Strategi komunikasi dalam pembeinaan ibadah terhadap anak asuh yayasan tatim piatu Islam al-Barokah Pondok gede Bekasi

(1)

STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PEMBINAAN

IBADAH TERHADAP ANAK ASUH YAYASAN

YATIM PIATU ISLAM AL-BAROKAH PONDOK

GEDE BEKASI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Farhah Khairiyah

NIM: 107051002805

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 15 Juni 2011

Farhah Khairiyah


(3)

ABSTRAK

Farhah Khairiyah

107051002805

Strategi Komunikasi Dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi

Pembinaan ibadah sangatlah diperlukan, mengingat zaman sekarang ini, merosotnya tingkat atau nilai-nilai agama yang dimiliki oleh anak, dikarnakan perkembangan zaman yang sudah sangat maju, sehingga bisa menyebabkan anak terjerumus kearah yang tidak baik, terlebih lagi kepada anak yatim yang tidak mempunyai seorang ayah/ibu untuk mendidik serta membimbing mereka agar mereka berperilaku yang baik dan benar sesuai dengan ajaran agama. Dengan itu perlu adanya upaya pembinaan ibadah kepada anak yatim melalui kegiatan pembinaan ibadah yang intensif, guna menolong batin mereka dari kesusahan serta keguncangan yang terjadi di diri masing-masing untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselarasan hidup terhadap diri mereka.

Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah merupakan lembaga yang mempunyai perhatian terhadap pendidikan dalam mencapai kualitas anak-anak asuh dengan peningkatan ibadah, kemandirian maupun kemampuan daya saing dengan anak seusianya dikala mereka sudah keluar dari yayasan yatim tersebut. Dalam hal ini diperlukan suatu strategi untuk mencapai suatu tujuan yang maksimal yaitu pembinaan ibadah serta pentingnya suatu strategi komunikasi yang diterapkan oleh Yayasan tersebut.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi dalam pembinaan ibadah serta faktor pendukung dan penghambat apa saja dalam pembinaan ibadah di Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan melakukan analisis deskriptif, analisis terhadap strategi komunikasi Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah dalam pembinaan ibadah terhadap anak asuh, penulis mencoba memaparkan semua data yang diperoleh melalui, pengamatan, wawancara dan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data tentang langkah-langkah penyusunan strategi komunikasi serta penerapan dalam pembinaan ibadah terhadap anak asuh Yayasan Al-Barokah, ini terbukti dengan adanya, kegiatan serta tugas yang diberikan berkaitan dengan pembinaan ibadah dalam meningkatkan ibadah serta memperbaiki sifat anak asuh melalui strategi konseling dan penngenalan karakter masing-masing anak asuh. Namun disisi lain hambat an komunikasi yaitu kurangnya kesadaran pada diri anak asuh dalam menjalani kegiatan ibadah dengan tugas yang diberikan oleh pengurus Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah sehingga menghambat pembinaan secara maksimal.

Dengan itu untuk kedepannya, dapat meningkatkan berbagai kegiatan keagamaan dalam membina anak-anak asuh sehingga terciptanya peningkatan serta kemampuan anak asuh dalam beribadah, sehingga memperoleh hasil yang baik sesuai dengan ajaran Islam.


(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….………..…i

KATA PENGANTAR………..……….….ii

DAFTAR ISI……….……….…………v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..…….………1

B. Batasan dan Rumusan Masalah………...….……6

C. Tujuan Penelitian……….…..….…….7

D. Manfaat Penelitian………..….……7

E. Tinjauan Pustaka………..………8

F. Metodologi Penelitian………..…9

G. Sistematika Penulisan……….………16

BAB II LANDASAN TEORI A. Strategi Komunikasi………..……….…17

1. Pengertian Strategi………..……….17

2. Tahapan-tahapan Strategi……….………19

3. Pengertian Komunikasi………21

4. Pengertian Strategi Komunikasi…………..……….22

5. Langkah-langkah Strategi Komunikasi………24

6. Fungsi Strategi Komunikasi……….………31

B. Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh………...…32

1. Pengertian Pembinaan………...………….…..…32 2. Pengertian Ibadah………..…..……….…34

3. Bentuk-bentuk Ibadah……….……….36


(5)

BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN YATIM PIATU ISLAM AL-BAROKAH

A. Sejarah Berdirinya Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah…….39

B. Visi, Misi dan Tujuan………...…..44

C. Program Kegiatan………...44

D. Sarana dan Struktur Organisasi……….….49

E. Program Pembinaan Ibadah………...……52

BAB IV ANALISIS STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PEMBINAAN IBADAH A. Langkah-langkah Penyusunan Strategi Komunikasi Yang diterapkan Oleh Yayasan Al-Barokah…………..………...56

B. Penerapan Strategi Komunikasi Dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh……….………..70

C. Faktor Pendukung dan Penghambat yang dimiliki Oleh Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah………...…………....75

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan……….……..….…77

B. Saran-saran……….…79

DAFTAR PUSTAKA……….……….………….80


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia. Adanya komunikasi yang terjalin dengan harmonis merupakan keadaan yang sangat didambakan oleh setiap keluarga. Terjalinnya hubungan baik dalam keluarga dipengaruhi oleh pendidikan, kasih sayang, bimbingan terhadap nilai keagamaan dan lain-lain.

Setiap anak yang lahir, ia berhak mendapat pengasuhan dan pendidikan dari orang tua ataupun seorang pengasuh tentang pembinaan ibadah. Sosok pengasuh disini, sangat dibutuhkan oleh seorang anak, jika mereka tidak memiliki orang tua yang mendidik dan memberikan pengajaran kepadanya. Karena dalam Islam setiap anak Adam berhak mendapat pengasuhan dan pendidikan dan dipandang suci dan mulia.

Fungsi yang sangat penting sebagai seorang pengasuh yaitu berkomunikasi dalam menanamkan serta membina keagamaan yang baik bagi anak-anak asuhnya, dalam hal ini yayasan. Yayasan Islam sesuai dengan fungsinya sebagai lembaga pendidikan, tempat untuk mempelajari, mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam yang menerapkan pentingnya moral keagamaan.1

Perkembangan seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia tinggal. Tanpa masyarakat, kepribadian seorang individu tidak dapat

1


(7)

berkembang demikian pula halnya dengan aspek moral pada anak. Seorang anak asuh yang tinggal disebuah yayasan tidak akan merasakan kasih sayang dan bimbingan dari orang tuanya sebagai panutan yang dicontoh oleh anak tersebut. Dengan demikian perlu disadari bahwa peranan seorang pengasuh sangat penting sebagai teladan yang dapat dicontoh oleh anak asuhnya, karena otomatis anak asuh akan selalu berinteraksi dengan pengasuhnya dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagaimana layaknya lembaga pendidikan, pendidikan pesantren yang diterapkan disuatu yayasan juga mempunyai tujuan yang jelas. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya merupakan suatu pendidikan fikih-sufistik yang lebih mengedepankan moralitas/akhlak keagamaan demi kepentingan hidup akhirat.2 Selain itu, suatu yayasan pendidikan Islam dituntut memberikan pembinaan ibadah terhadap anak asuhnya (santri) sejak sedini mungkin.

Pembinaan ibadah sangatlah diperlukan, mengingat zaman sekarang ini, merosotnya tingkat atau nilai-nilai agama yang dimiliki oleh anak, dikarnakan perkembangan zaman yang sudah sangat maju, dimana anak sangat dimanjakan oleh arus teknologi, media dan hiburan-hiburan yang sifatnya melemahkan dan membuat orang lupa, sehingga bisa menyebabkan anak terjerumus kearah yang tidak baik, terlebih lagi kepada anak yatim yang tidak mempunyai seorang ayah untuk mendidik serta membimbing mereka agar mereka berperilaku yang baik dan benar sesuai dengan ajaran agama.

2

Mansur, Moralitas Pesantren (Meneguk kearifan dari telaga kehidupan) (Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2004), h. 17.


(8)

Islam sebagai suatu agama mengajarkan pemeluknya agar peduli terhadap fenomena lingkungannya. Manusia sendiri dalam perspektif Islam merupakan makhluk sosial yang antara yang satu dengan yang lainnya harus saling tolong-menolong termasuk terhadap anak yatim.

Dalam menyantuni anak-anak yatim tidak saja memenuhi kebutuhan jasmaniahnya saja, seperti sandang, pangan, perumahan, kesehatan, tetapi juga memenuhi kebutuhan-kebutuhan jiwa (rasa aman, harga diri, pengembangan bakat), sosial (dikasihi, mengasihi, pergaulan), dan keruhanian (agama, ibadah, dan sebagainya), serta menyelenggarakan pendidikan (dan ketrampilan) bagi mereka.3

Dalam kebutuhan keruhanian, ibadah dapat membuat seorang hamba akan selalu dekat dengan Tuhannya, bahkan ibadah dapat menolong batinnya dari kesusahan. Banyak hal yang dapat dipetik dari ibadah. Dari segi sosial, ibadah merupakan pengakuan akidah setiap anggota masyarakat dan kekuatan jiwa mereka yang berimplikasi terhadap persatuan dan kesatuan umat Islam. Dalam hal ini, seorang anak asuh yaitu anak yatim dengan meninggalnya seorang ayah sebagai pelindung dan pencari nafkah keluarga, demikian pula kematian ibu sebagai sumber kasih sayang, apalagi kematian keduanya, jelas akan menimbulkan guncangan pada anak-anak yang ditinggalkan. Merekapun akan mengalami frustasi atas beberapa kebutuhan, menghayati rasa tak aman, hampa dan kehilangan kasih sayang, karena merasa kehilangan tokoh panutan dalam membentuk kepribadian mereka.

3

Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), h. 173.


(9)

Dalam kondisi tersebut, perlu adanya upaya pembinaan ibadah kepada anak yatim melalui kegiatan pembinaan ibadah yang intensif. Guna menolong batin mereka dari kesusahan serta keguncangan yang terjadi di diri masing-masing untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselarasan hidup terhadap diri mereka.

