Analisis kebutuhan dasar anak di yayasan yatim piatu Bina Yatama Kelurahan Pondok Jaya Depok

(1)

PIATU BINA YATAMA KELURAHAN PONDOK JAYA DEPOK

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh: FAIZ FAUZAN NIM. 106054102069

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 H / 2011 M


(2)

(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 Juni 2011

Faiz Fauzan 106054102069


(5)

Faiz Fauzan

Analisis Kebutuhan Keluarga Penerima Layanan dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar Anak di Yayasan Yatim Piatu Bina Yatama

Anak yatim adalah anak yang ayahnya telah tiada sebelum ia mencapai usia baligh. Sedangkan anak yatim piatu adalah anak yang kedua orang tuanya telah tiada, baik ayah maupun ibu, sebelum ia mencapai usia baligh. Salah satu lembaga swasta yang peduli terhadap anak-anak yatim piatu adalah Yayasan Bina Yatama. Yayasan ini bertujuan untuk membantu anak-anak yatim piatu dengan mengasihi, menyantuni dan mengayomi mereka. Santunan yang diberikan oleh Yayasan Bina Yatama diarahkan dalam mengentaskan pendidikan formal melalui santunan pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar (SD) dan sederajat sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa kebutuhan keluarga penerima layanan dalam memenuhi kebutuhan dasar anak yang berada di Yayasan Bina Yatama.

Anak merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain terutama keluarga untuk bisa membantu mengembangkan kemampuannya maupun memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, apabila pada saat ini anak-anak terpenuhi kebutuhannya, maka mereka akan tumbuh menjadi generasi muda yang berkualitas yang ditandai dengan cerdas, kreatif, mandiri, berakhlak mulia dan setia kawan. Kebutuhan dasar anak yang perlu dipenuhi dibagi menjadi lima yaitu, kebutuhan fisik, kebutuhan belajar, kebutuhan psikologis, kebutuhan religius dan kebutuhan sosial. Selain itu, kebutuhan dasar ini juga harus disesuaikan dengan empat hak anak yang perlu diberikan agar anak-anak dapat tumbuh kembang secara optimal yaitu, hak kelangsungan hidup, hak perlindungan, hak pengembangan diri dan hak partisipasi.

Penulis melakukan penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan) melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Dari hasil penelitian ini diperoleh data bahwa: Pertama, tidak semua kebutuhan dasar anak dapat dipenuhi oleh keluarga penerima layanan. Kedua, Yayasan Bina Yatama belum mampu membantu keluarga penerima layanan untuk memenuhi kebutuhan dasar anak.


(6)

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan semesta alam, Tuhan yang telah menjadikan langit dan bumi ini penuh dengan tanda-tanda kebesaranNnya, penguasa kehidupan dan penentu kematian atas segala anugerah, nikmat, dan petunjuk yang dikaruniakanNya sehingga penulis bisa memikirkan, merefleksikan dan menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan ini. Shalawat dan salam semoga selalu disampaikan untuk junjungan nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

Suatu kenikmatan yang luar biasa yang tidak bisa diungkapkan dengan ungkapan kata adalah selesainya skripsi ini. Harus diakui, dengan serba keterbatasan yang ada sangatlah berat menyelesaikan skripsi ini, akan tetapi motivasi dalam diri penulis mendongkrak semangat dan memecah hambatan-hambatan yang ada. Skripsi ini berjudul Analisis Kebutuhan Keluarga Penerima Layanan dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar Anak di Yayasan Yatim Piatu Bina Yatama”.

Harapan penulis, skripsi ini dapat memberikan kontribusi positif terhadap wawasan mahasiswa secara umum, khususnya mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan, maka kritik yang membangun tentu menjadi masukan yang sangat penting.

Perlu penulis sampaikan, banyak sekali orang yang berjasa dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua penulis, berkat doa dan wejangan-wejangan mereka sehingga penulis


(7)

penulis menyelesaikan skripsi ini. Dukungan moril dan materil ini memberikan sumbangsih besar dalam penyelesaian skripsi ini, semoga Allah SWT membalas kebaikan dan cinta yang mereka berikan dengan balasan yang berlipat. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, M.A. selaku Rektor Universitas Islam Negeri, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas wejangannya. 3. Ibu Lisma Dwayati Fuaida, M.Si. selaku pembimbing yang dengan tulus

memberikan pengarahan, petunjuk dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Siti Napsiyah, MSW ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas arahannya.

5. Bapak Ahmad Zaky, M.Si selaku sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas dukungan dan bantuannya. 6. Dosen-dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang telah mendidik dan

memberikan dispensasi waktunya terhadap skripsi ini.

7. Pihak Yayasan Bina Yatama yang sudah mengizinkan penulis melakukan penelitian skripsi ini (Bapak Abu, Bapak Acep, Bapak Awi dan Mas Dani) dan keluarga penerima layanan (anak asuh) Yayasan Bina Yatama (Ibu Wati, Ibu Fajriyah, Ibu Nurhasanah dan Ibu Yuliana).


(8)

penulis untuk tetap semangat menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada adik-adik mahasiswa kessos 2007-2010 dan kakak-kakak mahasiswa kessos 2003-2005 yang banyak memberikan saran.

10.Kepada Ni’matul Farida yang selalu mendorong dan memberikan semangat tanpa henti.

11.Kepada teman-teman HMI Komisariat Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang sering berbagi pengalaman dengan penulis.

12.Kepada teman-teman Paduan Suara VOC yang tak pernah lelah untuk berkarya.

Akhirnya, segala kebenaran hanya milik-Nya, semoga Allah SWT membalas jasa kebaikan mereka dengan balasan yang setimpal. Dan mudah-mudahan skripsi ini membawa berkah bagi yang membaca. Amin...

Jakarta, 08 Juni 2011

Faiz Fauzan (106054102069)


(9)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9

1. Pembatasan Masalah ... 9

2. Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

1. Tujuan Penelitian ... 10

2. Manfaat Penelitian ... 10

D. Metodologi Penelitian ... 11

1. Metode ... 11

2. Jenis Penelitian ... 12

3. Teknik Pengumpulan Data... 12

4. Teknik Analisa Data ... 13

5. Sumber Data ... 14

6. Tempat dan Waktu Penelitian ... 14


(10)

A. Kebutuhan Dasar Manusia ... 18

B. Kebutuhan Dasar Anak ... 20

C. Pengertian Anak Yatim Piatu ... 23

D. Pelayanan Sosial Anak ... 27

BAB III. GAMBARAN UMUM LEMBAGA A. Sejarah Singkat Lembaga ... 34

B. Profil Lembaga ... 35

C. Visi dan Misi ... 39

1. Visi ... 39

2. Misi ... 40

D. Tujuan ... 40

E. Landasan Hukum ... 41

F. Landasan Konseptual ... 41

1. Konsep Ideologi Religius ... 41

2. Konsep Akhlaq ... 42

3. Konsep Sosial ... 42

4. Konsep Ekonomi ... 43

G. Struktur Organisasi ... 43

H. Program Kerja ... 45

1. Program Jangka Pendek ... 45

2. Program Jangka Panjang ... 46


(11)

K. Sumber Dana ... 54 L. Kerja Sama dengan Lembaga Lain ... 54

BAB IV. ANALISA DATA

A. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak ... 56 1. Profil Keluarga Penerima Layanan (Anak Asuh) ... 56 2. Usaha Keluarga dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar Anak

... 61 3. Usaha Yayasan dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar Anak

... 84 B. Hasil Analisis Kebutuhan Dasar Anak di Yayasan Bina Yatama

... 87

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 94 B. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN- LAMPIRAN


(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Model Pelayanan Sosial Anak ... 30

Tabel 2. Data Anak Asuh di Yayasan Bina Yatama ... 36

Tabel 3. Profil Keluarga Ibu Wati ... 56

Tabel 4. Profil Keluarga Ibu Fajriyah ... 57

Tabel 5. Profil Keluarga Ibu Nurhasanah ... 59

Tabel 6. Profil Keluarga Ibu Yuliana ... 60

Tabel 7. Kebutuhan Dasar Anak yang Terpenuhi dan Belum Terpenuhi oleh Keluarga Penerima Layanan ... 87


(13)

ix

DAFTAR GAMBAR


(14)

A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan penting untuk masa depan bangsa yang harus dilindungi oleh berbagai pihak, baik dari lingkup terkecil seperti keluarga, masyarakat, maupun negara. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi1. Perlindungan ini harus dilakukan karena anak sebagai asset penting suatu negara memerlukan pembekalan yang cukup untuk mengarungi hidupnya saat dewasa kelak. Karena awal kemajuan pembangunan dari suatu bangsa, pada dasarnya bersumber dari seorang anak. Jika anak tersebut telah memiliki pembekalan yang cukup saat dia masih kecil, baik pembekalan jasmani, rohani, dan sosial maka niscaya saat dia besar nanti, dia akan menjadi tulang punggung suatu negara dalam kemajuan pembangunan nasional maupun pembangunan sosial. Atas dasar inilah pemerintah membuat UU Perlindungan Anak.

Perlindungan terhadap anak-anak sudah diatur dalam Undang-Undang, yaitu UU No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (PA). Di dalam Undang-Undang tersebut telah diatur tentang hak anak, pelaksanaan kewajiban dan

1

Majalah Perlindungan Anak: Anak Kami, Perlindungan Anak: Bukan Basa-Basi, Vol.1, No.II, Maret 2007, Jakarta: Resource Centre SFFCCB CPSW-IPSPI, h.11


(15)

tanggung jawab orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara untuk memberikan perlindungan pada anak. Perlindungan dimaksud, seperti termaktub dalam pasal 1 ayat 2 UU PA, “Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”2

. Tetapi tidak semua anak di Indonesia mendapatkan perlindungan yang layak, sehingga anak kurang memiliki pembekalan yang cukup selama dia berproses menjadi dewasa. Ada saja permasalahan-permasalahan anak yang membuat seorang anak menjadi tidak bisa tumbuh dengan jasmani dan rohani yang sehat. Ada contoh kasus di Indonesia yang mencatat tentang permasalahan anak. Contoh kasus di Jawa Barat. Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat mencatat, ada sekitar 851.433 anak yang memiliki masalah sosial. Anak bermasalah sosial di antaranya adalah anak yatim, piatu dan yatim piatu, anak terlantar, anak yang tidak mampu melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, anak cacat, anak jalanan, serta anak yang bermasalah dengan hukum. Usia anak yang paling rentan terkena masalah sosial adalah 15-18 tahun. Anak pada usia tersebut banyak yang tidak bisa melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Akibatnya, mereka menjadi anak-anak yang sangat rentan dengan permasalahan sosial. Mulai

2

http://www.pdat.co.id/hg/reference_pdat/2005/01/03/UU%20RI%20nomor%2023%20 Tahun% 202002%20tentang%20Perlindungan%20Anak.doc


(16)

dari menjadi pekerja anak, eksploitasi, hingga perdagangan manusia (trafficking)3.

