Perubahan Interaksi Sosial Pada Lansia Dengan Penyakit Kronis Di Panti Werdha Abadi/Dharma Asih Binjai

(1)

Perubahan Interaksi Sosial pada Lansia dengan Penyakit Kronis

Di Panti Werdha Abadi/Dharma Asih Binjai

SKRIPSI

Oleh Afnijar Wahyu

061101005

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahNyalah penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul Perubahan Interaksi Sosial pada Lansia dengan Penyakit kronis Di Panti Werdha Abadi/Dharma Asih Binjai

Dalam penyusunan Skripsi ini penulis mendapakan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir-butir pemikiran yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ismayadi, S.Kp, Ns sebagai dosen pembimbing skripsi penulis yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

4. Wardiyah S.Kp. MKep selaku dosen penguji I 5. Iwan Rusdi S.Kp MNS selaku dosen penguji I

6. Erniyati, S.Kp. MNS selaku dosen pembimbing akademik 7. Jenny M. Purba S.Kp MNS selaku dosen validitas

8. Terima kasih kepeda yayasan Panti Werdha Abadi Dharma Asih Binjai sebagai tempat penelitian skripsi ini.

9. Terima Kasih kepada responden yang bersedia sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

10. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tuaku tercinta Bapak Alm.H. Zulkarnaen Ritongan dan Ibu Hj. Norma Dalimunthe atas segala dukungan moril dan materil serta do a sehingga skripsi ini terselesaikan, dan kepada abangku


(4)

Zulham, kakakku Irma dan Irvah serta adikku Putra yang selalu memberikan dukungan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Terkhusus buat M.Irfan Ramadhan yang selalu mendukungku, memotivasi serta memberikan semanagat dan doa untuk menyelesaikan skripsi ini

12. Rekan-rekan mahasiswa keperawatan S1 fkultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, khususnya buat Ema dan Happy yang selalu member dukungan yang luar biasa dan teman-teman seperjuangan ku Ananda, Oci, Ito, Eqlima, dan Elfi serta teman-teman yang lain yang tidak bias saya sebutkan namanya satu persatu serta semua pihak yang telah memverikan semangat dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga segenap bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengembangan ilmu pengetahuan dibidang keperawatan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan.

Medan, Januari 2011


(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Skema ... vii

Daftar Tabel ... viii

Abstarak ... ix

BAB 1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Lansia ... 6

1.1. Defenisi Lansia... 6

1.2. Batasan Lanjut Usia... 6

1.3. Status Kesehatan Lansia ... 6

1.4. Perjalanan Penyakit Lansia... 7

1.5. Diagnosis Penyakit Lansia ... 8

1.6. Perubahan yang Terjadi Pada lansia... 8

2. Konsep Penyakit kronis... 9

2.1. Defenisi Penyakit kronis... 9

2.2. Kategori Penyakit Kronis ... 10

2.3. Fase-fase Penyakit Kronis ... 11

2.4. Penyakit Kronis pada lansia ... 12

2.5. Manajemen Penyakit Kronis ... 13

3. Konsep Interaksi Sosial ... 15

3.1. Defenisi Interaksi Sosial... 15

3.2. Macam-macam Interaksi Sosial ... 15

3.3. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial... 16

3.4. Ciri-ciri Interaksi Sosial ... 17

3.5. Faktor-faktor Terjadinya Interaksi Sosia... 17

3.6. Sosialisasi pada Lansia ... 19

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep ... 20

3.2 Defenisi Konseptual ... 22

3.3 Definisi Operasional ... 22

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 23


(6)

4.2.1 Populasi ... 23

4.2.2 Sampel ... 23

4.3 Teknik Sampling ... 23

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

4.5 Pertimbangan Etik Penelitian ... 24

4.6 Instrumen Penelitian ... 25

4.7 Pengumpulan Data ... 26

4.8 Analisa Data ... 27

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 28

5.1 Hail Penelitian ... 28

5.2 Pembahasan ... 33

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 37

6.1 Kesimpulan... 37

6.2 Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran-lampiran

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responen 2. Instrumen penelitian

3. Surat izin penelitian 4. Hasil analisa data


(7)

DAFTAR SKEMA

Skema

1. kerangka konseptual penelitian perubahan interaksi sosial pada lansia dengan penyakit kronis... 24


(8)