Dalam memenuhi kebutuhan keruhanian, dalam hal ini pembinaan ibadah, agama Islam tidak hanya menganjurkan kepada perorangan saja ,tetapi juga kepada suatu yayasan. Pada saat ini lembaga yang mengedepankan organisasi sosial kemasyarakatan dengan mempunyai anak-anak asuh tumbuh menjamur dalam berbagai bentuk, seperti salah satunya adalah yayasan yatim piatu Islam al-barokah yang merupakan lembaga yang mempunyai perhatian terhadap pendidikan dalam mencapai kualitas anak asuh yang dapat menyejajarkan diri dengan anak-anak non-yatim sebayanya, dengan peningkatan spiritual, keterampilan, kemandirian maupun kemampuan daya saing dengan anak seusianya dikala mereka sudah keluar dari yayasan yatim tersebut. Ia juga merupakan sebuah lembaga yang professional dan amanah dalam mengasuh, membina, mendidik, menggembangkan potensi anak yatim demi menghantarkan mereka menjadi anak yang mandiri.

Untuk menjalankan pembinaan ibadah ini dibutuhkan perencanaan, saluran komunikasi yang tepat, metode serta evaluasi yang tepat sehingga dapat dijalankan dengan efektif. Dalam hal ini, strategi digunakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah diciptakan. Tujuan tidak akan mudah dicapai tanpa strategi, karena pada dasarnya segala tindakan atau perbuatan itu tidak terlepas dari strategi.


(10)

Strategi komunikasi yang merupakan paduan perencanaan komunikasi (communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi ini harus mampu menunjukkan operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan (approach) bias berbeda sewaktu-sewaktu bergantung pada situasi dan kondisi.

Hal yang menarik dari yayasan yatim piatu Islam Al-Barokah yang telah lama berdiri, banyak membuat perubahan pada masyarakat sekitar, diantaranya dalam bidang keagamaan. Sehingga kehidupan sehari-hari diwarnai oleh nilai-nilai keagamaan. Selain itu, yayasan yatim piatu ini selain mempunyai peranan penting sebagai media untuk memberikan pembinaan ibadah terhadap anak asuhnya, strategi komunikasi yang lakukan oleh yayasan melalui kegiatan atau program dengan memberikan bimbingan dan pendidikan dalam pembinaan ibadah sedini mungkin.

Berdasarkan latar belakang di atas dan mengingat pentingnya sebuah lembaga yang harus memiliki suatu strategi untuk memberikan atmosfir yang baik kepada anak asuhnya, agar mereka dapat menjadi pribadi yang baik serta menjunjung nilai-nilai keagamaan dalam hal ini tentang ibadah kepada Allah SWT. Hal ini yang membuat penulis tertarik mengambil penelitian di Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi, dengan mengangkat judul skripsi: “Strategi komunikasi dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi”.


(11)

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah peneliti dalam membuat skripsi ini, maka perlu adanya pembatasan masalah, maka masalah yang akan diteliti oleh penulis adalah Strategi komunikasi dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi.

Dalam penelitian ini peneliti memfokuskannya pada pelaksanaan Ibadah Khasshah juga bisa disebut dengan ibadah mahdhah yang artinya hubungan manusia dengan Tuhannya yaitu Allah SWT, yang bersifat ritual (peribadatan), yaitu ibadah harian meliputi shalat berjama’ah, shalat fardhu dan shalat sunnah. Pilihan ini dikarenakan, ibadah-tersebut merupakan ibadah sehari-hari yang dapat dengan mudah peneliti lihat dan amati saat observasi.

2. Rumusan Masalah

Dengan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

a. Bagaimana Langkah-langkah Penyusunan Strategi komunikasi Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh?

b. Bagaimana Penerapan Strategi komunikasi Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh?

c. Faktor-faktor pendukung dan penghambat apa saja yang dimiliki Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh?


(12)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai oleh penulis yaitu:

1. Untuk mengetahui Langkah-langkah Penyusunan Strategi komunikasi Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh.

2. Untuk mengetahui Penerapan Strategi komunikasi Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh

3. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat apa saja yang dimiliki Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Penulis berharap penelitian ini dapat memperkaya kajian mengenai strategi komunikasi dalam hal mengetahui Pembinaan ibadah anak yatim yang di asuh untuk kepentingan saat ini dan selanjutnya.

b. Manfaat Praktis

Dapat menjadi bahan masukan bagi pengurus yayasan atau lembaga mengenai strategi berkomunikasi dalam hal Pembinaan Ibadah pada lembaga yang mengurusi anak-anak yatim.


(13)

E. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis mengadakan tinjauan kepustakaan di perpustakaan yang ada di Fakultas Dakwah dan Komunikasi maupun di Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menemukan dari saudara Suhardin M 4, ia meneliti tentang strategi komunikasi organisasi PT.TKI Jalur Nugraha Eka Kurir dengan meneliti usaha dalam membina para pegawainya dan bukan keanggotaan lainnya dalam pembinaan mental keagamaan.

Selanjutnya dari saudari Iin Nurhayati 5, penelitiannya berisi tentang strategi komunikasi yang dilihat dari pemberdayaan anak asuhnya di Yayasan Masjid Jami Bintaro Jaya. Selain itu, dari saudari Nia Ekawati 6, penelitiannya berisi tentang pola komunikasi antara ibu dan anak dalam menanamkan nilai-nilai agama bagi anak kandungnya yang prasekolah di Asrama Suku Dinas Pemadam Kebakaran.

Dikarenakan belum adanya menganalisa tentang strategi komunikasi dan usaha-usaha yang dilakukan oleh Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah tersebut di atas untuk memberikan Pembinaan ibadah terhadap anak asuhnya khususnya terhadap anak yatim. Maka penulis tertarik untuk meneliti judul tersebut, karena di indonesia banyak sekali yayasan yang menjadi wadah bagi anak-anak yatim dalam menyampaikan pendidikan agama.

4

Suhardin M, “Strategi Komunikasi Organisasi Dalam Pembinaan Mental Keagamaan Pegawai PT.TKI Jalur Nugraha Eka Kurir,”(Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008), h. 6.

5Iin Nurhayati, “

Strategi Panti Asuhan Baiturrahman Dalam Pemberdayaan Anak Asuh di Yayasan Masjid Jami Bintaro Jaya,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010), h. 10.

6Nia Ekawati, “

Pola Komunikasi Ibu dan Anak Dalam Penanaman Ninai-nilai Keagamaan Pada Anak Usia Prasekolah di Asrama Suku Dinas Pemadam Kebakaran,” (Skripsi S1 Fakultas


(14)

F. Metodologi Penelitian

1. Metode Pendekatan

Dalam melakukan penyusunan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif berdasarkan pada prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.7 Yaitu berdasarkan data-data yang diperoleh dan sumber-sumber tertulis mengenai pokok masalah yang akan dikaji. Sedangkan tipe penelitian ini menggunakan tipe deskripsi kualitatif, di mana peneliti mendeskripsikan atau menggambarkan sifat atau karakteristik individu, keadaan, gejala, kelompok tertentu atau frekuensi adanya hubungan tertentu dalam suatu masyarakat atau populasi organisme.

Sedangkan menurut Nawawi pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi, dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu objek, dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis. Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi-informasi dalam situasi sawajarnya, untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.8

7

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rodakarya, 2000) h. 3.

8

Nawawi Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992) h. 209.


(15)

Dalam penelitian ini penulis ingin menggambarkan bagaimana Strategi komunikasi organisasi Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah dalam Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah deskriptif yaitu metode yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang (sementara langsung). Tujuan utama menggunakan jenis penelitian ini adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.9

Selain itu penelitian deskriptif ditujukan untuk data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.10

Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah menguraikan, memaparkan dan menggambarkan serinci mungkin strategi komunikasi pada pembinaan ibadah oleh anak asuh di Yayasan yatim piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi.

9

Consuelo G. Sevilla, dkk. Pengantar Metode Penelitian (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), 2006), cet. 1. Hal. 71.

10

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rodakarya, 2000) h. 6.


(16)

3. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan yatim piatu Islam Al-Barokah yang beralamat di jalan raya Jatimakmur, Kelurahan Jatimakmur Kecamatan Pondok Gede Bekasi.

b. Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian ini demi mendapatkan data yang akurat dari subjek penelitian, maka Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga bulan Mei 2011.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Yayasan yatim piatu Islam Al-Barokah Pondok Gede Bekasi. Dan Objek dalam penelitian yaitu Strategi komunikasi Yayasan yatim piatu Islam Al-Barokah untuk memberikan Pembinaan Ibadah terhadap anak asuhnya, yaitu semua pihak yang terlibat dalam memberikan informasi tentang strategi komunikasi di Yayasan yatim piatu Islam Al-Barokah tersebut.

5. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk memeriksa keabsahan data penulis menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut.11Teknik

11


(17)

triangulasi yang banyak digunakan adalah pemeriksaan terhadap sumber lain.

Dalam hal ini penulis menggunakan santri sebagai anak asuh di Yayasan yatim piatu Islam Al-Barokah sebagai sumber pengecekan keabsahan data yang penulis terima dari pembimbing atau pengurus ibadah mengenai pembinaan ibadah bagi anak asuh tersebut.

6. Sumber Data

Sumber data penelitian ini penulis kategorikan sebagai berikut : a. Data Primer

Data primer yang dimaksud adalah data pokok yang diperoleh melalui hasil observasi dan wawancara.

b. Data Sekunder

Data pendukung yang diperoleh dari buku, dan berbagai literatur lainnya yang berkaitan dengan tema penelitian.

7. Instrumen dan Alat Bantu

Pada penelitian kualitatif, kegiatan pencatatan data lebih banyak bergantung pada diri sendiri, dengan menjadi instrument penelitian, peneliti dapat senantiasa menilai keadaan dan mengambil keputusan.12 Namun demikian penulis memerlukan alat bantu dalam melakukan kegiatan pengumpulan dan pencatatan data. Alat bantu

12

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rodakarya, 2000) h. 19.


(18)

tersebut antara lain pedoman wawancara, alat perekam (tape recorder), dan catatan lapangan.

