Average Peralatan Pengaruh Penambahan Kapur Ca(OH)₂ pada Tanah Lempung (Clay) terhadap Plastisitas dan Nilai CBR Tanah Dasar (Subgrade) Perkerasan Jalan

III.7.4 Percobaan Unconfined Compression Strenght Hasil percobaan UCS variasi penambahan kapur 5 dengan waktu pemeraman 14 hari dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.25. Hasil pemeriksaan UCS variasi penambahan kapur 5 dengan waktu pemeraman 14 hari DIAMETER 6.154 cm Weight 715 gr INITIAL LENGTH Io 12.308 cm Proving Ring No. INITIAL AREA Ao 29.75639 cm2 Calibration 0.451 Sample TIME deflection strain Axial Load Correction Area Qu d Kg faktor cm2 1.0000 36.317 0.5 68 0.5 14.50 6.54 1.0050 36.499 0.1792 1 136 1 17.00 7.67 1.0101 36.684 0.2090 2 272 2 20.00 9.02 1.0204 37.058 0.2434 3 408 3 24.00 10.82 1.0309 37.440 0.2891 4 544 4 26.00 11.73 1.0417 37.830 0.3100 5 680 5 28.50 12.85 1.0526 38.228 0.3362 6 816 6 31.00 13.98 1.0638 38.635 0.3619 7 952 7 35.00 15.79 1.0753 39.050 0.4042 8 1088 8 38.00 17.14 1.0870 39.475 0.4341 9 1224 9 41.00 18.49 1.0989 39.909 0.4633 10 1360 10 44.50 20.07 1.1111 40.352 0.4974 11 1496 11 48.00 21.65 1.1236 40.805 0.5305 12 1632 12 50.00 22.55 1.1364 41.269 0.5464 13 1768 13 53.00 23.90 1.1494 41.743 0.5726 14 1904 14 55.50 25.03 1.1628 42.229 0.5927 15 2040 15 59.00 26.61 1.1765 42.726 0.6228 16 2176 16 63.00 28.41 1.1905 43.234 0.6572 17 2312 17 67.00 30.22 1.2048 43.755 0.6906 18 2448 18 69 31.119 1.2195 44.289 0.702635 19 2584 19 67.5 30.4425 1.2346 44.836 0.678974 20 2720 20 1.2500 45.396 NATURAL MOISTURE CONTENT Test Result container wo 1 2 Wet density 1.952 grcm3 wt. of cont-wet soil 56.60 67.60 gr N.M.C 27.60 wt. wf cont-dry soil 46.30 55.10 gr Dry density 1.530 grcm3 wt. of cont 9.30 9.40 gr Qu 0.703 kgcm2 wt. of water 10.30 12.50 gr wt. of dry soil 37.00 45.70 gr Moisture content 27.84 27.35

27.60 Average

UNCONFINED COMPRESSION TEST Proving Ring Remoulded Division Universitas Sumatera Utara Tabel 3.26. Hasil penelitian terhadap kekuatan tekan bebas dengan berbagai variasi penambahan kapur dan waktu pemeraman No Penambahan Kapur Waktu Pemeraman Hari UCS kgcm² 1 1 0.231 7 0.286 14 0.372 2 3 0.366 7 0.411 14 0.545 3 5 0.526 7 0.610 14 0.703 28 0.747 Universitas Sumatera Utara BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Bab ini akan membahas karakteristik lempung yang telah distabilisasi dengan kapur CaOH₂ berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di laboratorium. Akan dibahas perubahan sifat – sifat lempung dalam kondisi asli belum dicampur dan pengaruh yang terjadi setelah distabilisasi berdasarkan data pengujian yang telah dipaparkan sebelumnya. Selanjutnya akan dibahas mengenai pekalsanaan stabilisasi lempung di lapangan dengan kapur.

IV.1 Karakteristik Tanah Lempung setelah Dicampur dengan CaOH₂

Penambahan kapur terhadap lempung akan mempengaruhi sifat – sifat karakteristik dari lempung tersebut. Adapun parameter – parameter yang akan dibahas sesuai dengan penelitian terhadap campuran lempung – kapur antara lain batas – batas konsistensi, proctor standar pemadatan, CBR laboratorium, dan unconfined compression strenght kekuatan tekan bebas tanah.

