menjadi
jelas.17
Observasi atau pengamatan yang dilakukan penulis adalah
dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian.
Dalam hal ini penulis mengamati bagaimana proses pola komunikasi
yang dilakukan tutor dengan anak jalanan dalam pembinaan ibadah
yang dilakukan setiap hari di Yayasan Bina Insan Mandiri.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Berbentuk tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara
langsung. Pewawancara disebut interviewer yaitu yang mengajukan
pertanyaan, sedangkan orang yang diwawancarai disebut interviewe
yang memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu.18 Dalam hal ini
peneliti melakukan wawancara dengan ketua Yayasan Nurohim,
koordinator bidang keagamaan Muhamad Gatot, dan para tutor di
Yayasan Sri Wulan, Fida Aininisa, Mustami’in, Rina Herawati dan
anak jalanan Adam, Regi, Dede, Andre, Maulana di Yayasan Bina
Insan Mandiri.
Wawancara akan dilakukan dengan menggunakan pedoman
wawancara agar setiap pertanyaan terarah. Adapun pertanyaan dalam
wawancara yang dilakukan yaitu terkait dengan pola komunikasi yang
17
Syamsir Salam, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: UIN Press,2006), h.31. 18
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h.186.
(25)
dilakukan dalam pembinaan ibadah dan termasuk didalamnya tentang
bentuk dan media komunikasi dan hambatan yang dialami.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh
melalui dokumen-dokumen. Ini dilakukan untuk memperoleh data-data
mengenai hal yang akan diteliti, dan juga yang berhubungan dengan
objek penelitian. Terkait dengan masalah yang diteliti, maka dokumen
yang dikumpulkan adalah bahan-bahan tertulis yang berasal dari
buku-buku, surat keputusan, laporan kerja, web-site dan media massa.
4. Teknik Analisis data
Teknik analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpetasikan. Dalam menganalisa
data, peneliti mengolah data dari hasil observasi dan wawancara, data tersebut
disusun dan dikategorikan berdasarkan hasil wawancara, dokumen maupun
laporan, yang kemudian dideskripsikan ke dalam bentuk bahasa yang mudah
dipahami.19
Teknik analisis data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Tahap pertama adalah reduksi data, peneliti mencoba memilah data
yang relavan dengan pola komunikasi tutor dan anak jalanan dalam
pembinaan ibadah.
b. Tahap kedua adalah penyajian data, setelah data mengenai pola
komunikasi tutor dan anak jalanan dalam pembinaan ibadah diperoleh,
19
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998), cet. Ke-2, h. 78.
(26)
maka data tersebut disusun dan disajikan dalam bentuk narasi, visual
gambar, tabel dan sebagainya.
c. Tahap ketiga adalah penyimpulan atas apa yang disajikan.
5. Teknik Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan konsep penting dalam sebuah penelitian
kualitatif. Untuk menentukan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan.
Pelaksanaan teknik pemeriksaan di dasarkan atas sejumlah kriteria tertentu.
Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan, keteralihan,
ketergantungan, dan kepastian.20 Adapun kredibilitas dilakukan dengan
menggunakan teknik triangulasi, hal ini dapat dicapai dengan jalan.
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara,
misalnya untuk mengetahui respon anak jalanan setelah mengikuti
program pembinaan ibadah dengan cara sharing atau menanyakan
langsung kepada anak jalanan.
b. Membandingkan keadaan dan perspektif sesorang dengan pendapat
atau pandangan orang lain, misalnya peneliti membandingkan jawaban
yang diberikan tutor YABIM dengan jawaban yang diberikan oleh
ketua YABIM.
c. Membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen yang
berkaitan dengan pembinaan ibadahanak jalanan.
20
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 324.
(27)
E. Pedoman Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penelitian ini adalah menggunakan “pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development and Assurance) uin
Syarif Hidayatullah, 2007.21
F. Tinjauan Pustaka
Penulisan sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian tentang pola
komunikasi telah dilakukan oleh mahasiswa terutama mahasiswa Fakultas
Dakwah dan Komunikasi di antaranya:
a. “Pola Komunikasi KH. Mahmudi dalam Pembinaan Santri Di Pondok
Pesantren Al-Mubarok Serang Banten” karya Muhamamad Fathullah tahun 2008. Ia menggunakan metode penelitiannya yaitu kualitatif
deskriptif. Skripsinya membahas pola komunikasi KH Mahmudi dalam
membina santri di pondok pesantren Al-Mubarok yang cenderung
menggunakan komunikasi pola roda serta menggabungkan dua
komunikasi persuasif dan instruktif/koersif, yang diterapkan pondok
Al-Mubarok terhadap santri.
b. “Pola Komunikasi Guru Agama dan Murid di SMP An-Nurmaniyah
Ciledug Tangerang” tahin 2009 karya Laily Syahidah. Ia menggunakan pendekatan metode penelitian kuantitatif. Skripsi ini membahas tentang
bagaimana pola komunikasi guru dalam belajar mengajar di SMP
An-Nurmaniyah, sebatas pada guru agama dan murid di dalam kelas III.
21
Hamid Nasuhi dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (CeQDA (Center For Quality Development And Assurance) UIN Syarif Hidayatullah,2007), pertama
(28)
c. “Pola Komunikasi Dokter terhadap Pasien dalam Proses Penyembuhan di
Klinik Makmur Jaya” karya Putri Rachmania. Skripsi tersebut membahas
tentang pola komunikasi dokter terhadap proses penyembuhan pasien
dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan cara-cara dialogis dan
mengupayakan perubahan psikologis dan perilaku pasien.
d. “Pola Komunikasi Ibu dan Anak dalam Penanaman Nilai-nilai Keagamaan
Pada Anak Usia Prasekolah di Asrama Pemadam Kebakaran Kotamadya
Jakarta Barat” karya Ekawati tahun 2008. Skripsi ini membahas tentang
bagaimana pola komunikasi yang diterapkan oleh para ibu terhadap
anaknya dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan di asrama suku dinas
pemadam kebakaran Jakarta Barat.
Perbedaan dari keempat penelitiaan di atas dengan yang akan peneliti
lakukan adalah dapat dilihat dari subjek, objek dan lokasi penelitian. Subjek yang
diambil oleh peneliti sendiri adalah Tutor, Subjek pendukungnya Anak Jalanan
dan objeknya adalah pola komunikasi dalam pembinaan ibadah, dan yang akan
menjadi sasaran penelitian adalah Yayasan Bina Insan Mandiri Depok.
G. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini penulis bagi menjadi lima bab yang pada
masing-masing bab dibagi kedalam sub-sub dengan penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri atas latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
(29)
pedoman penulisan, tinjauan kepustakaan dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Berisi tentang, pertama ruang lingkup komunikasi yang terdiri
dari pengertian pola, pengertian komunikasi, pengertian pola
komunikasi, unsur-unsur komunikasi, jenis-jenis pola
komunikasi, bentuk-bentuk komunikasi, teknik komunikasi.
Kedua pengertian Tutor. Ketiga pengertian pembinaan ibadah,
bentuk-bentuk ibadah. Keempat pengertian anak jalanan.
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN BINA INSAN MANDIRI DEPOK
Bagian ini memuat tentang Profil Yayasan Bina Insan Mandiri
yang terdiri dari Sejarah Yayasan Bina Insan Mandiri, Letak
Yayasan, Profil Yayasan, Struktur Organisasi, Visi dan Misi,
Tujuan dan sasaran, Keadaan fisik dan Fasilitas Lembaga,
Program-program, keadaan sarana prasaranan, program kerja,
Profil anak jalanan, Profil tutor dan relawan, Sumber dana
Yayasan.
BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA DATA
Berisi tentang pola komunikasi tutor terhadap anak jalanan
dalam pembinaan ibadah, faktor penghambat dalam pembinaan
(30)
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian,
saran-saran yang berkaitan dengan pola komunikasi tutor terhadap
anak jalanan dalam pembinaan ibadah di Yayasan Bina Insan
(31)
19
A. Komunikasi dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Pola
Kata pola komunikasi dibangun oleh dua suku kata yaitu pola dan
komunikasi. Sebelum kita membahas tentang pola komunikasi, kita harus
mengetahui apa itu pola dan apa itu komunikasi.
Pola dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, “pola” berarti bentuk, atau
sistem1. Sedangkan kata pola dalam kamus Ilmiah popular artinya model,
contoh atau pedoman (rancangan).2 Namun dalam pembahasan ini, maka kata
pola lebih cocok sebagai bentuk, karena memiliki keterkaitan dengan kata
komunikasi.
Pola pada dasarnya adalah sebuah gambaran tentang sebuah proses
yang terjadi dalam sebuah kejadian tersebut, dengan tujuan agar dapat
meminimalisasikan segala bentuk kekurangan sehingga dapat diperbaiki.
Akan tetapi dalam pembahasan ini pola yang dimaksud ialah bentuk
komunikasi yang terjadi dalam suatu masyarakat.
2. Pengertian Komunikasi
Secara etimologis, kata komunikasi dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai pengiriman pesan atau berita.3Kata “komunikasi”
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai pustaka, 2002),edisi ketiga h. 885.
2
Puis A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Jakarta: Arkola, 1994), h. 605.
3
(32)
menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin
communicatio, perkataan ini bersumber pada kata communis yaitu sama,
dalam arti sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal.4
Sedangkan secara terminologis berarti “proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian itu jelas bahwa
komunikasi melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang menyatakan
sesuatu kepada orang lain”.5
Menurut Onong Uchjana Effendy dalam Kamus Komunikasi, komunikasi berarti “proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai panduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, himbauan dan sebagainya, yang dilakukan melalui
media, dengan tujuan mengubah sikap pandangan atau perilaku.”6
Menurut Everett M. Rogers yang dikutip oleh Roudhonah
mengemukakan bahwa komunikasi adalah “proses di mana suatu ide dialihkan
dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka”.
Stephen W. Littlejohn yang dikutip oleh Morissan mengatakan bahwa:
communication is difficult to define. The word is abstract and, like most terms, prosses numerous meanings (komunikasi sulit untuk didefinisikan). Kata “komunikasi” bersifat abstrak, seperti kebanyakan istilah, memiliki banyak arti).7
4
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), cet. Ke-6, h. 3-4.
5
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), cet. Ke-6, h.4.
6
Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi (Bandung: Mandar maju 1989), cet. Ke-1, h. 60.
7
(33)
Menurut James Komunikasi ialah “perbuatan atau proses penyampaian suatu gagasan dan informasi dari seseorang kepada orang lain”.8 Menurut Gunadi komunikasi adalah “proses kegiatan manusia yang diungkapkan melalui bahasa lisan dan tulisan, gambar-gambar, isyarat bunyi-bunyian, dan
bentuk kode lain yang mengandung arti dan dimengerti oleh orang lain”.9
Syaiful Bahri Djamrah mengatakan bahwa “pola komunikasi dapat
dipahami sebagai bentuk atau struktur hubungan antara dua orang atau lebih
dalam proses pengiriman pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang
dimaksud dapat dipahami”.10
Dari semua pengertian komunikasi di atas, penulis menyimpulkan
pengertian dari pola komunikasi bahwa pola komunikasi adalah suatu bentuk
atau struktur bagaimana seorang komunikator menyampaikan pesan kepada
seorang komunikan sehingga komunikan memahami setiap pesan yang
disampaikan agar dapat menghasilkan suatu persamaan makna antara
komunikator dengan komunikan. Karena komunikasi merupakan hal yang
penting dalam kehidupan. Dengan komunikasi manusia berinteraksi dengan
sesama, saling mengenal dan menjalin hubungan baik yang diharapkan
sehingga manusia dapat melakukan perannya sebagai makhluk sosial.
Menurut Steward L. Tubbis dan Silvia Mess, sebagaimana dikutip oleh
Jalaludin Rahmat dalam bukuya “Psikologi Komunikasi” ia menguraikan
komunikasi yang baik dan efektif tentunya memiliki ciri-ciri yaitu :
8
James G. Robbin, Komunikasi yang Efektif (Jakarta: Pedoman Ilmu jaya, 1995), h.1. 9
Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1998), cet. Ke01, h. 69.
10
Syaiful Bahri Djamrah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga (Sebuah Perspektif Pendidikan Islam) (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.1.
(34)
a. Pengertian yaitu komunikator dapat memahami, mengenai pesan-pesan yang disampaikan kepada komunikan.
b. Kesenangan yaitu menjadikan hubungan yang hangat dan akrab serta menyenangkan.
c. Mempengaruhi Sikap yaitu dapat mengubah sikap orang lain sehingga bertindak sesuai dengan kehendak komunikator tanpa merasa terpaksa.
d. Hubungan sosial yang baik yaitu menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi. e. Tindakan yaitu membuat komunikan melakukan suatu tindakan yang
sesuai dengan pesan yang diinginkan”.11
Adapun yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut adalah
manusia. Oleh karena itu komunikasi yang dimaksudkan pada umumnya
adalah “komunikasi manusia” atau human communication, yang sering pula
disebut dengan komunikasi sosial, komunikasi antarpribadi atau komunikasi
kemasyarakatan.
