Peran Pembimbing Agama Dalam Pembinaan Aklaq Anak Yatim Piatu di Yayasan Perguruan ISlam Miftahul Jannah Pondok Gede

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.

Definisi peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh seseorang yang mempunyai sebuah kedudukan di masyarakat dan harus dilaksanakan“. Oleh sebab itu manusia mempunyai perannya masing–masing serta mempunyai hak dan kewajiban yang sama.1

Zaman era globalisasi ini tentunya mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim di Indonesia terutama pondok pesantren khususnya. Masyarakat muslim tidak bisa menghindarkan diri dari proses globalisasi, apalagi jika ingin bangkit dan berjaya di tengah perkembangan dunia yang kian kompetitif di masa kini dan masa depan.

Dilihat dari tuntutan internal dan tantangan ekternal global, maka keunggulan yang mutlak dimiliki bangsa dan negara Indonesia adalah penguasaan atas sains dan teknologi serta keunggulan kualitas sumber daya manusia (SDM). Oleh sebab itu, dengan mengamati keadaan pada negara-negara maju, baik itu kemajuan dalam bidang sains-teknologi mapun kemajuan di bidang lain yang berjalan tanpa dibarengi dengan adanya perspektif religi dan prinsip ketuhanan,

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Kencana, 1998), h. 667


(13)

2

tentunya hanya dapat menghasilkan sosok manusia yang cerdas dalam hal intelektual, namun timpang dalam kecerdasan emosional dan spiritual.

Dengan bercermin dari keadaan tersebut, maka Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah merupakan sebuah yayasan yang di dalamnya bukan hanya terdapat TK, SD, SMP tetapi juga terdapat pondok pesantren yang telah berdiri sejak 21 Juli 1989 dan berkedudukan di daerah Jatiwaringin, Pondok Gede. Dari gambaran tersebut, Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah adalah lembaga pendidikan agama bagi generasi penerus bangsa di masa depan. Sebagaimana yang diketahui oleh masyarakat luas bahwasanya pondok pesantren dikenal sebagai lembaga pendidikan tradisional Islam yang turut membina dan mengembangkan sumber daya manusia untuk mencapai keunggulan dalam hal imtaq dan iptek, walaupun selama ini dapat dikatakan relatif terbatas pada bidang sosial keagamaan dan kemasyarakatan.

Sebagai lembaga pendidikan Islam yang telah berpengalaman di Indonesia, dapat dikatakan bahwa pondok pesantren telah berperan besar dalam upaya meningkatkan kecerdasan dan martabat manusia. Hal ini dikarenakan program atau pola pendidikan yang diterapkan oleh pondok pesantren itu tidak hanya mencakup pada kecerdasan secara spiritual, tetapi juga meliputi kecerdasan emosional.

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang ditengah masyarakat, karena keberadaannya telah mendapat pengakuan dari masyarakat luas. Keberadaan pesantren dalam lingkungan


(14)

masyarakat telah memberikan bukti dalam mencerdaskan kehidupan bangsa yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga cerdas secara emosional dan spiritual. Pondok pesantren telah memiliki andil dalam mencetak kader, tokoh masyarakat, muballigh, dan guru agama yang sangat dibutuhkan masyarakat. Hingga kini, keberadaan pondok pesantren tetap solid dan semakin berdiversifikasi dalam beragam aspek dan tiada henti dalam melaksanakan fungsinya dengan baik, sehingga menjadi pusat bagi pengembangan masyarakat secara imtaq serta iptek.

Dalam menghadapi era globalisasi dan informasi yang kian hari kian menggurita, pondok pesantren perlu meningkatkan peranannya karena Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW sebagai agama yang berlaku bagi dunia sepanjang masa. Di sinilah peran pondok pesantren perlu ditingkatkan demi mempersiapkan insan-insan cendekia dalam menghadapi pengaruh era globalisasi yang di salah satu sisinya dapat menggerus nilai-nilai keagamaan secara terus-menerus. Demikian daripada itu, salah satu upaya yang ditempuh dalam persaingan adalah mempersiapkan pondok pesantren agar dapat berkembang dalam sudut pandang modern namun tidak menghilangkan identitas religi dalam penyampaian ilmunya. Dengan demikian, harapan dari pondok pesantren dapat terwujud, yakni terciptanya insan muda penerus masa depan yang berkualitas pada aspek kognitif, aspek afektif, dan psikomotorik.

Berlandaskan pada penjelasan yang telah penulis sampaikan, maka penulis memutuskan untuk mengambil sebuah judul penelitian, yaitu : Peran Pembimbing Agama Dalam Pembinaan Akhlak Anak Yatim Piatu di Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah.


(15)

4

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Untuk membatasi pembahasan dalam skripsi ini, maka penulis perlu memberikan batasan–batasan, yaitu pada peran pembimbing agama dalam pembinaan akhlak anak yatim piatu yang dilakukan Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah Pondok Gede.

2. Perumusan Masalah.

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah yang akan menjadi acuan dalam penelitian ini, yaitu:

a. Bagaimana peran pembimbing agama dalam pembinaan akhlak anak yatim piatu di Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah Pondok Gede ?

b. Cara apa yang digunakan oleh pembimbing agama dalam pembinaan akhlak anak yatim piatu di Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah?

c. Faktor apa yang menjadi penghambat dan pendukung bagi pembimbing Agama dalam pembinaan akhlak di Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah Pondok Gede

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian


(16)

a. Untuk mengetahui dan menganalisis peran pembimbing agama dalam pembinaan akhlak di Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah Pondok Gede

b. Untuk mengetahui cara atau aturan yang digunakan di Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah

c. Untuk menganalisis faktor penghambat dan faktor pendukung bagi pembimbing agama dalam pembinaan akhlak di Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah Pondok Gede

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat akademis, yakni hasil dari penelitian ini dapat menjadi penambah wawasan, inspirasi, serta pengetahuan bagi para mahasiswa dan mahasiswi dalam dimensi pemberdayaan masyarakat.

b. Manfaat praktis, yakni hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah bahan masukan dan evaluasi sehingga dapat meningkatkan kualitas dalam pembinaan agama bagi lembaga yang bersangkutan D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Di mana yang dimaksud dengan metode penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasikan data deskriptif berupa kata–kata tertulis atau lisan dari orang–orang serta perilaku yang dapat diambil (didokumentasikan). Penelitian ini diarahkan pada latar dari individu tersebut


(17)

6

secara seutuhnya.2

Sedangkan penelitian kualitatif menurut bogdan dan taylor seperti dikutip lexy j moleong yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang–orang dan perilaku yang diamati.3

Dalam hal ini, penelitian yang penulis lakukan pada metodologi penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penetapan Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Peneliti melakukan penelitian di Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah Pondok Gede dengan judul : Peran Pembimbing Agama Dalam Pembinaan Akhlak Anak Yatim Piatu dan Waktu penelitian dimulai dari tanggal 16 juni s/d 23 Agustus 2014.

Adapun alasan pemilihan tempat penelitian ini didasarkan pada alasan:

1) Lokasi penelitian ini cukup strategis karena terletrak di wilayah bekasi yang mudah dijangkau.

2) Ketertarikan peneliti untuk mengetahui bagaimana peran pembimbing agama dalam pembinaan akhlak anak yatim piatu.

2

Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Bina Aksara, 1989), Cet Ke 6 h 195

3

Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, ( Bandung: PT Remaja Rosda Karya , 2002), Cet Ke 1, hal 3


(18)

2. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah narasumber yang dapat memberikan informasi yaitu satu orang pimpinan Ponpes yayasan perguruan islam Miftahul jannah dan satu orang para pengasuh yayasan perguruan islam miftahul jannah. Penelitian ini melihat bagaimana peran pembimbing agama dalam pembinaan akhlak anak yatim di yayasan perguruan islam miftahul jannah.

b. Objek Penelitian

Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah dua orang anak yatim yang berada di ponpes Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah.

3. Sumber Data

Sumber data ialah unsur utama yang dijadikan sasaran dalam penelitian untuk memperoleh data-data kongkret dan yang dapat memberikan informasi untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian.

Adapun sumber data terdiri dari dua jenis, yaitu :

a. Data primer, yakni data yang diperoleh secara langsung dari objek peneliti perorangan, kelompok dan organisasi.4

b. Data sekunder, yakni data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah

4

Rosadi Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 29


(19)

8

jadi (tersedia) melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkan di berbagai organisasi atau perusahaan, termasuk majalah, jurnal, yang membahas mengenai pasar modal, perbankan, dan keuangan.

4. Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran yang dipandang secara ilmiah dalam suatu penelitian terhadap hal yang diperoleh keseluruhan, teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai pendukung penelitian adalah beberapa instrumen penelitian. Untuk memperoleh data yang dibutuhkan maka peneliti menggunakan teknik dan alat pengumpul data sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang diarahkan pada kegiatan serta memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam hubungan tersebut.5 Selain itu, observasi merupakan teknik pengumpulan data tentang diri klien atau objek penelitian yang dilakukan secara sistematis melalui pengamatan langsung menggunakan pencatatan terhadap gejala-gejala yang ingin diselidiki dan digunakan dalam rangka melengkapi informasi klien untuk keperluan pelayanan bimbingan dan konseling.6

5

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES,1983), h 122

6


(20)

Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan.7 Suatu kegiatan pengamatan baru dikategorikan sebagai kegiatan pengumpulan data penelitian, apabila memiliki kriteria sebagai berikut :

a. Pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan secara serius.

b. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.

c. Pengamatan dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proporsi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu yang hanya menarik perhatian.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengamatan, yaitu:

a. Hal – hal apa yang hendak diamati. b. Bagaimana mencatat pengamatan. c. Alat bantu pengamatan.

d. Bagaimana mengatur jarak antara pengamat dengan objek yang diamati.

Hal tersebut hendaknya dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum melakukan observasi. Karena hal tersebut amat menentukan berhasil tidaknya pengamat melakukan tugasnya.

7

H.M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi,Kebijakan Publik, dan ilmu Sosial Lainnya Edisi Kedua, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 118


(21)

10

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (Interviewer) dan responden (interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang artinya adalah orang yang diwawancarai mengemukakan isinya, pandangan serta pendapatnya sehingga pewawancara lebih dapat mengenalnya.8

Wawancara mendalam (in-depth interview) tidaklah berbeda dengan metode wawancara lainnya. Yang berbeda dari wawancara mendalam hanyalah peran pewawancara, tujuan wawancara, peran informan, dan cara melakukan wawancara dan catatan harian.

Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Sebelum melakukan wawancara, penulis terlebih dahulu menyusun serta mempersiapkan alat perekam agar segala sumber dari obyek yang diwawancara tidak terlewatkan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal – hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, dan arsip-arsip. Untuk melengkapi data yang diperoleh melalui pengamatan dan wawancara dalam penelitian, peneliti mengumpulkan dokumentasi berupa catatan lapangan, biografi atau dokumen yang ada pada Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah.

8

Fred N Kerlinger, Asas – Asas Penelitian Behavioral, (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press, 2000), h 770.


(22)

7. Analisa Data

Analisa data adalah suatu proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang di dapat dari hasil wawancara, catatan lapangan dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori dan menjabarkan, melakukan sintesa serta memilah mana yang penting dan yang akan dipelajari dan juga membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami baik oleh diri sendiri maupun orang lain.9

8. Teknik Penulisan

Dalam teknik penulisan skripsi ini penulis menggunakan Buku Pedoman “Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang

disusun oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” yang diterbitkan oleh CEQDA

(Center For Quality Development and Assurance), 2007. A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan suatu bagian dari penelitian yang memuat tinjauan atas kepustakaan (literature) yang berkaitan dengan topik pembahasan, atau bahkan yang memberikan inspirasi dan mendasari dilakukannya penelitian.10

Dalam melakukan penelitian ini, penulis mengadakan tinjauan pustaka terhadap beberapa skripsi yang memiliki kemiripan judul untuk menghindari bentuk plagiat.

9

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Jakarta: Alfabeta,2006), h. 275

10

Hamid Nasuhi, et.al Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah, (Jakarta: CEQDA, 2007), Cet. Ke-2, h. 20.


(23)

12

1. Nama Penulis : Sofhal Jamil (2009)

Judul penelitian : “ Peranan Pembimbing Agama Dalam Mewujudkan Kemandirian Bagi Anak Anak Yatim di Pondok Pesantren Yatim Al Akhyar Kelurahan Beji–Kota Depok”, Hasil penelitiannya adalah Peranan Pembimbing Agama Dalam Mewujudkan Kemandirian Bagi Anak Anak Yatim di Pondok Pesantren Yatim Al Akhyar Kelurahan Beji – Kota Depok ialah sebagai pengganti orangtua asuh, sebagai pendidik dan sebagai motivator dan juga peranan pembimbing tersebut sesuai dengan keinginan masyarakat yakni sebagai pengganti orangtua dalam sisi kehidupannya dan sebagai pendidik formal ataupun non formal.

2. Nama Penulis : Rachmawati (2008)

Judul Penelitian : “Pembinaan Akhlak Remaja Melalui Dzikir di Majelis Taklim Mahabbatur Rasul Menteng Atas Jakarta Selatan”. Hasil Penelitiannya adalah Dzikir yang digunakan berupa tahlil, pembacaan ratib, surat yasin serta shalawat yang mana dengan dzikir tersebut remaja akan merasakan ketenangan dalam jiwa mereka sehingga mereka mampu berfikir dengan jernih dan melakukan hal yang baik. Dzikir yang dilakukan berpengaruh terhadap akhlak dan kehidupan remaja yang aktif dalam mengikuti majelis.


(24)

3. Nama Penulis : Rike Aryana (2010)

Judul penelitian : “Peran Penyuluh Agama dalam pembinaan Akhlak Bagi anak pemulung di yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan”. Hasil penelitiannya adalah : Peran Penyuluh agama dalam pembinaan akhlak bagi anak pemulung di yayasan media amal islami sebagai proses perubahan perilaku, sebagai inisiator, sebagai fasilitator, sebagai motivator, sebagai teladan dan sebagai pemimpin. Metode yang digunakan penyuluh agama adalah dengan dakwah bil lisan, dakwah bil haal, dakwah bil hikmah, dan pendekatan persuasive. Faktor pendukung dalam pembinaan akhlak bagi anak pemulung adalah para penyuluh agama yang tidak pernah menyerah dalam melakukan dakwahnya, sarana dan prasarana yang menunjang untuk kelancaran proses kegiatan tersebut. Sedangkan faktor penghambatnya adalah faktor internal yaitu dimulai dari anak pemulung yang malas dan tidak adanya standarisasi untuk tenaga penyuluh agama. Dan untuk faktor ekternal yatiu adanya pihak non muslim yang punya kepentingan untuk memanfaatkan situasi dan kondisi dari anak pemulung, faktor cuaca, dan kurangnya peran aktif dari pemerintah dan financial yang tersendat.

B. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan dalam skripsi ini penulis menguraikan dalam beberapa bab, yaitu :


(25)

14

BAB 1 : PENDAHULUAN

Yang membahas Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika penulisan.

BAB 2 : LANDASAN TEORI

Yang tercakup didalamnya pengertian peran, unsur peran, manfaat peran, tinjauan sosiologis tentang peran, Pengertian pembimbing, Pengertian agama, Pengertian pembimbing agama, Syarat pembimbing agama, tugas pembimbing agama, Pengertian akhlak, ciri akhlak, Jenis/macam akhlak Pengertian pembinaan akhlak, Tujuan pembinaan akhlak, Metode Pembinaan akhlak, Tahapan/Langkah Pembinaan akhlak, Pengertian anak yatim, kecenderungan akhlak anak yatim, Pandangan Islam terhadap anak yatim

BAB 3 : GAMBARAN UMUM YAYASAN PERGURUAN ISLAM MIFTAHUL JANNAH

Yang Mencakup Sejarah berdirinya, Visi, Misi, dan tujuan, profil yayasan, Struktur Organisasi, Program Kegiatan, Sarana dan prasarana

BAB 4 : TEMUAN DAN ANALISA DATA

Yang Mencakup Identitas Informan, Pembimbing Agama, Terbimbing, Upaya Peran Pembimbing Agama dalam Pembinaan Akhlak Anak Yatim Piatu di Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah, Penerapan Peran


(26)

Pembimbing Agama Dalam Pembinaan Akhlak Anak Yatim Piatu di Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah, Faktor Pendukung dan Penghambat Terhadap Pembinaan Akhlak Anak Yatim Piatu Di Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah : Metode, Materi Serta Aspek,

BAB 5 : PENUTUP


(27)

16 BAB II

LANDASAN TEORI A. Peran

1. Pengertian Peran

Pada dasarnya, setiap manusia yang hidup di dunia ini memiliki perannya masing-masing. Membahas mengenai peran, tentu tidak terlepas dari pembahasan mengenai kedudukan (status). Walaupun keduanya berbeda, tetapi masih saling berhubungan. Seperti dua sisi mata uang yang berbeda tetapi akan menentukan nilai ibarat mata uang, itu semua karena peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status) manusia.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran adalah “beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh seseorang yang berkedudukan di masyarakat”.1 Sedangkan dalam Kamus Ilmiah Popular, peran mempunyai arti “orang yang dianggap sangat berpengaruh dalam kelompok masyarakat dan menyumbangkan pemikiran maupun tenaga demi suatu tujuan”.2

Sedangkan pengertian peran menurut Soerjono Soekanto adalah peran dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.3

Teori peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan perpaduan

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1998), h. 854.

2

Media Center, Kamus Ilmiah Populer, (Jakarta: Mitra Press, 2002), Cet Ke 1 h. 251. 3

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet Ke 1 h. 67.


(28)

berbagai teori, orientasi. Dalam teorinya Biddle dan Thomas, teori mengenai peran dibagi menjadi empat tipe, yakni :

a. Orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial. b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut. c. Kedudukan orang dalam perilaku.

d. Kaitan antara orang dan perilaku.4

Menurut George Herbert Mead melihat bahwa peran sebagai strategi penanganan yang berkembang, bahwa individu saat mereka berinteraksi dengan orang lain maupun berbicara tentang bagaimana perlunya pemahaman orang lain sebagai syarat paling efektif untuk interaksi sosial. Ditambah lagi dalam interaksi sosial, memfokuskan pada tiga tema konsep dan asumsi yang dibutuhkan untuk menyusun diskusi mengenai teori interaksi simbolik. Tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang mendasari interaksi simbolik antara lain :

a. Pentingnya makna bagi perilaku manusia b. Pentingnya konsep mengenai diri

c. Hubungan antara individu dengan masyarakat

Peran (role) merupakan aspek dinamis dari status yang artinya seseorang telah menjalankan hak dan kewajiban sesuai kedudukan, maka orang tersebut telah melaksanakan suatu peran. Oleh sebab itu, keduanya tidak dapat dipisahkan karena satu dengan yang lainnya saling tergantung artinya jika tidak ada peran tanpa status dan tidak ada status tanpa peran.

Sedangkan menurut Soerjono Soekanto mengutip pendapat

4

Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), Cet Ke 7 h. 215.


(29)

18

levinson bahwa suatu peran paling sedikit mencakup minimal tiga hal, yaitu:

a. Peran meliputi norma yang dihubungkan dengan posisi seseorang dalam masyarakat.

b. Peran adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat.

c. Peran dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi stuktur sosial masyarakat.5

Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa peran adalah sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan seseorang dalam masyarakat. Peran seseorang merupakan proses dari interaksi dan dalam interaksi tersebut dapat memunculkan perilaku. Perilaku tersebut dapat diharapkan bertanggung jawab terhadap masyarakat sekitar dan berperilaku jujur serta adil terhadap diri sendiri dan orang lain.

2. Unsur peran

Unsur peran dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Role position adalah kedudukan sosial yang sekaligus menjadi status atau kedudukan yang berhubungan dengan tinggi rendahnya posisi orang tersebut dalam struktur posisi tertentu.

b. Role Behavior adalah cara seseorang dalam memainkan peran dalam kehidupan.

c. Role Perception adalah cara seseorang memandang peran sosialnya serta bagaimana seseorang harus bertindak dan berbuat atas

5


(30)

pandangannya sendiri. 3. Manfaat Peran

Peran dapat membimbing seseorang dalam berperilaku karena manfaat peran itu sendiri yang diantaranya memberi arah pada proses sosialisasi, dapat menyatukan kelompok, pewarisan nilai, tradisi, norma serta kepercayaan, membangun kepercayaan diri, membuka kesempatan dalam memecahkan masalah. Setiap peran tentunya pasti memiliki tujuan supaya tiap individu yang melaksanakan peran dengan orang sekitarnya yang berhubungan atau berinteraksi dengan peran.6

4. Tinjauan Sosiologi Tentang Peran

Manusia adalah makhluk sosial yang kehidupannya bergantung dengan manusia lainnya. Pada keadaan seperti inilah manusia sangat berperan dalam menentukan kelompok sosial dalam suatu lingkungan. Dengan demikian, dapat diharapkan bahwa dari sosial masyarakat yang berkaitan agar menjalankan peran dengan mengimbangi antara hak dan kewajibannya di dalam lingkungan masyarakat.