IV.1.1 Karakteristik Plastisitas Lempung setelah Distabilisasi dengan CaOH₂

Dalam hal ini, penelitian yang telah dilaksanakan yaitu batas cair liquid limit dan batas plastis plastic limit. Indeks plastisitas diperoleh dari selisih antara batas cair dengan batas plastis. Berikut akan dipaparkan grafik – grafik hubungan antara batas cair, batas plastis, dan indeks plastisitas dengan lama pemeraman curing time. Gambar di bawah ini memaparkan perubahan batas cair yang terjadi seiring dengan variasi penambahan presentase kapur terhadap tanah asli. Universitas Sumatera Utara

IV.1.1.1 Pengaruh Penambahan CaOH₂ terhadap Batas Cair

Gambar IV.1 Perbandingan nilai batas cair lempung yang telah dicampur CaOH₂ dengan berbagai variasi kadar kapur dan waktu pemeraman Hasil penelitian terhadap batas cair campuran lempung – kapur menunjukkan adanya penurunan seiring dengan besarnya penambahan presentase kapur. Penambahan kapur menimbulkan muatan positif kation dalam air pori. Penambahan kation ini memungkinkan terjadinya proses tarik menarik antara anion dari partikel tanah dengan kation dari partikel kapur serta kation dari partikel kapur dengan anion dari partikel air. Proses ini mengganggu proses tarik menarik antara anion dari partikel tanah dengan kation dari partikel air serta proses tarik menarik antara anion dan kation dari partikel air, sehingga partikel tanah kehilangan daya tarik antara partikelnya. Berkurangnya daya tarik antara partikel tanah dapat menurunkan kohesi tanah. Penurunan kohesi ini menyebabkan mudah terlepasnya partikel tanah dari ikatannya. Penambahan kapur yang semakin banyak 70,3 70,3 70,3 68,8 67,8 66,2 68,55 63,4 56,2 61,2 53,4 44,6 42,6 10 20 30 40 50 60 70 80 7 14 28 B a ta s C a ir Waktu Pemeraman Hari 0 kapur 1 kapur 3 kapur 5 kapur Universitas Sumatera Utara akan menyebabkan semakin turunnya nilai kohesi. Dengan turunnya nilai kohesi akan menyebabkan turunnya nilai batas cair LL. Penurunan nilai batas cair maksimum terjadi pada penambahan kapur 5 dengan masa pemeraman 14 hari, yaitu dari batas cair sebesar 70.30 turun menjadi batas cair sebesar 44.60. Presentase pengurangan nilai batas cair yaitu sebesar 36.56. Presentase penurunan nilai batas cair maksimum terjadi pada masa curing 14 hari. Hal ini dapat kita lihat pada tabel di atas dimana pada pemeraman 14 hari terjadi penurunan nilai batas cair sebesar 16.48 dari masa curing 7 hari. Sedangkan pada masa pemeraman 28 hari penurunan nilai batas cair adalah sebesar 4.48 dari masa pemeraman 14 hari. Kondisi ini menggambarkan bahwa setelah masa pemeraman 14 hari terlihat ada penurunan nilai batas cair namun tidak begitu signifikan. Diperkirakan bahwa pada masa pemeraman yang lebih lama nilai batas cair akan konstan. Perilaku ini menunjukkan bahwa reaksi pertukaran ion sudah terjadi pada pemeraman 7 hari atau paling lama 14 hari. Universitas Sumatera Utara