Pedoman wawancara merupakan format wawancara terstruktur dengan terlebih dahulu menyusun pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan masalah penelitian. Jawaban dari setiap pertanyaan dalam pedoman wawancara terekam dengan menggunakan alat bantu tape recorder untuk merekam hasil wawancara memerlukan persetujuan dari subjek penelitian yang diwawancarai. Sedang catatan lapangan untuk membantunya mencatat pengamatan lapangan dan membantu penulis ketika menganalisis data.13

8. Teknik Pengumpulan Data

Adapun cara untuk mengumpulkan data-data, penulis menggunakan cara sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi yang dilakukan penulis untuk mendapatkan data mengenai strategi komunikasi dan Pembinaan Ibadah anak asuh yaitu tentang langkah-langkah strategi komunikasi yang dilakukan oleh Yayasan dalam membina ibadah anak asuh serta penerapan strategi komunikasi tersebut.

b. Wawancara

Wawancara yaitu suatu proses Tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadapan fisik (face to face). Dalam hal ini, peneliti

13


(19)

mengumpulkan data dengan wawancara langsung dengan narasumber, dengan mempersiapkan sejumlah pertanyaan yang terstruktur, sesuai dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan topik permasalahan. Peneliti mewawancarai diantaranya yaitu: Kepala Sekolah MTs Yatim Piatu Al-Barokah mengenai program ibadah yang diterapkan Yayasan, yaitu Bapak Samsul Hadi. Tata Usaha MTs Yatim Piatu Al-Barokah yaitu Bapak Nasrun tentang data seluruh anak asuh. Pengurus bagian ibadah anak asuh yaitu Bapak Faqihuddin tentang strategi komunikasi yang dilakukan tentang pembinaan ibadah anak asuh. Serta beberapa anak asuh yaitu, Armelia Sri Wulandari, Nurdin Salim dan yang terakhir Diana Punky tentang data diri mereka.

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan menginfestasi dokumen-dokumen yang relevan dan terkait dengan permasalahan yang di teliti. Peneliti mencari data/informasi tambahan melalui buku, internet dan lain-lain untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan penelitian.

9. Teknik Pengolahan Data

Sedangkan pengolahan data digunakan adalah pendekatan analisis kualitatif yang menggunakan pendekatan deskriptif analisis yaitu menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat serta hubungan fenomena dengan yang diteliti. Yaitu Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah.


(20)

10.Teknik Analisa Data

Maksud dari Analisis data yaitu proses pengumpulan data dan mengurutkannya ke dalam pola dan pengelompokan data. Mohammad Nasir mengemukakan analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dalam analisis data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna memecahkan masalah penelitian.14

Dalam proses analisis data penulis menelaah semua sumber data yang tersedia, yang bersumber dari hasil wawancara dengan beberapa pihak staf, pengurus ibadah santri (anak asuh) dan anak asuh, selain itu di analisis dengan menggunakan teori langkah-langkah strategi komunikasi menurut Onong Uchjana. Pada tahap akhir dari analisis data ini penulis mengecek keabsahan data yang ada, agar menghasilkan data-data yang konkrit tentang strategi komunikasi yang dilakukan yayasan yatim piatu Islam al-barokah tentang pembinaan ibadah terhadap anak asuh.

11. Teknik Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis berpedoman kepada buku pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis dan disertasi) yang disusun oleh tim penulis UIN Jakarta dan diterbitkan oleh CeQDA UIN Jakarta pada tahun 2007. Cet. Ke-2.

14


(21)

G. Sistematika Penulisan

Tulisan ini dibagi menjadi 5 (lima) bab secara rinci sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, yang meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab II Landasan Teori, yang meliputi Strategi Komunikasi, yang terdiri dari langkah-langkah strategi komunikasi, fungsi strategi komunikasi, Pembinaan Ibadah dan pengertian Anak Asuh.

Bab III Gambaran Umum Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah, yang meliputi Sejarah Singkat Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah, Visi dan Misi Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah, Program Kegiatan dan Struktur Organisasi Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah.

Bab IV Analisis Strategi Komunikasi dalam Pembinaan Ibadah, yang meliputi Langkah-langkah Penyusunan Strategi Komunikasi yang diterapkan oleh Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah, penerapan Strategi Komunikasi dalam Pembinaan Ibadah, serta Faktor-faktor pendukung dan penghambat yang dimiliki Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah.

Bab V Kesimpulan dan Saran, yang meliputi Kesimpulan dari hasil penelitian dan saran.


(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Strategi Komunikasi

1. Pengertian Strategi

Pengertian strategi menurut Hari Murti Kridalaksana, dalam bukunya Kamus Sinonim Bahasa Indonesia, yang mengungkapkan bahwa: ”Strategi berarti siasat perang, haluan, kebijaksanaa dan akal atau budi daya”.15 Strategi dalam segala hal digunakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah diciptakan. Tujuan tidak akan mudah dicapai tanpa strategi, karena tidak akan mudah dicapai tanpa strategi, karena pada dasarnya segala tindakan atau perbuatan itu tidak terlepas dari strategi.

Sedangkan pengertian strategi secara istilah, sebagaimana dikatakan oleh Onong Uchjana dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek :

“Strategi adalah cara-cara dimana suatu perusahaan atau kegiatan akan berjalan kearah tujuan yang sudah direncanakan terlebih dahulu Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya”.16

15

Hari Murti Kridalaksana, Kamus Sinonim Bahasa Indonesia (Jakarta: Nusa Indah, 1981), h. 173.

16

Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), h. 32.


(23)

Selain itu strategi komunikasi menurut Din Syamsuddin dalam bukunya Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani, mengandung arti diantaranya:

a. Rencana dan cara yang seksama untuk mencapai tujuan.

b. Seni dalam menyiasati pelaksaan rencana atau program untuk mencapai tujuan.

c. Sebuah penyesuaian terhadap lingkungan untuk menampilkan fungsi dan peran penting dalam mencapai keberhasilan.17

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa

istilah strategi, “Seni atau ilmu untuk menggunakan sumber daya

untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu.”18

Selain itu, dalam bukunya Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan Dalam Islam, Syarif Usman mengatakan:

“Strategi sebagai kebijaksanaan menggerakkan dan membimbing seluruh potensi (kekuatan, daya, dan kemampuan) bangsa untuk mencapai kemakmuran dan kebahagiaan”.19

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa strategi yaitu upaya atau usaha dalam melakukan sebuah tujuan guna mencapai keberhasilan, dengan memanfaatkan serta menyesuaikan sumber daya yang ada, baik itu

17

Din Syamsyuddin, Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani (Jakarta : Logos, 2000), h. 127.

18

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1999), h. 199.

19

Syarif Usman, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan Dalam Islam


(24)

kekuatan, daya dan kemampuan sehingga tujuan dan sasaran akan tercapai.

2. Tahapan-Tahapan Strategi

Di dalam sebuah strategi, diperlukan adanya beberapa tahapan dalam menjalankan sebuah strategi, diantaranya, yaitu20:

a. Perumusan Strategi

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah merumuskan strategi yang dilakukan. Sudah termasuk di dalamnya adalah pengembangan tujuan, mengenai dan ancaman eksternal, menetapkan kekuatan kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi untuk dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputusan dalam proses kegiatan.

b. Implementasi Strategi

Setelah merumuskan dan memilih strategi yang telah ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerja sama dari unit, tingkat dan anggota organisasi. Dalam pelaksaan strategi, maka proses formulasi dan analisis strategi hanya akan menjadi impian yang jauh dari kenyataan. Implementasi strategi bertumpu

20


(25)

pada alokasi dan pengorganisasian sumber daya yang ditampakkan melalui penetapan struktur organisasi dan mekanisme kepemimpinan yang dijalankan bersama budaya perusahaan dan organisasi.

c. Evaluasi Strategi

Tahap yang terakhir dari menyusun strategi adalah evaluasi strategi. Evaluasi strategi sangat diperlukan karena keberhasilan yang dicapai dapat diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi tolak ukur untuk strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai. Ada tiga macam kegiatan mendasar untuk mengevaluasi strategi, yakni :

1) Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi. Adanya perubahan yang ada akan menjadi satu hambatan dalam pencapaian tujuan, begitu pula dengan faktor internal yang diantaranya strategi tidak efektif atau hasil implementasi yang buruk dapat berakibat buruk pula bagi hasil yang akan dicapai.

2) Mengukur prestasi (membandingkan dengan kenyataan). Prosesnya dapat dilakukan dengan menyelidiki penyimpangan dari rencana, mengevaluasi prestasi individual, dan menyimak kemajuan yang dibuat kearah pencapaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus dapat


(26)

diukur dan mudah dibuktikan, criteria yang meramalkan hasil lebih penting daripada criteria yang mengungkapkan yang terjadi.

3) Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana. Dalam hal ini tidak harus berarti bahwa strategi yang ada yang ditinggalkan atau harus merumuskan strategi yang baru. Tindakan korektif diperlukan bila tindakan atau hasil tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan semula atau pencapaian yang diharapkan.

3. Pengertian Komunikasi

Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa kata communicatio (Latin) bersumber dari kata dasar communis yang

berarti “sama”.21

Selain itu komunikasi yaitu:

“Komunikasi adalah suatu tingkah laku, perbuatan atau kegiatan penyampaian atau pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti atau makna, atau perbuatan penyampaian suatu gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lainnya, atau lebih jelasnya, suatu pemindahan atau penyampaian informasi, mengenai pikiran, dan perasaan-perasaan”.22

Secara terminologi komunikasi berarti proses penyampaian sesuatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pertanyaan itu jelas komunikasi melibatkan sejumlah orang, di mana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, “,,yang terlibat dalam

21

Djamalul Abidin Ass, Komunikasi dan Bahasa Dakwah (Jakarta, Gema Insani Press, 1996), hal. 16.

22

James G. Robbins, Barbara S. Jones, Komunikasi Yang Efektif (Jakarta : CV Pedoman Ilmu Jaya, 1986),h. 1.


