Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang sejak awal diturunkannya diterima dan diamalkan oleh masyarakat urban, atau masyarakat perkotaan di Makkah dan Madinah. Yakni diterima suatu lapisan masyarakat yang mampu berfikir rasional dan logis, mampu membedakan dan menarik garis pemisah yang tegas antara yang Islam dan yang bukan Islam. Istilah-istilah musyrik dan tauhid, Islam dan kafir, yang Islami dan jahiliyyah, mereka ciptakan adalah untuk menarik garis tegas pemisah antara sunnah ajaran Islam dengan tradisi Jahiliyah. Firman Allah Lakum diinukum waliya diin untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku merupakan penegasan bahwa dalam masalah agama tidak bisa dikompromikan dan dicampuradukkan. jadi, dalam masalah agama tidak kenal kompromi dengan tradisi keagamaan zaman jahiliyyah agar sesuai dengan ajaran-ajaran Tuhan yang benar. Hal ini ditegaskan dalam Al-Quran semisal firman Allah SWT :                           “Apabila dikatakan kepada mereka :“Marilah mengikuti apa yang diturunkan allah dan mengikuti Rasul ”, mereka mengatakan : “Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya”. Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenenk-moyang mereka walaupun nenek-moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak pula mendapat petunjuk ? Quran 5 : 104. Dengan prinsip beragama menurut dalil atau petunjuk wahyu yang benar, Umat Islam pada kurun pertama di bawah bimbingan langsung Nabi berhasil memperagakan pemahaman, penghayatan dan pengalaman Islam yang benar- benar murni dan segar sehingga terbentuk suatu umat baru dan menjadi Khairu Ummat pada waktu itu. Keistimewaan Islam adalah punya sejarah yang jelas semenjak diturunkannya wahyu pertama hingga jadi agama yang sempurna dan utuh sebelum wafatnya Nabi. Hal ini diterangkan dalam surat Ma’idah ayat 3 sebagai berikut : “ Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah ku-ucapkan kepadamu nikmat-ku, dan telah Aku ridhloi Islam itu jadi agama bagimu”. Oleh karena itu walaupun kini Islam telah banyak mendapat pengaruh berbagai macam peradaban dan tradisi jahiliyah, namun ilmu pengetahuan modern menawarkan kemampuan untuk menggunakan analisis kritik kesejarahan bagi umat yang rindu pada jiwa Islam yang murni seperti yang di amalkan oleh nabi dan sahabat-sahabat beliau. 1 Pesan terakhir Rasullulah SAW dalam haji wada’ Aku tinggalkan dua hal kepada kalian dimana kalian tidaka akan sesat selama kalian berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitabullah dan sunnah rasulnya Diriwayatkan Al-Hakim 2 Namun semenjak abad ketigabelas mulai merosot, dan akhirnya menjadi umat yang paling kontit hingga mudah diperbudak oleh bangsa-bangsa barat yang maju dari umat Islam. Mengapa bisa terjadi kemerosotan yang demikian tragis dan terpelanting jadi umat yang paling dungu dan jauh ketinggalan dengan laju peradaban modern dewasa ini? Dalam menjawab persoalan ini para pemikir dan peneliti umumnya menyimpulkan; bahwa diantara sebab-sebab yang amat komplek, tasawuf atau sufisme-lah yang merupakan sebab yang paling utama bagi kemunduran pemikiran Islam. Hal yang demikian tersebut di atas pernah dibenarkan oleh penulis buku “The New World Of Islam“ Lothrop Stoddard, mengatakan bahwa kemunduran Islam disebabkan karena umat Islam meninggalkan ajaran ketauhidan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Mereka telah diselubungi oleh khurafat dan paham kesufian. Mesjid-mesjid ditinggalkan oleh golongan besar yang awam. Mereka menghiasi diri dengan azimat, penangkal penyakit dan tasbih. 