IV.1.1.2 Pengaruh Penambahan CaOH₂ terhadap Batas Plastis

Gambar IV.2 Perbandingan nilai batas plastis lempung yang telah dicampur CaOH₂ dengan berbagai variasi kadar kapur dan waktu pemeraman Partikel lempung biasanya bermuatan negatif sehingga partikel lempung hampir selalu mengalami hidrasi, yaitu dikelilingi oleh lapisan – lapisan molekul air dalam jumlah yang besar. Penambahan kapur akan menggangu proses tarik menarik antara anion dari partikel tanah dengan kation dari partikel air serta proses tarik menarik antara anion dan kation dari partikel air, sehingga partikel tanah kehilangan daya tarik antara partikelnya. Penambahan kapur menyebabkan semakin besar kadar air yang dibutuhkan partikel lempung untuk mencapai kondisi batas plastis. Kenaikan batas plastis maksimum terjadi pada penambahan kapur sebanyak 5 dengan masa pemeraman 14 hari, yaitu dari batas plastis sebesar 26.87 naik menjadi batas plastis sebesar 36.25. presentase kenaikan batas plastis dai kondisi tanah asli dan dicampur dengan kapur 5 adalah sebesar 34.91. 26,87 26,87 26,87 27,34 28,87 30,71 30,13 31,69 33,62 32,39 34,34 36,25 36,62 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 7 14 28 B a ta s P la st is Waktu Pemeraman Hari 0 kapur 1 kapur 3 kapur 5 kapur Universitas Sumatera Utara Sama halnya seperti batas cair, presentase kenaikan nilai batas plastis maksimum terjadi pada masa curing 14 hari. Hal ini dapat kita lihat pada tabel di atas dimana pada pemeraman 14 hari terjadi kenaikan nilai batas plastis sebesar 5.56 dari masa curing 7 hari. Sedangkan pada masa pemeraman 28 hari kenaikan nilai batas plastis adalah sebesar 1.02 dari masa pemeraman 14 hari.