Salah satu prestasi yang paling menonjol dari sosiologi modern adalah perkembangan dari teori peran (Role Theory) ialah setiap anggota suatu masyarakat menempati status dengan posisi tertentu. Sama halnya dengan lembaga dan organisasi yang diharapkan memainkan peran tertentu.7

6

Basrowi, Pengantar Sosiologi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), Cet. Ke-1, h. 64. 7

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000) Cet Ke 30 h. 283


(31)

20

B. Pembimbing

1. Pengertian pembimbing

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, “pembimbing adalah orang yang membimbing, pemimpin dan penuntun”.8 Pengertian secara harfiyah “Bimbingan menurut Djumhur dan Moh Surya mengatakan bimbingan yaitu “suatu pemberian bantuan yang terus menerus, sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya sendiri (self understanding), kemampuan untuk menerima sendiri (self accaptance), kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri (self direction) dan kemampuan untuk merealisir diri sendiri (self realization) sesuai dengan potensi atau kemampuan dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungannya, baik lingkungan keluarga maupun masyarakat”.9

Sedangkan pendapat menurut Dewa Ketut Sukardi menjelaskan bimbingan ialah “proses bantuan yang diberikan seseorang agar mampu mengembangkan potensi yang dimiliki sendiri, dengan mengatasi persoalan sehingga mereka menentukan sendiri jalan hidupnya serta bertanggungjawab tanpa tergantung kepada oranglain”.10

Dapat ditarik kesimpulan bahwa pembimbing adalah suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus yang melalui seseorang kepada individu baik pria maupun wanita yang memiliki kepribadian dalam

8

Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005) Cet Ke 3 h 152

9

M Lutfi, Dasar Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (konseling) Islam, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h 7

10. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling (Suatu Uraian Ringkasan) (Denpasar: Ghalia Indo,1984) , h. 17


(32)

menyelesaikan masalah serta dapat memikul bebannya sebagai tanggungjawabnya.

2. Pengertian Agama

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta, āgama yang berarti “tradisi”. Sedangkan Kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti mengikat kembali. Maksudnya dengan bereligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.

Menurut Dr. H. Dadang Kahmadi M,Si, menyatakan bahwa agama adalah keyakinan akan adanya tuhan yang maha pencipta, maha mengadakan, pemberi bentuk dan pemelihara segala sesuatu serta hanya kepadanya dikembalikan semua urusannya. 11

3. Pengertian Pembimbing Agama

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, pembimbing adalah orang yang membimbing atau menuntun.12 Dalam definisi yang lain, dinyatakan bahwa pembimbing adalah orang yang paling kompeten dalam meyakini akan kebenaran agama yang dianutnya, mengamalkan dan menghayati ajaran agama. Karena seorang pembimbing agama mampu menjadi

11

Dadang Kahmadi, Sosiologi Agama, (Jakarta : Remaja Rosdakarya, 2000) , h. 13 12

Departemen Pendidikan dan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), Cet Ke 2 h. 1521


(33)

22

pembawa norma agama yang konsekuen baik lahir maupun bathin bagi masyarakat.13

Menurut Ahmad Mubarok, peran seorang pembimbing agama terhadap yang dibimbingnya pasti harus lebih besar, karena pembimbing agama sendiri sebagai orang pemimpin yang harus memiliki kelebihan dibanding orang lain. Adapun ciri pemimpin yang dapat dikatakan pemimpin, yaitu :

a. Memiliki kecakapan secara umum dalam masyarakat sebagai juru penolong agama yang memiliki ciri kharismatik.

b. Memliki kecakapan minimal dalam teknis kepemimpinan agama.14 Dari penjelasan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa pembimbing agama adalah orang yang paling mengerti tentang ajaran agama, baik dalam meyakini, menghayati dan mengamalkan kebenaran serta mempunyai sifat bijaksana, kharismatik, dan mau membantu orang lain yang berada dalam kesulitan.

4. Syarat Pembimbing Agama

Menurut prof H.M. Arifin M.Ed, menjelaskan beberapa persyaratan mental personality yang harus dimiliki oleh seorang pembimbing agama :

a. Meyakini akan kebenaran agama yang dianutnya, mengamalkan dan menghayati karena ia sebagai pembawa

13

Aida Vitayala S Hubies, Penyuluhan Pembangunan Indonesia, (Jakarta: PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara, 1992), h. 19

14


(34)

norma.

b. Memiliki pengetahuan secara teknis termasuk metode tentang bimbingan dan penyuluh serta menrapkan dalam tiap tugasnya. c. Memiliki rasa cinta yang mendalam dan meluas terhadap anak

bimbingnya.

d. Memiliki sikap dan kepribadian yang menarik.15 5. Tugas Pembimbing Agama

Sesungguhnya dalam islam setiap pembimbing berperan atau berfungsi sebagai “Juru dakwah” atau “Mubaligh” yang mengemban tugas dalam menyampaikan pesan ajaran islam ke tengah kehidupan umat manusia, baik dalam bentuk individu maupun kelompok agar diyakini dan diamalkan dalam kehidupan sehari–hari. Dengan islam pembimbing bertugas mengarahkan klien agar masuk ke dalam ajaran islam secara utuh, menyeluruh dan universal.16

Dalam psikoterapi berwawasan islam bahwa pembimbing mempunyai tugas terhadap kesembuhan, keselamatan, kebersihan rohani klien dunia akhirat. Karena aktifitas bimbingan adalah berdimensi ibadah, berefek social dan bermuatan teologis tidak semata mata bersifat kemanusiaan.

15

M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan dan Penyuluh Agama, (Jakarta: Golden Terayon Press, 1992), Cet Ke 3 h. 29 – 30.

16

M. Lutfi, Dasar Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (konseling) Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h 158


(35)

24

C. Akhlak

1. Pengertian akhlak.

Akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu alkhulqu, al-khuluq yang mempunyai arti watak, tabiat, keberanian, atau agama.17 Dilihat dari segi bahasa (etimologi), perkataan akhlak (bahasa arab) adalah bentuk jamak dari kata khulk. Khulk dalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, tingkah laku, atau tabi’at.18

Sedangkan istilah akhlak dalam Ensiklopedi Islam dimaksudkan sebagai suatu hal yang berkaitan dengan sikap, perilaku, dan sifat-sifat manusia dalam berinteraksi dengan dirinya dan sasarannya dan makhluk-makhluk lain dan dengan Tuhannya.

Sedangkan definisinya dapat dilihat dari pakar ilmu akhlaq, yaitu : a. Al-Qurtubi, akhlak adalah perbuatan yang bersumber dari diri manusia

yang selalu dilakukan, maka itulah yang disebut akhlak karena perbuatan tersebut bersumber dari kejadiannya.

b. Ibnu Maskawih, akhlak adalah suatu sikap mental atau kedaaan jiwa yang mendorongnya untuk berbuat tanpa fikir dan pertimbangan. Sementara itu tingkah laku manusia terbagi menjadi dua unsur yakni unsur watak naluriah dan unsur lewat kebiasaan dan latihan.19

c. Abu Bakar Jabir Al Jaziri, akhlak adalah bentuk kejiwaan yang tertanam dalam diri manusia yang dapat menimbulkan perbuatan baik dan buruk, terpuji maupun tercela.

17

Muhammad Rabbi dan Muhammad Jauhari, Akhlaquna, Terjemahan. Dadang Sobar Ali, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), h. 88

18Lu’is Ma’luf,

Kamus Al-Munjid, (Beirut: Al-Maktabah al- Katulikiyah), h. 194 19

Zar Sirajuddin, Filsafat Islam: Filosof dan Filsafatnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h 135


(36)

d. Imam Al-Ghazali, akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dahulu).

Di dalam Ensiklopedi Pendidikan dikatakan bahwa akhlak adalah budi pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran baik dan moral), yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia

.

20

Maka penulis menyimpulkan bahwa akhlak adalah suatu bentuk kejiwaan yang mendorong manusia untuk melakukan perbuatan baik dan buruk, yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap sang pencipta dan terhadap sesama umat muslim.

2. Ciri Akhlak

Ciri Akhlak terbagi menjadi tiga, yaitu:

a. Akhlak Rabbani adalah akhlak yang bersumber kepada wahyu Ilahi yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul SAW. Akhlak rabbani menekankan pada tujuan untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.

b. Akhlak Keseimbangan adalah manusia mempunyai akhlak yang bersumber pada hati nurani, akal dan kekuatan buruk yang didorong hawa nafsu. Setiap orang mempunyai naluriah hewani dan naluriah malaikat. Juga mempunyai unsur rohani dan jasmani. Masing-masing

20

Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1976) , h. 9


(37)

26

membutuhkan pelayanan yang seimbang.. Adapun ciri penting akhlak sebagai berikut :

a. Akhlak adalah perbuatan yang mudah dilakukan tanpa pemikiran (bersifat spontanitas)

b. Akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwanya sehingga menjadi kuat karakter kepribadiannya.

c. Perbuatan itu dilakukan dengan ikhlas. d. Perbuatan itu timbul dari dorongan hati.