3. Unsur-unsur Komunikasi
Dari pengertian komunikasi sebagaimana yang telah dipaparkan di
atas, dapat dilihat adanya sejumlah unsur-unsur komunikasi yang merupakan
syarat terjadinya proses komunikasi. Unsur-unsur dalam komunikasi adalah
sebagai berikut:
a. Komunikator (Communicator)
Komunikator disebut juga sebagai encoder, yakni seseorang yang
memformulasikan pesan yang akan disampaikannya kepada komunikan, ia
merupakan unsur yang sangat menentukan, karena ia memilah pesan,
11
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), Cet. Ke-15, h. 13-15.
(35)
media dan efek yang diharapkan dalam proses komunikasi. Komunikator
juga disebut sources atau sumber.12
Dalam peranannya sebagai seorang komunikator tentunya seorang
komunikator tersebut memiliki beberapa syarat yang diperlukan, berikut
adalah syarat yang diperlukan:
1)Memiliki kredibilitas yang tinggi bagi komunikasinya
2)Memiliki keterampilan dalam berkomunikasi
3)Memiliki daya tarik, dalam arti komunikator memiliki kemampuan
untuk melakukan perubahan sikap atau penambahan pengetahuan bagi
atau pada diri komunikan.13
b. Message (Pesan)
Pesan yaitu “sebuah gagasan atau ide, informasi, pengalaman yang telah dituangkan baik berupa kata-kata, lambang, isyarat, tanda-tanda atau
gambar untuk disebarkan kepada pihak lain”.14 c. Feed back
Yaitu umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila
tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator. Jadi feed back atau
umpan balik adalah respon atau tanggapan dari komunikan atas apa yang
telah disampaikan oleh komunikator.
d. Media (Media)
12
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h. 18. 13
H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), cet. Ke-2, h. 93-94.
14
(36)
Media adalah saluran atau sarana yang digunakan oleh
komunikator untuk mentransformasikan pesan kepada komunikan. Kata
media itu sendiri berasal dari medium. Arti secara harfiahnya ialah
perantara, penyampai dan penyalur.15 Bisa juga diartikan sebagai sarana
yang dipakai untuk memberikan feedback dari komunikan kepada
komunikator.
Dalam berkomunikasi tentunya terdapat banyak media yang
digunakan oleh komunikator maupun komunikan ini mengandung makna
bahwa komunikasi bisa dilakukan melalui berbagai macam media bahkan
kata-kata dan bahasa tubuh itu sendiri pada hakikatnya merupakan media.
Konteks ini bisa disebut face to face atau direct communication
(komunikasi langsung).
Terdapat beberapa ciri komunikasi langsung yaitu:
1. Arus pesan dua arah
2. Dilakukan secara tatap muka 3. Frekuensi feed back tinggi
4. Selectif exposure
5. Jangkauan terhadap pesan sangat cepat 6. Efeknya adalah perubahan sikap.16
e. Encoding, yaitu penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke
dalam bentuk lambang atau suatu usaha komunikator dalam menafsirkan
pesan yang akan disampaikan kepada komunikan agar komunikan dapat
memahaminya.
15
Endang Lestari dan Maliki, Komunikasi Yang Efektif, Bahan Ajar Diklat Prajabatan Golongan III (Jakarta: Lembaga Administrasi Negara, 003). h.8.
16
Endang Lestari dan Maliki, Komunikasi Yang Efektif, Bahan Ajar Diklat Prajabatan Golongan III (Jakarta: Lembaga Administrasi Negara, 003). h.9.
(37)
f. Efek berupa hasil akhir komunikasi, yaitu : ”sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan”.17 Keberhasilan suatu komunikasi dapat terlihat jika sikap dan tingkah laku seorang
komunikan sesuai dengan pesan yang disampaikan.
4. Jenis-Jenis Pola Komunikasi
Menurut Joseph A. Devito di dalam bukunya “Komunikasi
Antarmanusia” ada lima pola komunikasi, yaitu komunikasi pola roda, pola
rantai, pola lingkaran, pola bintang, pola Y.18 Berikut adalah gambar dari
ke-lima pola tersebut:
a. Pola Roda
Pola roda adalah pola yang mengarahkan seluruh informasi kepada
individu yang menduduki posisi sentral dan berpengaruh dalam proses
penyampaian pesannya yang mana semua informasi yang berjalan harus
terlebih dahulu disampaikan kepada pemimpin.
B
E A C
D
Gambar 2.1: Gambar Pola Roda
17
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek), h. 18-19. 18
Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, Penerjemah Agus Maulana (Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group, 2011), Edisi Ke-5, h. 382.
(38)
Dari gambar di atas, bisa dijelaskan bahwa seseorang
berkomunikasi pada banyak orang, yaitu B, C, D, dan E. Komunikasi ini
cenderung bersifat satu arah tanpa adanya reaksi timbal balik.
b. Pola Rantai
Dalam pola rantai jaringan komunikasi terdiri dari lima tingkatan
dalam jenjang hirarkinya dan hanya dikenal komunikasi sistem arus keatas
(upward) dan ke bawah (downward), yang artinya menganut hubungan
komunikasi garis langsung (komando) baik ke atas atau ke bawah tanpa
terjadinya suatu penyimpangan. Dalam artian seseorang (A)
berkomunikasi pada seseorang yang lain (B) dan seterusnya ke (C), ke
(D), dan (E).
A B C D E Gambar 2.2: Gambar Pola Rantai
c. Pola Lingkaran
Pola lingkaran yakni hampir sama dengan pola rantai, namun orang
terakhir (E) berkomunikasi pula kepada orang pertama (A).
A
E B
D C
(39)
Dalam pola lingkaran tidak memiliki pemimpin. Semua anggota
posisinya sama. Semua nya berhak dan memiliki kesempatan yang sama
untuk berkomunikasi dengan orang yang berada di sisi mereka.
d. Pola Bintang
Pola bintang yakni semua anggota berkomunikasi dengan semua
anggota.19 Pola bintang merupakan gabungan dan pengembangan dari pola
lingkaran yang mana terjadi interaksi timbal balik antara anggota
komunikasi tanpa mengenal siapa yang menjadi pimpinan sentralnya.
Semua anggotanya memiliki hak dan kekuatan yang sama untuk
mempengaruhi anggota lainnya.
A
E B
D C Gambar 2.4: Gambar Pola Bintang
e. Pola Y
Pola ini kurang tersentralisasi di bandingkan dengan pola roda,
akan tetapi lebih tersentralisasi di bandingkan dengan pola lainnya. Pola Y
juga memiliki pimpinan yang jelas dalam proses aliran informasi. Dan
anggota ini mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya.
19
H.A,W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000) h. 102-103.