IV.1.1.3 Pengaruh Penambahan CaOH₂ pada Tanah Lempung Clay

terhadap Plastisitas Tanah Dasar Subgrade Gambar IV.3 Perbandingan indeks plastisitas lempung yang telah dicampur CaOH₂ dengan berbagai variasi kadar kapur dan waktu pemeraman Selisih antara batas cair dan batas plastis adalah daerah dimana tanah tersebut dalam keadaan plastis. Indeks plastisitas menunjukkan sifat keplastisitasan tanah. Semakin besar plastisitas lempung maka semakin besar pula sifat kohesif lempung tersebut. Indeks Plasititas PI = Batas Cair LL – Batas Plastis PL 43,43 43,43 43,43 41,46 39,13 35,49 38,42 31,71 22,58 28,81 19,06 8,35 5,98 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 7 14 28 In d e k sP la st is it a s Waktu Pemeraman Hari 0 kapur 1 kapur 3 kapur 5 kapur Universitas Sumatera Utara Hubungan tersebut memperlihatkan bahwa nilai PI sangat tergantung oleh nilai batas cair dan batas plastis. Penambahan presentase kapur dapat menurunkan batas cair dan menaikkan batas plastis, maka indeks plastisitasnya akan menurun. Penurunan tersebut dapat dilihat pada gambar di atas. Akibat penambahan kapur, terjadi penurunan indeks plastisitas dari 43.43 menjadi 8.35 atau sebesar 80.77 pada penambahan 5 masa pemeraman 14 hari. Batasan mengenai indeks plastisitas , sifat, macam tanah, dan kohesi diberikan oleh Atterberg pada tabel di bawah ini : Tabel IV.1 Sifat – sifat tanah ditinjau dari nilai indeks plastisitas PI Sifat Macam tanah Kohesi Non plastis Pasir Non kohesif 7 Plastisitas Rendah Lanau Kohesif sebagian 7 – 17 Plastisitas sedang Lempung berlanau Kohesif 17 Plastisitas Tinggi Lempung Kohesif Hardiyatmo, H.C, 2006,Mekanika Tanah 1, Hal 48 Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, terjadi perubahan penggolongan berdasarkan indeks plastisitas yaitu sifat tanah dari plastisitas tinggi menjadi plastisitas sedang. Universitas Sumatera Utara Identifikasi tanah dengan palstisitas tinggi pada umumnya dihubungkan dengan klasifikasi tingkat pengembangan tanah. Holtz dan Gibbs seperti dikutip dalam Nelson dan Miller 1992 Model Pengendalian Mutu Pekerjaan Tanah, Balai Geoteknik Jalan 2009 menggolongkan potensi pengembangan suatu tanah berdasarkan batas cair dan indeks plastisitanya. Tabel berikut merupakan indeks uji dengan tingkat pengembangannya : Tabel IV.2 Korelasi indeks uji dengan tingkat pengembangan menurut Holtz dan Gibbs Indeks Plastisitas Kemungkinan Pengembangan Perubahan Volume Tingkat Pengembangan 35 30 Sangat tinggi 25 - 41 20 - 30 Tinggi 15 - 28 10 – 20 Sedang 15 10 Rendah Balai Geoteknik Jalan, PU, 2009, hal 58 Dari tabel dapat disimpulkan bahwa terjadi kemungkinan perubahan volume yaitu dari 30 menjadi 10 dengan tingkat pengembangan dari sangat tinggi menjadi rendah. IV.1.2 Pengaruh Penambahan CaOH₂ terhadap Berat Isi Kering Maksimum dan Kadar Air Optimum Lempung Hasil Uji pemadatan standar proctor standar menunjukkan bahwa penambahan persentase kapur memperlihatkan kecenderungan penurunan berat isi kering maksimum maximum dry density. Hal ini disebabkan terjadinya pembesaran rongga – rongga antara partikel campuran tanah akibat reaksi pozolan, Universitas Sumatera Utara yaitu reaksi antara silika dan alumina halus yang terkandung dalam tanah lempung dengan kandungan mineral aktif. Hasil dari reaksi pozolan adalah kalsium silikat hidrat yang tidak larut dalam air. Gambar IV.4 Hubungan antara persentase CaOH₂ dengan berat isi kering maksimum Pembesaran rongga – rongga dapat diartikan sebagai kenaikan volume partikel tanah. Sedangkan berat isi kering yaitu perbandingan antara berat partikel tanah dengan volume rongga – rongga tanah. Pembesaran rongga yang terjadi menyebabkan bertambahnya pori – pori tanah yang dapat diisi air, sehingga akan terjadi kenaikan kadar air optimum. Kondisi ini menyebabkan tanah akan semakin padat, kaku, dan stabil. 1,349 1,336 1,325 1,257 1,2 1,22 1,24 1,26 1,28 1,3 1,32 1,34 1,36 1 3 5 B e ra t Is i K e rr in g M a k si m u m k g c m ³ Presentase Kapur MDD Universitas Sumatera Utara Gambar IV.5 Hubungan antara persentase CaOH₂ dengan kadar air optimum Gambar IV.6 memperlihatkan penurunan berat isi kering maksimum seiring dengan penambahan presentase kapur. Penurunan yang terjadi sebesar 6.82 pada penambahan kapur 5 atau dari 1.439kgcm³ menjadi 1.257kgcm³. Tabel memperlihatkan kenaikan kadar air optimum dari 29.68 menjadi 32.23 atau sebesar 8.59. Sedangkan pada tabel dapat dilihat hubungan antara kadar air dengan berat isi kering dengan variasi presentase penambahan kapur dari 0 tanah asli hingga penambahan 5. Gambar IV.6 Hubungan antara kadar air dengan berat isi kering dari masing – masing persentase CaOH₂ 29,68 30 30,73 32,23 28 28,5 29 29,5 30 30,5 31 31,5 32 32,5 1 3 5 K a d a r A ir O p ti m u m Presentase Kapur OMC 1,1 1,15 1,2 1,25 1,3 1,35 1,4 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 B e ra t Is i K e ri n g g r c m ³ Kadar Air 0 Kapur 1 Kapur 3 Kapur 5 Kapur Universitas Sumatera Utara