Kesimpulan yang penulis ambil mengenai ciri akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dorongan hati, dilakukan tanpa melalui pertimbangan atau pemikiran, serta mempunyai keseimbangan di dalam kehidupan. 3. Macam Akhlak

a. Akhlak Al Mahmudah adalah akhlak terpuji. Dalam istilah, Akhlak Al Mahmudah adalah perbuatan akhlak yang lulus dalam pertimbangan akal sehat dan hati nurani yang jernih hingga diterima dan dibenarkan oleh keduanya dan dinyatakan baik serta mulia.

b. Akhlak Al Mazdmumah adalah akhlak yang tercela. Dalam istilah ilmu, Akhlak Al Mazdmumah adalah perbuatan akhlak yang ditolak dan dinilai cacat oleh akal budi, hati nurani, dan kesadaran masyarakat. Macam–macam akhlak mahmudah yaitu :

a. Bersifat baik

b. Bersifat benar yaitu memberitahukan sesuatu yang sesuai dengan apa yang terjadi


(38)

kejujura.

d. Bersifat hormat, yaitu menggunakan segala sesuatu yang tersedia berupa harta benda, waktu, tenaga menurut ukuran keperluan serta mengambil jalan tengah, tidak kurang dan tidak berlebihan.

Macam – macam akhlak mazmumah yaitu :

a. Sifat dengki, yaitu menaruh perasaan marah karena sesuatu yang amat sangat kepada kekurangan orang lain.

b. Sifat angkuh yaitu menganggap dirinya lebih dari orang lain sehingga ia berusaha menutupi dan tidak mau mengakui kekurangan dirinya, selalu merasa lebih besar, lebih kaya, lebih pintar, lebih dihormati, dan lebih beruntung dari yang lainnya.

D. Pembinaan Akhlak

1. Pengertian Pembinaan Akhlak

Pembinaan Akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam islam, hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW yang utamanya adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Dalam salah satu hadist beliau yang berbunyi “ innama buitsu li utammima makarinal akhlak.( HR. Ahmad) yang artinya “hanya saja aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.

Dalam pembinaan akhlak dapat pula di lihat dari perhatian islam yang harus didahulukan daripada pembinaan fisik, karena dari jiwa yang baik akan menghasilkan perbuatan yang baik manusia sehingga menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh kehidupan manusia, lahir dan batin. Perhatian islam dalam pembinaan akhlak selanjutnya dapat


(39)

28

dianalisis pada muatan akhlak yang terdapat seluruh aspek ajaran islam. Kata pembinaan berasal dari kata “bina” yang mempunyai awalan “pem” dan akhiran “an”. kata pembinaan mempunyai arti membangun, mendirikan, mengusahakan supaya lebih baik. Setelah ditambah awalan “pem” dan akhiran “an”, kata pembinaan mempunyai arti proses dan cara, penyempurnaan, pembaharuan, usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya.21 Adapun arti pembinaan menurut terminologis yaitu:

a. Pembinaan adalah upaya pengelolaan berupa merintis, melatih, membiasakan, memelihara, mencegah, mengawasi, menyantuni, mengarahkan serta mengembangkan kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan, mewujudkan manusia sejahtera dengan mengadakan dan menggunakan segala dana dan daya upaya yang dimiliki.22

b. Pembinaan adalah membangun dan mengisi akal dengan ilmu yang berguna, mengarahkan akal lewat berbagai zikir serta menenangkan juga menguatkan lewat melalui introspeksi diri.23

Maka kesimpulan yang dapat penulis ambil mengenai definisi pembinaan akhlak adalah suatu upaya yang dilakukan terus-menerus untuk memperbaiki, meningkatkan, menyempurnakan, dan mempengaruhi seseorang atau kelompok masytaarakat untuk merubah kehidupan pribadinya atau kehidupan sosial.

21

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Edisi Ke-3, h. 152.

22

BP4, Pembinaan Keluarga Bahagia Sejahtera, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 1994), h. 3 23

Majdi Al - Hilali, 38 Sifat Generasi Unggulan, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), h. 138.


(40)

2. Tujuan pembinaan akhlak

Akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika, jika etika diatasi pada sopan santun antar sesama manusia, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah. Akhlak lebih luas maknanya daripada yang telah dikemukakan serta mencakup pula beberapa hal yang tidak merupakan sifat lahiriah, Misalnya yang berkaitan dengan sikap batin maupun pikiran.

Akhlak diniah mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa).

a. Akhlak terhadap Allah

b. Akhlak terhadap sesama manusia 3. Metode pembinaan akhlak

Metode pembinaan akhlak, yaitu dengan memberi nasehat, memberi contoh yang baik. Kemudian banyak metode pembinaan akhlak yang bisa dilakukan, yakni :

a. Metode Ta’widiyah (pembiasaan)

Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah biasa. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, biasa artinya lazim atau umum, seperti sedia kala.

Muhammad Mursyi dalam bukunya “Seni Mendidik Anak,

menyampaikan nasehat Imam al-Ghazali :

“Seorang anak adalah amanah (titipan) bagi orang tuanya, hatinya sangat bersih bagaikan mutiara, jika dibiasakan dan diajarkan sesuatu kebaikan, maka ia akan tumbuh dewasa dengan tetap melakukan kebaikan tersebut, sehingga ia mendapatkan kebahagiaan di


(41)

30

b. Metode Amtsal (perumpamaan)

Metode perumpamaan adalah metode yang banyak dipergunakan dalam al-Qur’an dan Hadis untuk mewujudkan akhlak mulia. Allah SWT berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 17 :

“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan

api”… Dalam beberapa literatur Islam, ditemukan banyak sekali perumpamaan, seperti mengumpamakan orang yang lemah laksana kupu-kupu, orang yang tinggi seperti jerapah, orang yang berani seperti singa, orang gemuk seperti gajah, orang kurus seperti tongkat, orang ikut-ikutan seperti beo dan lain-lain

c. Metode Tsawab (ganjaran)

Pengertian tsawab adalah sebagai hadiah atau hukuman. Metode ini juga penting dalam pembinaan akhlak, karena hadiah dan hukuman sama artinya dengan reward and punisment. Hadiah bisa menjadi dorongan spiritual dalam bersikap baik, sedangkan hukuman dapat menjadi remote control, dari perbuatan tidak terpuji.

Aplikasi metode ganjaran yang berbentuk hadiah, diantaranya adalah, memanggil dengan panggilan kesayangan, memberikan pujian, memberikan maaf atas kesalahan mereka, mengeluarkan perkataan yang baik, bermain atau bercanda, menyambutnya dengan ramah, meneleponnya kalau perlu, dan lain-lain.


(42)

Selanjutnya Asep Umar Ismail dalam bukunya Tasawuf menjelaskan metode dengan mengembangkan potensi kebaikan, yaitu:24

d. Metode Al sima’

Metode ini mengembangkan potensi kebaikan pada diri anak dengan mengkondisikan anak sedemikian rupa agar senantiasa mendengar aktif dan menyimak kalimat tayyibat, ungkapan yang santun tutur kata yang lembut, serta bahasa yang indah. Ketika anak baru dilahirkan, Rasulullah SAW pun menganjurkan agar dibacakan adzan di telinga kanan dan iqamat di telinga kiri. Anjuran Rasulullah SAW tersebut mengisyaratkan dua prinsip yang paling penting. Pertama bahwa al sima’ yakni menyimak atau mendengar aktif merupakan prinsip dalam pengembangan potensi anak. Kedua bahwa yang didengar dikondisikan sedemikian rupa agar tayyibat, yaitu yang bernilai tinggi dan bermutu tinggi.

e. Metode al Fu’adah

Metode ini mengembangkan potensi kebaikan pada diri anak dengan mengkondisikan anak sedemikian rupa agar : (1). Mendapat pengertian dan pemahaman yang benar tentang kebiasaan positif yang di dengar dan disaksikannya dalam pengalaman hidup sehingga pemikiran anak terbimbing dengan baik. (2). Mendapatkan pengalaman berharga dari apa yang didengar dan disaksikannya dalam pengalaman hidup

24

Asep Umar Ismail,Dkk, Tasawuf, (Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Syarif Hidayatullah, 2005), h. 18


(43)

32

sehingga perasaan anak memiliki kepekaan dalam menyikapai dan merespon keadaan disekitarnya dengan tindakan yang cepat dan tepat. f. Metode Amaliah

Metode ini mengembangkan potensi kebaikan pada diri anak dengan mengkondisikan anak sedemikian rupa agar melakukan kebaikan-kebaikan yang diharapkan menjadi akhlak anak. Tugas orang dewasa mengajak dan melibatkan anak sedini mungkin dalam berbagai aktifitas ibadah, kegiatan social dan keseharian yang positif yang dipadukan secara sinergi dengan mengembangkan potensi kebaikan pada diri anak melalui metode al sima’, al abhsar, al fu’adah.

4. Langkah Pembinaan Akhlak a. Musyarathah (Penetapan Syarat)

Penetapan syarat adalah awal permulaan seseorang melakukan suatu kegiatan. Sebagaimana pedagang meminta bantuan kepada sekutu dagangnya, lalu menyerahkan harta kepadanya agar memperdagangkan kemudian memperhitungkannya. Demikian pula akal, akal merupakan pedagang di jalan akhirat. Apa yang menjadi tuntutan dan keuntungan tidak lain adalah tazkiyatun nafs karena dengan hal itulah sebagai keberuntungannya. Sebagaimana allah berfirman :

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,

dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”

Dalam perdagangan ini, akal dibantu oleh jiwa dan bila dipergunakan dan dikerjakan untuk hal yang dapat mensucikannya, sebagaimana pedagang dibantu oleh sekutu dan pembantunya yang


(44)

memperdagangkan hartanya. Sebagaimana sekutu bisa menjadi musuh dan pesaing yang memanipulasi keuntungan sehingga perlu terlebih dahulu dibuat syarat (musyrathah), kemudian diawasi (muraqabah), diaudit (muhasabah) dan memberi sanksi (mu’aqabah) atau dicela (mu’atabab).25

b. Mu’aqabah (menghukum diri atas segala kekurangan)

Selain sadar akan pengawasan (muraqabah) dan sibuk mengkalkulasi diri, maka perlu meneladani para sahabat dan salafus-shaleh dalam meng’iqab (menghukum atau menjatuhi sanksi atas diri mereka sendiri). Bila Umar terkenal dengan ucapan: “Hisablah dirimu sebelum kelak engkau dihisab”, maka mu’aqabah dianalogikan dengan ucapan tersebut, yakni “Iqablah dirimu sebelum kelak engkau diiqab”. Umar Ibnul Khathab pernah terlalaikan dari menunaikan shalat dzuhur berjamaah di masjid karena sibuk mengawasi kebunnya. Lalu karena beliau merasa ketertambatan harinya kepada kebun melalaikannya dari bersegera mengingat Allah, maka beliau pun cepat-cepat menghibahkan kebun beserta isinya tersebut untuk keperluan fakir miskin. Hal serupa itu pula yang dilakukan Abu Thalhah ketika beliau terlupakan berapa jumlah rakaatnya saat shalat karena melihat burung terbang. Beliau segera menghibahkan kebunnya beserta seluruh isinya.26

c. Mu’atabah (Mencela Diri),

Terakhir dari tingkatan mu’abathah ini adalah mu’atabah.