(40)
Ketiga anggota lainnya memiliki komunikasi yang terbatas, hanya dengan
satu orang lainnya.20
A B
C
D
E
Gambar 2.5: Pola Y
5. Bentuk-bentuk Komunikasi
Menurut Onong Uchjana Effendy “komunikasi memiliki empat macam bentuk yang berbeda keempat macam bentuk itu di antaranya adalah:
komunikasi pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi massa dan komunkasi
media”.21
a. Komunikasi Pribadi (Personal Communication)
Komunikasi pribadi ini dibagi dua jenis komunikasi yaitu
komunikasi intrapersonal dan komunikasi antarpersona keduanya memiliki
pengertian sebagai berikut:
1) Komunikasi Intrapribadi (Intrapersona Communication)
Komunikasi intrapersonal dapat diartikan sebagai kegiatan
komunikasi yang proses terjadinya dengan diri sendiri. Suatu proses
20
Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, Penerjemah Agus Maulana (Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group, 2011), Edisi Ke-5, h. 382-383.
21
Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia, Penerjemah Agus Maulana (Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group, 2011), Edisi Ke-5, h. 7.
(41)
pengolahan informasi yang melalui panca indra atau sistem syaraf
yang ada di dalam diri seseorang. Dalam hal ini seseorang memiliki
peran ganda baik berperan sebagai komunikator dan berperan sebagai
komunikan dalam dirinya sendiri.
Menurut Ronald L. Applbaum di kutip oleh Onong Uchjana Efendy mendefinisikan bahwa “komunikasi intrapribadi sebagai komunikasi yang berlangsung di dalam diri kita sendiri dan
kegiatan-kegiatan mengamati dan memberi makna (intelektual dan emosional)
kepada lingkungan kita.”22
Jika seseorang mampu melakukan
komunikasi ini dengan baik itu berarti seseorang tersebut telah
mampu mengenal dirinya sendiri maka dapat dikatakan ia telah
menjadi manusia yang seutuhnya.
2) Komunikasi Antarpribadi (Interpersona Communication)
Komunikasi antarpribadi merupakan proses sosial di mana
orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi.
Sebagaimana diungkapkan oleh Devito yang dikutip oleh Alo Liliweri
dalam bukunya “komunikasi antarpribadi”, bahwa komunikasi
antarpribadi merupakan “pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan
diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan
umpaun balik yang langsung”.23
Komunikasi antarpersona adalah “komunikasi yang proses terjadinya melibatkan dua belah pihak atau lebih yaitu komunikator
22
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h.58.
23
(42)
dan komunikan. Di bandingkan dengan komunikasi lain komunikasi
ini di anggap yang paling efektif karena komunikasi terjadi secara
langsung atau bertatap muka sehingga pesan yang disampaikan dapat
langsung didiskusikan”.24
b. Komunikasi Kelompok (Group Communication)
Komunikasi kelompok (group communication) adalah komunikasi
sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua.25 Komunikasi
kelompok dibedakan menjadi dua yaitu kelompok kecil dan kelompok
besar.
Kelompok kecil (small group) adalah “kelompok komunikan yang
dalam situasi komunikasi terdapat kesempatan untuk memberikan
tanggapan verbal, dengan kata lain komunikator dapat melakukan
komunikasi antarpribadi dengan salah satu anggota”.26
Di bandingkan dengan komunikasi kelompok besar, komunikasi
kelompok kecil lebih bersifat rasional. Ketika menerima suatu pesan dari
komunikator, komunikan menanggapinya dengan lebih banyak
menggunakan pikiran dari pada perasaan.
Kelompok besar (large group) dalam kelompok besar situasi yang
ada sangat berbeda dengan situasi yang terjadi di dalam kelompok kecil.
Dalam hal ini komunikasi antarpribadi yang terjadi sangat kecil
24
Onong Uchjana Effendy, Imu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), cet. Ke-3, h.60.
25
Onong Uchjana Effendy, Imu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), cet. Ke-3, h.75.
26
Onong Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi (Bandung: PT. Rosdakarya, 2007). h.55.
(43)
kemungkinannya. Hal ini terjadi karena begitu banyaknya individu yang
berkumpul sehingga pertukaran informasi tersebut sulit berjalan. Dalam
hal memberikan tanggapan kepada komunikator, maka tanggapannya
bersifat emosional.27
c. Komunikasi Massa
Dalam bukunya “Dinamika Komunikasi” Onong Uchjana Effendy mengatakan komunikasi massa adalah “komunikasi yang terjadi melalui media massa modern seperti surat kabar, film, radio, dan televisi. Kita
sudah dapat melihat bahwa komunikasi massa satu arah (one way
traffic)”.28
d. Komunikasi medio
Komunikasi medio adalah komunikasi yang pada pelaksanaannya
menggunakan media sebagai sarana untuk menyampaikan pesan seperti
komputer, surat, telepon, poster, spanduk, pamflet, brosur, dan telegram.
6. Teknik Komunikasi
Dalam berkomunikasi tentunya tidak hanya terjadi begitu saja.
Diperlukan teknik-teknik yang tepat dalam berkomunikasi hal ini yang akan
menjadi penunjang keberhasilan seseorang dalam berkomunikasi. Ada
beberapa teknik komunikasi yang diklarifikasi sebagai berikut :
a. Komunikasi Persuasif
27
Onong Uchjana Effendy, Dimensi-dimensi Komunikasi (Bandung: PT. Rosdakarya, 2007). h.55-56.
28
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992), cet. Ke-2, h.8.
(44)
Berisikan bujukan, yaitu membangkitkan pengertian dan kesadaran
bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan perubahan sikap,
perubahan sikap yang dimaksud adalah atas kehendak sendiri atau
kesadaran diri.
b. Komunikasi koersif
Penyampaian pesan yang bersifat memaksa menggunakan
sanksi-sanksi yang akan dikenakan apabila tidak dilaksanakan.
c. Komunikasi Informatif
Bersifat memberikan ketegangan-ketegangan (fakta-fakta)
kemudian komunikan mengambil keputusan atau kesimpulan sendiri.
d. Hubungan Manusiawi (Human Relations)
Hubungan ini dapat dilakukan untuk menghilangkan
hambatan-hambatan komunikasi, meniadakan salah pengertian, dan mengembangkan
segi konstruktif sifat tabiat manusia.
B. Pengertian Tutor
Tutor adalah orang yang memberi pelajaran (membimbing) kepada
seseorang atau sejumlah kecil siswa dalam pelajarannya.29
Tutorial adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian
bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan, dan motivasi agar siswa dapat efesien dan
efektif dalam belajar. Subyek atau tenaga yang memberikan bimbingan dalam
kegiatan tutorial dikenal sebagai tutor. Tutor dapat berasal dari guru atau
29
Dedy Sugono dkk, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas, 2008) hal. 1022.