IV.1.3 Pengaruh Penambahan CaOH₂ Terhadap Kekuatan dan Daya Dukung Lempung Clay

IV.1.3.1 Nilai CBR Laboratorium yang telah Distabilisasi dengan CaOH₂

Hasil Uji CBR sebagaimana tercantum pada gambar menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan nilai CBR seiring dengan penambahan persentase kapur. Peningkatan nilai CBR ini disebabkan terjadinya sementasi akibat penambahan kapur. Sementasi ini menyebabkan penggumpalan yang menyebabkan meningkatnya daya ikat antar butiran. Meningkatnya ikatan antar butiran maka akan meningkatkan kemampuan saling mengunci antar butiran. Selain itu rongga – rongga pori yang telah ada sebagian akan dikelilingi bahan sementasi yang lebih keras, sehingga butiran tidak mudah hancur atau berubah bentuk karena pengaruh air. Nilai CBR maksimum diperoleh pada penambahan kapur sebesar 5 dengan masa perawatan 14 hari, yaitu dari 1.99 menjadi 23.6. Gambar IV.7 Perbandingan niai CBR lempung yang dicampur CaOH₂ dengan berbagai variasi kadar kapur dan waktu pemeraman 1,99 1,99 1,99 3,5 4,6 5,8 7,6 11,1 15,6 12,5 16,9 23,6 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 7 14 C B R U n so a k e d Waktu Pemeraman Hari 0 kapur 1 kapur 3 kapur 5 kapur Universitas Sumatera Utara

IV.1.3.2 Nilai Kekuatan Tekan Bebas Qu Lempung yang telah Telah

Distabilisasi dengan CaOH₂ Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel bahwa kuat tekan bebas tanah asli yang dicampur dengan kapur selalu naik dengan naiknya kadar kapur di dalam tanah serta lamanya pemeraman. Kenaikan nilai kuat tekan bebas Qu maksimum terjadi pada penambahan kapur 5 dengan masa pemeraman 14 hari, yaitu dari 0.204 kgcm² menjadi 0.703 kgcm². Berdasarkan kekuatan tekan bebas tersebut, maka jenis tanah dapat diklasifikasikan atas beberapa jenis, yaitu : Tabel IV.3 Klasifikasi tanah berdasarkan nilai kuat tekan bebas No Jenis Tanah Unconfined Unconfined Compresive Strenght kgcm² 1 Very soft 0.25 2 Soft 0.25 – 0.50 3 Medium 0.50 – 1.00 4 Stiff 1.00 – 2.00 5 Very stiff 2.00 – 4.00 6 Hard 4.00 Laporan Praktikum Mekanika Tanah, Departemen Teknik Sipil USU Apabila ditinjau tabel di atas, maka terjadi perubahan jenis tanah unconfined, yaitu dari very soft Qu= 0.204 kgcm² menjadi medium Qu= 0.703 Universitas Sumatera Utara kgcm². Ini membuktikan bahwa stabilisasi dengan kapur akan memperbaiki kekuatan tekan bebas tanah. Gambar IV.8 Perbandingan nilai kuat tekan bebas maksimum lempung yang telah dicampur CaOH₂ dengan berbagai variasi kadar kapur dan waktu pemeraman Kenaikan nilai kuat tekan bebas tanah tersebut disebabkan oleh 2 hal yaitu : 1. Terjadinya pertukaran ion - ion positif kation yang ada didalam tanah lempung Na+ dan K+ oleh ion - ion positif yang ada didalam kapur Ca+. Reaksi pertukaran ion-ion postif ini terjadi dalam waktu yang relatif singkat dan akan menyebabkan proses terjadinya butiran-butiran yang cukup besar flokulasi. Membesarnya butiran-butiran tanah lempung akan menaikkan nilai sudut gesek dalam tanah tersebut yang berakibat pada kenaikan kuat geser tanah dalam hal ini kuat tekan bebas. 2. Terjadinya reaksi posolanik yaitu reaksi pembentukan calsium silikat hidrat CS-H atau calsium aluminat hidrat, atau calsium silikat aluminat hidrat C-S-A-H oleh terjadinya ikatan antara CaO ditambah air dengan silika 0,204 0,204 0,204 0,231 0,286 0,372 0,366 0,411 0,545 0,526 0,61 0,703 0,747 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 7 14 28 Q u m a ks im u m kg c m ² Waktu Pemeraman Hari 0 kapur 1 kapur 3 kapur 5 kapur Universitas Sumatera Utara SiO₂ dan alumina Al₂O₂ yang terkandung di dalam tanah lempung . Hidrat-hidrat tersebut berbentuk gel dan akan mengeras dalam kurun waktu tertentu. Reaksi posolanik ini terjadi dalam waktu yang cukup lama dan dalam kondisi perbandingan antara CaOH₂ dengan SiO₂ maupun Al₂O₂ yang cukup proporsional. Dengan bertambahnya waktu pemeraman, kuat tekan bebas terlihat meningkat, terutama pada waktu pemeraman 14 hari kenaikan kuat tekan bebasnya 15.25. sedangkan pada masa pemeraman 28 hari kenaikan kuat tekan bebas sebesar 6.26. Hal ini menunjukkan bahwa reaksi posolanik teerjadi dengan baik pada masa pemeraman hingga 14 hari. Namun perlu diingat bahwa semakin panjang waktu pemeraman, kadar air didalam tanah akan menurun. Oleh sebab itu pada waktu pemeraman yang sangat panjang kuat tekan bebas akan turun atau paling tidak konstan. Reaksi posolanik akan terjadi bila ada air. Apabila tidak ada air, CaO pada kapur tidak akan bereaksi dengan silikat dan aluminat yang ada di dalam mineral lempung sehingga proses stabilisasi tidak akan berjalan.