3 Apakah betul kesimpulan semacam ini, dan apa kiranya alasan mereka menghukumi tasawuf sebagai penyebab yang paling utama bagi kemunduran pemikiran Islam? Untuk mengecek kebenaran pandangan disini perlu dilacak tentang sebab-sebab timbul dan berkembangnya pendekatan sufisme yang dipergunakan dan diandalkan oleh para sufi untuk memahami dan 2 Ihsan Ilahi Dhahir, Darah Hitam Tasawuf Studi Kritis Kesesatan kaum Sufi, judul asli buku ini Dirasat fi Al-Tasawuf, penerjemah Fadhli Bahri Lc, Jakarta, PT Darul Falah 2000, h. 64. 3 Lothrop Stoddard, Dunia Baru Islam, judul aslinya “ The New World Of Islam”, h. 29. menginterpretasikan ajaran Islam, dan apa kelemahan pendekatan ini serta dan bagaimana kehebatannya. Tasawuf atau mistik pada dasarnya adalah ekstrim rohaniah spritual. Maka penerapan ajaran mistik untuk memahami Islam tentu membawa perubahan besar. Aspek kerohanian Islam yang mereka tekankan dan dikembangkannya dengan penafsiran dan pemahaman dari sudut kacamata ajaran tasawuf. 4 Tasawuf adalah proses pemikiran dan perasaan yang menurut tabiatnya sulit di definisikan. Tasawuf tampak merupakan upaya akal manusia untuk memahami hakekat segala sesuatu, dan untuk menikmati hubungan intim dengan Allah SWT. Adapan aspek pertama dari upaya ini adalah segi falsafi daripada tasawuf ; sedang aspek kedua adalah segi agamis. Kegiatan pertama bersifat pemikiran dan renungan ; sedang kegiatan kedua amali. Dan segi amali daripada tasawuf muncul terlebih dahulu daripada segi falsafinya. Para Sufi itu memulai kegiatannya selamanya dari mujahadah dan riyalat, bukan dengan merenung dan berpikir. Oleh karena itu ‘hati’ adalah lebih penting daripada akal bagi para sufi ; bahkan hal itu bagi para sufi adalah segalanya, karenanya hati mereka pandang sebagai ‘singgasana’ bagi Allah SWT. Kutipan di atas menunjukkan bahwa tasawuf bermula dari amalan-amalan praktis. Yakni laku mujahadah yang utama. Dari kepercayaan masyarakat yang gaib, atau dari ajaran agama tentang adanya Tuhan, merangsang keinginan sebagian tokoh agama untuk mencoba bermeditasi, mencari jalan agar dapat bertemu muka dan mendapat wangsit wahyu secara langsung dari Tuhan atau 4 Simuh, Tasawuf dan Perkembangannya Dalam Islam, h. 29. Zat yang gaib. Baru sesudah diantara mereka berhasil makrifat kepada Tuhan dan mendapat wangsit, ada yang mencoba menyusun ajaran atau falsafah ketasawufannya dengan konsep-konsep hasil pemikirannya atau meminjam dan menggunakan konsep-konsep ajaran orang lain.Dalam perkembangan tasawuf misalnya, yang mula-mula timbul adalah gerakan zuhud yang meningkat ke laku tapa-brata atau mujahadah dan riyalat dirintis oleh Ibrahim Bin Adham w. 777M.162H., dan Rabiah al-Adawiyah w. 801M. 185H., dan lain-lainnya. Baru kemudian muncul pemikir-pemikir tasawuf yang besar seperti Husein Bin Mansur al-Hallaj, Imam al-Ghazali, Ibnu ‘ Arabi, dan lain-lainya. Pemikiran falsafi dalam tasawuf muncul sesudah di antara para sufi ahli pikir mencapai puncak penghayatan makrifat mereka. Kemudian berusaha menyoroti aspek-aspek ajaran Islam dari sudut paham kemistikan mereka. Maka muncullah konsep- konsep ittihad, hulul, wahdat al-wujud, wushul, dan sebagainya. Istilah-istilah ini menggambarkan penilaian atau paham mereka tentang puncak penghayatan fana’ dan makrifat mereka. 