(45)
pengajar, pelatih, pejabat struktural, atau bahkan siswa yang dipilih dan
ditugaskan guru untuk membantu teman-temannya dalam belajar dikelas. 30
Secara singkat pengertian tutor dapat diartikan sebagai orang yang
memberikan tutorial atau tutoring adalah bimbingan yang dapat berupa bantuan,
petunjuk, arahan, ataupun motivasi baik secara individu maupun kelompok
dengan tujuan agar siswa dapat lebih efesien dan efektif dalam kegiatan
pembelajaran sehingga tujuan dalam kegiatan pembelajaran tersebut dapat
tercapai dengan baik.31
C. Pembinaan Ibadah
1. Pengertian Pembinaan
Secara etimologis, kata pembinaan berasal dari bahasa Arab yaitu :
Bina” yang artinya “bangun”.32 Dalam kamus Bahasa Indonesia kata
“Pembinaan berarti membina, memperbaharui, perbuatan, penyempurnaan,
pembaharuan usaha, tindakan yang dilakukan secara berdaya guna dan
berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.33
Menurut Mangunhardjana pembinaan adalah “suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu
orang yang menjalaninya, untuk membetulkan dan mengembangkan
30
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru: Konsep dan Strategi (Bandung: PT. Mandar Maju,1991) h.73.
31
Winkel W.S. Psikologi Pengajaran (Jakarta:PT. Grafindo, 1996) h.401.
32 Peter Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h.1993. 33
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Bulan Bintang, 1997),h. 23.
(46)
pengetahuan dan kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup yang sedang
dijalani secara lebih efektif.”34
Secara terminologi pembinaan adalah “usaha memperbaiki, meningkatkan, menyempurnakan, mengarahkan, dan mengembangkan
kemampuan untuk pengembangan demi mencapai tujuan agar sasaran
pembinaan mampu menghayati dan mengamalkan ajaran Islam sebagai pola
kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga maupun sosial
masyarakat.”35
2. Pengertian Ibadah
Adapun pengertian-pengertian ibadah, di antara lain yaitu:
“Ibadah secara bahasa dalam Eksiklopedi Islam yang berarti
“mematuhi, tunduk, dan berdoa”. Sedangkan menurut istilah Ibadah
adalah kepatuhan atau ketundukan Dzat yang memiliki puncak keagungan, Tuhan Yang Maha Esa, Ibadah mencakup segala bentuk kegiatan (perbuatan dan perkataan) yang dilakukan pada setiap mukmin muslim dengan tujuan untuk mencari keridhaan Allah
SWT”.36
Dalam pengertian umum, ibadah adalah “Kegiatan atau perbuatan yang dilakukan untuk memenuhi berbagai kehidupan dunia, yang disertai niat
mencari ridha Allah, serta dijalankan dengan memperhatikan norma-norma
keagamaan”.37
“kamus Besar Bahasa Indonesia memberi arti ibadah sebagai
perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan mematuhi larangan-Nya.” Atau dengan
34
Mangunhardjana, Pembinaan Arti dan Metodenya (Yogyakarta: Kanisius, 1986), h. 11.
35
Proyek Penerangan Bimbingan Khutbah/Dakwah Islam, Pembinaan Rohani Pada
Wanita (Jakarta: Departemen Agama, 1948), h.8.
36
H. Baihaqi A.K. Fiqh Ibadah (Bandung: Mas Bandung, 1996), cet ke-1, h. 31. 37
Dede Rosyada, Hukum Islam Dan Pranata Sosial (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), cet ke-4, h. 65.
(47)
kata lain “Segala usaha lahir dan batin, sesuai dengan perintah Tuhan, untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselarasan hidup, baik terhadap
diri sendiri, keluarga, masyarakat maupun terhadap alam semesta”.38
Selain definisi di atas, ibadah juga mempunyai beberapa definisi antara
lain:
a) “Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanaan perintah-Nya
melalui lisan para Rasulnya”.
b) “Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu
tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi”.
c) “Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla baik berupa ucapan atau perbuatan, yang
zhahir maupun yang batin”.39
Di samping itu, ibadah dalam pengertian tak terbatas pada masalah
ritual saja tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan dalam hubungannya
dengan individu dan sosial, ritual yang dilandasi oleh ajaran Islam setelah itu
ibadah juga bertujuan agar manusia mempunyai sifat yang terpuji, baik
hubungannya dengan Allah maupun sesama manusia serta lingkungannya.40
“Ibadah adalah hak Allah yang wajib dipatuhi. Maka manusia tidak
diwajibkan beribadah kepada selain Allah, karena hanya Allah sendiri yang berhak menerimanya, karena Allah sendiri yang memberikan nikmat yang paling besar kepada makhluknya, yaitu hidup, wujud dan segala yang berhubungan dengannya”.41
38
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 364. 39
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 31-32. 40
Muhammad Qutub, Sistem Pendidikan Islam (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1984), h. 21-22.
41
Zurinal Z dan Aminuddin, Fiqh Ibadah (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008) h. 32.
(48)
Dengan demikian dapat di simpulkan, bahwa pembinaan ibadah adalah
tindakan yang dilakukan dengan memperoleh hasil yang baik sesuai dengan
ajaran agama Islam sebagai bukti ketaatan kepada Tuhan-Nya, dengan
mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Selain itu, dengan
beribadah seorang hamba akan selalui merasa dekat dengan Allah, bahkan
dapat menolong batinnya dari kesusahan.
3. Bentuk-bentuk Ibadah
Menurut Abdul rahman Ritonga dalam bukunya “Fiqh Ibadah”,
ditinjau dari segi bentuknya, ibadah dibagi mejadi dua macam, yaitu:
“Ibadah mahdhah adalah ibadah yang ketentuan dan cara
pelaksanaannya secara khusus ditetapkan oleh Nash Al-Quran dan Hadits, seperti Sholat, zakat, puasa dan haji. Dan ibadah „Ammah
adalah semua perbuatan yang dilakukan dengan niat baik dan semata-mata karna Allah SWT. Seperti makan dan minum, amar makruf nahi
munkar, berlaku adil, berbuat baik kepada orang dan sebagainya”.42
Ibadah khassah atau biasa disebut dengan ibadah mahdhah adalah
segala jenis ibadah yang tata caranya diterapkan oleh Allah SWT (khusus)
atau tersebut. Sedangkan ghoiroh mahdhah atau ibadah ammah adalah segala
jenis ibadah kepada Allah dalam pengertian luas semua perbuatan yang
berhubungan dengan Allah SWT, semua manusia, dan alam lingkungan,
misalnya berdzikir kepada Allah, menolong orang yang kesusahan sesuai
dengan kemampuan kita.