Atas dasar inilah maka sangat diperlukan sekali orang atau lembaga yang menangani permasalahan anak. Karena dengan bantuan tenaga-tenaga ahli, anak yang memiliki masalah sosial akan mampu dieksplorasi agar menjadi anak-anak yang berkualitas sehingga berdampak pada kemajuan suatu negara, baik kemajuan di dalam pembangunan nasional maupun kemajuan di dalam pembangunan sosial.

Hadirnya profesi pekerja sosial dimaksudkan untuk membantu memecahkan permasalahan anak yang terjadi. Pekerja sosial merupakan sebuah profesi yang mengedepankan perubahan sosial, berfokus pada pemecahan masalah pada hubungan antar manusia, pemberdayaan dan kesetaraan manusia untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik4. Negara Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di dunia, banyak memiliki permasalahan-permasalahan anak. Seperti kekerasan terhadap anak (child abuse), penjualan anak (child trafficking), anak yang hidup di jalanan atau biasa yang disebut dengan anak jalanan (anjal), anak-anak penyandang cacat (child disability), anak-anak yang tidak bisa tumbuh kembang dengan baik karena orang tuanya telah tiada (anak-anak yatim piatu), dan permasalahan-permasalahan lainnya.

3

http://bataviase.co.id/node/310130

4

Majalah Perlindungan Anak: Anak Kami, Perkembangan Program Perlindungan Anak di Aceh, Vol.1, No.5, Juni 2007, Jakarta: Resource Centre SFFCCB CPWS-IPSPI, h.27


(17)

Pemerintah melalui Menteri Sosial menyatakan bahwa, dalam kenyataan kehidupan sosial tidak semua orangtua mempunyai kesanggupan dan kemampuan penuh untuk memenuhi kebutuhan pokok anak dalam rangka mewujudkan kesejahteraan anak. Kenyataan yang demikian mengakibatkan anak menjadi terlantar baik secara rohani, jasmani maupun sosial5. Begitu juga jika anak sudah tidak memiliki orang tua (anak yatim piatu), maka anak tersebut dapat dipastikan tidak akan menjadi anak yang sejahtera, bahkan akan menjadi terlantar jika tidak ada yang bertanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan jasmani, rohani, maupun sosial.

Anak-anak yatim piatu sebagai salah satu permasalahan sosial anak, membutuhkan orang-orang atau lembaga (panti atau yayasan) yang mapan sebagai tempat untuk berlindung dan berkembang menjadi anak-anak yang di kemudian hari akan memimpin negara. Hal ini sesuai dengan Elizabethan Poor Law yang dikeluarkan pada tahun 1601 mencakup tiga kelompok penerima bantuan6:

1. Orang-orang miskin yang kondisi fisiknya masih kuat (the able-bodied poor). 2. Orang-orang miskin yang kondisi fisiknya buruk (the impotent poor).

3. Anak-anak yang masih tergantung pada orang yang lebih mapan (Dependent Children).

5

Ahmad Kamil, M.Fauzan, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008, h.49-50

6

Isbandi Rukminto Adi, Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial, Edisi Kedua, Depok: FISIP UI Press, 2005, h.2


(18)

Dari ketiga kelompok bantuan tersebut, jelas sekali bahwa anak-anak yatim piatu termasuk di dalam kelompok ketiga, yaitu kelompok anak-anak yang masih bergantung pada orang yang lebih mapan (Dependent Children). Dalam hal ini, orang-orang atau lembaga (panti atau yayasan) yang telah mapan memegang peranan penting untuk membantu anak-anak yatim piatu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Selain Elizabeth Poor Law yang mencakup tiga kelompok penerima bantuan, terdapat pula empat jenis perawatan alternatif yang disebutkan dalam pasal 20 Konvensi Hak-Hak Anak (KHA) atau dikenal dengan The Convention on the Rights of the Child (CRC) yang disahkan oleh Majelis Umum PBB dalam Sidang Umum PBB pada tanggal 20 November 1989. Keempat jenis perawatan alternatif ini dapat menjadi tempat untuk mengasuh dan merawat anak-anak yatim piatu.

Empat jenis perawatan alternatif itu antara lain7: 1. Penempatan Pengasuhan.

2. Kafala (suatu bentuk perawatan alternatif yang dimaksudkan untuk menjamin hak-hak setiap anak atas lingkungan keluarga).

3. Adopsi.

4. Penempatan di lembaga/panti.

Untuk itulah, maka diperlukan pihak-pihak yang peduli untuk memberikan pelayanan sosial anak dan fokus terhadap kepentingan anak-anak, khususnya anak-anak yatim piatu. Hal ini bersinggungan dengan

7


(19)

Undang, yaitu UU No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (PA) pasal 1 ayat 10 UU PA yang isinya adalah, “Anak asuh adalah anak yang diasuh oleh seseorang atau lembaga, untuk diberikan bimbingan, pemeliharaan, perawatan, pendidikan, dan kesehatan, karena orang tuanya atau salah satu orang tuanya tidak mampu menjamin tumbuh kembang anak secara wajar”8

.

Di Indonesia, pemberian pelayanan sosial bagi anak mayoritas dilakukan oleh panti atau yayasan. Panti atau yayasan secara etimologi berarti suatu nama dari sebuah organisasi. Sedangkan ditinjau dari realita yang berlaku di Indonesia, panti yatim adalah sebuah organisasi yang mewadahi dan menangani anak-anak yatim9. Ditinjau dari kacamata fikih, keberadaan panti dan yayasan berstatus sebagai jihah „ammah―sesuatu yang berstatus umum dan tidak tertentu terhadap seseorang, seperti masjid, madrasah, Pondok Pesantren, dll― yang sama dengan status masjid atau Pondok Pesantren. Karena itu, penentuan hukum, penanganan, pengelolaan dan segala hal yang terkait juga sama, harus ada seseorang atau sekelompok orang yang menangani panti tersebut, yang biasanya diistilahkan dengan wali10.

Dengan melaksanakan pelayanan sosial berbasis panti, diharapkan anak-anak yatim piatu yang menjadi anak-anak asuh di panti tersebut dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya. Namun ada kalanya di dalam perjalanan memberikan pelayanan sosial, pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang

8

http://www.pdat.co.id/hg/reference_pdat/2005/01/03/UU%20RI%20nomor%2023%20 Tahun% 202002%20tentang%20Perlindungan%20Anak.doc

9

LPSI, Anak Yatim & Kajian Fikih Realitas Sosial, Jatim: Pustaka Sidogiri, h.31

10


(20)

dibutuhkan oleh anak asuh tersebut. Hal ini terjadi karena belum ada panduan-panduan yang memastikan bahwa panti asuhan bisa memberikan kualitas pelayanan secara baik11.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Departemen Sosial, Save the Chidren dan Unicef tentang “Kualitas Pengasuhan di Panti Sosial Anak di Indonesia” pada tahun 2007, mayoritas panti asuhan di Indonesia memberikan pelayanan sosial dengan lebih mengedepankan dukungan terhadap pendidikan anak asuh tanpa terlalu memperhatikan pola pengasuhannya. Padahal anak asuh juga membutuhkan kasih sayang, perhatian dan dukungan psikososial bagi mereka dengan memperhatikan tumbuh kembang anak12.

Tetapi kenyataannya adalah, menurut Tata Sudrajat (seorang peneliti dari Save the Children), banyak panti asuhan yang memperlakukan anak asuh secara kolektif dalam pemberian pelayanan sosial, bukan secara individual dikarenakan tidak ada pekerja sosial yang mempunyai peran secara individual kepada anak13. Ini yang membuat anak asuh tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya, karena sebenarnya, kebutuhan dasar setiap anak berbeda-beda.

Dari penelitian tersebut juga didapatkan hasil bahwa, mayoritas panti asuhan tidak melakukan asesmen terhadap kondisi keluarga anak asuh sebelum anak tersebut dimasukkan ke dalam panti asuhan, sehingga tidak diketahui apakah anak tersebut memang membutuhkan panti asuhan untuk memenuhi kebutuhan

11

Tim Peneliti Departemen Sosial RI, Save the Chidren, dan Unicef, DVD “Seseorang yang Berguna: Kualitas Pengasuhan di Panti Sosial Asuhan Anak di Indonesia”

12 Ibid 13


(21)

hidupnya atau tidak, dan juga tidak diketahui apakah keluarganya masih mampu atau tidak untuk mengasuh anak tersebut14.

Menurut Makmur Sunusi, Ph.D (Direktur Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial), sebaiknya panti asuhan adalah tempat terakhir untuk anak-anak asuh yang benar-benar sudah tidak memiliki keluarga ataupun kerabat yang bisa memberikan asuhan dan pelayanan untuk mereka. Jadi, apabila anak tersebut sudah tidak memiliki keluarga ataupun kerabat sehingga membuat dia hidup sebatang kara, maka pemerintah maupun institusi-institusi masyarakat wajib memelihara mereka dan memberikan pelayanan-pelayanan sosial yang sesuai lewat panti asuhan. Dan untuk mendukung hal tersebut, menurut Makmur Sanusi, pemerintah akan mengembangkan program yang disebut sebagai program “family support”. Di dalam program ini, semua masalah anak yang mengalami hambatan-hambatan dalam hal pengasuhan, akses kepada pendidikan, maupun perlindungan, tidak harus melalui panti asuhan, melainkan bisa dilakukan secara langsung oleh keluarga atau kerabat yang menjadi wali bagi anak tersebut. Jadi panti asuhan hanya benar-benar akan dibutuhkan apabila anak sudah tidak memiliki keluarga atau kerabat sama sekali dan lebih berperan sebagai “last resort”15.

Yayasan Bina Yatama merupakan yayasan yatim piatu yang bergerak di bidang sosial yang memiliki peran di dalam pelayanan sosial anak. Yayasan Bina Yatama berdiri pada tanggal 23 Juli 2002 dengan nama pertama yaitu Yayasan Arrahman. Baru pada tanggal 09 Maret 2007 dimekarkan menjadi Yayasan Bina

14 Ibid 15


(22)

Yatama setelah menjalani reorganisasi kepengurusan. Yayasan Bina Yatama melayani anak-anak yatim piatu dan anak-anak dhuafa yang total berjumlah 108 anak asuh. Bentuk pelayanan yang dilakukan oleh Yayasan Bina Yatama adalah santunan rutin tiap bulan berupa uang tunai untuk biaya pendidikan anak asuh. Selain itu, ada juga santunan berupa uang tunai setiap Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha. Yayasan Bina Yatama memiliki rencana untuk menempatkan seluruh anak asuh di dalam yayasan, karena selama awal berdirinya, Yayasan Bina Yatama hanya menyantuni anak asuh tanpa adanya penempatan anak asuh di dalam yayasan. Selain itu, rencana pelayanan ke depan adalah adanya pelatihan-pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan anak asuh.