DAFTAR TABEL Tabel

1. Distribusi dan frekuensi responden berdasarkan karakteristik demografi.... 33 2. Data distribusi frekuensi dan persentasi perubahan interaksi sosial pada

lansia dengan penyakit kronis... 34 3. Distribusi frekuensi dan persentasi perubahan interaksi sosial lansia


(9)

Judul : Perubahan Interaksi Sosial Lansia dengan Penyakit Kronis Di Panti Werdha Abadi/Dharma Asih Binjai

Nama : Afnijar Wahyu

Fakultas : Keperawatan

Tahun : 2011

Abstrak

Lansia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam rentang kehidupan seseorang yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang ytelah menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat. Seiring dengan berlanjutnya usia dengan itu masalah kesehatan mulai mengalami gangguan, terutama penyakit yang bersifat kronis. Dalam hal ini munculnya penyakit kronis akan mempengaruhi lansia terhadap interaksi sosialnya dengan orang lain. Penelititian ini bertujuan untuk mengidentifikasi terjadinya perubahan interaksi sosiallansia dengan penyakit kronis dengan menggunakan desain deskriftif, dengan menggunakanpurposive samping sebanyak 43 responden. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Data yang sudah dikumpul dianalisa menggunakan system komputerisasi. Dari hasil analisa didapatkan 88,4% responden mengalami perubahan interaksi social atau interaksi social lansia dikategorikan buruk. Hasil penelitian ini merekomendasikan agar perawat meningkatkan asuhan keperawatan lansia denhgan penyakit kronis terhadap perubahan interaksi sosialnya.


(10)

Judul : Perubahan Interaksi Sosial Lansia dengan Penyakit Kronis Di Panti Werdha Abadi/Dharma Asih Binjai

Nama : Afnijar Wahyu

Fakultas : Keperawatan

Tahun : 2011

Abstrak

Lansia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam rentang kehidupan seseorang yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang ytelah menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat. Seiring dengan berlanjutnya usia dengan itu masalah kesehatan mulai mengalami gangguan, terutama penyakit yang bersifat kronis. Dalam hal ini munculnya penyakit kronis akan mempengaruhi lansia terhadap interaksi sosialnya dengan orang lain. Penelititian ini bertujuan untuk mengidentifikasi terjadinya perubahan interaksi sosiallansia dengan penyakit kronis dengan menggunakan desain deskriftif, dengan menggunakanpurposive samping sebanyak 43 responden. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Data yang sudah dikumpul dianalisa menggunakan system komputerisasi. Dari hasil analisa didapatkan 88,4% responden mengalami perubahan interaksi social atau interaksi social lansia dikategorikan buruk. Hasil penelitian ini merekomendasikan agar perawat meningkatkan asuhan keperawatan lansia denhgan penyakit kronis terhadap perubahan interaksi sosialnya.


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Proses menua adalah sebuah proses yang mengubah orang dewasa sehat menjadi rapuh disertai dengan menurunnya cadangan hampir semua sistem fisisologis dan disertai pula dengan meningkatnya kerentanan terhadap penyakit dan kematian. Pendapat lain mengatakan bahwa menua merupakan suatu proses menghilangnya secara berlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas termasuk infeksi dan kemampuan untuk memperbaiki kerusakan yang diderita (Suryadi, 2003).

Pada lansia terdapat banyak perubahan yang terjadi mencakup perubahan-perubahan fisik, mental, psikososial, dan perkembangan spiritual. Perubahan fisik mencakup perubahan pada persarafan, penglihatan, kardiovaskuler, dan lain-lain. Menurut Kuntjoro (2002) perubahan mental dipengaruhi oleh penurunan kondisi fisik, penurunan fungsi dan potensi seksual, perubahan aspek psikososial, perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan dan perubahan dalam peran sosial di masyarakat. Perubahan psikososial dialami lansia yang dulunya bekerja mengalami pensiun kemudian merasakan kehilangan finansial, perubahan pada status, teman dan kegiatan. Sedangkan perubahan spiritual dijelaskan Murray dan Zenter (1987) lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia memiliki dampak yang


(12)

mencakup semakin tingginya tingkat ketergantungan, masalah kesehatan, masalah psikologi mental spiritual dan lain-lain. (Kuntjoro, 2002).

