Umumnya, termokopel digunakan untuk mengukur temperatur berdasarkan perubahan temperatur menjadi sinyal listrik. Bila antara titik referensi
dan titik ukur terdapat perbedaan temperatur, maka akan timbul GGL yang menyebabkan adanya arus pada rangkaian. Bila titik referensi ditutup dengan cara
menghubungkannya dengan sebuah alat pencatat maka penunjukan alat ukur akan sebanding dengan selisih temperatur antara ujung panas titik ukur dan ujung
dingin titik referensi.
Gambar 2.2 Bentuk Fisik Termokopel
Pada Gambar 2.2 dapat dilihat bentuk fisik dari sebuah termokopel. Bagian luar termokopel berupa tabung logam pelindung yang berguna untuk
menjaga kondisi termokopel agar tidak terpengaruh banyak oleh lingkungan dimana alat tersebut ditempatkan,
II.1.4. Fungsi Termokopel
Termokopel pada proses ini berfungsi sebagai pendeteksi temperatur pada Holding furnace. Termokopel berupa tranducer yang mendeteksi temperatur pada
dapur dan mengubahnya ke besaran listrik yaitu tegangan. Kemudian mengirim
Universitas Sumatera Utara
sinyal tersebut ke Thermocontroller menerima sinyal tersebut dalam besaran temperatur. Termokopel ini bekerja setiap waktu selama proses berjalan, untuk
memberi tahu setiap perubahan ataupun kondisi temperatur pada Holding furnace. II.1.5. Termokopel sebagai sensor panas
Termokopel pada dasarnya adalah dua logam penghantar arus listrik dari bahan yang berbeda. Salah satu ujung-ujungnya dilas mati dan ujung yang satunya
dibiarkan terbuka untuk sambungan ke lingkaran pengukuran. Sambungan yang di las mati disebut measuring junction sedangkan ujung yang satunya disebut
reference junction. Seperti dapat kita lihat pada Gambar 2.3 sebagai berikut :
Gambar 2.3. Termokopel
II.1.6. Prinsip kerja elemen panas
Sumber panas pada Holding furnace berasal dari elemen pemanas yang terdapat pada bagian atap dari dapur tersebut. Dimana kawat yang digunakan pada
elemen pemanas listrik ini harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1.
Harus tahan lama pada suhu yang dikehendaki 2.
Sifat mekanisnya harus cukup kuat pada suhu yang dikehendaki 3.
Koefisien muai harus kecil, sehingga perubahan bentuknya pada suhu yang dikehendaki tidak terlalu besar.
Universitas Sumatera Utara
4. Tahanan jenisnya harus tinggi
5. Koefisien suhunya harus kecil, sehingga arus kerjanya sedapat mungkin
konstan. Bahan yang digunakan untuk elemen pemanas ini adalah :
1. Krom – Nikel
2. Krom – Nikel – Besi
3. Krom – Nikel – Aluminium
Bahan tersebut tahan panas karena membentuk lapisan oksida yang kuat pada permukaannya, sehingga tidak terjadi oksida lebih lanjut . Bahan pemanas
tersebut juga dapay digunakan dari suhu 1000 – 1200
o
C, elemen pemanas yang digunakan di PT. Inalum adalah jenis Krom – Nikel.
Apabila salah satu elemen pemanas dalam satu fasa terputus, maka dapat dilakukan perhubungan singkat pada elemen tersebut. Sebagai contoh, misalkan
elemen nomor 6 atau 7 yang putus maka dapat dilakukan perhubungan singkat secara langsung dari elemen nomor 5 ke elemen nomor 8, seperti terlihat pada
Gambar 2.4. Perhubungan singkat elemen nomor 6 saja, ataupun nomor 7 saja tidak dimungkinkan karena letak terminal kedua ujungnya yang saling
berseberangan.
Gambar 2.4 Elemen Jumping
Universitas Sumatera Utara
II.2. Sistem Kontrol II.2.1. Pengertian Sistem Kontrol