Atas dasar hal tersebut, maka penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian yang akan menganalisis kebutuhan dasar anak yang diasuh oleh sebuah yayasan yatim piatu. Penelitian ini akan dituangkan dalam skripsi dengan judul:

“Analisis Kebutuhan Dasar Anak di Yayasan Yatim Piatu Bina Yatama, Kelurahan Pondok Jaya, Depok”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Mengingat terbatasnya waktu, dana dan demi terfokusnya pikiran maka peneliti membatasi masalah pada usaha pelayanan yang dilakukan oleh Yayasan Bina Yatama untuk membantu keluarga-keluarga anak asuh dalam memenuhi kebutuhan dasar anak mereka.


(23)

2. Perumusan Masalah

Agar perumusan masalah lebih terarah dan terfokus, maka penulisan skripsi ini dirumuskan dalam rangka menjawab permasalahan sebagai berikut: a. Bagaimana keluarga-keluarga penerima layanan (anak asuh) memenuhi

kebutuhan dasar anak mereka?

b. Bagaimana yayasan membantu keluarga-keluarga penerima layanan (anak asuh) dalam memenuhi kebutuhan dasar anak mereka?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang: a. Pemenuhan kebutuhan dasar anak oleh keluarga penerima layanan (anak

asuh).

b. Usaha yayasan membantu keluarga penerima layanan (anak asuh) dalam memenuhi kebutuhan dasar anak mereka.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah: a. Manfaat Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan mahasiswa mengenai keluarga-keluarga penerima layanan (anak asuh) dalam memenuhi kebutuhan dasar anak. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan masukan kepada lembaga-lembaga yang menangani permasalahan sosial anak, khususnya anak-anak yatim


(24)

piatu untuk menentukan model pelayanan sosial yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan kepada pihak yayasan untuk pengembangan pelayanan dalam memenuhi kebutuhan dasar anak asuh sebagai penerima layanan.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi16.

Kriteria data dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti, yaitu data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna dibalik yang terlihat dan terucap tersebut17. Oleh karena itu, pengumpulan data dilakukan secara triangulasi yang menggunakan berbagai sumber dan berbagai teknik

16

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Cetakan 5, Bandung: Alfabeta, 2009, h.1

17


(25)

pengumpulan data secara simultan agar memperoleh data yang pasti18.

2. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau penghubungan dengan variabel yang lain19. Jenis penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati guna mendapat data-data yang diperlukan. Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata karena adanya penerapan metode kualitatif. Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut20.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participant observation), wawancara mendalam (in depth interview), dan dokumentasi21. Untuk memperoleh data yang diinginkan, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berkut :

a. Observasi berperan serta, yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data

18

Ibid, h.3

19

http://ab-fisip-upnyk.com/files/Konsep%20Dasar%20Penelitian.pdf

20

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Cetakan 24, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007, h.11

21


(26)

penelitian22. Dalam observasi, penulis berusaha mendapatkan data melalui pengamatan yang dilakukan dengan keterlibatan penulis dalam pelayanan sosial yang dilakukan oleh Yayasan Bina Yatama. Selain itu untuk memperoleh data yang lengkap tentang kebutuhan dasar anak, penulis juga mengamati keluarga-keluarga penerima layanan sebagai pihak yang paling bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dasar anak dengan datang ke tempat tinggal mereka.

b. Wawancara, yaitu pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu data tertentu23. Penulis melakukan wawancara dengan tujuh orang informan, diantaranya tiga orang pengurus Yayasan Bina Yatama dan empat orang dari keluarga-keluarga penerima layanan.

c. Dokumentasi, yaitu catatan peristiwa yang sudah berlalu yang merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara24. Dalam hal ini penulis memperoleh data melalui pengumpulan dokumen-dokumen yang ada di Yayasan Bina Yatama.

4. Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh, selanjutnya penulis melakukan analisa data. Tujuan utama dari analisa data ialah untuk meringkaskan data dalam bentuk yang mudah dipahami dan mudah ditafsirkan, sehingga hubungan antar

22

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h.64

23

Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, h.190

24


(27)

problem penelitian dapat dipelajari dan diuji25. Dalam hal ini penulis menganalisa dengan menggunakan analisa deskriptif, yaitu suatu metode dalam penulisan sekolompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari deskriptif ini adalah untuk berusaha menggambarkan objek penelitian apa adanya sesuai dengan kenyataan yang ada.

5. Sumber Data

a. Data Primer, yaitu berupa data yang diperoleh langsung dari informan penelitian, yaitu pengurus Yayasan Bina Yatama dan keluarga anak-anak asuh.

b. Data Sekunder, yaitu berupa catatan atau dokumen yang diambil dari buku, skripsi, artikel, buku elektronik, majalah atau internet yang berkaitan dengan penelitian.

6. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitan ini bertempat di Yayasan Bina Yatama, Jl. Raya Citayam, Pondok Terong, RT. 01, RW. 01, No. 01. Kel. Pondok Jaya, Kec. Pancoranmas, Kota Depok, Telp. (021) 77200714, Hotline: 08179131737, Email: ya7binayatama@hotmail.com, Website: www.ya7binayatama.org. Sedangkan waktu penelitan dilakukan pada bulan April 2011 s.d. Juni 2011.

25

Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan


(28)

E. Tinjauan Pustaka

Ada beberapa penelitian yang dijadikan tinjauan bagi penulis dalam membuat skripsi ini. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Aan Saputra (mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Sosial angkatan 2003) dengan judul “Pelayanan Sosial bagi Anak Yatim Piatu di Panti Sosial Asuhan Anak An-Najah Petukangan Selatan Jakarta Selatan”. Penelitian yang dilakukan oleh Aan Saputra menjelaskan tentang berbagai macam kegiatan pelayanan sosial yang diberikan oleh panti asuhan anak kepada anak-anak asuh beserta dengan faktor pendukung dan penghambatnya.

Ada juga penelitian yang dilakukan oleh Mukhlis (mahasiswa Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam angkatan 2004) dengan judul “Peran Pondok Pesantren Al-Qur’aniyah dalam Pemberdayaan Yatim Piatu di Kelurahan Jurang Mangu Timur, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan”. Penelitian yang dilakukan oleh Mukhlis menjelaskan tentang pemberdayaan yang diberikan oleh Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah kepada anak-anak yatim piatu dan menjelaskan tentang faktor pendukung, faktor penghambat, serta dampaknya terhadap warga sekitar.

Lalu ada lagi penelitian yang dilakukan oleh Iin Nurhayati (mahasiswa Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam angkatan 2006) dengan judul “Strategi Panti Asuhan Baiturrahman dalam Pemberdayaan Anak Asuh di Yayasan Masjid Jami Bintaro Jaya”. Iin melakukan penelitian tentang pemberdayaan anak asuh melalui pelayanan pada strategi pengembangan bidang pendidikan, bidang keagamaan, bidang fisik dan bidang bantuan sosial.


(29)

Kekurangan dari penelitian-penelitian ini adalah, para peneliti hanya memberikan gambaran tentang keseluruhan proses pelayanan sosial yang dilakukan oleh yayasan, baik itu lewat pemberdayaan maupun strategi-strategi yang dilakukan tanpa melihat apakah anak-anak asuh yang berada di dalam yayasan benar-benar terpenuhi kebutuhan dasarnya. Padahal, tidak semua anak asuh terpenuhi kebutuhan dasarnya. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menganalisa kebutuhan dasar anak asuh.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini, peneliti menggunakan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai pedoman penulisan skripsi ini.

Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini, secara sistematis penulisannya dibagi ke dalam lima bab, yang terdiri dari sub-sub bab. Adapun sistematikanya sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan Skripsi.

BAB II Landasan Teori

Kebutuhan Dasar Manusia, Kebutuhan Dasar Anak, Pengertian Anak Yatim Piatu, Pelayanan Sosial Anak


(30)

BAB III Gambaran Umum Lembaga

Sejarah Singkat Lembaga, Profil Lembaga, Visi dan Misi Lembaga, Tujuan, Landasan Hukum, Landasan Konseptual, Struktur Organisasi, Program Kerja, Realisasi Program Kerja, Sarana dan Prasarana, Sumber Dana, dan Kerja Sama dengan Lembaga Lain.

BAB IV Analisa Data

Hasil Pelaksanaan Penelitian dan Hasil Analisa Data Kebutuhan Dasar Anak di Yayasan Yatim Piatu Bina Yatama.

BAB V Penutup


(31)

A. Kebutuhan Dasar Manusia

Untuk memahami kebutuhan dasar manusia, perlu diketahui pandangan-pandangan mengenai hakekat manusia. Pandangan-pandangan-pandangan tersebut antara lain:

1. Pandangan tentang manusia sebagai makhluk individual dan unikum. 2. Pandangan tentang manusia sebagai makhluk sosial.

3. Pandangan tentang manusia sebagai sesuatu yang unitas-multiplex. 4. Pandangan tentang manusia ingin selalu bergerak dan berfungsi.

5. Pandangan tentang manusia yang selalu berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

6. Pandangan tentang manusia yang dalam usahanya untuk berfungsi dan bergerak selalu menemui rintangan1.

Abraham H. Maslow menyebutkan macam-macam kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk menyayangi dan disayangi, kebutuhan untuk penghargaan, dan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri dan bertumbuh2. Seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini:

1

C.Pramuwito, Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial, Cetakan I, Yogyakarta: Departemen Sosial RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, 1997, h.6-12

2


(32)

Gambar 1. Kebutuhan Dasar Manusia menurut Abraham Maslow

Pada dasarnya manusia dalam hidupnya membutuhkan tiga hal, yaitu kebutuhan untuk sehat (kesehatan jasmani, kesehatan rohani, dan kesehatan sosial), kebutuhan untuk bebas dari tekanan-tekanan (tekanan yang bersifat fisik, rohani dan sosial), dan kebutuhan untuk berkembang (secara jasmani, rohani dan sosial)3.

Kebutuhan dasar manusia merupakan kebutuhan riil bagi manusia (real needs), hanya tidak semua manusia dapat merasakan kebutuhan itu. Kalau usahanya untuk memenuhi kebutuhannya itu berhasil, manusia akan merasa terpuaskan, merasa bahagia dan merasa senang. Kalau kebutuhan untuk bergaul atau berkeinginan untuk pengakuan sosial dapat terpenuhi manusia akan merasa damai, aman dan sentausa. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar itu pasti ada penyebabnya. Penyebab terebut lazim disebut sebagai masalah sosial4.

3

Ibid, h.17-18

4


(33)

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow adalah kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk menyayangi dan disayangi, kebutuhan untuk penghargaan, dan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri dan bertumbuh. Namun tidak semua orang bisa mendapatkan semua kebutuhan dasar itu. Oleh karena itu dibutuhkan bantuan dari pihak lain, baik individu maupun lembaga, untuk membantu seseorang memenuhi semua kebutuhan dasarnya.

B. Kebutuhan Dasar Anak

Anak merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain terutama keluarga untuk bisa membantu mengembangkan kemampuannya maupun memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini dikarenakan anak pada dasarnya lahir dengan segala kelemahan yang dimilikinya sehingga tanpa bantuan orang lain terutama keluarga, seorang anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal.