Secara demografis, berdasarkan sensus penduduk tahun 1971, jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas sebesar 5,3 juta (4,5%) dari jumlah penduduk di Indonesia. Selanjutnya pada tahun 1980, jumlah ini meningkat menjadi 11,3 juta (6,4%). Pada tahun 2000 diperkirakan meningkat sekitar 15,3 juta (7,4%) dari jumlah penduduk, dan pada tahun 2005 jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 18,3 juta (8,5%). Dan pada tahun 2005-2010, jumlah lanjut usia akan sama dengan jumlah balita, yang sekitar 19,3 juta (9,0%) dari jumlah penduduk. Bahkan pada tahun 2020-2025, Indonesia akan menduduki peringkat negara dan struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC (Republik Rakyat China), India, Amerika Serikat dengan umur harapan hidup diatas 70 tahun. Dan menurut Biro Pusat Statistik, pada tahun 2005 di Indonesia terdapat 18.238.107 penduduk lansia. Jumlah ini akan meningkat hingga 33 juta orang lansia 12% dari total penduduk (Wahjudi, 2008).

Penyakit kronis merupakan penyakit yang berlangsung lama dan biasanya menyebabkan kematian. Menurut data SKRT (Survey Kesehatan Rumah Tangga) penyakit kronis masih tinggi, SKRT tahun 1980 menunjukkan angka kesakitan usia 55 tahun ke atas sebesar 25,7%. Berdasarkan SKRT tahun 1986 angka kesakitan usia 55 tahun 15,1% dan menurut SKRT 1995 angka kesakitan usia 49-60 tahun sebesar 11,6% (Wirakartakusuma, 2000). Dalam penelitian Profil Penduduk Usia Lanjut Di Kodya Ujung Pandang ditemukan bahwa lansia menderita berbagai penyakit yang berhubungan dengan ketuaan antara lain diabetes mellitus, hipertensi, jantung koroner, rematik, dan asma sehingga menyebabkan aktifitas bekerja terganggu (Illyas, 1997).


(13)

Demikian juga temuan studi yang dilakukan Lembaga Demografi Universitas Indonesia di Kabupaten Bogor tahun 1998 sekitar 72% lansia mengidap penyakit kronis. Tekanan darah tinggi adalah penyakit kronis yang paling banyak diderita lanjut usia ,sehinnga mereka tidak dapat melaksanakan aktifitas kehidupan sehari-hari (Suriyono, 2008). Sifat penyakit pada lansia perlu sekali untuk dikenali supaya kita tidak salah ataupun terlambat menegakkan diagnosa, sehingga terapi dan tindakan lain mengikutinya dengan segera dapat dilaksanakan. Sebab penyakit pada orang-orang lansia lebih bersifat endogen daripada eksogen. Hal ini mungkin disebabkan karena menurunya fungsi berbagai alat tubuh karena proses menjadi tua. Ketika lansia mengalami penyakit kronis akibat perubahan fisik yang semakin menua maka perubahan ini akan sangat berpengaruh terhadap peran dan hubungan dirinya dengan lingkungannya, akibatnya sosialisasinya pun mengalami kemunduran pada umumnya hubungan sosial yang dilakukan pada lansia adalah karena mereka mengacu pada teori pertukaran sosial. Hubungan ini mendatangkan kepuasan yang timbul dari prilaku orang lain (Ratna, 2005).

Menurut soerjono soekamto (1997) bahwa interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat : 1) Adanya kontak sosial, dengan adanya perkembangan teknologi sekarang ini kontak sosial dapat dilakukan melalui surat, telefon, radio, dan sebagainya. 2) Adanya komunikasi, berkomunikasi adalah suatu proses yang dilakukan setiap hari, akan tetapi komunikasi bukanlah sesuatu hal yang mudah. Sebagai contoh salah paham merupakan hasil komunikasi yang tidak efektif dan sering terjadi berkomunikasi dengan lansia merupakn hal yang sangat sulit, hal ini disebabkan karena faktor fisik dan psikis.


(14)

Demikian halnya jika lansia mengalami penyakit kronis maka kedua faktor tersebut akan berpengaruh, akibatnya kontak sosial mungkin akan sulit terjadi. Dengan semakin lanjut usia seseorang secara berangsur-angsur ia akan melepaskan diri dari lingkungan sosialnya karena berbagai keterbatasan yang dimilikinya.