IV.2 Analisa dan Diskusi VI.2.1 Klasifikasi Tanah Asli

IV.2.1.1 Sistem Klasifikasi Kesatuan Tanah Unified Soil Classification

System USCS Adapun data – data yang diperoleh dari pengujian laboratorium terhadap sampel tanah asli sebelum dicampur adalah : 1. Tanah yang lolos saringan no 200 = 67.63 2. Batas cair = 70.30 Universitas Sumatera Utara 3. Indeks Plastisitas = 43.43 Dari data propertis tanah yang diperoleh diatas maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu : a. Berdasarkan nilai presentase lolos saringan no. 200 tanah lempung di atas, presentase tersebut lebih besar dari 50 , maka berdasarkan tabel klasifikasi USCS tanah ini secara umum dikategorikan golongan tanah berbutir halus. b. Dari tabel sistem klasifikasi USCS, data batas cair dan indeks plastisitas diplotkan pada diagram plastisitas sehingga didapatkan identifikasi tanah yang lebih spesifik. Hasil dapat dilihat pada gambar berikut ini : Gambar IV.9 Klasifikasi tanah asli menurut USCS Dapat dilihat pada Gambar IV.1.1 bahwa hasil pengeplotan menunjukkan satu titik pertemuan pengeplotan di atas garis A, yang mana titik temu ini jenis tanah yang diuji. Dengan merujuk pada hasil di atas maka tanah lempung yang diuji termasuk kedalam kelompok CH high – plasticity clay yaitu tanah lempung tak organik dengan plastisitas tinggi dengan nilai Indeks Plastisitas sebesar 43.43 plastisitas tinggi. Universitas Sumatera Utara

IV.2.1.2 Sistem Klasifikasi AASHTO

Berdasarkan pada tabel klasifikasi tanah AASHTO pada Bab 2, apabila persentase tanah lolos saringan no.200 lebih besar dari 35 maka tanah tersebut diklasifikasikan ke dalam kelompok lanau – lempung. Adapun data – data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan yaitu : 1. Presentasi tanah yang lolos saringan no.200 adalah 67.63, dengan kata lain tanah tersebut termasuk ke dalam kelompok lanau – lempung. 2. Batas cair = 70.30 3. Batas plastis = 26.87 4. Indeks plastisitas = 43.43 Gambar IV.10 Klasifikasi tanah asli menrut AASHTO Nilai indeks kelompok dihitung dengan menggunakan persamaan : GI = F-35{0.2 + 0.005 LL -40} + 0.01 F-15 PI-10 Dimana : GI = Indeks Kelompok Universitas Sumatera Utara F = Persen material lolos saringan no. 200 LL = Batas cair PI = Indeks Plastisitas GI = 67.63-35[0.2+0.00570.30-40]+0.0167.63-1543.43-10 = 1.15 + 17.59 = 18.74 ≈ 19 Berdasarkan sistem klasifikasi AASHTO maka tanah lempung yang diteliti dikategorikan ke dalam kelompok A-7-6 19 dan termasuk dalam klasifikasi tanah berlempung sedang sampai buruk.