Anak sebagai potensi dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa, dan oleh karenanya memiliki posisi sangat strategis dalam menjamin kelangsungan eksistensi bangsa di masa depan. Artinya, kondisi anak pada saat ini, sangat menentukan kondisi bangsa di masa depan. Dengan demikian, apabila pada saat ini anak-anak terpenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik, sosial maupun mental-rohaninya, maka mereka akan tumbuh menjadi generasi muda


(34)

yang berkualitas yang ditandai dengan cerdas, kreatif, mandiri, berakhlak mulia dan setia kawan5. Kebutuhan anak yang perlu dipenuhi, yaitu:

1. Kebutuhan fisik. Kebutuhan fisik adalah jenis kebutuhan yang terkait langsung dengan pertumbuhan fisik-organis anak. Jenis kebutuhan yang diperlukan seperti sandang, tempat tinggal, makanan dan kesehatan. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan vital bagi anak karena menentukan kelangsungan hidup maupun kualitas hidup anak.

2. Kebutuhan belajar. Kebutuhan belajar adalah jenis kebutuhan yang terkait langsung dengan kecerdasan dan kepribadian anak. Jenis kebutuhan yang diperlukan adalah sarana pendidikan dan bimbingan budi pekerti.

3. Kebutuhan psikologis. Kebutuhan psikologis adalah jenis kebutuhan yang terkait dengan perkembangan psikis anak. Jenis kebutuhan tersebut adalah rasa aman, kasih sayang, dan diperhatikan. Terhambatnya pemenuhan kebutuan psikologis ini menyebabkan anak terhambat perkembangan psikisnya, atau perkembangan mentalnya menjadi tidak wajar.

4. Kebutuhan religius. Kebutuhan religius adalah jenis kebutuhan yang terkait dengan perkembangan rohani anak. Terpenuhinya kebutuhan rohani ini akan memperkuat ketahanan mental anak, dan mengantarkan anak sebagai manusia yang berbudi pekerti dan berakhlak mulia (jujur, tidak sombomg, rajin, dan lain-lain).

5

Informasi Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial, Volume 10, No.1,

April 2005, Jakarta: Pusat Penelitian Permasalahan Kesejahteraan Sosial Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial Republik Indonesia, 2005, h.42


(35)

5. Kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial adalah jenis kebutuhan yang terkait dengan pengembangan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan orang lain sebagai anggota keluarga ataupun masyarakat (teman sebayanya). Jenis kebutuhan sosial seperti kebutuhan untuk diterima sebagai anggota kelompok atau menerima orang lain sebagai anggota kelompok, bermain bersama, kepedulian dan tanggung jawab sosial terhadap temannya6.

Mengacu pada dokumen Konvensi Hak Anak, ada empat hak anak yang perlu diberikan agar anak-anak dapat tumbuh kembang secara optimal, yaitu: 1. Kelangsungan hidup. Anak memiliki jenis kebutuhan yang disebut kebutuhan

fisik atau biologis. Jenis kebutuhan ini seringkali disebut dengan kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar manusia, yang meliputi sandang, pangan, tempat tinggal, dan kesehatan, tidak terpenuhinya sejumlah kebutuhan dasar tersebut akan mengakibatkan anak mengalami gangguan dalam pertumbuhannya, baik fisik maupun intelegensinya.

2. Perlindungan. Dalam arti sempit perlindungan berarti menjaga agar anak tidak mengalami gangguan, baik secara fisik maupun mental/emosional dan sosial. Anak tidak mengalami ketelantaran, dieksploitasi secara ekonomi maupun soial, korban tindak kekerasan, diskriminasi dan diperlakukan salah.

3. Pengembangan diri. Dalam diri anak terdapat potensi diri dalam bentuk mina dan bakat. Potensi diri ini perlu dikembangkan secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Untuk itu diperlukan situasi dan wahana yang kondusif bagi anak, sehingga dalam proses pengembangan diri tersebut tidak

6


(36)

terjadi penyalahgunaan dan atau eksploitasi anak. Secara alamiah, wahana utama bagi pengembangan diri anak adalah sebuah keluarga asli. Namum karena berbagai alas an, anak perlu dibantu untuk memperoleh wahana pengganti keluarga asli apabila sudah tidak ada keluarga asli.

4. Partisipasi. Partisipasi dalam kaitannya dengan upaya perlindungan anak ini, dipahami sebagai keterlibatan anak secara sukarela dalam membuat keputusan yang menyangkut dirinya. Keputusan dimaksud, misalnya dalam mengikuti pelatihan, sekolah, pengembangan hobi dan mengatur barang miliknya7.

Dapat disimpulkan bahwa kebutuhan anak yang harus dipenuhi adalah kebutuhan fisik, kebutuhan belajar, kebutuhan psikologis, kebutuhan religius dan kebutuhan sosial. Apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat terpenuhi oleh anak, maka anak akan tumbuh menjadi generasi muda yang berkualitas, cerdas, kreatif, mandiri, berakhlak mulia dan setia kawan.

C. Pengertian Anak Yatim Piatu

Ada yang menyatakan bahwa yatim bukan hanya anak yang ayahnya sudah meninggal dunia, akan tetapi lebih dari itu, ia adalah anak yang tidak bisa mendapatkan kesejahteraan hidup dan pendidikan yang layak, kendati orang tuanya masih hidup. Sebagian lagi ada yang menyatakan bahwa yatim memiliki pengertian yang luas dan amat beragam, yakni yatim al-maal (anak yang hidup dalam keluarga pra sejahtera), yatim al-aqidah (mereka yang pemahaman akidahnya masih lemah dan dangkal), bahkan yatim al-ilm (yatim dalam bidang

7


(37)

ilmu pengetahuan). Ada juga yang berpedoman pada Q.S. An-Nisa: 6. Kalangan ini beranggapan bahwa status yatim tidak dibatasi dengan masa dan usia. Selama si yatim tidak bisa mandiri dan dapat mengelola hartanya dengan baik, meski ia sudah baligh, tetap dianggap sebagai yatim. Dari berbagai pandangan mengenai definisi yatim tersebut, definisi yatim yang dianggap shahih yang berlaku di dalam kitab-kitab fikih dan berbagai literatur keislaman, dengan berlandaskan pada al-Qur’an dan hadits Nabi adalah: “Anak yang ayahnya telah tiada sebelum ia mencapai usia baligh”. Definisi ini berlandaskan pada hadits Nabi SAW, yang artinya, “Tidak ada yatim setelah masa baligh (dewasa)8

. Dalam konteks keindonesiaan, nama yatim diperuntukkan anak yang bapaknya meninggal dunia. Sedangkan bila yang meninggal adalah bapak dan ibunya sekaligus, maka anak tersebut dikatakan yatim piatu9.

Seorang anak yang sudah menjadi yatim piatu, membutuhkan orang atau lembaga untuk mengasuh dan memberikan perlindungan untuk mereka. Dengan kata lain, untuk menggantikan peran orang tua, mereka membutuhkan adanya wali. Istilah perwalian berasal dari bahasa Arab derivatif dari kata dasar, waliya, wilayah atau walayah. Kata wilayah atau walayah mempunyai makna etimologis lebih dari satu, di antaranya dengan makna, pertolongan, cinta, kekuasaan atau kemampuan yang artinya kepemimppinan seseorang terhadap sesuatu. Berdasarkan pengertian etimologis tersebut, maka dapat dipahami bahwa perwalian adalah suatu bentuk perlindungan dengan otoritas penuh atas dasar

8

LPSI, Anak Yatim & Kajian Fikih Realitas Sosial, Jatim: Pustaka Sidogiri, h.10-12

9


(38)

tanggung jawab dan cinta kasih, untuk memberikan pertolongan atas ketidakmampuan seseorang dalam melakukan perbuatan-perbuatan hukum, baik yang berhubungan dengan harta maupun dengan dirinya10.

Dalam terminologi fikih, wali didefinisikan sebagai orang yang memiliki otoritas syar’i untuk mengelola dan mendistribusikan harta orang lain, tanpa membutuhkan legalitas dari siapapun, termasuk pemerintah. Dalam konteks pembahasan anak yatim, wali yatim, menurut madzhab syafi’I, secara berurut (setelah ayah tiada) mulai kakek dari ayah, lalu penerima wasiat dari orang terakhir yang meninggal dari salah satu ayah dan kakek. Bila semua wali di atas tidak ada, maka status wilayah (kewalian) pindah pada qadli (pemerintah)11.

Wali memiliki hak-hak sebagai berikut:

1. Hak hajr. Merupakan hak penuh yang dimiliki oleh seorang wali yatim. Secara etimologi, hajr berarti mencegah dan mempersempit. Sementara dalam terminologi syara’ berarti mencegah seseorang untuk mengelola hartanya sendiri. Semua penggunaan dan pengelolaan harta dari anak yatim, baik sudah tamyiz atau belum, dihukumi batal selama status hajr masih melekat kepadanya. Dalam Islam, hajr diberlakukan sebagai rahmah dan saling tolong-menolong. Dalam hal ini adalah mengasihi anak yatim yang masih belum bisa menangani dan mengelola harta kekayaannya sendiri dengan baik. Jika harta itu terpaksa harus diberikan sebelum ia mampu mengelolanya, tentu akan berdampak negatif terhadap anak yatim itu sendiri. Tetapi jika anak

10

Ahmad Kamil, M. Fauzan, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008, h.175

11


(39)

yatim itu sudah dianggap bisa mengelola hartanya dengan baik, maka harta yang sebelumnya ada pada pengaturan dan kekuasaan wali, harus diberikan sepenuhnya kepada anak yatim itu.

2. Hak finansial. Wali yatim berhak mengambil bagian dari harta anak yatim sekedar untuk memenuhi nafkahnya bila si wali memang fakir dan tidak bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya sebab mengurusi anak yatim yang menjadi tanggungannya tersebut. Tetapi jika si wali tersebut kaya dan bisa memenuhi kebutuhan dari dan keluarganya, maka ia tidak boleh mengambil bagian dari harta anak yatim tersebut. Apabila wali yatim yang fakir sudah menjadi kaya atau bisa memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya, ia tidak lagi diperbolehkan untuk mengambil bagian dari harta yatim12.

Selain itu, wali juga memiliki kewajiban. Seorang wali yatim berkewajiban menjaga dan mengelola/mengembangkan harta anak yatim dengan berlandaskan maslahah yang kembali pada diri yatim yang diasuhnya. Dan bentuk kemaslahatan itu diserahkan sepenuhnya pada kebijakan dari wali yatim. Wali juga wajib menerima segala pemberian yang diberikan kepada anak yatim dan tidak boleh menolaknya. Wali juga tidak diperbolehkan menghutangkan harta anak yatim, meskipun untuk keperluan wali itu sendiri13.

Dari teori tersebut, dapat dikatakan bahwa anak yatim piatu adalah anak yang tidak memiliki ayah dan ibu dikarenakan keduanya telah tiada dan membutuhkan orang untuk merawatnya sampai anak tersebut bisa mandiri dan

12

Ibid, h.22-27

13


(40)

bisa mengelola hartanya dengan baik. Orang yang merawat anak yatim piatu sampai bisa mandiri dan bisa mengelola hartanya dengan baik disebut dengan wali. Wali inilah yang menggantikan peran sebagai orang tua untuk menjaga dan melindungi anak yatim piatu sampai anak tersebut bisa mandiri.