25

Said Hawa, Al-Mustakhlas fi Tazkiyah al- Anfus, Terjemahan annur Rafiq Saleh Tahmid, (Jakarta: Rabani Press, 2004), Cet Ke 8 h. 134

26


(45)

34

Mu’atabah mengandung arti perlunya memonitoring, mengontrol dan mengevaluasi sejauh mana proses tersebut seperti mujahadah dan seterusnya berjalan dengan baik. Dalam melakukan mu’atabah adalah mengetahuilah terlebih dahulu bahwa musuh bebuyutan dalam diri manusia adalah nafsu yang ada di dalam dirinya. Langkah tersebut dibuat dengan memiliki karakter suka memerintahkan pada keburukan, cenderung pada kejahatan, dan lari dari kebaikan. Manusia diperintahkan agar mensucikan, meluruskan dan menuntunnya dengan rantai paksaan untuk beribadah kepada Tuhan.27

Dapat ditarik kesimpulan bahwa ketiga langkah pembinaan akhlak menjelaskan perlunya untuk melakukan pengawasan serta mengevaluasi diri di dalam diri manusia.

E. Anak Yatim

1. Pengertian Anak Yatim

Secara etimologis , kata “yatim” merupakan kata serapan dari bahasa arab yaitu yutma – yatama – yatma yang artinya infirad (kesendirian). Kata yatim berasal dari bahasa arab yang merupakan isim fail (menunjukkan pelaku) sebagai bentuk jamaknya adalah yatama atau aitam. Kata ini mencakup pengertian semua anak yang bapaknya telah meninggal, sedangkan “piatu” adalah seseorang yang tidak memiliki ibu karena telah meninggal dunia ketika ia belum menginjak usia dewasa, baik ia kaya atau miskin baik laki atau perempuan maupun beragama Islam maupun Non Islam.

Kata “anak yatim” merupakan gabungan dari dua kata , yatiu “anak” dan “yatim”. Istilah “anak” dalam bahasa arab disebut waladun dan

27


(46)

jamaknya auladun yang berasal kata dari akar kata walada – yalidu – wiladatan – maulidan, sedangkan dalam bahasa Indonesia anak berarti keturunan.

Ada beberapa ungkapan yang mendefinisikan tentang arti anak yatim yang diantaranya :

a. Menurut hasan shadaly di dalam ensiklopedi Indonesia, beliau menegaskan bahwa yatim adalah anak yang belum dewasa dan yang tidak berbapak lagi.28

b. Menurut peter salim dan yenny salim dalam kamus bahasa Indonesia kontemporer mengatakan bahwa tidak beribu dan berbapak, atau tidak mempunyai ibu dan bapak, tetapi sebagian menyebutkan sebutan untuk anak yatim ialah anak yang bapaknya meninggal.29

2. Kecenderungan Akhlak atau Perilaku Anak Yatim

Salah satu kecenderungan bahkan kebiasaan orang beriman adalah selalu ingin berbuat baik kepada orang lain, baik memiliki hubungan kekerabatan atau tidak, yang dikenal maupun tidak dikenal. Orang beriman selalu ingin berbuat baik, karena itu merupakan salah satu cara dalam bersyukur kepada Allah Swt atas kebaikan-kebaikan yang diberikan kepadanya.

Islam sangat menganjurkan umatnya agar saling menghargai satu sama lain. Sikap menghargai terhadap orang lain tentu didasari oleh jiwa

28

Hasan Shadaly, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ikhtisar Baru Van Hoeve, 1984), Jilid 7, h 3977.

29

Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English, 1991), h 1727


(47)

36

yang santun atau al hilmu yang dapat menumbuhkan sikap menghargai orang di luar dirinya. Kemampuan tersebut harus dilatih lebih dahulu untuk mendidik jiwa manusia sehingga mampu bersikap penyantun. Seperti contoh, ketika bersama-sama menghadapi persoalan tertentu, seseorang harus berusaha saling memberi dan menerima saran, pendapat, atau nasihat dari orang lain yang pada awalnya pasti akan terasa sulit. Selanjutnya, ia akan selalu terdorong untuk berbuat yang baik kepada orang lain.

Oleh karena itu, kita patut memberikan penghargaan atas jerih payah tersebut. Isyarat mengenai keharusan seseorang bersungguh-sungguh dalam berkarya dijelaskan dalam Al-Qur’an sebagai berikut :

a. Sikap Menghormati dan Menghargai Kehidupan Keluarga b. Sikap Menghormati dan Menghargai Kehidupan Bertetangga 3. Pandangan Islam Terhadap Anak Yatim

Anak yatim adalah anak yang perlu dan patut diperhatikan dan dikasihani serta disayangi terutama mereka yang mempunyai keluarga kurang mampu. Sebab mereka yang telah kehilangan kasih sayang dan perhatian dari seorang ayah yang telah tiada, sedangkan mereka benar- benar membutuhkan bimbingan dan perhatian serta pengawasan untuk kemajuan hidupnya dimasa yang akan datang.

Allah memerintahkan umat islam tidak hanya untuk memperhatikan mereka tetapi juga memelihara anak yatim, agar mereka pun masih bisa tetap merasakan kebahagiaan layaknya anak yang masih mempunyai keluarga atau orang tua.


(48)

Menurut As Sayyid Ahmad mengungkapkan dalam kitabnya Tarjamatu Mukhtaril Ahadist bahwa Nabi SAW pernah bersabda dari Anas Ra ia berkata : “ Orang yang paling baik terhadap anak yatim laki atau perempuan, maka saya dengan orang itu di kemudian hari di dalam surga seperti begini (jari tengah dan telunjuk)”. (HR, Hakim dari Anas).

Islam telah menyadari beratnya menyantuni anak yatim, namun akan lebih berat lagi jika membiarkan mereka hidup terlantar tanpa ada yang memperhatikannya. Oleh sebab itu, menyantuni anak yatim merupakan tugas serta tanggungjawab seluruh umat islam dan seluruh umat manusia


(49)

38

38

BAB III

GAMBARAN UMUM YAYASAN PERGURUAN ISLAM

MIFTAHUL JANNAH PONDOK GEDE

A. Sejarah Berdirinya.

Awal mula berdirinya “Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah“ sejak tahun 1989 adalah berasal dari sebuah majelis taklim kaum ibu yang diadakan dari rumah ke rumah dan dipimpin oleh Ustadzah Hj Astuty, setelah berdirinya majelis taklim lalu beliau mempunyai satu keinginan yang kuat ialah untuk menciptakan sebuah lembaga formal yang gratis jauh dari sebelum pemerintah menggratiskan biaya sekolah.1

Misi awal yayasan ini memberi kesempatan pendidikan dasar bagi “ kaum dhuafa”(kurang mampu) di sekitar pondok gede, agar memperoleh kesempatan hidup sehat dan layak di tengah-tengah masyarakat metropolitan.

Setelah itu berdirinya TK Miftahul Jannah lalu mulailah kiprah beliau agak melebar dan disamping itu beliau memiliki satu keinginan kuat untuk mendirikan satu Pondok Pesantren Al Qur’an itupun yang isinya banyak mencakup anak yatim, kaum dhuafa, serta muallaf. Setelah berdiri pada tahun 1998 hampir 10 tahun kemudian baru berdirilah Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah.

1

Infaq/ zakat dari instansi pemerintah dan swasta yang peduli pada kesejahteraan umat terutama meningkatkan ekonomi kaum dhuafa


(50)

Kemudian berjalannya waktu, kiprahnya mulai berkibar dengan memiliki keinginan yang kuat yaitu mendirikan satu lembaga formal kelanjutan daripada TK Miftahul jannah yaitu menjadi SDIT Miftahul Jannah (Sekolah Islam Terpadu) karena yang dimana keinginan tersebut adalah membuat suatu lembaga dasar tetapi memiliki kekuatan aqidah yang kuat, dan sehingga harapan kami dengan memiliki aqidah tersebut dalam rangka menghadapi Era Globalisasi pada zaman perkembangan global yang ada sekarang ini.

Adanya SDIT Miftahul Jannah berdiri atas dasar sosial, yang kemudian banyak anak yatim yang notaben dimana ada SDIT pasti mayoritasnya berdasarkan orang kalangan menengah atas akan tetapi kami juga ingin membuat orang dari kalangan menengah kebawah juga bisa merasakan atau mengenyam pendidikan dasar terpadu.

Pendidikan diniyah adalah wadah yang mampu mencetak insan yang bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, insan yang sanggup dan mampu menyongsong Era Globalisasi dan Modernisasi serta sanggup menghadapi dan menepis kebudayaan yang membentang dengan ajaran islam dan bertentangan dengan norma serta moral pancasila yang datang dari luar.

Sejak pada tahun 2004 izin operasional telah dikeluarkan oleh Diknas dan sekarang sudah 10 tahun, dan juga telah memberikan akreditasinya terhadap Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah bernilai A.


(51)

40

Miftahul Jannah yang mencakup orang–orang yang dhuafa dan dengan diadakan subsidi silang dimana orang–orang yang mampu memberikan subsidinya adalah untuk memenuhi target pembelajaran yang diajarkan. 2

B. Visi, Misi, dan tujuan

visi, misi serta tujuan dari Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah yang diantaranya

Visi : unggul dalam kualitas

Misi : unggul dalam kualitas serta berprestasi dan memiliki akhlakul karimah yang kuat

Tujuan : anak – anak yang sekolah di yayasan perguruan islam miftahul jannah diharapkan menjadi generasi yang handal, serta siap menghadapi tantangan zaman dan menjawab keinginan dari masyarakat.3

C. Profil yayasan

Yayasan bersifat legal maupun status diakui baik di departemen agama dan kementrian pendidikan baik dari TK, SD, SMP dan Pesantren.

Nama badan : Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah

Alamat : Jln. Sosial No 20 Rt 02/016, Kelurahan Jatiwaringin Kec Pondok Gede Kodya, Bekasi.