(27)

komunikasi itu adalah manusia. Karena itu, komunikasi yang dimaksudkan disini adalah komunikasi manusia, yang sering juga disebut komunikasi sosial”.23

“Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan”.24

Pengertian-pengertian yang disebutkan diatas pastinya belum mewakili semua definisi komunikasi yang telah dibuat oleh banyak pakar, namun sedikit banyaknya kita telah dapat memperoleh gambaran, bahwa komunikasi yaitu suatu bentuk interaksi antara komunikator dan komunikan melalui pesan yang diterima dengan sengaja atau tidak. Tidak terbatas pada bentuk komunikasinya dengan menggunakan bahasa verbal, maupun non verbal.

4. Pengertian Strategi Komunikasi

Adapun strategi komunikasi menurut Muhammad Arni yaitu:

“Paduan antara perencanaan komunikasi (communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan. Dalam arti kata bahwa pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung situasi dan kondisi, jadi dengan demikian strategi komunikasi adalah keseluruhan perencanaan, taktik, cara yang akan dipergunakan guna melancarkan

23

Anwar Arifin. Ilmu Komunikasi (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada). 24

Agustina Zubair, Pengantar Ilmu Komunikasi, diakses 17 Oktober, 2006 / 7:36 am,


(28)

komunikasi dengan memperhatikan keseluruhan aspek yang ada pada proses komunikasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan”.25

Selanjutnya, menurut Anwar Arifin didalam bukunya Ilmu Komunikasi; Sebagai Pengantar Ringkas, ia menyatakan bahwa:

“Sesungguhnya strategi ialah keseluruhan keputusan kondisonal tentang tindakan yang akan dijalankan, guna mencapai tujuan. Jadi merumuskan strategi komunikasi, berarti memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang dihadapi dan yang akan mungkin dihadapi di masa depan, guna mencapai efektifitas. Dengan strategi komunikasi ini, berarti dapat ditempuh beberapa cara memakai komunikasi secara sadar untuk menciptakan perubahan pada diri khalayak dengan mudah dan cepat”.26

Menurut Fred R David, didalam bukunya Manajemen Strategi Konsep, strategi komunikasi yaitu:

“Strategi komunikasi yaitu perpaduan perencanaan komunikasi (communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi harus menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan. Dalam arti kata bahwa pendekatannya bias berbeda-beda tergantung pada kondisi dan situasi”.27

Jadi strategi komunikasi adalah suatu cara rencana dasar yang menyeluruh dari rangkaian tindakan yang akan dilaksanakan oleh sebuah organisasi untuk mencapai suatu tujuan atau beberapa sasaran dengan memiliki sebuah paduan perencanaan komunikasi (communication planning) dengan manajemen komunikasi

25

Muhammad Arni, Komunikasi Organisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2004) cet ke-6, h. 65-66.

26

Anwar Arifin, Ilmu Komunikasi; Sebagai Pengantar Ringkas (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1995) Cet ke-3.

27


(29)

(management communication) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

5. Langkah-Langkah Strategi Komunikasi

Dalam rangka menyusun strategi komunikasi diperlukan suatu pemikiran dengan memperhitungkan faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor penghambat. Akan lebih baik apabila dalam strategi itu diperhatikan komponen-komponen komunikasi dan faktor-faktor pendukung dan penghambat pada setiap komponen tersebut. Seperti kita ketahui, komponen dalam komunikasi yaitu komunikator, komunikan, pesan, media dan efek.28

a. Mengenali Sasaran Komunikasi

Sebelum kita melancarkan komunikasi, kita perlu mempelajari siapa-siapa yang akan menjadi sasaran komunikasi. Hal ini berkaitan dengan tujuan komunikasi yang kita lakukan, apakah agar komunikan hanya sekedar mengetahui (dengan metode informatif) atau agar komunikan hanya sekadar mengetahui (dengan metode informatif) atau agar komunikan melakukan tindakan tertentu (metode persuasif atau instruktif). Apapun tujuannya, metodenya, dan banyaknya sasaran, pada diri komunikan perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut29:

28

Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), h. 35.

29


(30)

1) Faktor kerangka referensi

Pesan komunikasi yang akan disampaikan kepada komunikan harus sesuai dengan kerangka referensi. Kerangka referensi seseorang terbentuk dalam dirinya sebagai hasil panduan pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status sosial, ideologi, cita-cita dan sebagainya.

Kerangka referensi seseorang akan berbeda dengan orang lain. Ada yang berbeda secara ekstrem seperti anak murid SD dengan seorang mahasiswa atau seorang petani dengan seorang diplomat. Ada perbedaan yang gradual saja seperti seorang prawira dengan seorang prawira lain yang sama-sama lulusan Akabri.

Dalam situasi komunikasi antarpersonal mudah untuk mengenal kerangka referensi komunikan karena ia hanya satu orang. Jangankan sudah dikenal, tidak dikenalpun mudah menjajaginya, umpamanya dengan menanyakan kepadanya mengenai pekerjaan dan asal daerahnya.

Yang sukar ialah mengenal kerangka referensi komunikan dalam komunikasi kelompok. Ada kelompok yang individu-individunya sudah dikenal seperti kelompok karyawan atau kelompok perwira. Ada juga yang tidak dikenal seperti pengunjung rapat RW. Komunikan harus disesuaikan dengan kerangka referensi mereka itu.


(31)

Lebih sulit lagi mengenal kerangka referensi para komunikan dalam komunikasi massa sebab sifatnya sangat heterogen. Oleh karena itu, pesan yang disampaikan kepada khalayak melalui media massa hanya yang bersifat informatif dan umum, yang dapat dimengerti oleh semua orang, mengenai hal yang menyangkut kepentingan semua orang. Jika pesan yang akan disampaikan kepada khalayak adalah untuk dipersuasikan, maka akan lebih efektif bila khalayak dibagi menjadi kelompok-kelompok khusus. Lalu diadakan komunikasi kelompok dengan mereka, yang berarti komunikasi dua arah secara timbal balik.30

2) Faktor situasi dan kondisi

Yang dimaksudkan dengan situasi disini ialah situasi komunikasi pada saat komunikan akan menerima pesan yang kita sampaikan. Situasi yang bisa menghambat jalannya komunikasi dapat diduga sebelumnya, dapat juga dating tiba-tiba pada saat komunikasi dilancarkan. Yang dapat diduga sebelumnya umpamanya mengadakan rapat dengan para karyawan pada waktu gajian atau berpidato dalam suatu malam kesenian pada saat para hadirin mengharapkan hiburan segera dimulai. Yang pertama dapat dihindarkan dengan menangguhkan atau memajukan harinya, sedangkan yang kedua dengan memberikan pidato ya singkat, tetapi padat.

30


(32)

Hambatan komunikasi yang datang tiba-tiba umpamanya hujan lebat disertai petir yang menggebu-gebu, gemuruh hadirin karena ada sesuatu yang menarik perhatiannya ketika kita sedang berpidato. Yang pertama dapat diatasi, umpamanya dengan mempercepat pidato disertai suara yang lebih keras, sedangkan yang kedua dengan menghentikan pidato kita sebentar sampai hadirin kembali menaruh perhatiannya kepada kita.

Yang dimaksudkan dengan kondisi di sini ialah state of personality komunikan, yaitu keadaan fisik dan psikis komunikan pada saat ia menerima pesan komunikasi. Komunikasi kita tidak akan efektif apabila komunikan dengan kondisi seperti itu, kadang-kadang kita bisa menangguhkan komunikasi kita sampai datangnya suasana yang menyenangkan. Akan tetapi, tidak jarang pula kita harus melakukannnya pada saat itu juga. Di sini faktor manusiawi sangat penting.31

b. Pemilihan Media Komunikasi

Untuk mencapai sasaran komunikasi kita dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan, dan teknik yang akan dipergunakan. Mana yang terbaik dari sekian banyak

31


(33)

media komunikasi itu tidak dapat ditegaskan dengan pasti sebab masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sebagai contoh, pesan melalui media tulisan atau cetakan dan media visual dapat dikaji berulang-ulang dan disimpan sebagai dokumentasi.

c. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi

Pesan komunikasi (message) mempunyai tujuan tertentu, ini menetukan teknik yang harus diambil, apakah itu teknik informasi, teknik persuasi, atau teknik instruksi. Seperti yang telah dikemukakan apapun tekniknya, pertama-tama komunikasi harus mengerti pesan komunikasi itu.

Pesan komunikasi terdiri atas isi pesan (the content of the message) dan lambang (symbol). Isi pesan komunikasi bisa satu, tetapi lambang yang dipergunakan bisa macam-macam. Lambang yang bisa dipergunakan untuk menyampaikan isi komunikasi ialah bahasa, gambar, warna, kial (gesture), dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari banyak isi pesan komunikasi yang disampaikan kepada komunikan dengan menggunakan gabungan lambang, seperti pesan komunikasi melalui surat kabar, film atau televisi.

Lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi ialah bahasa karena hanya bahasalah yang dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan, fakta dan opini, hal yang konkrit dan yang abstrak, pengalaman yang sudah lalu dan kegiatan yang akan


(34)

datang, dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam komunikasi, bahasa memegang peranan yang sangat penting. Tanpa penguasaan bahasa, hasil pemikiran yang bagaimanapun baiknya tak akan dapat dikomunikasikan kepada orang lain secara tepat. Banyak kesalahan informasi dan kesalahan interpretasi disebabkan oleh bahasa.

Bahasa terdiri atas kata atau kalimat yang mengandung pengertian denotatif dan pengertian konotatif. Perkataan yang mengandung denotatif ialah yang maknanya senagaimana dirumuskan dalam kamus (dictionary meaning), yang diterima secara umum oleh kebanyakan orang dengan bahasa dan kebudayaan yang sama. Sedangkan perkataan yang mengandung konotatif yaitu yang maknanya dipengaruhi emosi atau evaluasi (emotional or evaluative meaning), disebabkan oleh latar belakang dan pengalaman seseorang.

Dalam melancarkan komunikasi, kita harus berupaya menghindarkan pengucapan kata-kata yang mengandung pengertian konotatif. Jika terpaksa harus kita katakana karena tidak ada perkataan lain yang tepat, maka kata yang diduga mengandung pengertian konotatif itu perlu diberi penjelasan mengenai makna yang dimaksudkan. Jika dibiarkan, bisa menimbulkan interpretasi yang salah. 32

32


(35)

d. Peranan Komunikator dalam Komunikasi

Ada faktor yang penting dalam diri komunikator bila ia melancarkan komunikasi, yaitu daya tarik sumber (source attractiveness) dan kredibilitas sumber (source credibility).

