GAMBARAN UMUM DESA KERTANEGARA, INDRAMAYU ANALISIS PERKAWINAN YANG TIDAK TERCATAT KESIMPULAN DAN SARAN Bab pertama ini merupakan Pendahuluan yang terdiri dari Latar Bab kedua ini menjelaskan tentang Kerangka Teori yang membahas Bab ketiga

9

BAB III GAMBARAN UMUM DESA KERTANEGARA, INDRAMAYU

A. Profil Desa Kertanegara, Indramayu 1. Potensi Sumber Daya Alam ……………………………………46 2. Praktek Perkawinan yang tidak Tercatat di desa Kertanegara….54

BAB IV ANALISIS PERKAWINAN YANG TIDAK TERCATAT

A. Analisis hukum Islam dan Hukum Positif mengenai perkawinan yang tidak tercatt 1. Faktor terjadinya perkawinan yang tidak tercatat ………………58 2. Akibat hukum perkawinan yang tidak tercatat ……………….…63 B. Persamaan dan Perbedaan Pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif Terhadap Perkawinan yang tidak Tercatat………………...…64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………………………………………………………....69 B. Saran ……………………………………………………………..…71 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan merupakan salah satu kebutuhan hidup yang paling utama dalam kehidupan masyarakat yang sempurna. Namun perkawinan juga merupakan suatu hal yang mempunyai dasar-dasar hukum. Jadi perkawinan bukan sesuatu permainan, karena perkawinan mempunyai ketentuan hukum, baik hukum menurut syariat Islam maupun hukum menurut UU. Sebagaimana diketahui, manusia merupakan makhluk sosial, yang dalam setiap segi kehidupannya memerlukan kehadiran orang lain. Salah satunya ialah dalam mempertahankan eksistensinya. Manusia membutuhkan pasangan hidup, disamping untuk memperpanjang jalur keturunan, juga sebagai pasangan dalam mengarungi kehidupan. Dalam mencapai tujuan itu maka perkawinan merupakan solusi bagi kebutuhan mendasar tersebut. Pengertian nikah dalam hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau miitsaaqan gholiidhan untuk mentaaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah, tampaknya tidak ada perbedaan dengan pengertian perkawinan dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang 1 2 Perkawinan. Pada Bab I, pasal 1 yang berbunyi: “perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Definisi itu bila dirinci akan ditemukan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan sorang wanita sebagai suami isteri. Kemudian juga, ikatan lahir batin itu ditujukan untuk membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan sejahtera 1 . Dasar ikatan lahir batin dan tujuan bahagia yang kekal itu berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa. Pelaksanaan pernikahan ditetapkan menurut hukum Islam maupun menurut undang-undang, untuk menjaga agar tidak terjadi suatu hal yang mengkhawatirkan terhadap suatu umat, maka hal itu diperintahkan kepada para pemuda untuk melaksanakan suatu pernikahan dengan maksud untuk menjaga pandangan bagi para pemuda agar terhindar dari perbuatan zina. Dalam Undang-undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 2 , Pasal 2 ayat 1 Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu; dan ayat 2 Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dari Pasal 2 Ayat 1 ini, kita tahu bahwa sebuah perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing 1 Neng Djubaedah dkk, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, Jakarta: PT. Hecca Mitra Utama, 2005, h. 55. 2 Subekti, R. Tjitrosudibio, R. Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Jakarta: Pradnya Paramita, 2002, h. 538. 3 agamanya dan kepercayaannya itu. Ini berarti bahwa jika suatu perkawinan telah memenuhi syarat dan rukun nikah atau ijab kabul telah dilaksanakan bagi umat Islam atau pendetapastur telah melaksanakan pemberkatan atau ritual lainnya, maka perkawinan tersebut adalah sah terutama di mata agama dan kepercayaan masyarakat, tetapi sahnya perkawinan ini di mata agama dan kepercayaan masyarakat perlu diakui lagi oleh negara yang dalam hal ini ketentuannya terdapat pada Pasal 2 Ayat 2 UU Perkawinan, tentang pencatatan perkawinan. Sedangkan hukum nikah yang tidak dicatatkan ke KUA dan Perkawinan yang dilakukan tanpa diawasi oleh pegawai pencatat nikah PPN Nikah tidak mempunyai kekuatan hukum 3 , meski dianggap sah menurut agama, karena telah memenuhi syarat dan rukun nikah, tapi pernikahan ini masih menyisakan persoalan. Setidaknya yang bersangkutan dianggap “berdosa” karena mengabaikan perintah Alquran untuk mengikuti aturan pemerintah ulil amri. Firman Allah SWT.:           … “Wahai orang-orang yang beriman, patuhlah kamu sekalian kepada Allah swt. dan patuhlah kamu kepada Rasul dan ulil amri pemimpin di antara kamu”. QS. Al- Nisa’: 59 Pencatatan ini selanjutnya dinyatakan dalam surat-surat akte resmi yang dimuat dalam daftar pencatatan. Pencatatan perkawinan sama halnya dengan 3 Abdurrahman. Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: CV. Akademika Pressindo, 2007, h. 114 4 pencatatan peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan seseorang. Perkawinan berkaitan erat dengan hak waris-mewarisi dan keturunan, sehingga perkawinan perlu dicatat untuk menjaga jangan sampai ada konflik hukum setelah terlaksananya perkawinan. Pencatatan perkawinan disamping untuk memberikan kepastian hukum juga bertujuan untuk menjaga kelestarian dalam rumah tangga, sehingga tercapailah keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Akta perkawinan yang menjadi hasil dari pencatatan perkawinan itu, menjadi sesuatu yang harus dimiliki oleh suami dan isteri, supaya dapat memberikan ketertiban hukum dalam bermasyarakat dan bernegara. Dalam hal ini tidak akan timbul kesulitan apabila telah memiliki bukti autentik berupa akta perkawinan yang dibuat oleh penjabat yang berwenang. Dengan kata lain, dapat dijelaskan bahwa dengan akta perkawinan, maka isteri yang ditinggalkan oleh suaminya mempunyai suatu pegangan alat bukti yang menunjukkan bahwa dia benar-benar sebagai janda dari si suami yang telah meninggal dunia. Dalam menegakkan supremasi hukum perlu kiranya membangun imej yang positif terhadap efektifitas hukum itu sendiri, akan tetapi pengaturan perkawinan ini yang sudah ditetapkan dalam undang-undang acap kali tidak diindahkan oleh sebagian masyarakat Islam di Indonesia. Mereka berusaha menghindari sistem dan 5 cara pengaturan pelaksanaan perkawinan menurut undang-undang Perkawinan yang dinilai terlalu birokratis dan berbelit-belit serta membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dalam kaitan inilah penulis ingin membahas secara analitis terhadap perkawinan yang tidak tercatat, sehingga penulis hendak mewujudkannya dalam tulisan berbentuk skripsi, dengan judul : “PRAKTEK PERKAWINAN YANG TIDAK TERCATAT DI DESA KERTANEGARA, INDRAMAYU STUDI ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah yang penulis ungkapkan diatas, agar tidak melebar terlalu jauh maka penulis membatasi penelitian ini dengan hanya mengkaji mengenai faktor dan akibat perkawinan yang tidak tercatat serta implikasi terhadap perkawinan di desa Kertanegara, Indramayu., yang ditinjau dari hukum Islam dan hukum Positif setelah berlakunya UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan .

2. Perumusan Masalah

Di dalam pasal 2 ayat 2 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan bahwa “ Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di dalam pasal 5 ayat 1 KHI juga diatur bahwa agar terjaminnya 6 ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap perkawinan harus dicatat”. dalam prakteknya masih banyak masyarakat yang perkawinannya tidak dicatatkan dengan berbagai alasan padahal masyarakat mengetahui akibat-akibatnya. Rumusan tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi adanya perkawinan yang tidak tercatat dalam masyarakat Desa Kertanegara, Indramayu ? 2. Apa saja akibat hukum perkawinan yang tidak tercatat di desa Kertanegara menurut hukum Islam dan hukum positif ? 3. Apa perbedaan dan persamaan menurut hukum Islam dan hukum positif mengenai perkawinan yang tidak dicatatkan ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menjelaskan faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi perkawinan yang tidak tercatat di Desa Kertanegara, Indramayu. b. Untuk menjelaskan akibat hukum apa saja yang ditimbulkan atas perkawinan yang tidak tercatat. c. Untuk menjelaskan perbedaan dan persamaan menurut hukum Islam dan hukum positif mengenai perkawinan yang tidak tercatat. 2. Manfaat Penelitian 7 a. Bagi penulis sendiri, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan penulis agar lebih memahami hal-hal seputar perkawinan yang tidak dicatatkan dalam tataran teoritis maupun praktis. b. Menambah suatu sumbangan wawasan keilmuan berupa tinjauan hukum Islam dan Hukum Positif mengenai implikasi perkawinan yang tidak dicatatkan. c. Menambah literatur perpustakaan pusat maupun fakultas.