Ketua : Dra. Hj. Astuty M.S

Akte Notaris : Yudo Paripurno SH Nomor 269, tahun 1989

2

wawancara dari H. Faisal S. Ag pada Hari Rabu Tanggal 27 Agustus 2014 jam 12. 46 Wib 3


(52)

No Telp / Fax : ( 021) 84972061 Fax 8497345.

D. Struktur Organisasi

Struktur organisasi bekerja mengacu kepada profesionalisme dan tenaga pengajar pun sesuai dengan tingkat kemampuannya.4

SUSUNAN PANITIA PEMBANGUNAN PONDOK PESANTREN AL

QUR’AN MIFTAHUL JANNAH

Penasehat : - Drs. H Azhari Baedrowi

- Ustadzah Dra. Hj Astuty Suwandi Koordinator : - Drs. H Madjid Soeprapto

- H. Ahmad Ismail Ketua umum : Ir H A Djaelani Ketua 1 : Ir Toto Soetisno

Ketua 2 : H Komar Koma Atmaja Sekretaris umum : Ir H Amril Adnan Sekretaris : Ir Hj. Ita Amril Bendahara umum : H. Haryono Bendahara : H. Siti Hafsi

Sie Dana : 1. H. Safiudin Kahar 2. H Soleh Thohibin

4

Proposal, Dana Anak Yatim (Fakir Miskin), Muallaf ( Korban Kerusuhan Maluku, Kupang) serta Proyek Pembangunan Pesantren Masjid, Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah.


(53)

42

SUSUNAN PENGURUS YAYASAN PERGURUAN ISLAM MIFTAHUL JANNAH.

Dewan Penasehat : Drs. H Azhari Baedrowi Ketua Umum : Dra. Hj Astuty Suwandi Ketua 1 : Drs. H Madjid Soeprapto Ketua 2 : H. Ahmad Ismail

Sekretaris umum : Drs. H Zaenal Arifin Sekretaris : Drs. H Faisal

Bendahara umum : Drs. Didi Kusdinar Bendahara 1 : Hj. Krisnaningsih Bendahara 2 : Hj. Wardani Ahmad Anggota : - Akmal Ahmad SE

- H. Panji Sukma - H Moh Idris Effendi - Dra Hj Sofiah - H Zaini.


(54)

E. Program Kegiatan

Bergerak dalam bidang social, keagamaan, pendidikan . Adapun Program lembaga sosial keagamaan yaitu : 5

1. Dalam Jangka Pendek

a. Anak yatim dan fakir miskin berusia 4 s/d 5 tahun untuk lulusan Taman Kanak–kanak

1) Dididik untuk baca tulis melalui TK islam

2) Dididik pengetahuan agamanya dengan melalui program pesantren panti dan diniyah

3) Dengan membiayai makan anak asuh panti

4) Dengan membiayai anak asuh panti untuk krbutuhan sehari – hari 5) Membiayai anak asuh panti untuk kebutuhan pendidikan.

b. Anak Yatim dan Faqir Miskin berusia 6 tahun s/d 19 tahun (SD, SMP,SMU)

1) Mengikuti pendidikan SD islam di lokasi pesantren 2) Menghafal surat panjang dalam Al Qur’an

3) Dididik baca tulis Al Qur’an secara fasih dan benar.

c. Para orangtua untuk kaum dhuafa diadakan penyuluhan dengan akan pentingnya meningkatkan ekonomi keluarga demi kepentingan pendidikan anak.

5

Proposal, Dana Anak Yatim (Fakir Miskin), Muallaf ( Korban Kerusuhan Maluku, Kupang) serta Proyek Pembangunan Pesantren Masjid, Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah


(55)

44

2. Dalam Jangka panjang.

a. Mengadakan program pelatihan berupa keterampilan b. Mencetak kader muslim siap guna

c. Menciptakan peluang lapangan kerja

Program kegiatan telah mempunyai landasan sebagai berikut berdasarkan pancasila. UUD 1945 bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2 tentang Agama, UUD 1945 bab XIII pasal 31 ayat 1 dan 2 tentang pendidikan, serta dengan keputusan pengurus yayasan miftahul jannah.

Selain itu juga mempunyai tujuan umum yaitu ikut andil bersama pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan dan menciptakan kesejahteraan masyarakat, sedangkan tujuan khusus yaitu meningkatkan pendidikan agama terutama dalam bidang Al Qur’an, mensukseskan terselenggaranya program wajib belajar, membantu anak yatim dan kaum fakir miskin.

F. Sarana dan Prasarana

1. Status Gedung : Milik Sendiri 2. Ruangan

 Jumlah ruang belajar : 6 lokal  Luas ruang belajar : 6 x 8 m2  Luas ruangan kepala sekolah : 8 x 6 m2 3. Luas Halaman : 480 m2 4. Luas Bangunan : 500 m2


(56)

5. Kurikulum Yang Dipakai : Kurikulum Berbasis Kompetensi 6. Waktu Belajar / Lama Belajar : 07.15 s/d 15.00 Wib


(57)

46 BAB IV

TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Identitas Informan

1. Pembimbing Agama

Adapun identitas dari para pembimbing di Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah Pondok Gede adalah sebagai berikut :

a. H. Faisal S.Ag

H. Faisal S. Ag biasa disebut dengan panggilan akrabnya ialah Ustad Faisal. Beliau adalah pria kelahiran Jakarta 28 Agustus tahun 1972, pendidikan terakhir beliau adalah S1 (Strata 1). Beliau adalah Ketua pengurus Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah yang bertempat di Daerah Jatiwaringin, Pondok Gede, dan beliau adalah seorang yang mengabdikan hidupnya untuk menampung anak yatim, kaum dhuafa yang ingin bersekolah tetapi tidak mempunyai biaya lebih, maka dari itu beliau mendirikan sebuah Lembaga Yang diberi nama Yayasan perguruan Islam Miftahul Jannah di daerah Jatiwaringin Pondok Gede.

Saat ini beliau bermukim di Jalan Sosial RT 01 / Rw 016 No 43 Jatiwaringin Pondok Gede. Tugas beliau saat ini bukan hanya menjadi ketua Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah saja tetapi juga merangkap sebagai pengurus di Kantor Travel perjalanan haji, umrah serta haji plus (ONH Plus) di samping itu beliau juga sudah banyak berpengalaman dalam bidang tersebut yang dikelolanya di


(58)

Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah.1 b. Ustadz Kusdiantoro

Ustad Kusdiantoro yang biasa orang memanggilnya dengan Ustad Kus. Beliau adalah Seorang guru di Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah.2

2. Terbimbing

a. Hamidah, ia sekarang berumur sekitar 23 tahun dan pendidikan terakhir ialah tamatan S-1. Ia dan keluarga sekarang bermukim di NTT kupang. tugas yang ia lakukan sekarang ialah belajar serta tinggal di Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah dan membantu guru–guru SD yang membutuhkan bantuannya dalam hal kerjasama dan juga ia membantu di sebuah Kantor Travel Perjalanan Khusus Haji, Umrah Dan Haji Plus (ONH Plus).3

b. Sofyan, ia sekarang berumur sekitar 22 tahun dan sekarang ia sedang menjalani awal pekuliahan untuk S1 di universitas dan Kegiatan yang dijalani oleh Sofyan ialah bertugas untuk membantu di Kantor bagian Travel Perjalanan Khusus Haji, Umrah dan Haji Plus (ONH Plus) serta bertugas mengantarkan surat atau dokumen penting.4

1

Wawancara Dengan H Faisal S.Ag, ketua Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah pada tanggal 27 Agustus 2014

2

Wawancara dengan Ustadz Kusdiantroro, Guru Di Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah Pada tanggal 27 Agustus 2014

3

Wawancara Dengan Hamidah, di Yayasan perguruan Islam Miftahul Jannah, pada tanggal 27 Agustus 2014

4

wawancara dengan Sofyan, di Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah pada tanggal 27 Agustus 2014


(59)

48

B. Upaya Peran Pembimbing Agama Dalam Pembinaan Akhlak Anak Yatim Piatu Di Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah

Dalam hal ini pembimbing agama memberikan upaya atau kontribusinya terhadap pembinaan akhlak anak yatim yaitu dengan memberikan unsur penunjang dalam hal berupa pendidikan akhlak yang baik di antaranya sebagai berikut :

1. Memberikan bimbingan pemahaman agama (Aqidah)

Dalam ajaran agama Islam telah menyatakan bahwa setiap manusia yang dilahirkan ke alam dunia, sudah memiliki berbagai potensi beragama (keyakinannya terhadap Allah SWT) untuk dapat membina dan mengarahkan potensi tersebut ke arah yang lebih baik. Selanjutnya untuk mengembangkan potensi itu ke dalam keyakinan kepada tuhan adalah merupakan sumber inspirasi dan semangat dari sikap perilaku manusia.

Meskipun demikian, hal itu tidak akan menjadi berkembang apabila upayanya tidak diberikan secara terus menerus atau perlahan melalui bimbingan serta arahan yang baik kepada anak yatim. Maka upaya tersebut dapat dilakukan oleh pembimbing agama antara lain dapat diberikan melalui bimbingan dan konseling keagamaan kemudian menjadi salah satu tugas utama dari pembimbing agama.

Dalam pembinaan terhadap bimbingan dan penyuluhan bertujuan untuk mengembangkan potensi keimanan dan ketakwaan yang tertuju kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh sebab itu orientasi keyakinan yang seharusnya disertai pemahaman tentang ajaran agama dalam bentuk ibadah dan juga akhlak. Maka keyakinan jika tidak disertai dengan pemahaman


(60)

ajaran agama akan terasa menjadi hampa untuk dijalani kedalam kehidupan.

2. Memberikan bimbingan atau pendidikan secara islami.

Bimbingan belajar adalah suatu bimbingan yang berlandaskan pada konsepsi ajaran islam yaitu dengan cara mendidik serta mengajarkan bukan hanya kepada orang lain tetapi juga kepada anak yatim dengan berbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat membekali dan menyongsong kehidupannya kelak. Oleh karena itu baik gagasan, materi, metode, tujuan, serta manfaat yang diajarkan pembimbing hendaknya disesuaikan dengan kaidah sistem pendidikan yang baik.