1) Daya tarik sumber

Seorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi, akan mampu mengubah sikap, opini, dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya. Dengan lain perkataan, komunikan merasa ada kesamaan antara komunikator dengannya sehingga komunikan bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan oleh komunikator.

2) Kredibilitas sumber

Faktor kedua yang bisa menyebabkan komunikasi berhasil ialah kepercayaan komunikan pada komunikator. Kepercayaan ini banyak bersangkutan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki seorang komunikator. Sebagai contoh seorang dokter akan mendapat kepercayaan jika ia menerangkan soal kesehatan.

Berdasarkan kedua faktor tersebut, seorang komunikator dalam menghadapi komunikan harus bersikap empatik (empaty), yaitu kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain. Dengan kata lain perkataan, dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Seorang komunikator harus bersikap


(36)

empatik ketika ia berkomunikasi dengan komunikan yang sedang sibuk, marah, bingung, sedih, sakit, kecewa dan sebagainya.33

6. Fungsi Strategi Komunikasi

Strategi komunikasi sangat diperlukan dalam proses komunikasi, karena berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi komunikasi. Terutama jika komunikasi dilakukan lewat media massa yang memiliki khalayak lebih luas dan beragam, maka kita memerlukan perencanaan lebih matang dalam menyampaikan pesan yang ingin kita sosialisasikan.

“Strategi komunikasi, baik secara makro (planned multi-media strategy) maupun secara mikro (single communication medium strategy) yang mempunyai fungsi ganda : yang pertama, Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif persuasive, dan intruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil optimal. Dan yang kedua,

Menjembatani “cultural gap” akibat kemudahan diperoleh dan dioperasionalkan media massa yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai budaya”.34

B. Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh

1. Pengertian Pembinaan

Pembinaan asal katanya “bina” yang artinya

“membangun,mendirikan”. Dalam bahasa arab berasal dari kata “banaa, yabnaa, banaaun” yang berarti membangun, memperbaiki.35 Dalam kamus umum bahasa Indonesia kata “pembinaan” mengandung

33

Ibid., h. 39.

34

Ibid., h. 300.

35

Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia (Jakarta: Yayasan Penafsiran Al-Qur’an. 1973), h. 73.


(37)

arti: “Penyempurnaan, pembaharuan usaha, tindakan yang dilakukan

secara berdaya guna untuk memperoleh hasil yang baik”.36 Adapun pembinaan menurut Zakiah Daradjat yaitu:

“Pembinaan adalah upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh, selaras. Pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta prakarsa sendiri, menambah, meningkatkan dan mengembangkan kearah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusia yang optimal dan

pribadi yang mandiri.”37

Dalam upaya mencapai tujuan dari pembinaan yang telah ditetapkan, diperlukan adanya unsur pendukung. Adapun unsur-unsur tersebut adalah38:

a. Materi

Pada dasarnya materi pembinaan ibadah itu tergantung pada tujuan pembinaan ibadah yang hendak dicapai.

b. Pembina/Pembimbing

Pembina adalah seseorang yang membina sekelompok orang dalam sebuah pembinaan dan memiliki syarat-syarat sebagai berikut:

1) Kemampuan professional

2) Memiliki sifat atau kepribadian yang baik 3) Memiliki kemampuan bermasyarakat 4) Bertaqwa kepada Allah SWT

36

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 23.

37

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang 1979).

38

Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pendidikan Mental (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h. 38.


(38)

c. Peserta Terbina (sasaran pembinaan ibadah)

Faktor ini adalah salah satu unsur yang penting dalam pembinaan ibadah, karena tujuan dari pembinaan ibadah adalah untuk keselamatan individu dalam sebuah pembinaan.

d. Metode

Pengertian metode secara harfiah adalah “jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tindakan,” karena kata “metode” berasal dari kata “meta” yang berarti melalui dan “todas” berarti

jalan. Metode lazim diartikan sebagai cara untuk mendekati masalah sehingga diperoleh hasil yang memuaskan.

2. Pengertian Ibadah

Adapun pengertian-pengertian ibadah, di antara lain yaitu:

“Ibadah secara bahasa dalam Eksiklopedi Islam yang berarti:

“mematuhi, tunduk, dan berdo’a”. Sedangkan menurut istilah: Ibadah adalah kepatuhan atau ketundukan Dzat yang memiliki puncak keagungan, Tuhan Yang Maha Esa, Ibadah mencakup segala bentuk kegiatan (perbuatan dan perkataan) yang dilakukan pada setiap mukmin muslim dengan tujuan untuk

mencari keridhaan Allah SWT”.39

Dalam pengertian umum, ibadah adalah “Kegiatan atau perbuatan yang dilakukan untuk memenuhi berbagai kehidupan dunia, yang disertai niat mencari ridha Allah, serta dijalankan dengan memperhatikan norma-norma keagamaan”.40

“Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi arti ibadah sebagai perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari

39

H. Baihaqi A,K, “Fiqh Ibadah” (Bandung: Mas Bandung, 1996), cet ke-1, h. 31.

40 Dede Rosyada, “

Hukum Islam Dan Pranata Sosial” (Jakarta: PT. Raja Grafindo


(39)

ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan mematuhi

laranagan-Nya.” Atau dengan kata lain “Segala usaha lahir dan batin,

sesuai dengan perintah Tuhan, untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselarasan hidup, baik terhadap diri sendiri, keluarga,

masyarakat maupun terhadap alam semesta”.41

Selain definisi diatas, ibadah juga mempunyai beberapa definisi antara lain:

a. “Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya”.

b. “Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi”.

c. “Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin”. 42

Disamping itu, ibadah dalam pengertian tak terbatas pada masalah ritual saja, tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan dalam hubungannya dengan individu dan sosial, dan ritual yang dilandasi oleh ajaran Islam setelah itu ibadah juga bertujuan agar manusia mempunyai sifat yang terpuji, baik hubungannya dengan Allah maupun sesama manusia serta lingkungannya.43

“Ibadah adalah hak Allah yang wajib dipatuhi. Maka manusia

tidak diwajibkan beribadah kepada selain Allah, karena hanya Allah sendiri yang berhak menerimanya, karena Allah sendiri

41

Depdiknas. “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, h. 364

42

Ibid., h. 31-32.

43

Muhammad Qutub, Sistem Pendidikan Islam (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1984), h. 21 -22.


(40)

yang memberikan nikmat yang paling besar kepada makhluknya, yaitu hidup, wujud dan segala yang berhubungan

dengannya”.44

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa pembinaan ibadah adalah tindakan yang dilakukan dengan memperoleh hasil yang baik sesuai dengan ajaran Islam sebagai bukti ketaatan kepada Tuhan-Nya, dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Selain itu, dengan beribadah seorang hamba akan selalu merasa dekat dengan Allah, bahkan dapat menolong batinnya dari kesusahan.

3. Bentuk-bentuk Ibadah

Menurut Abdul Rahman Ritonga dalam bukunya “Fiqh Ibadah”, ditinjau dari segi bentuknya, ibadah dibagi menjadi dua macam, yaitu:

“Ibadah Khasshah adalah ibadah yang ketentuan dan cara pelaksanaannya secara khusus ditetapkan oleh Nash Al-Qur’an dan Hadits. Seperti sholat, zakat, puasa dan haji. Dan Ibadah „Ammah adalah semua perbuatan yang dilakukan dengan niat baik dan semata-mata karna Allah SWT. Seperti makan dan minum, amar makruf nahi munkar, berlaku adil, berbuat baik kepada orang dan sebagainya”. 45

Ibadah khasshah atau biasa disebut dengan ibadah mahdoh adalah segala jenis Ibadah yang tata caranya telah ditetapkan oleh Allah SWT (khusus) atau tersebut. Sedangkan ghoiroh mahdoh atau

44

Zurinal Z dan Aminuddin, Fiqh Ibadah (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008) h. 32.

45

A. rahman Ritonga, M.A, “Fiqh Ibadah” (Jakarta: Gaya Media Pratama:2002), cet ke-2 , h. 62.


(41)

ibadah ammah adalah segala jenis ibadah kepada Allah dalam pengertian luas semua perbuatan yang berhubungan dengan Allah SWT, semua manusia, dan alam lingkungan, misalnya berdzikir kepada Allah, menolong orang yang kesusahan sesuai dengan kemampuan kita.

Selain itu, menurut Ahmad Dzajuli Ibadah Khasshah juga bisa disebut dengan ibadah mahdhah yang artinya:

“hubungan manusia dengan Tuhannya, yaitu hubungan yang akrab dan suci antara seorang muslim dengan Allah SWT, yang bersifat ritual (peribadatan), seperti shalat, zakat, puasa, dan haji”.46

4. Pengertian Anak Asuh

Anak asuh adalah “anak yang diberi biaya pendidikan (oleh seseorang) tetapi tetap tinggal pada orang tuanya”. Anak asuh juga diartikan sebagai:

“Anak yang berasal dari keluarga pra sejahtera ataupun yang sudah tidak memiliki orang tua dan mendapat pengasuhan diluar lingkungan keluarga yang sah. Lingkungan itu dapat berupa keluarga yang secara langsung mengasuh dan menyediakan segala keperluan si anak. Dapat juga berupa yayasan ataupun lembaga yang bergerak di bidang pengasuhan dan perlindungan anak”.47

Menurut Ardianus Khatib yang dikutip oleh Chuzaimah T. Yanggo dan Hafidz Ansharya berpendapat bahwa anak asuh adalah

46

Ahmad Dzajuli, Kaidah-kaidah Fikih (Jakarta: Kencana, 2007), Ed. 1. Cet.2 h. 114.