IV.2.2 Klasifikasi Tanah yang Telah Dicampur dengan CaOH₂

Setelah tanah dicampur dengan kapur, terjadi perubahan klasifikasi tanah menurut Sistem Unified maupun AASHTO. Menurut Unified, dengan nilai batas cair = 44.60 dan indeks plastisitas = 8.35 maka tanah lempung yang telah dicampur dengan kapur termasuk golongan OL low – plasticity of organic clay dengan kriteria lanau organik dan lempung berlanau organik dengan plastisitas rendah. Menurut sistem klasifikasi AASHTO terjadi perubahan nilai GI yaitu : GI = F-35{0.2 + 0.005 LL -40} + 0.01 F-15 PI-10 = 67.63 - 35{0.2 + 0.005 44.60 -40} + 0.01 67.63 - 15 8.35 - 10 = 7.28 ≈ 8 Berdasarkan sistem klasifikasi AASHTO maka tanah lempung yang diteliti dikategorikan ke dalam kelompok A-5 8 dan termasuk dalam klasifikasi tanah berlanau sedang sampai buruk. Universitas Sumatera Utara IV.2.3 Pengaruh Stabilisasi Lempung dengan Kapur CaOH₂ Terhadap Indeks Plastisitas, CBR Laboratorium, dan Kuat Tekan Bebas Gambar IV.11 Perbandingan Pengaruh Kapur terhadap Nilai Indeks Plastisitas, CBR Laboratorium, dan Kuat Tekan Bebas Dari grafik penurunan dan kenaikan nilai properties akibat stabilisasi menggunakan kapur di atas, pengaruh yang paling dominan akibat stabilisasi dengan kapur yaitu penurunan indeks plastisitas, yaitu dari 43.43 menjadi 8.35 dengan besar penurunan yaitu 35.08 . Nilai CBR Laboratorium juga mengalami kenaikan yang signifikan, yaitu dari 1.99 menjadi 23.6 atau naik sebesar 21.61. Stabilisasi dengan kapur juga mengubah sifat tanah unconfined dalam sistem klasifikasi kuat tekan bebas tanah, yaitu dari 0.204 kgcm² menjadi 0.703 kgcm² atau dari jenis very soft menjadi medium dengan kenaikan sebesar 0.499 kgcm². 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 7 14 N il a i P ro p e rt ie s Waktu Pemeraman hari PI CBR UCS kgcm2 Universitas Sumatera Utara BAB V APLIKASI LAPANGAN