Selain itu, menurut Ahmad Djazuli ibadah Khassah juga biasa disebut
dengan ibadah mahdhah yang artinya:
42
(49)
“hubungan manusia dengan Tuhannya, yaitu hubungan yang akrab dan suci antara seorang muslim dengan Allah SWT, yang bersifat ritual
(peribadatan), seperti shalat, zakat, puasa, dan haji”.43
4. Motivasi Ibadah
Motivasi merupakan penggerak utama dalam suatu pekerjaan. Karena
itu besar kecilnya motivasi untuk mengerjakan suatu pekerjaan tergantung
pada besar kecilnya motivasi terhadap pekerjaan tersebut. Suatu pekerjaan jika
dikerjakan dengan gairah yang kecil akan kecil pula keberhasilannya.
Dengan demikian, apabila orang-orang mukmin menginginkan ibadah
mereka berhasil dengan baik, maka mereka harus mempunyai motivasi yang
besar bagi ibadahnya tersebut. Menurut Syahminan Zaini dalam buku “Problematika Ibadah dalam Kehidupan Manusia”, diungkapkan beberapa motivasi beribadah, yaitu:
1) Karena tujuan Allah menciptakan manusia adalah untuk beribadah.
2) Karena manusia sudah berjanji untuk taat kepada Allah.
3) Karena bahagia yang di inginkan., karena manusia harus kembali ke negeri
asalnya.44
Motivasi yang pertama adalah suatu keharusan, jika sesuatu itu berlaku
atau dipakai sesuai dengan tujuan penciptaannya. Manusia, karena tujuan
penciptaannya adalah beribadah kepada Allah, maka ia harus memenuhi
seluruh pribadi dan kemampuannya untuk taat kepada Allah.
Motivasi kedua adalah bahwa sewaktu manusia di alam arwah dahulu
sudah mengadakan perjanjian dengan-Nya dengan cara berdialog. Allah
43
Ahmad Djazuli, Kaidah-Kaidah Fiqih (Jakarta: Kencana, 2007), Ed. 1. Cet.2 h. 114. 44
Syahminan Zaini, Problematika Ibadah dalam Kehidupan Manusia ( Jakarta: Kalam mulia, 1989), h. 80.
(50)
bertanya kepada roh-roh manusia. “Bukanlah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan Kami), kami menjadi saksi”.
Maka konsekuensi dari perjanjian tersebut adalah manusia harus
mentaati Allah, yaitu melakukan perintah Allah untuk beribadah karena
beribadah bagi manusia adalah untuk memenuhi janjinya sendiri kepada
Allah. Apabila tidak beribadah kepada Allah, maka mereka disebut
penghianat.
Motivasi yang ketiga adalah setiap manusia menginginkan
kebahagiaan yakni bahagia untuk pribadi dan keluarga. Jika cinta akan
bahagia, maka manusia harus bahagiakan pula saudara-saudara lainnya, saling
menguatkan bagaikan satu tubuh yang apabila satu anggota tubuhnya sakit,
maka anggota tubuh lainnya merasakan sakit pula. Bahagia itu akan dicapai
dengan jalan berkorban dan beribadah, maka dari itu apabila mereka ingin
bahagia maka mereka harus beribadah.45
D. Anak Jalanan
1. Pengertian Anak Jalanan
Untuk memahami anak jalanan secara utuh, kita harus mengetahui
definisi anak jalanan. Departemen Sosial RI mendefinisikan anak jalanan
adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari
nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya.
UNICEF memberikan batasan tentang anak jalanan, yaitu : “street
child are those who have abandoned their homes, school and immediate
45
Syahminan Zaini, Problematika Ibadah dalam Kehidupan Manusia ( Jakarta: Kalam mulia, 1989), h. 85.
(51)
communities before they are sixteen years of age, and have drifted into a
nomadic street life” anak jalanan merupakan anak-anak berumur di bawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan
masyarakat terdekatnya, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di
jalan raya.46
Menurut Bagong Suyanto dalam bukunya “Masalah Sosial Anak” bahwa anak jalanan adalah anak-anak yang tersisih, marginal, dan teralienasi
dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini
sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang keras, dan bahkan
sangat tidak bersahabat.47
Adapun menurut Roostin Ilyas mengatakan anak jalanan adalah
anak-anak yang bukan di jalanan tetapi mereka hidup disitu.48
Jadi, anak jalanan adalah anak yang berumur di bawah 16 tahun yang
sebagian besar waktunya di jalanan untuk mencari nafkah dan larut dalam
kehidupan yang berpindah-pindah.
2. Ciri-ciri Anak Jalanan
Anak jalanan yang menjadi penerima terbagi kedalam empat kelompok,
1) Anak jalanan yang hidup di jalanan, cirinya adalah :
a. Putus hubungan atau lama tidak bertemu dengan orang tuanya
minimal setahun yang lalu.
b. Berada di jalan seharian dan meluangkan 8-10 jam untuk bekerja.
Sisanya untuk menggelandang/tidur.
46
H.A Soedijar, Intervensi Psikososial (Jakarta: Depsos, 1998), h.16. 47
Bagong Suyanto, Masalah Anak Sosial (Jakarta: Kencana, 2010), cet. Ke-1, h.185. 48
(52)
c. Bertempat tinggal di jalan dan tidur di sembarang tempat seperti
took, jembatan, taman, terminal, stasiun.
d. Tidak bersekolah lagi.
e. Pekerjaannya mengamen, mengemis, pemulung, dan serabutan
yang hasilnya untk diri sendiri.
f. Rata-rata berusia di bawah 16 tahun.
2) Anak jalanan yang bekerja di jalanan, cirinya adalah :
a. Berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya, yakni pulang
secara periodik misalnya seminggu sekali, sebulan sekali, dan tidak
tentu. Mereka umumnya berasal dari luar kota yang bekerja di
jalanan.
b. Berada di jalan sekitar 9 s/d 12 untuk bekerja, sebagian mencapai
16 jam.
c. Bertempat tinggal dengan cara mengontrak sendiri atau bersama
tempat kerjanya di jalan. Tempat tinggalnya umumnya kumuh
yang terdiri orang-orang sedaerah.
d. Tidak bersekolah lagi.
e. Pekerjaannya menjual Koran, pengasong, pencuci bis, pemulung
sampah, penyemir sepatu, dll. Bekerja merupakan kegiatan utama
setelah putus sekolah terlebih diantara mereka harus membantu
orang tuanya karena miskin, cacat, atau tidak mampu lagi.
f. Rata-rata usianya dibawah 16 tahun.