47


(42)

anak yang digolongkan dari keluarga yang tidak mampu, antara lain sebagai berikut:

a. Anak yatim atau piatu atau anak yatim yang tidak memiliki kemampuan ekonomi untuk bekal sekolah dan belajar. b. Anak dari keluarga fakir miskin.

c. Anak dari keluarga yang tidak memiliki tempat tinggal tertentu (tuna wisma).

d. Anak dari keluarga yang tidak memiliki ayah dan ibu dan keluarga dan belum ada orang lain yang membantu biaya untuk bersekolah atau belajar.48

48

Ehuzaimah T. Yanggo dan Hafidz Ashari, Problematika hukum Islam Kotemporer Pertama (Jakarta: Pustaka Fidaus, 2002) h. 161.


(43)

BAB III

GAMBARAN UMUM YAYASAN YATIM PIATU ISLAM AL-BAROKAH

A. Sejarah Berdirinya Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah

Sebelum berkembang menjadi sebuah lembaga pendidikan Islam, Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah hanyalah sebuah lembaga kursus dakwah yang sengaja diselenggarakan oleh Almarhum K.H. Abubakar Jamal dengan tujuan khusus membina dan mencetak kader-kader muballigh. Kursus dakwah tersebut diikuti oleh peserta-peserta yang umumnya datang dari wilayah sekitar, seperti Kelurahan Jatimakmur, Jatiasih, Jatikramat, Jatiwaringin, Ujung Aspal, Jatibening, dan lain-lain.

Kursus dakwah tersebut diselenggarakan setiap hari Ahad, dengan mengundang narasumber-narasumber yang ahli di bidang dakwah, yang pada umumnya para narasumber tersebut adalah para guru di Yayasan Al-Barokah, seperti49:

1. K.H. Thahir Rohili (Pimpinan Pondok Pesantren Ath-Thahiriyah, Jakarta); 2. K.H. Abdullah Syafi’I (Pimpinan Pondok Pesantren Asy-Syafi’iyyah); 3. K.H. Nur Ali (Pimpinan Pondok Pesantren At-Taqwa, Bekasi);

4. K.H.Zayadi Muhajir (Pimpinan Pondok Pesantren Az-Ziyadah, Jakarta); 5. Ustadz Tauhid (sebagai guru tetap).

Selain kegiatan tersebut, terdapat pula pengajian rutin setiap malam yang dihadiri oleh santri-santri “kalong” yang juga berasal dari wilayah sekitar Jatimakmur. Santri-santri tersebut pada umumnya datang pada sore hari yang

49


(44)

kemudian mengikuti pengajian dan kembali ke rumah masing-masing pada keesokan harinya. Demikian seterusnya hingga jumlah mereka terus bertambah dari hari ke hari.

Dalam memberikan pelajaran-pelajaran agama, Almarhum K.H.

Abubakar Jamal dibantu oleh beberapa ustadz antara lain Ustadz Sya’roni dari

Kuningan dan Ustadz Mulyadi dari Banten. Demikian seterusnya kegiatan pengajian tersebut berlangsung, hingga pada tahun 1982 Almarhum K.H. Abubakar Jamal telah mengasuh 12 yatim dan piatu sebagai santri tetap dan sekaligus tinggal satu atap dengan beliau.

Berangkat dari kondisi tersebut semakin mantaplah hati beliau untuk merealisasikan cita-cita mulia mendirikan sebuah lembaga Islam. Dan akhirnya, pada tahun 1982 cita-cita tersebut terlaksana dengan berdirinya Yayasan Pendidikan Islam Yatim Piatu Al-Barokah dengan Akta Notaris Soedirja SH, No.8 tanggal 11 Oktober 1982. Maka dengan demikian, resmilah ia sebagai Lembaga Pendidikan Islam yang menyelenggarakan pendidikan formal dan non formal.

Selanjutnya, proses pembangunan Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah dilaksanakan secara bertahap yang dengan rinci proses pembangunan tersebut teragi atas lima periode dengan penjelasan sebagai berikut 50:

a. Periode I (Agustus 1982 – Juli 1983)

Pada periode ini, Al-Barokah sebagai salah satu elemen masyarakat, hanyalah merupakan lembaga yang sanagat sederhana ditinjau dari beberapa sarana dan fasilitas yang dimiliki. Fasilitas tersebut antara

50


(45)

lain: satu lokal ruang tamu, 3 ruang asrama (kamar tidur), ruang keluarga dan kamar mandi. Pada periode ini anak asuh berjumlah 12 orang yatim dan piatu, terdiri dari 7 santri putra dan 5 santri putri.

b. Periode II (Agustus 1983 – Juli 1984)

Pada periode ini, terdapat penambahan fasilitas antara lain : 1) 2 lokal kelas siap pakai dengan kondisi permanen. 2) Satu lokal ruang kantor Yayasan.

3) Satu lokal ruang kantor guru.

4) Dan satu ruangan dengan kondisi permanen yang terletak diatas ruang guru yang berfungsi sebagai asrama sementara santri putra.

Jumlah santri pada periode ini bertambah menjadi 20 orang yang terdiri dari 11 santri putra dan 9 santri putri.

c. Periode III (Agustus 1984 – Juli 1985)

Fasilitas bertambah dengan sebuah gedung bertingkat tiga yang berfungsi sebagai perkantoran dan ruang kelas. Sedangkan rumah kediaman Almarhum K.H. Abubakar Jamal dirobohkan untuk dijadikan areal lapangan terbuka, aula dan sarana olah raga. Pada periode ini jumlah santri bertambah menjadi 30 orang yang terdiri dari 16 santri putra dan 14 santri putri.

d. Periode IV (Agustus 1985 – Juli 1986)

Penambahan fasilitas pada periode ini terlihat pesat, yakni dengan terselesaikannya seluruh local dengan 3 lantai yang berfungsi sebagai kelas untuk pendidikan formal dan gedung perkantoran. Dan pada periode


(46)

ini jumlah santri bertambah menjadi 50 orang, terdiri dari 24 santri putra dan 26 santri putri.

e. Periode V (1986)

Pada periode ini, pembangunan berlangsung dan lahirnya perencanaan untuk penambahan fasilitas berupa gedung-gedung antara lain:

1) Kantor Yayasan dan rumah tidur pengurus Yayasan yang pada saat itu kondisi pembangunannya telah berjalan 50 persen.

2) Gedung aula khusus putri 2 tingkat sekaligus berfungsi untuk asrama, 20 persen pembangunannya telah berjalan.

3) Penambahan wc putra dan putri.

4) Penambahan 2 tingkat gedung untuk kelas yang terdiri dari masing-masing 5 lokal.

5) Aula utama termasuk musholla, arena olah raga, yang dibangun di atas permukaan tanah bekas bangunan rumah Almarhum K.H. Abubakar Jamal. (Dokumentasi Pesantren Al-Barokah).

Dan pada periode inilah Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah semakin dikenal dan diakui eksistensinya dikalangan masyarakat luas, terlebih setelah Yayasan tersebut mendapat izin menyelenggarakan Ujian Negara. Seiring dengan itu, fasilitas, sarana dan prasarana di Yayasan Yatim Piatu ini semakin diperlengkap hingga sampai pada tingkat kesempurnaannya51.

Sesuai kebijakan yang berlaku di Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah, hingga saat ini tidak ada prosedur khusus yang digunakan sebagai

51


(47)

acuan untuk menerima dan menyeleksi santri atau anak asuh yang kemudian mendapatkan bimbingan dalam lahnya pembinaan ibadah.

Adapun dalam penerimaan anak asuh itu sendiri, Yayasan Al-Barokah telah menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh calon santri. Syarat-syarat tersebut antara lain sebagai berikut :

a. Muslim baligh ataupun belum baligh dan mampu membaca Al-Qur’an. b. Bersedia dan sanggup mengikuti pengajian dan peraturan dengan berbagai

ketentuan yang telah ditetapkan oleh Yayasan Al-Barokah.

c. Bersedia dan sanggup tinggal atau menetap di pondok pesantren selama pembinaan ibadah.

Sedangkan tata tertib dan peraturan yang harus dipenuhi oleh setiap anak asuh di Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah antara lain sebagai berikut52 :

a. Seluruh santri wajib mengikuti seluruh kegiatan yang telah ditetapkan; b. Seluruh santri wajib berpakaian rapih , bersih, dan menutupi aurat.

Dianjurkan untuk memakai pakaian berwarna putih-putih dan dilarang kaos diwaktu pengajian berlangsung atau kegiatan lain kecuali istirahat (tidur);

c. Seluruh santri dilarang membuat keributan, kegaduhan, kekacauan dan lain-lain, yang bertentangan dengan nilai moral;

d. Seluruh santri dilarang merokok, minum-minuman keras, membawa obat-obatan terlarang, senjata tajam, senjata api dan sejenisnya.

e. Seluruhnya santri yang tidak mengindahkan atau melanggar ketentuan-ketentuan tersebut, akan dikenakan sanksi.

52


(48)

Selanjutnya, jumlah santri terhitung sejak tahun 1982 sanpai 2011 dapat diketahui sebanyak 418 santri (anak asuh) yang terdiri dari 233 santri putra dan 185 santri putri.

B. Visi, Misi dan Tujuan Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah

Adapun Visi dari Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah:

“Unggulan dalam sopan santun berprestasi dalam teknologi informasi berdasarkan iman dan taqwa”

Sedangkan Misi dari Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah:

1. Menumbuhkan Penghayatan dan Pengamalan ajaran Agama Islam 2. Penambah wawasan teknologi melalui informasi

3. Keteladanan sikap dan perilaku guru serta karyawan sehari-hari terhadap santri.

C. Program Kegiatan Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah

Yayasan Yatin Piatu Islam Al-Barokah sebagai lembaga sosial yang mempunyai perhatian besar terhadap anak yatim, maka untuk mewujudkan visi dan misinya Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah memerlukan kematangan konsep sebagai kunci keberhasilannya. Pematangan konsep yang dilakukan terhadap kegiatan tidak akan tercapai jika tidak adanya suatu program.

Dalam menjalankan peranannya, Yayasan Yatin Piatu Islam Al-Barokah berusaha menerapkan program pembinaannya terhadap anak asuhnya


(49)

melalui dua program, yaitu program jangka panjang dan program jangka pendek.