Dan menurut survey awal yang dilakukan di Panti Werdha Abadi/Dharma Asih Binjai ternyata hampir setengah dari populasi lansia mengalami penyakit kronis, dan jumlah populasi lansia dipanti tersebut adalah 160 orang dan yang menderita penyakit kronis dan menderita penyakit kronis mencapai 135, dan menurut pengurus panti lansia yang mengalmai penyakit kronis jarang berbaur dengan teman-temannya.

Oleh karenanya hal tersebut membuat penulis tertarik untuk meneliti tentang perubahan interaksi sosial pada lansia dengan penyakit kronis. Dan penelitian ini akan dilakukan di Panti Werdha Abadi/Dharma Asih Binjai.

2. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana perubahan interaksi sosial yang terjadi pada lansia dengan penyakit kronis di Panti Werdha Abadi/Dharma Asih Binjai?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perubahan interaksi sosial pada lansia dengan penyakit kronis.

4. Manfaat Penelitian


(15)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang perubahan interaksi sosial pada lansia dengan penyakit kronis sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam memberikan asuhan keperawatan.

4.2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai referensi tentang perubahan interaksi sosial pada lansia dengan penyakit kronis dalam keperawatan gerontik.

4.3. Bagi Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian keperawatan dan untuk dikembangkan pada penelitian berikutnya dalam ruang lingkup perubahan interaksi sosial pada lansia yang mengalami penyakit kronis.


(16)

BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

1. Konsep Lansia

1.1. Pengertian Lanjut Usia

Lansia atau uisa tua adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang telah menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat (Hurlock, 1999).

1.2. Batasan Lanjut Usia

Negara-negara maju di Eropa dan Amerika menganggap batasan umur lansia adalah 65 tahun dengan pertimbangan bahwa pada usia tersebut orang akan pensiun. Tetapi akhir-akhir ini telah dicapai consensus yang di tetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO) bahwa sebagai batasan umur lansia adalah 60 tahun (Suryadi, 2003).

1.3. Status Kesehatan Lansia

Kesehatan dan status fungsional seorang lansia ditentukan oleh resultante dari faktor-faktor fisik, psikologik dan social ekonomi. Faktor-faktor tersebut tidak selalu sama besar perananya sehingga selalu harus di perbaiki bersamaan dengan perawatan pasien secara menyeluruh. Di Negara-negara sedang berkembang faktor sosial ekonomi atau financial hamper selalu meropakan kendala yang penting (Surayadi, 2003).


(17)

1.4. Perjalanan Penyakit Lansia

Pada umumnya perjalanan penyakit lansia adalah kronik (menahun), diselingi dengan eksaserbasi akut. Selain dari pada itu penyakitnya bersifat progresif yang mengakibatkan kecacatan. Yang lama sebelum akhirnya penderita meninggal dunia. Penyakit yangprogresif ini berbeda dengan penyakit pada usia remaja atau dewasa yaitu tidak memeberikan proteksi atau imunitas tetapi justru menjadikan lansia rentan terhadap penyakit lain karena daya dahan tubuh yang makin menurun (Suryadi, 2003).

1.5. Sifat Penyakit Lansia

Sifat penyakit orang-orang pada lansia perlu sekali untuk dikenali supaya kita tidak salah ataupun terlambat menegakkan diagnosis, sehingga terapi dan tindakan lain yang mengikutinyadengan segera dapat di laksanakan, sebab penyakit pada orang-orang lansia umumnya lebih lebih bersifat endogen daripada eksogen. Hal ini kemungkinan disebabkan karena menurunya fungsi berbagai alat tubuh karena proses menjadi tua. Selain itu produksi zat-zat untuk tahan tubuh akan mengalami kemunduran. Oleh karena itu faktor penyebab eksogen (infeksi) akan lebih mudah hinggap. Seringkali juga terjadi penyebab penyakit pada lansia tersembunyi, sehingga perlu dicari secara sadar dan aktif. Keluhan-keluhan pasien lansia sering tidak khas, tidak jelas, apatik dan simptomatik. Oleh karena sifat-sifat asimptomatik atau tidak khas tadi, akan mengakibatkan variasi individual munculnya gejala dan tanda-tanda penyakit meskipun penyakitnya sama (Surayadi, 2003).