D. Pelayanan Sosial Anak

Brenda Dubois dan Karl Krogsrud Miley menyebut pelayanan sosial sebagai suatu dukungan untuk meningkatkan keberfungsian sosial atau untuk memenuhi kebutuhan individu, antar individu maupun lembaga14. Sedangkan Alfred J. Kahn menyebutkan pelayanan sosial sebagai pelayanan yang diberikan oleh lembaga kesejahteraan sosial dan terbagi dalam dua golongan yaitu pekerjaan sosial yang sangat rumit dan komprehensif sehingga sulit ditentukan identitasnya dan pelayanan sosial yang jelas ruang lingkup dan batas-batas kewenangannya walaupun selalu mengalami perubahan15.

Wilensky dan Lebeaux memperkenalkan dua konsep terkenal tentang sistem kesejahteraan sosial dimana penyediaan pelayanan sosial diaplikasikan. Konsep pertama adalah konsep residual. Pelayanan sosial adalah tanggung jawab masyarakat. Usaha-usaha kesejahteraan sosial dilakukan individu ataupun komponen masyarakat lainnya. Sementara negara baru melakukan intervensi pada saat keluarga ataupun pasar sosial tidak mampu melaksanakan fungsi sosialnya. Konsep kedua adalah konsep institusional dimana usaha kesejahteraan sosial

14

Pepen Nazaruddin, Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi, Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI, 2004, h.201

15


(41)

dilakukan secara melembaga. Pemerintah bertanggung jawab sebagai suatu institusi sosial penyedia pelayanan sosial16.

Glassner dan Freedman mencoba menempatkan usaha pelayanan sosial yang merupakan salah satu implementasi dari kebijakan sosial oleh negara bukan merupakan aktifitas yang berdiri sendiri, akan tetapi berada dalam konteks lingkungan sosial tertentu. Sehubungan dengan hal itu dikatakan, bahwa upaya pelayanan sosial oleh negara tersebut akan melibatkan interaksi atau hubungan timbal balik antara tiga pihak, yaitu agency, worker dan client17.

Worker memberikan pelayanan kepada client dan client merespons pelayanan tersebut. Sementara itu agency berfungsi menyiapkan, mengorganisasikan dan menyampaikan pelayanan kepada client dan kemudian clinet memanfaatkan pelayanan tersebut. Dalam hubungan yang lain, agency merumuskan, mendesain dan mempersiapkan seperangkat pelayanan sedangkan worker bertugas sebagai ujung tombak untuk menghubungkan pelayanan tersebut dengan client18.

Di negara-negara maju seperti AS, Kanada, Australia, dan New Zealand, pekerjaan sosial merupakan profesi yang sangat identik dengan pemberian pelayanan sosial bagi anak (child welfare services). Meskipun pelayanan sosial bagi anak mencakup anak yang “bermasalah” dan “tidak bermasalah”, intervensi pekerjaan sosial umumnya mengarah pada anak-anak yang mengalami perlakuan

16

Ibid, h.202

17

Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya, Cetakan I, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, h.257

18


(42)

salah (child abuse) atau anak-anak yang memerlukan perlindungan khusus yang dikenal dengan istilah Children in Need of Special Protection (CNSP)19.

Pelayanan sosial yang diberikan oleh pekerja sosial, pada dasarnya memiliki model-model yang diperuntukkan untuk menangani permasalahan sosial yang ada di masyarakat. Model-model pelayanan sosial tersebut dapat berupa: 1. Layanan langsung yang ditujukan ke kelompok (komunitas) sasaran yang

dikenal dengan nama direct services.

2. Layanan yang tidak langsung diarahkan pada komunitas sasaran, tetapi bantuan diberikan pada lembaga yang mempunyai program langsung ke komunitas sasaran. Bentuk layanan seperti ini dikenal dengan nama indirect services20.

Di dalam memberikan pelayanan sosial bagi anak, terdapat model pelayanan sosial bagi anak secara umum meliputi tiga aras, mikro, mezzo, dan makro seperti diperlihatkan pada tabel berikut ini21:

19

Edi Suharto, Membangun Mayarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis

Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, Cetakan I, Bandung: PT Refika Aditama,

2005, h.159

20

Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, Depok: FISIP UI Press, 2005, h.89-90

21


(43)

Tabel 1. Model Pelayanan Sosial Anak

Aras Fokus Utama Strategi/Program

Model A: Mikro Anak Intervensi krisis, konseling, perawatan

medis, pemisahan

sementara/permanen, dukungan sosial. Model B: Mezzo Keluarga (orangtua,siblings),

kelompok (kelompok bermain, peergroups), significant others

Konseling keluarga dan perkawinan, terapi kelompok, bantuan ekonomi produktif.

Model C: Makro Komunitas lokal,pemerintah daerah, negara

Pemberdayaan masyarakat, terapi sosial, kampanya, aksi sosial.

Sistem pelayanan yang diberikan, baik model A, B, maupun C, dapat berbentuk pelayanan kelembagaan dimana anak yang mengalami masalah ditempatkan dalam lembaga (panti). Pelayanan konseling, pendidikan atau rehabilitasi sosial diberikan secara menetap dalam kurun waktu tertentu22.

Selain berbentuk pelayanan kelembagaan yang mengharuskan anak ditempatkan di dalam panti, terdapat juga pelayanan yang tidak mengharuskan anak ditempatkan di dalam panti. Pelayanan tersebut adalah family centered services. Family centered services (pelayanan berpusat pada keluarga) merupakan pelayanan yang dimaksudkan untuk merefleksikan sejauh mana pelayanan-pelayanan berfokus pada keluarga dan intensif23. Dengan kata lain, pelayanan ini memfokuskan programnya agar anak-anak asuh tetap tinggal bersama dengan keluarganya. Program-program dari model family centered services dikenal

22

Ibid, h.164

23

Albert R.Roberts dan Gilbert J.Greene, Buku Pintar Pekerja Sosial Jilid 1, Cetakan I, Jakarta: Gunung Mulia, 2008, h.505


(44)

utamanya sebagai pelayanan-pelayanan berbasis keluarga, pelayanan-pelayanan berbasis rumah dan pelayanan-pelayanan pemeliharaan keluarga24.

Secara umum, anak-anak berperilaku lebih baik dalam situasi-situasi yang akrab bersama keluarga atau kerabat mereka sendiri. Pada awalnya, praktik berpusat keluarga dipandang utamanya dalam bentuk pelayanan-pelayanan pemeliharaan keluarga. Akhir-akhir ini, pelayanan-pelayanan telah semakin fleksibel dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang unik dari keluarga-keluarga secara individual. Melalui pengaruh-pengaruh ini dan yang lain, reformasi kesejahteraan anak semakin dipandang tidak sebanyak dalam hal suatu pilihan antara melindungi anak-anak dan memelihara keluarga tetapi sebagai suatu proses melindungi anak-anak dengan cara memperkuat keluarga25.

Dalam beberapa dekade terakhir, panti asuhan di Indonesia mempunyai peranan penting dalam menyediakan pelayanan sosial bagi anak-anak. Namun walaupun banyak anak yang tinggal di panti asuhan, banyak juga anak yang diasuh oleh kerabat mereka26. Keluarga dan sanak saudara memiliki peran yang besar dalam mengasuh anak-anak yang sudah tidak memiliki orang tua lagi. Namun dengan bertambahnya ketergantungan pada panti asuhan, peran ini dapat bergeser27. Padahal, anak akan merasa lebih nyaman dan aman jika mereka tetap tinggal dengan keluarga, sanak saudara maupun kerabatnya dibandingkan dengan tinggal di panti atau yayasan.

24

Ibid, h.505

25

Ibid, h.513

26

Tim Peneliti Departemen Sosial RI, Save the Chidren, dan Unicef, Seseorang yang

Berguna: Kualitas Pengasuhan di Panti Sosial Asuhan Anak di Indonesia, Jakarta: Departemen Sosial

RI, Save the Children, dan Unicef, 2007, h.26

27


(45)

Undang-undang Kesejahteraan Anak tahun 1979 menyatakan bahwa tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, dan sosial anak merupakan tanggung jawab orangtua. Undang-undang tersebut juga menyatakan bahwa anak-anak yang tidak memiliki orangtua memiliki hak untuk diasuh oleh negara atau lembaga lain, sementara anak-anak kurang mampu memiliki hak untuk mendapatkan bantuan untuk memastikan bahwa mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan normal di dalam lingkungan keluarga. Meskipun undang-undang tersebut tidak secara khusus menyatakan tentang hak anak untuk tumbuh di dalam keluarganya, kewajiban membantu anak-anak kurang mampu melalui keluarga mereka menjadi prioritas penting pengasuhan berbasis keluarga28.

Hal inilah yang mendorong family centered services bisa diterapkan. Yaitu dengan pelayanan berbasis pada keluarga, sehingga anak yang tidak memiliki orang tua bisa tetap tinggal dengan keluarga atau kerabat terdekat mereka. Meskipun demikian, peran panti asuhan atau yayasan tidak sepenuhnya hilang. Panti asuhan atau yayasan tetap memiliki peran untuk menyelenggarakan pelayanan kepada anak-anak dan keluarga mereka di tingkat masyarakat29. Hal ini tercermin dalam Pedoman Pelayanan Sosial Anak Terlantar di Luar Panti. Meskipun fokus utamanya adalah pelayanan di luar panti asuhan, tetapi pemberian pelayanan tetap bergantung pada keberadaan panti asuhan. Pedoman tersebut menyatakan bahwa:

“Pelayanan sosial anak terlantar luar panti adalah sistem pelayanan yang diselenggarakan melalui basis panti terbuka, kelembagaan, maupun

28

Ibid, h.28

29


(46)

masyarakat yang memberikan perlindungan, bimbingan dan pembinaan baik fisik, mental, dan sosial kepada anak agar dapat hidup, tumbuh kembang dan berpartisipasi secara wajar.”30

Dari penjelasan mengenai pelayanan sosial anak di atas, dapat diketahui bahwa untuk memberikan pelayanan sosial kepada anak yatim piatu maupun anak terlantar, terdapat dua pelayanan sosial yang bisa diterapkan, yaitu pelayanan sosial berpusat pada panti dan pelayanan sosial berpusat pada keluarga (family centered services).

30


(47)

A. Sejarah Singkat Lembaga

Sekitar awal tahun 2002 beberapa orang yaitu Muhammad Abu Bakar, Taufan Sudrajat, Hasan Basri, Acep Bajuri, Roelly Humdiana, Eka H.Hadi, Benny Sugianto, Denny Febby Permana, Ust.Husaini, dan Ust.Uci Sanusi berkeinginan untuk membantu sesama dalam meningkatkan pendidikan kaum dhuafa. Dengan ijin dan karunia Allah SWT maka pada tanggal 23 Juli 2002 didirikanlah Yayasan Yatim Piatu Arrahman dengan nomor akta notaries 187/AN.YYN/2002 dan mendapat dana awal berupa hibah sebesar lima juta tiga ratus ribu rupiah (Rp. 5.300.000,-) dari Yayasan Al-Chairiyyah, Mampang, Jakarta Selatan1.