Dengan adanya bimbingan kearah pendidikan islami sebaiknya dilaksanakan secara formal dan juga bisa diberikan secara informal dan non formal (di rumah dan di masyarakat luas). Dalam hal ini bimbingan pendidikan Islami telah memberikan jasa yang turut mencerdaskan serta mencetak generasi muda yang mampu mengaplikasikan ilmu yang didapat ke dalam kehidupan sesuai dengan norma yang berlaku.

Pendidikan non formal pun dianggap menjadi salah satu cara atau upaya yang tepat dalam pembinaan akhlak anak yatim, karena anak yatim dapat menentukan pendidikan seperti apa yang dianggap nyaman oleh mereka sendiri.

Selanjutnya bimbingan pendidikan Islami dalam pembinaan akhlak adalah bagian dari proses pembelajaran yang ikut memberikan solusi bila anak yatim mengalami masalah mental yang dapat menghambat proses belajarnya serta dapat pula menghambat segala pertumbuhan dan


(61)

50

perkembangan jiwanya.5

3. Memberikan bimbingan tentang pengamalan ajaran agama (ibadah) Dengan memiliki keyakinan yang didasari dengan iman serta adanya pemahaman yang baik terhadap adanya keberadaan Tuhan dan ajaran agama merupakan bagian pengaktualisasi diri secara rohani yang dapat secara langsung menghubungkan dengan Sang Pencipta. Selanjutnya keyakinan yang didasari dengan keimanan menjadi pengamalan ajaran agama yang bertujuan hanya untuk menciptakan pribadi yang bertakwa. Sedangkan ketakwaan adalah merupakan cerminan diri dalam sebuah bentuk tingkah laku yang baik berfungsi sebagai pengaruh maupun tujuan dari pengamalan ajaran agama (ibadah) yang di liputi keimanan (aqidah).

Dengan maksud agar orang yang bersangkutan mampu mengatasi kesulitannya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri, melalui dorongan dan kekuatan iman, takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Maka untuk itu antara iman dan takwa merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain karena menggambarkan pribadi seseorang yang utuh.

dasar pengamalan ajaran agama terhadap anak yatim bertujuan untuk mengimplementasikan keimanan dengan baik agar menjadi amal shaleh yang dapat menciptakan ketakwaan dalam hidupnya, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan sosial bermasyarakat sehingga bisa tercapailah kebahagiaan tidak hanya di dunia.

5


(62)

4. Memberikan sarana dan prasarana yang lengkap.

Dengan adanya upaya tersebut membuktikan bahwa pembimbing agama dalam pembinaan akhlak memanglah sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas .bukan hanya dari sumber manusia saja akan tetapi dari keinginan kita yang ingin mencetak generasi-generasi penerus yang berhasil di masa yang akan mendatang.

Sarana dan prasarana yang tersedia di Yayasan Perguruan Islam Miftahul jannah yang diantaranya Ruang Kantor untuk guru, Ruang Tamu, Ruang Mushalla atau tempat sarana beribadah, Ruang kelas atau belajar, Ruang dapur, kamar mandi serta tempat berwudhu untuk kaum laki–laki dan kaum wanita, ruang perpustakaan, ruang komputer, sebuah kantin sekolah, serta halaman parkir, sebuah taman.6

5. Memberikan bimbingan kehidupan social.

Pada dasarnya setiap manusia sangat membutuhkan lingkungan social untuk dirinya dapat hidup dan berkembang. Bisa dipastikan setiap orang pada umumnya tidak akan sanggup hidup sendiri dalam mewujudkan kebutuhan hidupnya. Namun juga tidak semua orang dengan mampu bisa bersosialisasi maupun bergaul secara normal dengan lingkungan sosialnya.

Sedangkan banyak cara atau metode yang dipergunakan pembimbing agama dalam pembinaan akhlak diantaranya

a. Metode pendekatan rasa kasih sayang, yaitu dengan memberikan suatu pengajaran yang baik, agar anak yang dibinanya tumbuh serta

6

Wawancara Dengan H Faisal S.Ag, ketua Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah pada tanggal 27 Agustus 2014


(63)

52

berkembang menjadi insan yang kokoh dan berempati tinggi dengan sesama.7

b. Metode uswah (keteladanan) ialah sesuatu yang pantas untuk diikuti sebab mengandung sebuah nilai kemanusiaan. Baik sikap dan perilaku yang harus diteladani adalah sikap dan perilaku anak yatim yang lebih dewasa, serta bijak dalam menyikapi setiap permasalahan, menghormati orang lain, siap bertanggung jawab .

c. Metode pembiasaan adalah mengerjakan sesuatu yang dilakukan secara bersama–sama, yaitu dengan cara melakukan kegiatan rutin yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari–hari.

d. Metode komunikasi langsung. Dalam hal ini pembimbing agama melakukan komunikasi langsung secara individual. Metode langsung dilakukan dengan menggunakan teknik percakapan pribadi yaitu dengan cara pembimbing melakukan dialog langsung dengan anak yatim. Dengan metode ini guna memiliki tingkat efektif yang sangat baik, karena dengan menggunakan metode ini anak yatim di ajak berkomunikasi langsung kemudian dibimbing, dengan cara metode seperti inilah anak yatim merasa diperhatikan.

Adapun pembimbing memberikan bimbingan keagamaan pada anak yatim untuk membaca dan memahami ayat suci Al Qur’an, kemudian pembimbing juga melakukan bimbingan agama dalam melakukan perbuatan yang baik sesuai dengan tuntunan ajaran islam.

7


(64)

e. Metode komunikasi tidak langsung. Dalam bimbingan hal ini pembimbing memberikan keteladanan yang baik serta melakukan suatu kegiatan yang bisa menumbuhkan sikap pada anak yatim dalam memberikan bimbingan.

Maka dalam proses bimbingan agama dengan cara metode tidak langsung dipakai juga oleh pembimbing agama terhadap anak yatim yang dilakukan dengan menggunakan media cetak, yaitu:

1) Dengan menyelenggarakan perpustakaan yang terdiri dari bermacam–macam buku seperti buku tentang aqidah akhlak dan buku tentang seputar agama.

2) Dengan membuat selembaran bacaan ringan yang mudah di baca oleh anak yatim.

Diharapkan dengan beberapa metode ini dapat diterapkan dengan baik, serta dapat membuat anak yatim menjadi lebih merekat erat pada kepribadiannya, karena bimbingan agama menjadi suatu hal yang penting untuk mengajarkan mereka agar terbiasa dengan perilaku dan sikap untuk berakhlak baik.

Sebetulnya tugas membina akhlak pun sangat berat, dimana sang anak yatim lebih banyak yang berasal dari berbagai macam latar belakang yang berbeda–beda

Peran pembimbing agama dalam yayasan perguruan islam mifthaul jannah membawa dampak positif bagi perkembangan jiwa anak yatim dalam pembentukan sikap keagamannya. Pembinaan akhlak yang dilakukan haruslah fleksibel sesuai dengan kebutuhan anak yatim.


(65)

54

Tujuan pembinaan akhlak anak yatim adalah membantu anak yatim dalam mencapai kebahagiaan hidup bersama dengan anak yatim yang lainnya, serta membantu anak yatim dalam mencapai cita–citanya serta mengetahui kemampuan yang dimiliki.

Adapun usaha awal yang dilakukan oleh pembimbing yang dapat membina anak yatim adalah dengan pengumpulan data tentang identitas diri anak yatim beserta lingkungannya, sedangkan data lingkungan anak didapatkan melalui kesempatan untuk mengenyam pendidikan terlebih dahulu.8

Selain beberapa metode di atas yang dilakukan pembimbing agama dalam pembinaan akhlak anak yatim bisa juga dilakukan dengan mengadakan kegiatan keagamaan, mengadakan bentuk kerjasama antara pembimbing agama dengan orangtua atau melalui pendidikan akhlak.

C. Peran Pembimbing Agama dalam Pembinaan Akhlak Anak Yatim Piatu di Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah

Peran pembimbing agama sangat besar manfaatnya disebabkan pembimbing tinggal bersama siswa dan mendampingi siswa selama kurang lebih 24 jam. Kemudian aspek pembinaan yang dilakukan pembimbing agama di Yayasan terhadap anak yatim dengan cara melakukan pembinaan secara rohani dan pembinaan secara jasmani.

Pertama dalam pembinaan secara rohani bisa diterapkan pengajian harian untuk anak yatim, kaum dhuafa serta para jompo, dan untuk para kaum ibu bisa juga menerapkan dengan mengadakan majelis taklim yang mungkin

8


(66)

diadakan tiap sebulan yang bertujuan untuk menjalin silahturahmi antar sesama serta menjaga komunikasi yang baik antara satu dengan yang lainnya. Kedua pembinaan secara jasmani bisa diterapkan dengan berbagai cara terutama mengatur pola jam makan agar bisa teratur dan tidak sembarangan, mengatur jam waktu belajar serta mengatur jadwal kegiatan sehari hari.9

Para pembimbing juga mengajarkan kepada anak binaanya untuk selalu bertanggung jawab serta memiliki sikap kebersamaan antara satu dengan yang lainnya, begitupun dengan pembimbing juga harus menciptakan satu kondisi yang harmonis.

Selanjutnya pembinaan program yang senantiasa dilakukan dengan membuat asrama untuk anak yatim, dan yang kedua membuat sebuah pesantren atau bisa di katakan tempat tinggal yang layak untuk mereka tepati disaat mereka menerima serta mengikuti tata cara peraturan yang terdapat dalam yayasan.10

program yang dilakukan berkenaan dengan pembinaan akhlak yang diamana program tersebut guna untuk meningkatkan rasa solidaritas antar sesama umat muslim, menumbuhkembangkan rasa simpati serta empati terhadap orang lain, dan juga untuk mengembangkan rasa percaya dalam diri dengan mengadakan santunan kepada anak yatim, santunan kepada panti jompo serta santunan kepada anak muallaf melalui badan amil zakat Yayasan.11

9

Wawancara Pribadi dengan H. Faisal S.Ag pada Tanggal 27 Agustus 2014. 10

Wawancara Pribadi dengan H. Faisal S.Ag pada Tanggal 27 Agustus 2014. 11


(67)

56

Dengan adanya program pembinaan pun harus sesuai dengan kebutuhan harus sesuai dengan program Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah dan menjunjung tinggi nilai akhlak serta tidak melanggar ajaran agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW.