V.1 Peralatan

Peralatan yang digunakan pada pekerjaan stabilisasi lempung dengan kapur terdiri dari beberapa jenis sesuai fungsinya. Peralatan-peralatan tersebut harus layak pakai dan yang memerlukan peneraan harus dikalibrasi sesuai ketentuan yang berlaku. Adapun peralatan yang digunakan antara lain : a Alat penebar 1. Alat penebar mekanis, alat yang dilengkapi dengan timbangan untuk mengetahui jumlah bahan pengikat tertebar. Alat ini dirancang untuk menjamin penebaran merata di seluruh area yang akan distabilisasi. Alat ini juga harus mampu menebar kapur dengan lebar bervariasi antara 0,3 meter sampai dengan 2,4 meter. 2. Alat penebar manual atau penebaran dengan tangan, seperti penggaruk atau perata. Penggunaan alat penebar manual ini hanya untuk pekerjaan dengan volume kecil dan jalan pedesaan pada daerah terpencil atau jalan lingkungan. b Alat pencampur, alat untuk mencampur bahan jalan, bahan pengikat, dan air 1. Alat pencampur mekanis, memiliki kelengkapan sedemikian rupa sehingga mampu melakukan proses pencampuran secara homogen sampai kedalaman atau ketebalan yang sesuai dengan rencana. Universitas Sumatera Utara Gambar V.1 Alat pencampur stabiliserreclaimer Kelengkapan yang dimiliki alat pencampur ini antara lain: a. Alat pengontrol kedalaman b. Drum pengaduk miling drum yang dirancang dapat memotong ke atas disertai dengan kontrol pengatur putaran. Gigi-gigi pengaduk digunakan untuk menghaluskan atau melembutkan bahan dan membawanya keluar melalui kotak pengaduk untuk mencegah segregasi. Komponen pengaduk terletak di tengah diantara poros roda mesin untuk menjamin kerataan kedalaman stabilisasi. Gambar V.2 Gigi pengaduk di drum pengaduk milling drum Universitas Sumatera Utara Untuk menjamin proses pencampuran dan penambahan air dapat dilakukan dengan baik, maka drum pengaduk atau penghancur milling drum dilengkapi dengan peralatan sebagai berikut : a. Sistem pengontrol air yang mampu mengatur penambahan air sesuai dengan rencana. Sistem pengontrol dikendalikan oleh seorang operator mesin dan berada di ruang kerja operator b. Sistem pembersih nozzle yang menjamin tidak adanya nozzle yang tersumbat, sehingga penambahan air dapat dilakukan secara akurat dan merata ke seluruh lebar jalan yang akan dikerjakan. Tiap-tiap grup nozzle dapat dibuka dan ditutup dari ruang operator sesuai dengan lebar jalan yang distabilisasi. Jika terdapat lapis beraspal atau lapis tersemenisasi dan alat pencampur stabiliser reclaimer tidak mampu menggali dan menghancurkanmenghaluskannya, maka diperlukan alat lain misalnya mesin penggali-dingin lihat Gambar 3 sebelum proses pencampuran dengan bahan pengikat. Gambar V.3 Mesin penggali-dingin profillercold milling machine Universitas Sumatera Utara 2. Alat pencampur konvensional seperti peralatan pertanian pulvimixer, alat pencampur pupuk rotary hoes, rotovator kapasitas lebih kecil 100 PK dan alat pembentuk mekanik motor grader dapat digunakan, akan tetapi penggunaanya cenderung menghasilkan suatu sifat campuran yang kurang baik dan dapat mengakibatkan pengurangan umur pelayanan. Penggunaan alat pencampur konvensional ini hanya untuk pekerjaan dengan volume kecil dan jalan pedesaan pada daerah terpencil atau jalan lingkungan. c Alat pembentuk permukaan tanah motor grader, alat yang diperlukan untuk pembentukan atau penyesuaian elevasi awal dan akhir lapis terstabilisasi . d Truk tangki air, alat yang dilengkapi pipa penyebar air atau pipa penyambung ke mesin pencampur untuk menambahkan air selama pencampuran basah wet mixing. e Alat pemadat, alat yang mampu memadatkan lapis terstabilisasi sampai mencapai nilai kepadatan yang ditentukan. Pemilihan jenis alat pemadat yang digunakan tergantung kebutuhan, terdiri dari: a. Pemadat roda besi bergigi padfoot roller 12 ton sampai dengan 18 ton, yang digunakan untuk pemadatan awal lapis terstabilisasi. Alat ini mampu memadatkan lapis terstabilisasi dengan ketebalan lebih dari 250 mm; b. Pemadat kaki kambing sheepsfoot roller, digunakan untuk pemadatan awal, sebagai alternatif apabila tidak dapat menggunakan alat pemadat roda besi bergigi, terutama untuk bahan berbutir halus; Universitas Sumatera Utara c. Pemadat roda besi halus smooth drum 8 ton sampai dengan 10 ton, yang digunakan untuk memadatkan lapis terstabilisasi dan pemadatan setelah pembentukan akhir. d. Pemadat roda karet bertekanan pneumatic tyre roller 10 ton sampai dengan 12 ton, digunakan sebagai alternatif untuk pemadatan akhir. e. Timbris mekanis tamping compactor, digunakan untuk memadatkan lapis terstabilisasi pada area sempit yang sulit dijangkau alat pemadat roda besi bergigi, pemadat kaki kambing, pemadat roda besi halus dan pemadat roda karet bertekanan danatau untuk pemadatan tambahan pada sambungan.

V.2 Ketentuan Khusus Persiapan Stabilisasi