Dari dana tersebut dikembangkan usaha wartel yang diberi nama wartel Yatim Piatu yang berlokasi di Jl. Raya Citayam Kelurahan Bojong Pondok Terong, Kota Depok. Dari hasil pendapatan bersih wartel tersebut dimulailah untuk memberikan santunan pendidikan bagi anak-anak tingkat SD sebanyak sepuluh orang, SLTP sebanyak empat orang dan SLTA sebanyak satu orang dengan santunan seluruhnya berjumlah tiga ratus ribu rupiah (Rp. 300.000,-) pada

1

Project Proposal, Pembangunan Pesantren Yatim Piatu Terpadu (Islamic Boarding School) & Traiing Center Bina Yatama


(48)

tiap-tiap bulan, dan pada saat itu Yayasan Arrahman baru dapat membantu 15 orang anak dalam bentuk santunan berupa biaya sekolah (SPP) tiap bulan2.

Setelah menjalani reorganisasi kepengurusan maka Yayasan Yatim Piatu Arrahman dimekarkan menjadi Yayasan Bina Yatama dengan Akta Notaris No. 2 tertanggal 9 Maret 2007 dihadapan Notaris Markhamah, SH. Sedangkan nama Arrahman diabadikan menjadi Panti Sosial Arrahman, dan Masjid Jami Arrahman3.

B. Profil Lembaga

Yayasan Bina Yatama berdiri pada tanggal 23 Juli 2002 dan didirikan oleh beberapa orang yaitu Muhammad Abu Bakar, Taufan Sudrajat, Hasan Basri, Acep Bajuri, Roelly Humdiana, Eka H.Hadi, Benny Sugianto, Denny Febby Permana, Ust.Husaini, dan Ust.Uci Sanusi. Yayasan ini beralamat di Jl. Raya Citayam, Pondok Terong, RT. 01, RW. 01, No. 01. Kel. Pondok Jaya, Kec. Pancoranmas, Kota Depok dengan nomor telepon: (021) 77200714, Hotline: 08179131737, Email: ya7binayatama@hotmail.com dan Website: www.ya7binayatama.org5.

Dalam mencari penghasilan untuk keperluan anak-anak yatim piatu dan fakir miskin yang menjadi anak asuh, Yayasan Bina Yatama sempat mendirikan usaha wartel yang diberi nama Wartel Yatim Piatu yang keuntungannya dialokasikan untuk menyantuni anak-anak asuh. Sejalan perkembangan usaha

2 Ibid 3

Ibid 4

Ibid 5


(49)

yang semakin baik maka pada Juni 2006 didirikan kembali Wartel Yatim Piatu 26. Namun seiring perkembangan zaman, usaha wartel menjadi kurang menguntungkan. Usaha wartel ini akhirnya diganti dengan usaha gas, galon air dan usaha kontrakan yang sekarang disewa oleh warung makan, toko foto copy dan toko obat (apotek)7.

Semua keuntungan dari usaha-usaha ini akan digunakan untuk menyantuni anak-anak asuh berupa santunan pendidikan yang sampai saat ini berjumlah 108 orang anak8. Selain usaha-usaha yang dijalankan oleh Yayasan Bina Yatama, ada juga donator-donatur, baik itu lembaga maupun perorangan yang memberikan donasinya untuk keperluan anak-anak asuh. Untuk memberikan santunan pendidikan ini, Yayasan Bina Yatama mengeluarkan biaya rata-rata tiap bulan sebesar sepuluh juta rupiah9.

Berikut ini adalah tabel data-data anak yang diasuh oleh Yayasan Bina Yatama:

Tabel 2. Data Anak Asuh di Yayasan Bina Yatama

NO NAMA ALAMAT STATUS SEKOLAH

1 Adam Fahrozi RT 006/01 Dhuafa SD Ponter I 2 Ari Indra Jaya RT 004/02 Yatim SMP Mijan I 3 Nur Anisah RT 003/01 Pd. Jaya Dhuafa SD Ponter I 4 Irwan Apriansyah RT 003/01 Pd. Jaya Dhuafa SD Ponter I 5 Edi Pramana RT 003/01 Pd. Jaya Yatim SD Ponter I 6 Azi Febriansyah RT 05/01 Pd. Jaya Yatim SD Ponter I 7 Gusti Ramadhan RT 05/01 Pd. Jaya Yatim SD Ponter II 8 Fani Agustina RT 006/01 Dhuafa SD Ponter I

6 Ibid 7

Wawancara dengan Pak Abu pada hari Sabtu, 28 Mei 2011, lihat lampiran h.39

8

Lihat lampiran h.42-44


(50)

9 Abdul Rohim RT 003/01 Yatim SMPN 9 10 Agus Novandi RT 02/03 Yatim MI 11 Aisyah Diniyah RT 02/03 Yatim MI

12 Aldi RT 05/03 Yatim MI

13 Fitri Handayani RT 05/03 Yatim MI

14 Angga Anugrah Putra RT 002/09 Yatim MI Ar-Rahman 15 Anisa Triana RT 003/06 Yatim MTS Ar-Rahman 16 Ernawati RT 002/06 Yatim MTS Ar-Rahman 17 Novrian RT 002/09 Yatim MI Ar-Rahman 18 Robiatul Adawiyah D. Bojong Pd. Terong Yatim SMK Ar-Rahman 19 Maulia S. RT 001/01 Dhuafa SMK Ar-Rahman 20 Fazrin Dedi Pd. Jaya Yatim SMK Ar-Rahman 21 Dede Yudiansyah RT 001/01 Yatim SMK As-Salamah 22 Muhammad Jaka RT 001/01 Dhuafa SMK As-Salamah 23 Muhammad Rizal RT 001/01 Dhuafa SMK As-Salamah 24 Abudin Jl. Mandor RT 03/05 Yatim SMK As-Salamah 25 Fiki Yuliansyah Jl. Mandor RT 05/05 Yatim SMK As-Salamah 26 Fajar Hernopi RT 006/01 Dhuafa Al-Farabi 27 Muhammad Fajar RT 001/01 Dhuafa Al-Farabi 28 Riki Mahfudin RT 001/01 Dhuafa Al-Farabi 29 Sukarna RT 006/01 Dhuafa Al-Farabi 30 Fitria Nur Asiah RT 05/03 Yatim SMP Dwiguna 31 Mirnawati RT 001/01 Yatim SMP Dwiguna 32 Fajar Utama RT 006/03 Yatim STM Teknido 33 Siti Rahmah Jl. Mandor RT 03/05 Yatim SMP Mijan 34 Marliana Nur Fadjriah RT 06/04 Yatim SMP Mijan 35 Elma Fauziah Jl. Padat Karya RT 02/06 Yatim SD kelas VI 36 Reza Falipi Jl. Padat Karya RT 02/06 Yatim SD kelas VI 37 Agifah Nurlaila RT 07/01 Kec. Cipayung Yatim SD kelas II 38 M. Fatur Rizki RT 02/01 Pd. Jaya Yatim SD kelas I 39 Irma Darsima RT 02/06 Pd. Jaya Yatim SD Mawaddah 40 Riswan RT 04/02 Rawa Indah Dhuafa MI Sirajul Athfal 41 Toni Rifai RT 02/01 Pd. Jaya Yatim MI Sirajul Athfal 42 Nur Maulidya RT 02/01 Pd. Jaya Yatim MI Ar-Rahman 43 Moammar Rizki RT 02/01 Pd. Jaya Yatim SMP Dwiguna 44 Dhea Lintang HS RT 02/01 Pd. Jaya Yatim MI Sirajul Athfal 45 Rizki B. Saban RT 03/06 Pd. Jaya Yatim MI Sirajul Athfal 46 Najwa Shifa RT 03/02 Perm. Depok Dhuafa MI Sirajul Athfal


(51)

47 Amelia RT 03/01 Pd. Jaya Dhuafa MI Sirajul Athfal 48 Maryani RT 04/02 Rawa Indah Dhuafa MI Sirajul Athfal 49 Wibowo Saputra RT 05/01 Pd. Jaya Yatim MI Sirajul Athfal 50 Khairul Fauzi RT 05/06 Pd. Terong Yatim MI Sirajul Athfal 51 Winda Saputri RT 03/02 Pd. Jaya Dhuafa MI Sirajul Athfal 52 Raelis Marda RT 04/01 Pd. Jaya Yatim MI Sirajul Athfal 53 Rania Fauzia RT 05/06 Pd. Terong Yatim MI Sirajul Athfal 54 Fadilah Aini RT 04/02 Rawa Indah Dhuafa MI Sirajul Athfal 55 Muhamad Aldi RT 01/06 Pd. Jaya Yatim MI Sirajul Athfal 56 Anita Putri RT 05/03 Pd. Jaya Yatim Irsyadul Athfal 57 Fitriyani RT 05/03 Pd. Jaya Yatim Irsyadul Athfal 58 Gilang Candra RT 06/04 Pd. Jaya Yatim Irsyadul Athfal 59 M. Raihan Subakti RT 06/04 Pd. Jaya Yatim Irsyadul Athfal 60 Muhamad Riyaldi RT 06/04 Pd. Jaya Yatim Irsyadul Athfal 61 Nurmawati RT 06/04 Pd. Jaya Yatim Irsyadul Athfal 62 Restu Gilang RT 05/01 Pd. Jaya Yatim Irsyadul Athfal 63 Rio Destiansyah RT 05/01 Pd. Jaya Yatim Irsyadul Athfal 64 Asep RT 05/03 Pd. Jaya Yatim Irsyadul Athfal 65 Reza Yulianti RT 05/03 Pd. Jaya Yatim Irsyadul Athfal 66 Jamaludin RT 02/06 Pd. Jaya Yatim SMA Al-Basyariah 67 Ovi Apriliani RT 01/06 Pd. Jaya Yatim SMK kelas II 68 Rohmadaniyah RT 03/01 Pd. Jaya Yatim SLTA 69 Yudha Febrian Pd. Jaya Yatim SMK kelas I 70 Saipul Adi Pd. Jaya Yatim SMK Wira Buana 71 Ida Farida RT 05/03 Pd. Jaya Yatim SMPN Nusantara 72 Ahmad Fatulloh RT 04/04 Pd. Jaya Yatim SMP Al-Basyariah 73 Farhan RT 04/04 Pd. Jaya Yatim SMP Al-Basyariah 74 Dede Siti Homsiah RT 04/04 Pd. Jaya Yatim SMP Al-Basyariah 75 Fahmi Muzaki RT 04/04 Pd. Jaya Yatim SMP Al-Basyariah 76 Siti Nurmala RT 02/06 Pd. Jaya Yatim SMK Al-Basyariah 77 Maulana RT 06/04 Pd. Jaya Yatim SMP Dwiguna 78 Ine Nurmala RT 06/04 Pd. Jaya Dhuafa MTS Ar-Rahman 79 Kholilah RT 06/04 Pd. Jaya Yatim MTS Ar-Rahman 80 Lisnawati RT 06/04 Pd. Jaya Dhuafa SMK Ar-Rahman 81 M. Nasrulloh RT 06/04 Pd. Jaya Yatim MA Ar-Rahman 82 M. Alfian Fajar RT 01/01 Pd. Jaya Yatim MA Ar-Rahman 83 Marwiyah RT 01/06 Pd. Jaya Yatim MA Ar-Rahman 84 Gusti Ayu S. RT 01/01 Pd. Jaya Yatim MTS Ar-Rahman