Kegiatan yang mereka jalani dalam pembinaan akhlak termasuk jadwal kegiatan harian yang dapat di uraikan sebagai berikut :

Waktu Uraian kegiatan Pembina

Jam 07.00 – 15.00 Waktu mereka sekolah

Ustad Kusdiantoro Ustad Faisal S.Ag Jam 12.00 – 13.00 Waktu istirahat siang

khusus anak pesantren Jam 15.00 - 16.00 Waktu istirahat sore

Jam 16.00 – 17.00 Mengaji Al Qur’an dan membahas tentang sejarah Nabi

Jam 17.00 – 17.30 Bersiap mandi, solat magrib Berjamaah bersama

Jam 1800 – 19.00 Mengaji Al Qur’an

Jam 19.00 – 22.00 Kegiatan belajar mengajar di pesantren kecuali hari kamis


(68)

Bisa dilihat bahwa kegiatan yang mereka lakukan bisa terlihat padat dari semua uraian yang telah dijelaskan di bagian atas. Kegiatan yang mereka lakukan ini semata–mata untuk memberikan mereka pengetahuan tentang pendalaman agama, tentang pengkajian Al-Qur’an dan tentang memahami materi yang diberikan oleh para pembina di Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah.

D. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Terhadap Pembinaan akhlak anak Yatim Piatu di Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah

Faktor pendukung yang mendasari terhadap pembinaan akhlak anak yatim yaitu

1. Adanya infaq atau zakat untuk sumbangan pendidikan dari para alumni yang tergabung dalam persaudaraan.

2. Sumber daya manusia yang cukup berkualitas, (bisa disebut Qualified). 3. Dengan metode pembinaan akhlak anak asuh yang tepat yakni Dengan

cara metode seperti ini para pengurus anak yatim bisa mengetahui bagaimana karakter serta potensi yang dimiliki oleh anak binaannya tersebut.

4. Usaha pembinaan akhlak anak yatim yang di lakukan secara terus menerus.

5. Adanya keinginan dari pengasuh untuk menjadikan anak yatim sebagai anak yang berakhlak baik di bidang agama.12

6. Adanya anak yatim yang dapat dijadikan contoh suri ketauladanan di yayasan bagi anak yatim yang lain.

12


(69)

58

Sedangkan faktor penghambat yang mendasari pembinaan akhlak anak yatim piatu yaitu

1. Kurangnya perhatian orangtua terhadap pembinaan akhlak 2. Kurangnya para donatur

Maka pembinaan akhlak dapat dilakukan dengan memberikan pengertian bahwa akhlak itu dapat menjadi pengontrol terhadap kesempurnaan keimanan seseorang. Kesempurnaan iman dapat dilihat dari perilaku akhlak yang diwujudkan dalam kehidupan sehari hari.

Pembinaan akhlak merupakan hal yang terpenting yang perlu ditanamkan kepada anak yatim baik yang tidak mendapatkan pelajaran akhlak dari kedua orangtua mengingat generasi sekarang seolah tenggelam dalam suasana terkikisnya sebuah moral.

Sedangkan teknik yang digunakan pembimbing agama dalam pembinaan akhlak anak ialah memberikan rasa menerima bahwa mereka harus mengakui segala kekurangan serta kelebihan mereka, karena di dunia ini tidak ada yang sempurna, kemudian mendidik mereka dengan cara mensyukuri nikmat yang ada di dalam Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah serta mengaplikasikan rasa syukur tersebut ke dalam bentuk belajar,.13

13


(70)

59 A. Kesimpulan

Peran pembimbing agama dalam pembinaan akhlak anak yatim piatu di Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah, dalam hal ini peran pembimbing agama sangat besar manfaatnya dikarenakan pembimbing tinggal bersama siswa selama kurang lebih 24 jam. Oleh sebab itu aspek yang dilakukan oleh pembimbing agama di Yayasan terhadap anak binaannya terdapat ada dua cara pembinaan, yaitu pembinaan secara rohani maupun pembinaan secara jasmani.

Ada beberapa metode yang dilakukan oleh pembimbing agama dalam pembinaan akhlak yaitu diantaranya metode pendekatan kasih sayang, metode uswah (keteladanan), metode pembiasaan, metode komunikasi langsung, dan metode komunikasi tidak langsung. Beberapa metode tersebut bisa diterapkan jika ada saling kerjasama antara Pembina dengan yang dibina, dengan selalu berlandaskan pada cara atau aturan yang berlaku.

Selanjutnya faktor pendukung yang mendasari pembinaan akhlak yaitu Adanya infaq atau zakat untuk sumbangan pendidikan dari para alumni yang tergabung dalam suatu ikatan persaudaraan, Sumber daya manusia yang cukup berkualitas, Adanya keinginan dari pengasuh untuk menjadikan anak yatim sebagai anak yang berakhlak baik di bidang agama. Kemudian faktor penghambat yang mendasari pembinaan akhlak yaitu Kurangnya perhatian orangtua terhadap pembinaan akhlak, Kurangnya para donatur.


(71)

60

Maka dapat disimpulkan bahwa peran pembimbing agama bisa dilakukan dan dapat terjalin dengan baik bila dalam hal pembinaan akhlak mempunyai sifat, arah, tujuan maupun gagasan yang sesuai dengan ajaran agama Islam.

B. SARAN

Setelah penulis mengambil kesimpulan, maka tidaklah mendahului kenyataan apabila penulis ingin memberikan saran kepada pihak yang terkait.

1. Untuk Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah, semoga bisa lebih ditingkatkan kembali upaya-upaya yang dilakukan dan terus maju dalam bidang pendidikan dan sosial serta mendorong kaum muslimin untuk bisa menjalin kerjasama yang utuh dan baik antara satu sama lain.

2. Berupaya menjadikan generasi sekarang dengan sepenuh hati, menjadi generasi yang berkualitas, handal serta siap untuk menjadi manusia yang berguna untuk kehidupan di masa yang akan datang.

3. Selalu berupaya serta berikhtiar, menjadikan generasi saat ini menjadi

generasi yang siap menghafal Al Qur’an dan menerapkannya di dalam

kehidupan bermasyarakat.

4. Pembinaan akhlak yang baik akan sia-sia tanpa adanya perhatian dari anak, oleh karena itu hendaknya berlatih dan mengamalkan dari apa yang telah didapatkan tentang kebaikan-kebaikan, kemudian kebaikan-kebaikan tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.


(72)

61

Arikunto, Suharismi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT Bina Aksara, 1989

Arifin, H.M, Pedoman Pelaksanaan dan Penyuluh Agama, Jakarta: Golden Terayon Press, 1992

Basrowi, Pengantar Sosiologi, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005

Burhan Bungin, H.M, Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan ilmu Sosial Lainnya Edisi Kedua, Jakarta: Kencana, 2007 Departemen Pendidikan dan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta :

Balai Pustaka, 2002

Hubies, Aida Vitayala S, Penyuluhan Pembangunan Indonesia, Jakarta: PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara, 1992

Ismail, Asep Umar, Tasawuf, Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Syarif Hidayatullah, 2005

Kahmadi, Dadang, Sosiologi Agama, Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2000

Kerlinger, Fred N, Asas – Asas Penelitian Behavioral, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press, 2000

Khoiri Alwan, Akhlak Tasawuf, Yogyakarta: Pokja UIN Sunan Kalijaga, 2005 Lutfi, M, Dasar Dasar Bimbingan dan Penyuluhan (konseling) Islam, Jakarta :

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008

Mubarok, Ahmad, Psikologi Dakwah, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002.

Moleong ,Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda Karya , 2002

Majdi Al - Hilali, 38 Sifat Generasi Unggulan, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999. Media Center, Kamus Ilmiah Populer, Jakarta: Mitra Press, 2002

Nasuhi, Hamid, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta: CEQDA, 2007

Proposal, Dana Anak Yatim (Fakir Miskin), Muallaf ( Korban Kerusuhan Maluku, Kupang) serta Proyek Pembangunan Pesantren Masjid, Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah.

Poerbakawatja, Soegarda, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1976.

Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English, 1991

Rosadi Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003

Sukardi, Dewa Ketut, Pengantar Teori Konseling (Suatu Uraian Ringkasan), Denpasar: Ghalia Indo,1984


(73)

62

Singarimbun, Masri dan Effendi Sofian, Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3ES, 1983.

Sarwono, Sarlito, Wirawan, Teori-Teori Psikologi Sosial, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.

Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu pengantar,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Jakarta: Alfabeta, 2006

Sirajuddin, Zar, Filsafat Islam: Filosof dan Filsafatnya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004


(74)

(75)

(76)

(77)

PEDOMAN WAWANCARA 1

 Bagaimana sejarah berdirinya yayasan perguruan islam miftahul jannah ?

 Bagaimana Pelaksanaan Program Yayasan Perguruan islam Miftahul Jannah Dalam pembinaan Akhlak anak Yatim ?

 Apa visi, misi serta tujuan dari yayasan perguruan islam miftahul jannah ?

 Apa yang melatarbelakangi berdirinya yayasan perguruan islam sebelum berkembang menjadi pondok pesantren ?

 Apa saja sarana dan prasarana di yayasan perguruan islam miftahul jannah ?

 Berapa anak yatim yang menjadi anak asuh di yayasan perguruan islam miftahul jannah ?

 Factor pendukung dan penghambat apa saja yang ditemui oleh yayasan ?

 Metode apa saja yang dilakukan yayasan terhadap anak yatim / anak bimbingannya ?  Adakah aspek pembinaan yang dilakukan oleh yayasan terhadap anak yatim ?  Apa sajakah program kegiatan yang dilakukan oleh pihak yayasan ?

 Apakah program program yang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana ?

 Adakah upaya yang dilakukan oleh pihak yayasan dalam pembinaan akhlak anak yatim ?

 Siapakah tokoh Pendiri Yayasan Perguruan islam Miftahul Jannah ?

 Bagaimana Peran Pembimbing Agama Dalam Pembinaan Akhlak Anak Yatim Piatu Di Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah ?

 Teknik Apakah Yang digunakan Pembimbing Agama Dalam Pembinaan Akhlak Anak Yatim Piatu Di Yayasan Perguruan Islam Miftahul Jannah ?

 Bagaimana Antusiasme dalam Menjalankan program kegiatan dari yayasan perguruan islam miftahul Jannah ?

 Materi kitab akhlak dan isi materinya seperti apa ?

 Bagaimana pengajian diadakan , kemudian siapa yang membina dan jadwal kegiatannya seperti apa ?


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)