(18)

1.6. Diagnosis Penyakit Pada Lansia

Membuat diagnosa penyakit pada lansia pada umumnya lebih sukar dibandingkan pasien usia remaja atau dewasa. Oleh karena menegakkan diagnosis pasien lansia kita perlu melakukan observasi penderita agak lebih lama, sambil dengan mengamati dengan cermat tanda-tanda dan gejala-gejala penyakitnya yang juga sering kali tidak nyata. Dalam hal ini allo- anamneses dari keluarga harus digali. Seringkali sebab penyakitnya bersifat berganda dan kumulatif, terlapes satu sama lain ataupun saling mempengaruhi timbulnya (suriyadi, 2003)

1.7. Perubahan yang Terjadi Pada Lansia

Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, mental, dan psikososial.

a. Perubahan Fisik

Kekuatan fisik secara menyeluruh berkurang, merasa cepat lelah dan stamina menurun, sikap badan yang semula tegap menjadi membungkuk, otot-otot mengecil, hipotropis, terutama di bagian dada dan lengan, dan pada kulit mengerut atau kriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis. Sedangkan pada rambut telah memutih dan pertumbuhan berkurang sedang rambut dalam hidung dan telinga mulai menebal. Dan perubahan pada indra misalnya pada penglihatan, hilangnya daya akomodasi. Pada pendengaran pengumpulan serumen dapat terjadi karena meningkatnya kreatinin. Dan selanjutnya


(19)

adalah pengapuran pada tulang rawan, seperti tulang dada sehingga dada menjadi kaku dan sulit bernafas.

b. Perubahan Sosial

Perubahan sosial yang terjadi adalah perubahan peran post power syndrome, single women, dan single parent. Dan ketika lansia lainnya meninggal maka muncul perasaan kapan akan meninggal, terjadinya kepikunan yang dapat mengganggu dalam bersosialisasi serta emosi mudah berubah, sring marah- marah dan mudah tersinggung.

c. Perubahan Psikologi

Perubahan pada lansia meliputi short term memory. Frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan depresi dan kecemasan.

2. Konsep Penyakit Kronik

2.1. Definisi Penyakit Kronis

Menurut Blesky (1990) penyakit kronis adalah penyakit yang mempunyi karakteristik yaitu suatu penyakit yang bertahap-tahap, mempunyai perjalan penyakit yang cukup lama, dan sering tidak dapat disembuhkan. Sedangkan menurut Adelman & Daly (2001) penyakit kronis adalah penyakit yang membutuhkan waktu yang cukup lama, tidak terjadi secra tiba-tiba atau spontan, dan biasanya tidak dapat disembuhkan dengan sempurna.

Karakteristik penyakit kronis adalah penyebabnya tidak pasti, memilki faktor resiko yang multiple, membutuhkan durasi yang lama, menyebabkan kerusakan


(20)

fungsi natau ketidak mampuan, dan tidak dapat di sembuhkan. Penyakit kronis ini tidak disebabkan oleh infeksi atau pathogen melainkan oleh gaya hidup, prilaku beresiko, pajanan yang berkaitan dengan proses penuaan.

Penyakit kronis cendrung menyebabkan kerusakan yang bersifat permanen yang memperlihatkan adanya penurunan atau menghilangnya suatu kemampuan untuk menjalankanberbagai fungsi, terutama muskuloskletal dan organ-organ pengindraan. Penyakit kronis tidak dapat disembuhkan ttapi dapat diminimalkan tingkat keparahanya dengan merubah prilaku, gaya hidup dan pajanan terhadap faktor-faktor tertentu di dalam kehidupan.

2.2. Kategori Penyakit Kronis

Menurut Christianson, dkk (1998 dikutip dari Conrad, 1978) ada beberapa penyakit kronis yaitu,

Lived With Illnesses. Pada kategori ini individu diharuskan beradaptasi dan mempelajari kondisi penyakitnya selam hidup, dan biasanya mereka tidak mengalami kehidupan yang mengancam. Penyakit yang termasuk dalam katgori ini adalah diabetes, asma, arthritis, dan epilepsi.

Mortal Illnesses. Pada kategori ini secara jelas individu kehidupannya terancam dan individu yang menderita penyakit ini hanya bias merasakan gejala-gejala dari penyskitnya dan ancaman kematian. Penyakit yang dalam kategori ini adalah kanker dan penyakit kardiovaskuler.