5 Umat Islam diajar untuk bersikap tengah-tengah dan menjauh watak yang ekstrim. Dalam Al-Quran dan Tafsirannya terbitan Departemen Agama jilid pertama ayat di atas diterangkan : “Mereka umat Islam dalam segala aspek persoalan hidup berada di tengah- tengah antara orang-orang yang kebendaan dalam hidunya seperti orang- orang yahudi, Musyrikin, serta orang-orang yang tidak beragama, dan orang-orang yang hanya mementingkan kerohanian saja seperti orang-orang pendeta Nasrani, Sabiin dan orang-orang Hindu “. 6 5 Ibid, h. 141. 6 Ibid, h. 19. Di kalangan kaum sufi, istilah syari’at mempunyai makna tersendiri yang dapat dikatakan berbeda dari pengertian ynag diberikan oleh para ahli hukum Islam. Di kalangan ahli-ahli hukum Islam, syariah diartikan seluruh ketentuan yang ada dalam Al-Quran dan Al-sunnah, baik yang berhubungan dengan akidah, akhlaq maupun aktivitas manusia baik yang baik yang berupa ibadah maupun muamalah. Sama dengan pengertian Fiqh pada periode Rasulullah SAW. Syariat dan Fiqh memiliki perbedaan-perbedaan terutama setelah masa Rasulullah dan sahabat-sahabatnya. Asaf A.A.Fyzee, misalnya mengatakan : “ Syariat mempunyai ruang lingkup yang lebih luas, meliputi seluruh aspek kehidupan manusia ; sedangkan ruang lingkup fiqh lebih sempit, dan hanya menyangkut hal-hal yang pada umumnya dipahami sebagai aturan-aturan hukum, syariat senantiasa mengingatkan kita bahwa ia bersumber pada wahyu, ilm pengetahuan tetang wahyu itu tidak akan diperoleh kecuali dari atau dengan perantara Al-Quran dan Hadits ; dalam fiqh kemampuan penalaran ditekankan sekali, dan kesimpualan-kesimpulan Hukum yang didasarkan kepada ‘ilm itu senantiasa dilakukan dengan cara yang meyakinkan. Arah tujuan syariat ditetapkan oleh Tuhan dan Nabi-nya ; sedangkan materi yang tercantum dalam fiqh disusun dan diangkat atas usaha manusia. Dalam fiqh suatu pekerjaan bisa sah atau haram, boleh atau tidak. Sedangkan dalam syariat banyak terdapat tingkatan-tingkatan yang dibolehkan atau tidak. Dengan demikian, fiqh merupakan terminologi tentang hukum sebagai suatu ilmu;sementara syariat lebih merupakan perintah Ilahi yang harus diikuti “. 7 Dari penjelasan itu terlihat bahwa syariat meliputi seluruh aspek kehidupan, baik aqidah, ibadah maupun muamalah dan juga akhlaq. Di kalangan kaum sufi, syariat berarti amal ibadah lahiriyah eksoterik. Gerakan-gerakan sholat dimulai dari menghadap kiblat, berdiri, ruku, sujud, dan seterusnya, demikian pula bacaan- bacaan yang telah ditentukan di dalamnya adalah amal ibadah lahiriyah syariat. 7 Asaf A.A. Fyee, Outlines of Muhammedan Law, London : 1960, h.21. Perjalanan ke baitullah, thawaf, sai, wukuf di Arafah dan lainnya adalah syariat, amal ibadah yang bersifat lahiriyah. Dalam ajaran tasawuf, pelaksanaan ibadah yang hanya melakukan gerakan- gerakan dan bacaan-bacaan tanpa memahami makna yang ada dalam ibadah tersebut, maka tidak obahnya seperti anak kecil yang membaca buku tanpa mengerti apa yang dibacanya. Kehidupan keberagaman dengan ibadah yang hanya terkonsentrasi kepada amal lahiriyah syariat ini akan hampa, karena hati kosong dari hakekat ibadah yang sedang dilakukan. Makna yang terkandung di dalam ibadah–ibadah inilah di kalangan tasawuf yang dikenal dengan istilah haqiqah hakikat. 