1. Program Jangka Pendek

a. Mengadakan pengajian mingguan yang dilaksanakan oleh para santri putra dan putri.

b. Mencari dana sosial dalam kegiatan besar yang diadakan oleh Yayasan. c. Menetapkan 3 (pokok) kotak obstib ditempat strategis serta memelihara

bersama dengan anggota guna memudahkan berkomunikasi antara pengurus dan anggota serta membuka satu minggu sekali seta membacanya dua minggu sekali.

d. Mengadakan kegiatan pidato (muhadharah) satu minggu dua kali oleh para santri putra dan putri.

e. Mengadakan seni baca Al-Qur’an dan rawi dengan mendatangkan tenaga dari luar.

2. Program Jangka Panjang

a. Memelihara dan menambah alat-alat kesejahteraan pada setiap asrama. b. Mengadakan hari-hari besar Islam maupun hari-hari besar Nasional.

Saat ini, Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah melaksanakan program kerjanya melalui sedikitnya 5 unit kegiatan, kegiatan-kegiatan tersebut yaitu:

a. Pesantren (Pendidikan Non Formal)

Kegiatan yang dilaksanakan melalui unit ini adalah dalam bentuk pengukuhan akidah, bimbingan dan pembangunan moral, dan


(50)

pembinaan dakwah terhadap santri-santri mukim sebagai kader-kader

da’i dan da’iyah. Hingga saat ini 153 santri (anak asuh) yang belajar

dan mengikuti kegiatan pembinaan kader da’i yang diselenggarakan

oleh Yayasan. Selain sebagai kader da’i dan santri mukim, mereka juga adalah siswa-siswi di lembaga pendidikan formal yang diselenggarakan oleh Yayasan Al-Barokah. Umumnya mereka berasal dari luar bekasi, seperti wilayah Jabota, Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan dan lain sebagainya.

Disinilah mereka dibina dan dibimbing untuk dicetak sebagai kader-kader muslim yang berkualitas. Mereka yang menetap (mukim) dan sekolah di Pondok Pesantren Al-Barokah diharapkan menjadi kader-kader yang memiliki nilai tambah yaitu menjadi sarjana yang ulama atau ulama ynag sarjana.

b. Madrasah (Pendidikan Formal)

Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah juga menyelenggarakan pendidikan formal yang meliputi Sekolah Dasar Islam (SDI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Siswa-siswi pendidikan formal tersebut terdiri dari santri yang menetap di Pondok Pesantren (santri mukim) dan pelajar non mukim, yakni yang hanya mengikuti kegiatan belajar mengajar (sekolah formal) saja.

Uniknya dalam penyelenggaraan pendidikan formal tersebut, Yayasan Al-Barokah memiliki ciri khas yang membedakan dengan lembaga pendidikan formal lainnya. Ciri khas tersebut ialah


(51)

dijadikannya pembinaan dan pelatihan dakwah sebagai kegiatan ekstrakurikuler sekolah.

Kegiatan tersebut dilaksanakan setiap satu minggu sekali, pada hari Rabu. Pada jadwal yang telah ditentukan tersebut, seluruh siswa-siswi baik yang mukim atau non mukim berkumpul di aula utama yang kemudian didalamnya diberikan berbagai materi-materi yang berkenaan dengan seluk beluk kegiatan dakwah. Disini, seluruh siswa juga dilatih dan diwajibkan untuk praktik dakwah dalam bentuk ceramah dihadapan Pembina dan siswa-siswi lain.

Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan menggunakan sistem rolling class. Artinya pada setiap satu minggu sekali, dengan bergantian, masing-masing kelas diwajibkan untuk praktik dakwah dengan mengutus perwakilan kelas guna membawakan kegiatan dari mulai protocol (pembawa acara), kata sambutan, ceramah inti, sampai

pembaca do’a penutup.

Selanjutnya, setelah kegiatan tersebut usai, Pembina kemudian memberikan arahan, pembenahan-pembenahan atau koreksi atas kekurangan dan kesalahan yang dilakukan oleh para praktikkan tersebut.

c. Majelis Ta’lim 1. Pengajian Umum

Kegiatan ini dilaksanakan setiap ahad pagi, mulai pukul 05.30-07.00 WIB. Layaknya pengajian umum, audience (peserta) pengajian ini lebih bersifat heterogen, yakni selain terdiri dari santri


(52)

mukim, pengajian tersebut juga diikuti/dihadiri oleh masyarakat umum baik bapak-bapak, ibu-ibu ataupun remaja. Mereka pada umumnya datang dari wilayah Kecamatan pondok Gede, Jatiasih dan sekitarnya.

Adapun kitab yang dikaji dalam pengajian tersebut cenderung terganti-ganti. Artinya setelah satu kitab terkhatamkan, maka materi pengajian tersebut dipimpin langsung oleh Abuya K.H.

Sya’roni Zuhri yang sekaligus merangkap sebagai narasumber.

2. Majelis Kursus Dakwah

Kegiatan ini adalah kegiatan khas yang telah diselenggarakan sejak awal berdirinya Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah, bahkan sebelum itu. Kursus dakwah tersebut

diselenggarakan setiap Ahad ba’da Zhuhur. Adapun materi yang

disampaikan, pada umumnya lebih banyak mengupas kandungan-kandungan ayat Al-Qur’an dan Al-hadits, yang disampaikan dengan metode ceramah dan diskusi. Yaitu setelah guru menyampiakan materinya para kader diberikan waktu seluang mungkin untuk mengajukan berbagai persoalan yang dihadapinya,

Terutama persoalan-persoalan yang menyangkut dengan seluk beluk dakwah dan persoalan yang berkaiatan dengan materi yang telah disampaikan. Disinilah para kader memiliki kesempatan yang tepat untuk dapat dengan seksama dan seteliti mungkin mempelajari dan mendalami berbagai kaidah dakwah dengan segenap permasalahannya. Tentu saja pemahaman dan pendalaman


(53)

berbagai kaidah dakwah tersebut cenderung bersifat teoritis, bukan praktis.

d. Pesantren Kilat

Pada setiap tahunnya, Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah menyajikan program singkat Pendidikan Agama Islam atau yang lebih dikenal dengan pesantren kilat atau SANLAT. Kegiatan tersebut diselenggarakan karena mengingat bahwa Pendidikan Agama Islam yang diberikan di bangku sekolah kurang dapat memenuhi kebutuhan dalam upaya pembentukan kepribadian yang utuh dan paripurna menurut Islam.

D. Sarana dan Struktur Organisasi Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah

Yayasan Pendidikan Islam Al-Barokah adalah yayasan yang menampung santri-santri yang pada umumnya berasal dari keluarga-keluarga yang kondisi ekonominya dibawah garis menengah kebawah, orang-orang tak mampu. Yayasan ini didirikan bukan hanya untuk individu saja, melainkan juga atas sokongan dan campur tangan masyarakat, terutama mereka yang ber-uang dan peduli terhadap perkembangan syiar Islam.

Meski demikian, Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah bukanlah lembaga yang berada dan tergantung dibawah daulat organisasi masyarakat, organisasi politik, ataupun lembaga tertentu, akan tetapi Yayasan Yatim Piatu Barokah adalah lembaga dari dan untuk umat. Oleh sebab itu, Yayasan Al-Barokah dengan lapang dada selalu membuka peluang bagi setiap elemen


(54)

masyarakat yang ingin dan berniat tulus menyalurkan kontribusi-kontribusi konstuktif untuk perkembangannya.

Untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut, pihak Yayasan telah banyak menyediakan meski belum lengkap sarana dan prasarana yang cukup memadai untuk terlaksananya suatu kegiatan yang diharapkan. Adapun sarana dan prasarana yang dimaksud selengkapnya dapat dilihat dalam dua tabel berikut.

TABEL III.1

PRASARANA YAYASAN YATIM PIATU ISLAM AL-BAROKAH

NO Nama Prasarana Jumlah Keterangan

1. Tanah wakaf untuk yayasan 1200 m2 Kondisi Baik 2. Kantor seketariat 2 lokal (@ 6 x 6m2) Kondisi Baik

3. Aula 2 lokal Kondisi Baik

4. Asrama Santri Putra-Putri 19 lokal Kondisi Baik 5. Ruang Kesehatan 1 lokal (6 x 6m2) Kondisi Baik

6. Laboratoriom 2 lokal Kondisi Baik

7. Kantor Santri 1 lokal (5 x 5 m2) Kondisi Baik 8. Ruang kelas sekolah 7 lokal (6 x 6m2) Kondisi Baik 9. Ruang Kepsek + TataUsaha 2 lokal (6 x 6m2) Kondisi Baik 10. Kantor Guru 1 lokal (6 x 6m2) Kondisi Baik


(55)

GAMBAR III.2

GAMBAR STRUKTUR ORGANISASI YAYASAN YATIM PIATU ISLAM AL-BAROKAH

12. Dapur Umum 1 lokal Kondisi Baik

13. Kamar mandi Ustad 4 lokal (6 x 6m2) Kondisi Baik 14. Kamar mandi dan WCsantri 6 lokal (6 x 6m2) Kondisi Baik

15. Tempat wudhu 3 lokal Kondisi Baik

16. Pos keamanan 1 lokal Kondisi Baik 17. Lapangan olah raga 1 lokal Kondisi Baik

Pelindung

H. Jamalullail

Penasehat

Jamaludin M.Pd

Bendahara

Hj. Haironih

Sekretaris

Marwah Z. SE

Humas

SamsulHadi

Sumber Dana Wirausaha

H. Rudiyanto

P dan K

Edi Suryadi SE

Administrasi Kelembagaan Maria Ulfah Sarana dan Prasarana Ust. Tabrani Ketua umum

KH. Khoiruddin, SH.MM


(56)

Berdasarkan struktur diatas, maka hierarki yang berwenang menentukan kebijakan-kebijakannya adalah Ketua Umum atau Pimpinan yang dibantu oleh Dewan Penasehat. Selanjutnya tugas-tugas pelaksanaan program diserahkan kepada masing-masing pengurus yang dibantu oleh staf-staf pengurus yang dalam pelaksanaan operasionalnya berada dibawah pengawasan para pengelola.