(52)

85 Fajar Julian Akbar RT 03/05 Pd. Jaya Yatim MTS Ar-Rahman 86 Wahyudin RT 06/04 Yatim SMK Ar-Rahman 87 Zaid Humaidi RT 04/04 Yatim SMK Ar-Rahman 88 Valdi Rizki Pratama RT 04/03 Utan Jaya Yatim SMK Ar-Rahman 89 Wahyu Marwansyah RT 05/01 Pd. Jaya Dhuafa SMK Ar-Rahman 90 Rumyanah RT 05/01 Pd. Jaya Yatim SMK Ar-Rahman 91 Febrianah Hastuti RT 05/01 Pd. Jaya Yatim SMK Ar-Rahman 92 Ardian Syahputra RT 05/01 Pd. Jaya Yatim SD Ar-Rahman 93 Jamalludin RT 05/03 Pd. Jaya Dhuafa SMA Al-Basyariah 94 Hendra Fikriansyah RT 09/04 Utan Jaya Yatim SMP Al-Basyariah 95 Jihan Juhairiah RT 02/06 Pd. Jaya Yatim TK Bintang 96 Ilham Jl. Pule RT 05/05 Yatim SD Restu Ibu 97 Rafli Detmansyah Jl. Mandor Depok Yatim SD Restu Ibu 98 Intan Kumala Sari Jl. Pule RT 04/05 Dhuafa SD Restu Ibu 99 Sahrul Syaputra Jl. Pule RT 04/05 Dhuafa SD Restu Ibu 100 Muhiddin Jl. Pule RT 04/05 Dhuafa SD Restu Ibu 101 Nesti Gg. Nyamuk RT 07/02 Dhuafa SD Restu Ibu 102 Ramadhan Nurcahyo Jl. Mandor Depok Dhuafa SD Restu Ibu 103 Angel Veronica Gg. Batas RT 04/05 Yatim SD Restu Ibu 104 Annisa Nurdhianti Pd. Terong Dhuafa SD Restu Ibu 105 Muhammad Avatar Pd. Terong RT 03/01 Dhuafa SD Restu Ibu 106 Rizki Fadlu Rahman Rawa Indah RT 02/02 Dhuafa SD Restu Ibu 107 M. Rizki Fadillah Rawa Indah RT 03/02 Dhuafa SD Restu Ibu 108 Farhan Afrilian Pd. Terong Dhuafa SD Restu Ibu

C. Visi dan Misi

1. Visi

Visi yang diarahkan oleh Yayasan Bina Yatama adalah: “Menjadikan anak yatim piatu dan fakir miskin generasi islami yang berintelektual tinggi,


(53)

jujur, amanah, mandiri, dan berakhlak mulia serta bermanfaat bagi seluruh makhluk di sekitarnya di bawah naungan ridha Allah SWT.”10

2. Misi

Adapun misi yang dicanangkan oleh Yayasan Bina Yatama adalah sebagai berikut:

a. Membantu, mengayomi, membina dan memberdayakan yatim piatu dan kaum dhu’afa pada khususnya serta umat Islam pada umumnya melalui berbagai kegiatan sosial-kemasyarakatan, pendidikan dan keagamaan.

b. Menjadikan fungsi dan peran kelembagaan sebagai pusat kegiatan umat Islam sekaligus model percontohan bagi daerah di sekitarnya11.

D. Tujuan

Yayasan Bina Yatama yang didirikan oleh generasi muda yang peduli dengan masalah-masalah sosial, kemanusiaan dan keagamaan memliki tujuan sebagai berikut:

1. Mencapai ridho dan berkah dari Allah SWT dan menjadikan Rasulullah SAW sebagai teladan utama dalam mengasihi, menyantuni, mengayomi yatim piatu dan dhuafa.

2. Ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dengan menyantuni anak yatim piatu dan fakir miskin terutama diarahkan dalam mengentaskan pendidikan formal melalui penyaluran dana beasiswa sekolah dari mulai

10

Project Proposal, Pembangunan Pesantren Yatim Piatu Terpadu 11


(54)

tingkat Sekolah Dasar sampai dengan SLTA dan dimungkinkan bila anak yatim piatu memiliki kemampuan akademis dengan nilai di atas rata-rata/juara kelas maka dapat diusulkan untuk meneruskan ke jenjang sarjana.

3. Disamping itu juga mengembangkan dan memakmurkan Masjid Jami Arrahman sesuai dengan dinamika dan kebutuhan umat Islam dalam meningkatkan kualitas beribadah dan berkarya bagi bangsa dan Negara Indonesia12.

E. Landasan Hukum

Landasan hukum yang menjadi dasar Yayasan Bina Yatama dalam menjalankan berbagai kegiatan dan programnya adalah: SK. Menteri Kehakiman dan HAM R.I. No: C-153.HT.03.01.TH.2006, tanggal 9 Mei 200613.

F. Landasan Konseptual

Landasan konseptual yang menjadi acuan Yayasan Bina Yatama adalah sebagai berikut:

1. Konsep Ideologi-Religius

Yakni konsep yang mengatur hubungan antara manusia dengan Allah SWT (hablun minallah) sebagai landasan dalam menjalani kehidupan di

12 Ibid 13


(55)

dunia. Konsep ini memiliki empat aspek utama, yaitu Iman, Taat, Taqwa dan Ihsan14.

2. Konsep Akhlaq

Akhlaq adalah sifat dan perilaku dasar yang dimiliki manusia sejak diciptakan oleh Allah SWT. Akhlaq manusia berbeda-beda, baik sifat maupun kadarnya, namun secara umum memiliki dua kecenderungan yang bertolak belakang, yakni ke arah kebaikan dan keburukan15.

3. Konsep Sosial

Adalah konsep yang mengatur hubungan antar individu manusia di tengah kehidupan bermasyarakat (hablun minannas). Konsep ini mengakui pluralism dan perbedaan manusia: warna kulit, suku bangsa, bahasa, status, kedudukan dan lain sebagainya. Sebagai konsekuensi, Islam melarang berbagai bentuk perpecahan dan permusuhan yang dilatarbelakangi perbedaan tersebut. Inti dari konsep sosial Islam ini menganjurkan tiga hal, yaitu: ukhuwah basyariyah (persudaraan sesama manusia), ukhuwah wataniyah (persaudaraan sesama warga negara) dan ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam)16.

Konsep sosial Islam ini berlandaskan pada hal-hal berikut:

a. Bahwa individu-individu manusia di atas muka bumi ini berasal dari satu keturunan, yakni Adam dan Hawa.

14 Ibid 15

Ibid 16


(56)

b. Bahwa manusia secara fitrah saling membutuhkan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat17.

4. Konsep Ekonomi

Konsep ekonomi Islam berlandaskan pada prinsip-prinsip kebenaran, keadilan, kejujuran, amanah dan kesejahteraan sosial. Adapun cara-cara dan bentuk praktisnya diserahkan kepada manusia agar sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan kebutuhan. Secara umum sistem ekonomi Islam memiliki beberapa karakteristik, yaitu menggabungkan antara unsur materi dan rohani dalam aktivitas ekonomi, kebebasan ekonomi, kepemilikan ganda dan keseimbangan dalam memelihara maslahat setiap individu masyarakat18.

G. Struktur Organisasi

1. Dewan Pendiri:

a. Muhammad Abu Bakar b. Ust. H. Ahmad Kafrawi c. Ir. M.S. Eka Hadi Putra d. Ahmad Husaini

e. Benny Sugianto f. M. Wahyu Amien g. Deni Febby Permana

17 Ibid 18


(57)

2. Dewan Pembina: a. H. Munir Arifin b. Didin Suryana c. Falah Effendi d. Edy Jusani e. Abdullah f. Subana

3. Dewan Pengawas: a. Purwanto b. Herman Sapuan c. Mohamad Kosasih d. Nahrowi

e. M. Amin Idris f. Wasiman g. Nyoto Sujoko 4. Pengurus Harian:

a. Ketua Umum : Muhammad Abu Bakar

b. Wakil Ketua I : Acep Bajuri

c. Wakil Ketua II : H. Mochamad Yusuf

d. Sekretaris Umum : Roelly Humdiana, S.Kom., MM.

e. Sekretaris I : Hasan Basri

f. Sekretaris II : M.A. Aristian, SE


(58)

h. Bendahara I : Ahmad Zamzami

i. Bendahara II : Saaf Amri19

H. Program Kerja

Program kerja Yayasan Bina Yatama dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Program Jangka Pendek

Program jangka pendek yang dicanangkan Yayasan Bina Yatama adalah menyelenggarakan berbagai pelatihan dan kursus singkat (Training Programme) secara rutin dan berkala, antara lain:

a. Pelatihan Bakat Religius (PBR), diantaranya guru ngaji, pidato dan dakwah, tilawatil qur’an, marawis, kaligrafi Islam, dll.

b. Pelatihan komputer, diantaranya multimedia, teknisi komputer, desain grafis, dll.

c. Pelatihan servis dan mekanik. d. Kursus bahasa (Arab dan Inggris).

e. Pelatihan ekonomi Islam dan bisnis mandiri (wirausaha). f. Pelatihan tenaga pengamanan.

g. Pelatihan helper (PRT) dan babby sitter. h. Pelatihan perawat dan kebidanan.

i. Pelatihan nanny (pendamping belajar dan pengayom perilaku anak). j. Pelatihan kesehatan (terapi medis dan non-medis).

19 Ibid


(59)

k. Pelatihan jurnalistik dan karya tulis ilmiah. l. Seminar, symposium, diskusi ilmiah20.

2. Program Jangka Panjang

a. Menyelenggarakan berbagai kegiatan yang berorientasi pada pembinaan dan pemberdayaan potensi umat Islam, terutama anak-anak yatim piatu dan kaum dhu’afa, yang meliputi beberapa aspek sebagai berikut:

i. Keagamaan

- Menghidupkan dan memakmurkan masjid Ar-Rahman.

- Menyelenggarakan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI).

- Menyelenggarakan pengajian keagamaan (non-formal), baik kitab-kitab kuning (klasik) maupun wawasan kekinian (kontemporer).

- Menerima, mengelola serta menyalurkan harta zakat, infaq dan shadaqah.

- Meningkatkan penyuluhan dan bimbingan agama serta mengembangkan dakwah Islam melalui penyebaran da’i (di bawah naungan Yayasan) ke berbagai daerah yang membutuhkan.

- Melakukan study banding keagamaan21. ii. Sosial-Kemasyarakatan

- Memberikan santunan ekonomi (kesejahteraan) dan pendidikan (beasiswa) kepada anak-anak yatim piatu dan kaum dhu’afa.

20 Ibid 21


(60)

- Menampung, mengasuh dan membina anak-anak yatim piatu dan kaum dhu’afa di dalam lingkungan yayasan.

- Memberikan bantuan material dan spiritual bagi korban bencana alam dan kecelakaan, serta pengungsi perang.

- Mengadakan rehabilitasi bagi kelompok masyarakat yang mengalami dekadensi moral dan sosial, antara lain pengemis, anak jalanan (gelandangan), preman, pecandu narkoba, residivis, dll.

- Menampung orang-orang hilang dan tersesat serta menyerahkannya kepada pihak-pihak yang terkait.

- Memberikan pelayanan kesehatan yang murah biaya bagi masyarakat umum dan gratis bagi anak-anak yatim piatu dan kaum dhu’afa.

- Berpartisipasi dalam meningkatkan kesadaran hidup bermasyarakat dan melestarikan lingkungan hidup bersama pemerintah dan masyarakat22.

iii. Pendidikan

- Menyelenggarakan pendidikan dengan sistem terpadu (integrated system) antara ilmu pengetahuan umum dan agama Islam yang berorientasi pada pengembangan keterampilan (basic skill) dalam berbagai jenjang (tingkat).

- Memberikan pelayanan pendidikan gratis (cuma-cuma) bagi anak-anak yatim piatu dan kaum dhu’afa.

22 Ibid


(61)

- Menyelenggarakan berbagai kajian dan penelitian ilmiah dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

- Menyelenggarakan berbagai pelatihan dan kursus ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) untuk menjaring minat dan bakat.

- Mengadakan pembinaan olahraga dan seni.

- Melakukan studi banding ke berbagai lembaga pendidikan.

- Menjalin kerjasama dengan pihak-pihak terkait, dalam rangka pengembangan kompetensi dan peningkatan mutu pendidikan23. iv. Ekonomi

- Menyelenggarakan berbagai usaha ekonomi dan bisnis mandiri yang halal dan produktif dan inovatif sebagai basis utama untuk menunjang kelangsungan operasional Yayasan.

- Meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi bagi pihak-pihak yang terlibat dalam yayasan.

- Menyelenggarakan berbagai kursus keterampilan dan pelatihan kerja dalam berbagai bidang dan kompetensi.

- Menyalurkan tenaga kerja hasil binaan Yayasan (yatim piatu dan dhu’afa) yang telah menyelesaikan sekolah/pendidikan kepada pihak-pihak terkait yang membutuhkan.

23 Ibid


(62)

- Menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga serupa (berbasis ekonomi) maupun pemerintah dalam rangka mengembangkan jaringan ekonomi serta meningkatkan produktivitas24.

b. Membangun dan mengembangkan berbagai sarana dan prasarana Yayasan secara terpadu dan bertahap sebagai pusat syi’ar Islam yang meliputi beberapa unit sebagai berikut:

i. Masjid Jami’ Ar-Rahman

- Ruang shalat.

- Kantor DKM.

- Kantor Ikatan Remaja Masjid (IRMA)25. ii. Pondok Pesantren

- Asrama.

- Dapur umum dan kantin santri.

- Ruang tunggu dan penginapan tamu26. iii. Gedung serba guna

- Kantor sekretariat yayasan.

- Ruang pertemuan dan rapat.

- Aula resepsi dan pesta.

- Pusat Informasi dan Pelayanan Masyarakat (PPM)27.

24 Ibid 25

Ibid 26

Ibid 27


(63)

iv. Gedung pendidikan

- Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ).

- Taman Pendidikan Anak Usia DIni (PAUD).

- Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT).

- Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT).

- Sekolah Menengah Kejuruan Teknologi Informatika dan Multimedia (SMK TIM).

- Sekolah Tinggi Teknologi Informatika dan Multimedia (SSTI).

- Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI).

- Sekolah Tinggi Kebidanan dan Keperawatan (STKK).

- Lembaga Pendidikan Bahasa Asing (LPBA)28. v. Panti Sosial-Kemasyarakatan

- Rumah singgah yatim piatu dan dhu’afa. - Pondok Anak Mandiri (Paman).

- Panti penitipan dan asuhan anak balita.

- Pusat rehabilitasi pengemis, gelandangan dan preman29. vi. Unit ekonomi dan usaha

- Koperasi dan Baitul Maal wat-Tamwil (BMT).

- Badan AMil Zakat, Infaq dan Shadaqah (BAZIS).

- Warnet dan wartel.

- Poliklinik dan apotek.

28 Ibid 29


(64)

- Toko buku dan galeri Islam.

- Supermarket/waserba.

- Restorasi/kuliner Yapitu.

- Biro jasa tenaga kerja.

- Biro wisata religi, haji dan umrah.

- Pusat agribisnis (pertanian, perkebunan, peternakan) dan home industry30.

vii. Unit pendukung

- Pusat study dan penelitian.

- Laboratorium bahasa.

- Laboratorium TI-Multimedia.

- Taman baca dan perpustakaan (lokal dan keliling).

- Taman bermain/Taman Anak Pintar (TAP).

- Bengkel kreasi dan produksi/Balai Latihan Kerja (BLK).

- Bengkel akhlaq dan spiritual.

- Sanggar seni dan budaya.

- Gedung Olahraga (GOR).

- Lembaga penyiaran dan jurnalistik Islam (radio, majalah, bulletin, dll)31.

30 Ibid 31


(65)

I. Realisasi Program Kerja

Dari program-program kerja yang direncanakan oleh para pengurus Yayasan Bina Yatama, baik program kerja jangka pendek atau jangka panjang, hanya terdapat beberapa program kerja yang mampu direalisasikan oleh para pengurus, diantaranya yaitu:

1. Menyelenggarakan pengajian keagamaan rutin setiap hari setelah shalat ashar untuk anak-anak yatim piatu dan dhu’afa.

2. Memberikan santunan ekonomi dan pendidikan kepada anak-anak yatim piatu dan kaum dhu’afa.

3. Melakukan studi banding keagamaan.

4. Menyelenggarakan Peringatan Hari Besar Islam.

5. Menyelenggarakan usaha-usaha ekonomi untuk menunjang kelangsungan operasional Yayasan.

Dikarenakan berbagai kendala yang dihadapi oleh Yayasan Bina Yatama, maka tidak semua program kerja dapat direalisasikan semuanya sampai saat ini. Namun dalam waktu dekat, sekitar tahun 2012, Yayasan Bina Yatama akan membangun SMK Bina Yatama32.

32


(66)

J. Sarana dan Prasarana

Yayasan Bina Yatama terdiri dari tiga lantai, dimana tiap lantainya terdapat sarana dan prasarana untuk menunjang kebutuhannya. Sarana dan prasarana yang terdapat di Yayasan Bina Yatama diantaranya adalah:

1. Lantai satu, terdiri dari:

a. Ruang sekretariat, yang didalamnya ada satu kamar mandi, dua unit komputer, satu unit printer, satu televisi, dan ruang tamu kecil.

b. Tiga kontrakan (milik Yayasan Bina Yatama), yang terdiri dari toko obat, tempat makan, dan toko foto copy.

c. Satu tempat usaha yang menjual dua jenis barang, yaitu air galon dan gas33.

2. Lantai dua, terdiri dari:

a. Dua kamar yang nantinya akan digunakan untuk tempat tinggal anak-anak asuh yang di dalam masing-masing kamar ada dua kamar mandi.

b. Dapur umum, dengan peralatan dapurnya seperti kompor gas, wastafel, dan peralatan-peralatan masak.

c. Tempat pengajian34. 3. Lantai tiga, terdiri dari:

a. Aula, yang digunakan untuk shalat berjamaah, majlis ta’lim, dan acara -acara lainnya.

b. Tempat wudhu.

33Wawancara dengan Pak Nahrowi pada hari Jum’at, 22 April 2011, lihat lampiran h.34 34


(67)

c. Satu kamar mandi35.

K. Sumber Dana

Dalam menjalankan program-program kerjanya, Yayasan Bina Yatama memerlukan pendanaan yang tidak sedikit. Oleh karena itu, Yayasan Bina Yatama memerlukan sumber dana yang membantu mereka untuk mendanai segala program kerja yang akan dilaksanakan. Sumber dana yang didapatkan oleh yayasan Bina Yatama berasal dari:

1. Kementrian Sosial.

Kemensos setiap tahunnya memberikan dana sebesar dua puluh tujuh juta rupiah (Rp. 27.000.000,-). Selain itu, Kemensos juga memberikan peralatan tempat tidur kepada Yayasan Bina Yatama.

2. Kedubes Qatar.

Kedubes Qatar memberikan satu ekor sapi setiap tahun pada Hari Raya Idul Adha kepada Yayasan Bina Yatama.

3. Donatur orang-orang di pinggir jalan raya. 4. Donator perorangan, tetap ataupun tidak tetap36.

L. Kerja Sama dengan Lembaga Lain

Di dalam melaksanakan berbagai macam program kerja, Yayasan Bina Yatama pernah berkerjasama dengan lembaga-lembaga lain, diantaranya yaitu:

35 Ibid 36


(68)

1. FORBIT (Forum Bina Umat), bentuk kerjasamanya adalah pemberian santunan kepada anak yatim piatu setiap tanggal 10 Muharram.

2. Bank BTN Cabang Depok, bentuk kerjasamanya adalah mengadakan khitanan massal sebanyak 60 anak pada tanggal 23 Juli 200337.

3. PT. Gudang Garam, bentuk kerjasamanya adalah kegiatan Idul Adha tahun 2008.

4. Kedubes Qatar, bentuk kerjasamanya adalah pembangunan Yayasan Bina Yatama38.

37

Project Proposal, Pembangunan Pesantren Yatim Piatu Terpadu


(69)

A. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak

1. Profil Keluarga Penerima Layanan (Anak Asuh)

Sebelum membahas tentang hasil analisa data yang penulis dapatkan dari hasil penelitian, penulis akan menjelaskan tentang profil dari keluarga penerima layanan (anak asuh) yang menjadi informan sebagai sumber untuk skripsi ini. Informan yang didapat merupakan Ibu dari anak yang mendapatkan santunan di Yayasan Bina Yatama.

a. Profil Keluarga Ibu Wati

Tabel 3. Profil Keluarga Ibu Wati

No. Nama Umur

Hubungan dalam keluarga

Status

Pekerjaan/Pendidikan

Utama Sampingan

1 Wati 50 tahun Ibu Janda Serabutan

2

Luqman 24 tahun Anak

Karyawan

swasta

3 Siti 18 tahun Anak SMK kelas 3

4 Septi 11 tahun Anak MI kelas 6

Ibu Wati merupakan seorang Ibu yang berusia 50 tahun. Di kontrakannya yang sederhana ada tiga orang anak yang tinggal bersamanya1. Ketiga anak itu bernama Luqman yang berusia 24 tahun, Siti yang berusia 18

1


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)