(53)
a. Setiap hari bertemu dengan orang tuanya (teratur).
b. Berada di jalanan sekitar 4 s/d 6 jam untuk bekerja.
c. Tinggal dan tidur bersama orang tua/wali.
d. Masih bersekolah.
e. Pekerjaannya menjual koran, pengamen, alat tulis, kantong plastik,
menyemir sepatu, pengamen dll. Untuk memenuhi kebutuhan
sendiri dan orang tuanya.
f. Usianya rata-rata dibawah 14 tahun.
4) Anak jalanan berusia 16 tahun ke atas, cirinya adalah:
a. Terdiri dari anak jalanan yang sudah putus hubungan dan yang
berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya.
b. Berada di jalan dari 8 s/d 24 jam, kadang hanya beberapa jam,
kadang berada seharian di jalanan.
c. Mereka telah tamat SD atau SLTP, namun sudah tidak bersekolah
lagi.
d. Pekerjaannya tidak tetap, seperti calo, mencuci bis, menyemir
sepatu, hasilnya digunakan untuk dirinya maupun memenuhi
kebutuhan orang tuanya. Kebutuhan mereka adalah pekerjaan yang
tetap.
3. Penyebab Kenakalan Anak Jalanan
Pokok utama dari pada timbulnya kenakalan anak-anak terutama
disebabkan dari pada kelalaian para orang tua. Dalam masa seperti sekarang
(54)
pendidikan terhadap anak-anaknya.49 Secara fenomenologis tampak bahwa
gejala kenakalan timbul dalam masa pubertas/pancaroba, di mana jiwa dalam
keaadaan labil, sehingga mudah terserat oleh lingkungan seorang anak
tiba-tiba menjadi nakal, tetapi menjadi nakal karena beberapa saat setelah dibentuk
oleh lingkungannya termasuk kesempatan yang di luar kontrol yaitu:
a. Lingkungan keluarga yang pecah, kurang perhatian, kurang kasih sayang
karena masing-masing sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri (termasuk
mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari).
b. Situasi yang menjamukan dan membosankan, padahal tempat tersebut
mestinya dapat merupakan faktor penting untuk mencegah kenakalan bagi
anak-anak (termasuk lingkungan yang kurang rekreatif).
c. Lingkungan masyarakat yang tidak/kurang menentu bagi prospek
kehidupan masa mendatang, seperti masyarakat yang penuh spekulasi,
korupsi, manipulasi, gossip, isu-isu negatif/ destruktif, perbedaan terlalu
mencolok antara si kaya dan si miskin dan sebagainya.50
49
Koestoer Pertowisastro, Dinamika Psikologi Sosial, (Jakarta: Erlangga, 1983), cet. I, h. 65.
50
Koestoer Partowisastro, Dinamika Psikologi Sosial, (Jakarta: Erlangga, 1983), cet I, h. 93.
(55)
43
A. Sejarah Yayasan Bina Insan Mandiri
Yayasan Bina Insan Mandiri atau yang biasa disebut dengan Sekolah Master
(Masjid terminal) Depok lahir berawal dari rasa keprihatinan terhadap adanya gejala
perubahan sosial masyarakat yang semakin terlihat nyata di kota Depok. Salah satu
gejala perubahan sosial masyarakat yang teramati adalah keberadaan anak-anak
jalanan, terlantar, dan menggelandang atau mengamen, mengasong, di
fasilitas-fasilitas umum masyarakat yang ada di kota Depok. Fasilitas-fasilitas-fasilitas umum yang
keberadaan mereka dapat dengan mudah terlihat adalah masjid, pasar, jalan raya serta
terminal dan stasiun yang ketaknya relatif mudah untuk dijangkau ataupun
menjangkau pusat kota Jakarta. Anak-anak tersebut rata-rata tidak bersekolah.
Salah seorang yang termasuk memiliki rasa keprihatinan akan keberadaan
anak-anak jalanan di kota Depok adalah Bapak Nurrohim. Bapak Nurohim seorang
pengusaha sembako di kawasan terminal Depok terteguh oleh pemandangan
sehari-hari di tempat usahanya yang selalu dijadikan tempat mangkal para pengamen yang
sering mengetik gitar dan peralatan mengamen lainnya di warung miliknya. Seperti
yang diungkapkan oleh Ketua YABIM, Bapak Nurrohim:
“Awalnya saya prihatin liat kondisi hari itu banyak anak-anak usia sekolah yang putus sekolah dan tidak bisa sekolah, sementara kita tahu Depok ini sebenarnya kota pendidikan, Iconnya kota Pendidikan, kota jasa, kota pemukiman yang nuansanya religi, kota perdagangan, perguruan tinggi juga banyak di sekitar
(56)
kota depok, tapi tadi di sisi lain justru banyak anak-anak usia peserta didik yang belum terakomodir belum bisa terlayani yang putus sekolah banyak, yang tidak sekolah juga banyak. Jadi, berangkat dari keprihatinan ini akhirnya saya menggagas adanya sebuah pendidikan alternatif, pendidikan yang bisa menampung mereka-mereka yang masih usia masih usia sekolah juga, jadi mereka masyarakat marginal yang memang harus mendapatkan pelayanan, jadi pendidikan itu kan hak untuk semua tanpa terkecuali, kalo kita saling menyalahkan ga ada habisnya, akhirnya kita menggagas ini dengan modul pendidikan non formal dan informal pendidikan kesetaraan, jadi kita bikin lembaga namanya PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Bina Insan Mandiri, berhubung rahim kegiatan ini adanya di emperan masjid terminal akhirnya menjadi brand sekolah master ya dari situ, jadi rahim kegiatan sekolah master atau PKBM Bina Insan Mandiri yang di bawah naungan Yayasan Bina Insan Mandiri ini dari emperan masjid terminal yang saya rekrut dari beberapa divisi mahasiswa dan remaja masjid di masjid terminal itu sendiri.1
Bapak Nurrohim yang saat itu selain sebagai penjual sembako aktif dalam
organisasi kepemudaan yaitu sebagai pengurus ikatan Pemuda dan remaja Masjid
Al-Muttaqin terminal Depok. Tergugah untuk membuat sesuatu untuk memberikan
pendidikan kepada mereka dengan mengadakan pesantren kilat bagi anak-anak
jalanan.
Selain pesantren kilat, anak-anak jalanan juga diberikan pendidikan membaca,
tulis dan berhitung (calistung), berawal dari pesantren kilat ini bapak Nurrohim
beserta rekannya yaitu Poerwandiono, Toni, dan Masrudi mendirikan kelompok
belajar untuk anak-anak jalanan serta anak-anak dari keluarga miskin di wilayah
Depok dan sekitarnya dengan memanfaatkan sebagian tempat di Masjid Terminal
untuk kegiatan belajar mengajar, dan menampung anak jalanan. Karena kegiatan
tersebut dilakukan di Masjid terminal, maka lembaga ini lebih dikenal dengan
1
Wawancara Pribadi dengan Pak Nurrohim, Ketua PKBM Bina Insan Mandiri, Depok, Senin
(57)
sebutan Sekolah Master (Masjid Terminal). Master inilah yang menjadi cikal bakal
Yayasan Bina Insan Mandiri. Sebuah yayasan yang berawal dari emperan masjid
Al-Mutaqin Terminal kota Depok, dengan ruang gerak bidang pendidikan, pembinaan,
bakti sosial, dakwah, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Bermodal pendekatan secara manusiawi yang dilakukan bapak Nurrohim dan
rekan-rekannya kepada anak jalanan, banyak anak jalanan yang bersedia mengikuti
kegiatan belajar di master yang pada awalnya berjumlah 20 orang. Seiring semakin
banyaknya anak binaan yang didampingi oleh sekolah master, akhirnya bapak
Nurrohim bersama rekannya berusaha untuk membangun sebuah gedung yang
sederhana dengan memanfaatkan lahan seluas 5000m2. Dari lahan tersebut 3000 m2
di antaranya adalah tanah fasum-fasum terminal dengan hal pakai yang telah
diserahkan Pemda Depok ke Yayasan Bina Insan Mandiri, ditambah tanah waqaf
seluas 2000m2 yang sudah menjadi hak milik.
Di mulai dari masjid dan sekarang telah mempunyai 15 lokal kelas termasuk
kontainer di tanah wakaf yang di mulai dari 1000m2 secara bertahap telah mencapai
3500m2.
Dahulu, lingkungan sekitar masjid berupa tempat-tempat prostisusi dan
tempat bermain billiard. Setelah turunnya keputusan pemerintah untuk membersihkan
area tersebut dari praktek perjudian dan prostisusi, banyak rumah-rumah di sekitar
masjid yang ditinggalkan oleh penghuninya. Pelajar di master yang pada awalnya
(58)
Pak Nurrohim mengaku bahwa pada awal terbentuknya YABIM, sangat sulit
untuk mengajak masyarakat bergabung. Awalnya mereka (masyarakat) agak apatis.
Mereka curiga karena kan banyak yang mempermainkan orang miskin. Tapi setelah
melakukan pendekatan dan beri pemahaman, akhirnya mereka mengerti dan bersedia
dibina.
Dengan motivasi yang kuat untuk membentuk masyarakat yang cerdas,
mandiri, kreatif dan berbudi pekerti yang luhur PKBM Bina Insan Mandiri
memberikan pendidikan gratis bagi anak-anak jalanan, kaum marjinal dan para dhu’afa melalui pendidikan kesetaraan dan terbuka. Tercatat 1200 warga belajar yang sedang mengenyam pendidikan di PKBM Bina Insan Mandiri, mereka begitu antusias
untuk mendapatkan hak-hak pendidikannya yang selama ini terabaikan. Kehadiran
PKBM Bina Insan Mandiri telah menyelamatkan pendidikan siswa/siswi yang
terancam tidak dapat melanjutkan pendidikannya dasar, menengah dan pendidikan
atas.
Sasaran utama dari sekolah ini awalnya adalah anak jalanan, namun semakin
mahalnya biaya pendidikan menjadikan pengurus membolehkan anak-anak dari
keluarga miskin menjadi siswa sekolah Master juga. Karena untuk bersekolah di sini
tidak dipungut biaya sepeserpun, jadi siapapun bisa mengakses pendidikan. Seperti
yang diungkapkan Bapak Nurrohim saat diwawancarai:
“Sasarannya memang kita fokus di anak jalanan, anak terlantar, anak berkebutuhan khusus, dan anak cacat dan anak-anak yang berhadapan dengan hukum jadi kita menjangkau yang tidak terjangkau, melayani yang tidak terlayani, jadi dengan modul pendidikan ini harus ada pendidikan yang khusus
(59)
yang sesuai dengan karakteristik sesuai dengan citra dan psikologis anak itu sendiri mereka tidak bisa diseragamkan harus masuk formal semua, yang pertama dari segi karakter dan dari segi kesempatan jadi itu yang menjadi konsen perhatian kita.”2
Kehadiran Yayasan Bina Insan Mandiri di terminal Depok sangatlah
membantu dalam mencerdaskan anak bangsa dan merealisasikan
harapan-harapannya. Paling tidak dengan adanya PKBM dan Yayasan Bina Insan Mandiri
pembelajaran secara garis dapat memberikan solusi dari permasalahan masyarakat
yang menjadi beban pemerintah. Sehingga tidak ada alasan bagi masyarakat marjinal
untuk tidak dapat mengenyam pendidikan.
Tantangan PKBM Bina Insan Mandiri ialah mampu membentuk masyarakat
yang mandiri, kreatif, dan berakhlak mulia sehingga dapat meningkatkan taraf hidup
masyarakat.
B. Letak Yayasan Bina Insan Mandiri
Yayasan Bina Insan Mandiri terletak di dalam wilayah terminal tepatnya di
samping fly over Depok. lokasi PKBM YABIM terletak di jantung kota Depok yaitu
di jalan Margonda Raya No. 58. Lokasi ini dekat dengan Plaza Depok, yaitu di depan
pintu utama stasiun Depok Baru.
Pada awalnya kegiatan belajar mengajar dilakukan di serambi masjid
terminal, maka saat ini sekolah ini di kenal dengan nama atau sebutan Sekolah Master
(Sekolah Masjid Terminal).
2
Wawancara Pribadi dengan Pak Nurrohim, Ketua PKBM Bina Insan Mandiri, Depok,
(60)
C. Profil Yayasan
1. Struktur Organisasi
Sebagai sebuah organisasi PKBM YABIM memiliki struktur yang
memadai, struktur ini disusun berdasarkan kebutuhan lembaga.
Bagan 1
(61)
BAGAN II
Struktur Pengorganisasian Yayasan Bina Insan Mandiri
2. Visi dan Misi Yayasan Bina Insan Mandiri
a. Visi
Meningkatkan sumber daya muslim untuk menyiapkan kebangkitan
umat menuju umat yang sejahtera di bawah naungan Al-Quran dan Sunnah.
(1)
(2)
(3)
(4)
Lampiran Foto
Yayasan Bina Insan Mandiri
Bersama Pak Nurrohim Bersama Bunda Sri wulan
(Ketua PKBM YABIM) (Tutor/kord.Agama)
(5)
Pesantren Kilat Tutor mengarahkan untuk Shalat Duha
Tutor Memberi materi Wudhu
Ruang Kelas Laki-laki Ruang Kelas Perempuan
(6)
Diskusi dan sharing bersama Tutor dan anak jalanan
Kegiatan Marawis Bersama Anak Jalanan YABIM