E. Program Kegiatan

1. Latar Belakang dan Pendidikan Anak Asuh

Semua anak-anak asuh yang tinggal di yayasan ini mempunyai latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga mereka yang pada umumnya yaitu dapat digolongkan menjadi dua bagian: a. Anak yatim dan piatu yaitu anak yang tidak mempunyai ayah atau

ibu.

b. Anak Dhuafa’ yaitu anak yang kurang mampu dari segi ekonomi. Bagi anak asuh yang masih mempunyai kedua orang tua diperbolehkan untuk pulang kerumah dengan alasan sesuatu yang penting atau untuk keperluan yang mendadak. Sebagai contoh untuk liburan hari raya besar Islam yaitu Idul fitri dan Idul Adha.

Semua ini dengan didasari pendidikan Yayasan yatim piatu Islam Al-Barokah yaitu menampung siswa yatim piatu dan dhuafa untuk disekolahkan, dengan pembiayaan sepenuhnya ditanggung oleh yayasan.53

Pihak yayasan menyekolahkan mereka sesuai dengan tingkat pendidikan masing-masing. Ini dikarenakan ketidak mampuan keluarga

53

Wawancara Pribadi dengan Bapak Samsul Hadi, Kepala Sekolah MTs Yatim Piatu Al-Barokah, Bekasi 12 April 2011


(57)

mereka dalam perekonomian. Anak asuh yang disekolahkan diyayasan ini yaitu dari tingkat Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah.

Anak asuh yang disekolahkan di yayasan ini yaitu dari tingkat Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Berikut ini data pendidikan anak asuh di Yayasan yatim piatu Islam Al-Barokah, adalah sebagai berikut54:

TABEL III.2

DATA PENDIDIKAN ANAK ASUH

2. Program Pembinaan Ibadah Terhadap Anak Asuh di Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah

Untuk mewujudkan manifestasi dari upaya pembinaan Ibadah terhadap anak asuh tersebut, Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah berusaha menerapkan berbagai kegiatan keagamaan, diantaranya:

54

Wawancara Pribadi dengan Bapak Nasrun, Tata Usaha Mts Yatim Piatu Al-Barokah, Bekasi 18 April 2011.

NO Kelas MTs MA Umur Jumlah

1. I 23 21 14-15 44 orang

2. II 33 28 15-16 61 orang

3. III 28 20 16-17 48 orang


(58)

1. Shalat berjama’ah

Keutamaan shalat berjama’ah sudah diketahui manfaat yang

terkandung didalamnya, maka dari itu para pengasuh dengan itu membina anak asuhnya untuk melaksanakan shalat fardhu serta shalat sunnah secara berjamaah. Selain itu, para pengasuh membuat peraturan serta hukuman bagi mereka yang melanggar dengan tidak mengikuti shalat berjamaah. Semua itu dilakukan, guna menanamkan serta meningkatkan keimanan anak asuh dengan menjalankan kewajiban shalat lima waktu sebagai hamba Allah dengan beribadah kepada-Nya. 2. Penghafalan Surat

Sesuai dengan kedudukannya sebagai kitab suci, Al-Qur’an begitu membudaya dalam kehidupan umat Islam. Setiap muslim selalu membacanya dalam setiap shalat, begitu juga bacaan surat-surat yang terdapat di Al-Qur’an yang dihafalkan oleh anak asuh melalui hafalan seminggu dua kali. Surat yang wajib dihafalkan oleh mereka yaitu:

juz’ama, surat Al-Waqi’ah, surat Yasin, surat Al-Mulk dan lain-lain. Para pengurus membuat peraturan serta hukuman bagi mereka yang melanggar dengan tidak mengikuti hafalan yang harus disetorkan tersebut. Semua itu dilakukan, agar mereka dapat terbiasa dalam menghafal surat-surat yang terdapat di Al-Qur’an untuk mengajarkan mereka mengenai kecintaan terhadap kitab suci dengan menjaga hafalan mereka serta dapat dipraktekkan dalam bacaan sholat mereka.


(59)

3. Bimbingan Membaca Al-Qur’an

Bimbungan membaca Al-Qur’an diberikan kepada anak asuh dimaksudkan untuk mereka dapat mengetahui ilmu tajwid, serta mengenalkan lagam lagu dalam Al-Qur’an. Ini bertujuan untuk mengenalkan cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Selain itu, bimbingan tersebut diberikan berupa pengenalan huruf hijaiyah dengan menggunakan metode iqra bagi yang belum bisa baca

Al-Qur’an.

Setelah mengetahui beberapa kegiatan yang dilakukan di Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah, peneliti menyimpulkan bahwa Yayasan Al-Barokah ini menerapkan program pembinaan ibadah terhadap anak asuh dengan mempertimbangkan kemampuan mereka dengan cara menanamkan nilai-nilai keagamaan dengan kedisiplinan dalam sholat berjamaah, penghafalan serta pembacaan Al-Qur’an untuk meningkatkan ketaqwaan mereka dengan beribadah kepada-Nya. Semua itu, agar anak asuh dapat menjadi manusia yang beriman kepada Allah dengan melaksanakan kewajiban yang telah Allah tetapkan, serta memiliki sifat akhlakul karimah di kehidupan mereka.


(60)

BAB IV

ANALISIS STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PEMBINAAN IBADAH

Dalam Bab ini, peneliti akan memaparkan data temuan serta menganalisisnya, dengan data yang peneliti dapatkan dari lokasi penelitian tentang strategi komunikasi Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah, dalam kegiatan pembinaan ibadah terhadap anak asuh. Ini bertujuan untuk mengidentifikasi strategi komunikasi apa saja yang dilakukan oleh pengurus ibadah dalam membina ibadah anak-anak asuh, selain itu untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat apa saja yang terjadi dalam pembinaan ibadah tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti mewawancarai beberapa informan yang telah memberikan informasi seputar kegiatan pembinaan ibadah yang dilaksanakan, serta mengenai data yang dibutuhkan oleh peneliti. Diantaranya yaitu: Kepala Sekolah MTs Yatim Piatu Barokah, yaitu Bapak Samsul Hadi. Tata Usaha MTs Yatim Piatu Al-Barokah yaitu Bapak Nasrun. Pengurus bagian ibadah anak asuh yaitu Bapak Faqihuddin. Serta beberapa anak asuh yaitu, Armelia Sri Wulandari, Nurdin Salim dan yang terakhir Diana Punky, beserta data-data tertulis yang dapat mendukung hasil penelitian.

A.Langkah-langkah Penyusunan Strategi komunikasi yang diterapkan oleh Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah dalam Pembinaan Ibadah

Sebuah lembaga, atau yayasan agar bisa mencapai segala tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan maka sangat membutuhkan cara atau


(1)

J : Kesan saya gembira.

T : Apa saja kegiatan yang kamu lakukan di Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah ini?

J : Kegiatan yang saya lakukan, yaitu beribadah, sholat, sekolah,mengaji serta olahraga.

T : Kegiatan ibadah apa saja yang kamu lakukan di Yayasan ini? J : Kegiatan ibadahnya yaitu sholat, puasa serta mengaji.

T : Siapa pengurus atau Pembina dalam program ibadah ini? J : Ust. Tabrani S.Pd

T : Manfaat yang kamu rasakan dalam pembinaan ibadah di Yayasan ini?

J : Lebih paham bagaimana cara ibadah yang baik dan benar.

T : Adakah perubahan yang kamu rasakan selama kamu dididik di Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah ini?

J : Pastinya ada, yah saya menjadi lebih baik aja, karna dulu saya kurang mengetahui agama.

Pewawancara Responden


(2)

HASIL WAWANCARA

Hari/Tanggal : Selasa/26 April 2011

Nama : Diana Punky

Usia : 17 tahun

Tempat wawancara : Yayasan Al-Barokah

T : Nama lengkap kamu siapa? J : Diana Pungky A.S

T : Sejak kapan menjadi yatim?

J : Saya menjadi yatim sejak umur saya 9 tahun. T : Bagaimana perasaan kamu saat menjadi yatim? J : Perasaan saya sedih dan menangis terus.

T : Bagaimana cara kamu mengatasi kesedihan saat itu?

J : Sampai saat ini saya masih sulit, dikarnakan saya masih menganggap ayah saya masih ada disisi saya.

T : Siapa yang menanggung biaya selama kamu bersekolah disini? J : Yang menanggung Yayasan Al-Barokah.

T : Pelajaran apa yang kamu dapatkan selama bermukim di Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah ini?

J : Yang saya dapatkan yaitu dapat memahami pelajaran tentang ibadah dan agama Islam.

T : Apakah manfaat yang kamu dapatkan selama bermukim di Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah ini?


(3)

J : Mengerti agama Islam libih dalam serta mempunyai banyak teman.

T : Apa kesan kamu terhadap Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah ini? J : Kesan saya selama disini bermacam-macam, ada sedih juga

senang.

T : Apa saja kegiatan yang kamu lakukan di Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah ini?

J : Kegiatan yang saya lakukan yaitu sekolah, mengaji, beribadah serta bergaul dengan teman.

T : Kegiatan ibadah apa saja yang kamu lakukan di Yayasan ini? J : Kalau ibadah disini saya lakukan kegiatan sholat fardhu dan

sunnah, puasa serta mengaji.

T : Siapa pengurus atau Pembina dalam program ibadah ini? J : Ustadzah Siti Barkah S.Ag

T : Manfaat yang kamu rasakan dalam pembinaan ibadah di Yayasan ini?

J : Yang saya rasakan yaitu mendapatkan ilmu agama.

T : Adakah perubahan yang kamu rasakan selama kamu dididik di Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah ini?

J : Ada, saya dapat belajar lebih mandiri lagi dan mudah-mudahan saya lebih baik lagi perilakunya.

Pewawancara Responden


(4)

(5)

Bersama Bapak Syamsul Hadi selaku Humas serta Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Yayasan Yatim

Piatu Islam Al-Barokah

Bersama Bapak Faqihuddin selaku pengurus serta pengajar Yayasan Yatim


(6)

Bersama Bapak Nasrun selaku Tata Usaha Madrasah Aliyah Yayasan Yatim Piatu Islam

Al-Barokah

Suasana Kantor Yayasan Yatim Piatu