D. Studi Review

Penulis menemukan beberapa judul skripsi yang pernah ditulis oleh mahasiswa- mahasiswa sebelumnya yang berkaitan erat dengan judul skripsi yang akan diteliti oleh penulis. No Nama penulis Judul Tahun Substansi 1 Ahmad Muhajir, persepsi Masyarakat Betawi terhadap Persyaratan Poligami yang berpengaruh pada terjadinya nikah sirri, 2006. Fakultas Syariah dan Hukum Terjadinya nikah sirri disebabkan banyaknya persyaratan yang harus dipenuhi menurut Hukum positif. 2 Syarif Hidayatullah, Hukum Pengulangan Nikah Sirri, perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif. Studi kasus masyarakat Kedoya Kebon Jeruk Jak – Bar, 2006. Pengulangan akad yang disebabkan nikah sirri menurut hukum Islam dan Hukum positif. 8 Fakultas Syariah dan Hukum. 3 Hafizh, Perkawinan di Bawah Tangan dan Pengaruh terhadap Sengketa Pembagian Warisan Akibat Perceraian, 2005. Fakultas Syariah dan Hukum. Disini membahas perkawinan di bawah tangan berdampak pada sengketa pembagian warisan akibat perceraian. 4 A.Syaadzali, Mahalnya Biaya Pernikahan sebagai Faktor Pemicu Nikah di Bawah Tangan studi kasus di KUA kec. Benda Tangerang, 2006. Fakultas Syariah dan Hukum. Skripsi ini mengulas mahalnya biaya pernikahan sebagai faktor seseorang melakukan nikah di bawah tangan. Dari beberapa judul skripsi di atas, sudah jelas berbeda pembahasannya dengan skripsi yang akan dibahas oleh penulis. Penulis akan mencoba membahas praktek perkawinan di desa Kertanegara dan mencari apa yang melatarbelakangi masyarakat desa Kertanegara melakukan perkawinan tidak tercatat, apakah benar perkawinan tersebut menjadi tradisi masyarakat desa Kertanegara dan akibat dari perkawinan tersebut. 9

E. Metode Penelitian

Untuk memperoleh data yang akan dibutuhkan untuk menyusun skripsi ini, maka penulis menggunakan beberapa metode antara lain.

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian karya ilmiah ini, penulis menggunakan pendekatan empiris, yaitu suatu pendekatan penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan kondisi yang dilihat di lapangan secara apa adanya. 4 Pendekatan empiris ini diharapkan dapat menggali data dan informasi semaksimal mungkin tentang perkawinan yang tidak tercatat di desa kertanegara, Indramayu.

2. Sumber Data

a. Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari lapangan. 5 Dalam hal ini diperoleh dari hasil wawancara penulis kepada masyarakat desa Kertanegara, Indramayu. b. Data Sekunder yaitu data-data yang diperoleh dari bahan pustaka, dengan cara membaca, mencari data-data, keterangan, informasi yang relevan dengan konsep penelitian serta mengkaji literatur lainnya. 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2006, h.142. 5 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, h.36. 10

3. Teknik Pengumpul Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik berupa wawancara dan Observasi.

a. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara penulis atau pewanwancara dengan informan dengan menggunakan instrumen pengumpulan data yang dinamakan interview guide panduan wawancara. Penulis menggunakan teknik ini karena teknik interview merupakan teknik tanya jawab secara lisan yang berpedoman pada pertanyaan terbuka untuk mencari informasi secara detail dan terperinci. Dengan demikian diperoleh jawaban secara langsung yang sedalam-dalamnya tentang masalah yang dibahas.

b. Observasi

Penulis mengadakan pengamatan secara langsung di desa Kertanegara serta mengumpulkan data-data dan informasi yang terkait erat dengan penelitian ini.

4. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu suatu teknik menganalisis data dimana penulis menjabarkan data-data yang 11 telah didapatkan dari hasil wawancara dan observasi, kemudian menganalisis dengan content analysist analisa isi.

5. Teknik Penulisan

Sedangkan dalam penyusunan secara teknik penulisan semua berpedoman pada prinsip-prinsip yang telah diatur dan dibukukan dalam buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.

F. Sistematikan Penulisan

Agar penulisan skirpsi ini menjadi lebih sistematis, maka tata uraian terbagi menjadi lima bab dengan susunan sebagai berikut :

BAB I Bab pertama ini merupakan Pendahuluan yang terdiri dari Latar

Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Studi Review, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II Bab kedua ini menjelaskan tentang Kerangka Teori yang membahas

Pengertian Perkawinan dan Dasar hukum, Rukun dan Syarat, Tujuan dan Himah Perkawinan, Pencatatan Perkawinan, Pentingnya pencatatan perkawinan serta Pencatatan dalam hukum Islam dan Hukum Positif. 12

BAB III Bab ketiga ini berisikan tentang Gambaran umum masyarakat yang

terdiri dari Potensi sumber daya alam dan Praktek perkawinan yang tidak tercatat.

BAB IV Bab keempat berisikan tentang analisis perkawinan yang tidak tercatat

di desa Kertanegara, dengan menguraikan Analisis Hukum Islam dan Hukum Positif mengenai perkawinan yang tidak tercatat, yang berisikan faktor terjadinya perkawinan yang tidak tercatat dan akibat hukum perkawinan yang tidak tercatat., Persamaan serta perbedaan pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap perkawinan yang tidak tercatat.

BAB V Bab kelima yaitu uraian tentang penutup yang memuat tentang