8 Timbulnya ajaran Islam kejawen itu melahirkan juga ajaran-ajaran yang berbentuk suluk dan primbon. Ajaran ini menciptakan ajaran atau gerakan Pamoring Kawulo Gusti. Gerakan ini mendapatkan dukungan di kalangan masyarakat Islam agraris yang berpikiran sederhana dan masih berpegang kuat terhdapa tradisi dan ajaran hindu yang asli. Masyarakat pedalaman menerima ajaran agama Islam hanya untuk abon-aboning ngaurip kelengkapan hidup manusia, maka mereka memerlukan syariat untuk sampai pada hakikat-hakikat agama. Filsafat ini jelas bersifat teologis dan terlihat pada tulisan tentang tasawuf Islam yang muncul pada abad X1X. Hasil itu merupakan perpaduan antara agama asli, Hindu, dan Islam, seperti terungkap pada serat atau buku-buku serat senthini, falsafah Gatholoco, Serat Darmagandhul, Kramaleya, dan sebagainya. Oleh karena dalam kenyataannya 8 M.Jamil. Cakrawala Tasawuf, Cakrawala Tasawuf sejarah, pemikiran, dan kontekstualitas, Jakarta, GP Persada Press, 2007, h. 27. agama Islam kejawen ini masih memerlukan teteki, sesirih, dan perihatin dalam rangka mendekatkan diri dengan Tuhannya dengan caranya sendiri. 9 Ajaran Syekh Siti Jenar sampai saat ini masih menjadi perdebatan hangat bagi ulama syariah. Kitab Bayan Budiman memberikan elaborasi yang komprehensif tentang kolerasi antara syariah dan sufisme. yang dianggap oleh syariat ajaran Syekh Siti Jenar sesat, Bidah dan anti syariah. Dalam Kitab Bayan Budiman justru terbalik apa yang selama ini dituduhkan oleh kelompok syariah. Syariah atau sufisme, semuanya merupakan bentuk pelaksanaan dari ajaran Islam dimana yang pertama mementingkan sistem tindakan ibadah dan yang kedua lebih mementingkan kebertautan hati, ruhani, dan mental ibadah dengan tujuan akhir mendekatkan diri kepada allah. Namun keduanya berakar dari suatu kepercayaan dan kesadaran akan adanya sumber kekuatan sakral atau gaib yang bisa menempali segala objek di dunia profan. 10 Pencapaian kesempurnaan dalam kitab Bayan Budiman yang disadur bukan dilakukan dengan menolak syariat. Namun, hanya dengan memegang ajaran syariat saja dipandang kitab ini belum cukup untuk bisa mencapai suatu tahap ibadah kasampurnan kasampurnaan dan makrifat. Pencapaian kasampurnan sebagai tujuan akhir dari ibadah kepada allah membutuhkan penyerahan sepenuh hati kepada allah yang menjadi inti dari iman yaitu kesadaran tentang adanya Tuhan dengan segala sifatnya yang selalu hadir aktual dalam diri setiap orang. Kesadaran atas sifat-sifat Tuhan itu akan membuat manusia akan mempunyai 9 Mahmudi, Wirid Mistik Hidayat Jati mutiara pemikiran teologi Islam kejawen, h. 16. 10 Abdul Munir Mulkhan, Makrifat “Burung Surga” dan ilmu kasumpurnan” Syekh Siti Jenar”, Jogjakarta, PT Kreasi Wacana, Cet 2002 h. 5. kemampuan menembus batas-batas fisik material dengan hatinya yang bersih dan jernih. 11 Apa yang telah dikemukakan di atas, penulis tergugah untuk mengetahui lebih jauh mengenai kombinasi atau kaitan antara ajaran tasawuf dan Syariah. Dalam hal, mengenai peribadatan Syekh Siti Jenar yang ada dalam Kitab Bayan Budiman. Oleh karenanya penulis merasa tertarik untuk mengupas lebih dalam hal tersebut. Dengan menjadikannya judul skripsi : “Konsep Peribadatan Syekh Siti Jenar Dalam Perspektif Hukum Islam Studi Terhadap Kitab Bayan Budiman”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah