empatik ketika ia berkomunikasi dengan komunikan yang sedang sibuk, marah, bingung, sedih, sakit, kecewa dan sebagainya.
33
6. Fungsi Strategi Komunikasi
Strategi komunikasi sangat diperlukan dalam proses komunikasi, karena berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara
efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Terutama jika komunikasi dilakukan lewat media massa yang memiliki khalayak
lebih luas dan beragam, maka kita memerlukan perencanaan lebih matang dalam menyampaikan pesan yang ingin kita sosialisasikan.
“Strategi komunikasi, baik secara makro planned multi- media strategy maupun secara mikro single communication
medium strategy yang mempunyai fungsi ganda : yang pertama, Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat
informatif persuasive, dan intruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil optimal. Dan yang kedua,
Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperoleh dan dioperasionalkan media massa yang begitu ampuh, yang
jika dibiarkan akan merusak nilai- nilai budaya”.
34
B. Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh
1. Pengertian Pembinaan
Pembinaan a
sal katanya
“bina” yang
artinya “membangun,mendirikan”. Dalam bahasa arab berasal dari kata
“banaa, yabnaa, banaaun” yang berarti membangun, memperbaiki.
35
Dalam kamus umum bahasa Indonesia kata “pembinaan” mengandung
33
Ibid., h. 39.
34
Ibid., h. 300.
35
Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia Jakarta: Yayasan Penafsiran Al- Qur’an. 1973, h. 73.
arti: “Penyempurnaan, pembaharuan usaha, tindakan yang dilakukan secara berdaya guna untuk memperoleh hasil yang baik
”.
36
Adapun pembinaan menurut Zakiah Daradjat yaitu: “Pembinaan adalah upaya pendidikan baik formal maupun non
formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan,
menumbuhkan, mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh, selaras. Pengetahuan dan keterampilan sesuai
dengan bakat, keinginan serta prakarsa sendiri, menambah, meningkatkan dan mengembangkan kearah tercapainya
martabat, mutu dan kemampuan manusia yang optimal dan
pribadi yang mandiri.”
37
Dalam upaya mencapai tujuan dari pembinaan yang telah
ditetapkan, diperlukan adanya unsur-unsur pendukung. Adapun unsur- unsur tersebut adalah
38
: a.
Materi Pada dasarnya materi pembinaan ibadah itu tergantung pada
tujuan pembinaan ibadah yang hendak dicapai. b.
PembinaPembimbing Pembina adalah seseorang yang membina sekelompok
orang dalam sebuah pembinaan dan memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
1 Kemampuan professional
2 Memiliki sifat atau kepribadian yang baik
3 Memiliki kemampuan bermasyarakat
4 Bertaqwa kepada Allah SWT
36
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta: Bulan Bintang, 1979, h. 23.
37
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama Jakarta: Bulan Bintang 1979.
38
Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pendidikan Mental Jakarta: Bulan Bintang, 1975, h. 38.
c. Peserta Terbina sasaran pembinaan ibadah
Faktor ini adalah salah satu unsur yang penting dalam pembinaan ibadah, karena tujuan dari pembinaan ibadah adalah
untuk keselamatan individu dalam sebuah pembinaan. d.
Metode Pengertian metode secara harfiah adalah “jalan yang harus
dilalui untuk mencapai suatu tindakan,” karena kata “metode” berasal dari kata “meta” yang berarti melalui dan “todas” berarti
jalan. Metode lazim diartikan sebagai cara untuk mendekati masalah sehingga diperoleh hasil yang memuaskan.
2. Pengertian Ibadah
Adapun pengertian-pengertian ibadah, di antara lain yaitu: “Ibadah secara bahasa dalam Eksiklopedi Islam yang berarti:
“mematuhi, tunduk, dan berdo’a”. Sedangkan menurut istilah: Ibadah adalah kepatuhan atau ketundukan Dzat yang memiliki
puncak keagungan, Tuhan Yang Maha Esa, Ibadah mencakup segala bentuk kegiatan perbuatan dan perkataan yang
dilakukan pada setiap mukmin muslim dengan tujuan untuk
mencari keridhaan Allah SWT”.
39
Dalam pengertian umum, ibadah adalah “Kegiatan atau
perbuatan yang dilakukan untuk memenuhi berbagai kehidupan dunia, yang disertai niat mencari ridha Allah, serta dijalankan dengan
memperhatikan norma-norma keagamaan ”.
40
“Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi arti ibadah sebagai perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari
39
H. Baihaqi A,K, “Fiqh Ibadah” Bandung: Mas Bandung, 1996, cet ke-1, h. 31.
40
Dede Rosyada, “Hukum Islam Dan Pranata Sosial” Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996, cet ke-4, h. 65.
ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan mematuhi laranagan- Nya.” Atau dengan kata lain “Segala usaha lahir dan batin,
sesuai dengan perintah Tuhan, untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselarasan hidup, baik terhadap diri sendiri, keluarga,
masyarakat maupun terhadap alam semesta”.
41
Selain definisi diatas, ibadah juga mempunyai beberapa definisi
antara lain: a.
“Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya
”. b.
“Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa
mahabbah kecintaan yang paling tinggi ”.
c. “Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang
dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin
”.
42
Disamping itu, ibadah dalam pengertian tak terbatas pada masalah ritual saja, tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan dalam
hubungannya dengan individu dan sosial, dan ritual yang dilandasi oleh ajaran Islam setelah itu ibadah juga bertujuan agar manusia
mempunyai sifat yang terpuji, baik hubungannya dengan Allah maupun sesama manusia serta lingkungannya.
43
“Ibadah adalah hak Allah yang wajib dipatuhi. Maka manusia tidak diwajibkan beribadah kepada selain Allah, karena hanya
Allah sendiri yang berhak menerimanya, karena Allah sendiri
41
Depdiknas . “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, h. 364
42
Ibid., h. 31-32.
43
Muhammad Qutub, Sistem Pendidikan Islam Bandung: PT. Al- Ma’arif, 1984, h. 21-
22.
yang memberikan nikmat yang paling besar kepada makhluknya, yaitu hidup, wujud dan segala yang berhubungan
dengannya”.
44
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa pembinaan ibadah adalah tindakan yang dilakukan dengan memperoleh hasil yang baik
sesuai dengan ajaran Islam sebagai bukti ketaatan kepada Tuhan-Nya, dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Selain
itu, dengan beribadah seorang hamba akan selalu merasa dekat dengan Allah, bahkan dapat menolong batinnya dari kesusahan.
3. Bentuk-bentuk Ibadah
Menurut Abdul Rahman Ritonga dalam bukunya “Fiqh Ibadah
”, ditinjau dari segi bentuknya, ibadah dibagi menjadi dua macam, yaitu:
“Ibadah Khasshah adalah ibadah yang ketentuan dan cara pelaksanaannya secara khusus ditetapkan oleh Nash Al-
Qur’an dan Hadits. Seperti sholat, zakat, puasa dan haji. Dan Ibadah
„Ammah adalah semua perbuatan yang dilakukan dengan niat baik dan semata-mata karna Allah SWT. Seperti makan dan
minum, amar makruf nahi munkar, berlaku adil, berbuat baik kepada orang dan sebagainya
”.
45
Ibadah khasshah atau biasa disebut dengan ibadah mahdoh adalah segala jenis Ibadah yang tata caranya telah ditetapkan oleh
Allah SWT khusus atau tersebut. Sedangkan ghoiroh mahdoh atau
44
Zurinal Z dan Aminuddin, Fiqh Ibadah Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008 h. 32.
45
A. rahman Ritonga, M.A, “Fiqh Ibadah” Jakarta: Gaya Media Pratama:2002, cet ke-2
, h. 62.
ibadah ammah adalah segala jenis ibadah kepada Allah dalam pengertian luas semua perbuatan yang berhubungan dengan Allah
SWT, semua manusia, dan alam lingkungan, misalnya berdzikir kepada Allah, menolong orang yang kesusahan sesuai dengan
kemampuan kita. Selain itu, menurut Ahmad Dzajuli Ibadah Khasshah juga bisa
disebut dengan ibadah mahdhah yang artinya: “hubungan manusia dengan Tuhannya, yaitu hubungan yang
akrab dan suci antara seorang muslim dengan Allah SWT, yang bersifat ritual peribadatan, seperti shalat, zakat, puasa, dan
haji ”.
46
4. Pengertian Anak Asuh
Anak asuh adalah “anak yang diberi biaya pendidikan oleh
seseorang tetapi tetap tinggal pada orang tuanya ”. Anak asuh juga
diartikan sebagai: “Anak yang berasal dari keluarga pra sejahtera ataupun yang
sudah tidak memiliki orang tua dan mendapat pengasuhan diluar lingkungan keluarga yang sah. Lingkungan itu dapat
berupa keluarga yang secara langsung mengasuh dan menyediakan segala keperluan si anak. Dapat juga berupa
yayasan ataupun lembaga yang bergerak di bidang pengasuhan dan perlindun
gan anak”.
47
Menurut Ardianus Khatib yang dikutip oleh Chuzaimah T.
Yanggo dan Hafidz Ansharya berpendapat bahwa anak asuh adalah
46
Ahmad Dzajuli, Kaidah-kaidah Fikih Jakarta: Kencana, 2007, Ed. 1. Cet.2 h. 114.
47
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, h. 41.
anak yang digolongkan dari keluarga yang tidak mampu, antara lain sebagai berikut:
a. Anak yatim atau piatu atau anak yatim yang tidak memiliki
kemampuan ekonomi untuk bekal sekolah dan belajar. b.
Anak dari keluarga fakir miskin. c.
Anak dari keluarga yang tidak memiliki tempat tinggal tertentu tuna wisma.
d. Anak dari keluarga yang tidak memiliki ayah dan ibu dan
keluarga dan belum ada orang lain yang membantu biaya untuk bersekolah atau belajar.
48
48
Ehuzaimah T. Yanggo dan Hafidz Ashari, Problematika hukum Islam Kotemporer Pertama Jakarta: Pustaka Fidaus, 2002 h. 161.
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN YATIM PIATU ISLAM AL-BAROKAH