At Risk Illnesses. Kategori penyakit ini sangat berbeda dari dua kategori sebelumnya. Pada kategori penyakit ini tidak menekankan pada penyakitnya


(21)

tetapi pada resiko penyakitnya. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah hipertensi, dan penyakit yang berhubungan dengan hereditas.

2.3. Fase-fase Penyakit Kronis

Menurut Smeltzer & Bare (2001) ada sembilan fase dalam penyakit kronis, yaitu :

Fase Pra-trajectory.Indivividu berisoko terhadap penyakit kronis karena faktor-faktor genetik atau prilaku yang meningkatkan ketahanan seseorang terhadap penyakit kronis.

Fase Trajectory. Adanya gejala yang berkaitan dengan penyakit kronis. Fase ini sering tidak jelas karena sedang dievaluasi dan pemeriksaan diagnostic sering dilakukan.

Fase stabil. Terjadi ketika gejala-gejala dan perjalanan penyakit terkontrol. Aktifitas kehidupan sehari-hari dapat tertangani dalam keterbatasan penyakit. Terhadap gangguan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

Fase tidak stabil. Periode ketidakmampuan untuk menjaga gejala tetap terkontrol atau reaktivasi penyakit. Terdapat gangguan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

Fase akut. Ditandai dengan gejala-gejala yang berat dan tidak dapat pulih atau komplikasi yang membutuhkan perawatan di rumah sakit untuk menanganinya.

Fase krisis. Ditandai dengan situasi kritis atau mengancam jiwa yang membutuhkan pengobatan atau perawatan kedaruratan.


(22)

Fase pulih. Pulih kembali pada cara hidup yang diterima dalam batasan yang dibebani oleh penyakit kronis.

Fase penurunan. Terjadi ketika perjalanan penyakit berkembang dan disertai dengan peningkatan ketidakmampuan dan kesulitan dalam mengatasi gejalaa-gejala.

Fase kematian. Ditandai dengan penurunan bertahap tau cepat fungsi tubuh dan penghentian hubungan individual.

2.4. Penyakit Kronis Pada Lansia

Beberapa penyakit yang di derita lansia antara lain, penyakit Alzheimer, ateroskoliosis, kanker, gagal jantung kongestif, penyakit arteri koroner, diabetes glukoma, hipertensi, osteoarthritis, stroke (Timmreck, 2005).

Dari penelitian bersama badan kesehatan dunia (WHO: World Health Organization) dan 4 negara di Asia Tenggara Termasuk Indonesia pada tahun 1990 para lansia (usia 60 tahun ke atas) penyakit arthritis/rematik menempati peringkat pertama yaitu 49,0%.


(23)

Table studi komunitas lansia oleh badan kesehatan dunia (WHO) di Jawa Tengah Tahun (1990).

NO Penyakit/Keluhan % W : P

01 Artritis/reumatik 49.0 W > P

02 Hipertensi + PJK 15,2 W > P

03 Bonkitis/Dispnea 7,4 W < P

04 Diabetes militus 3,3 W = P

05 Jatuh 2,5 W > P

06 Stroke/ paralisis 2,1

07 TB paru 1,8 W = P

08 Patah tulang 1,0 W = P

09 Kanker 0,7 W = P

10 Masalah kesehatan yang mempengaruhi kepada aktivitas hidup sehari-hari

29,3 2.5. Manajemen penyakit kronis

penyakit kronis menghasilkan beban terbesar dari bidang kesehatan dalam masyarakat di masa modern saat ini. Para dokter sedang menghadapi tantangan terbesar dalam mengatasi masalah tersebut. Sedangkan jumlah penderita penyakit kronis terus bertambah dari tahun ke tahun. Kebanyakan penderita penyakit kronis tersebut memiliki minimal dua atau bahkan lebih dari dua penyakit yang diderita. Istilah manajemen penyakit kronis atau chronic disease management (CDM) adalah sistem pelayanan yang dirancang untuk meningkatkan dejarat kesehatan pasien dan mengurangi biaya yang berkaitan dengan penyakit jangka panjang Maver (2008).Pada dasarnya sistem ini bertujuan untuk menciptakan cost-effective treatment yang terdiri dari promosi kesehatan, tindakan preventif, mendeteksi secara dini, dan gaya hidup sehat.


(24)

Keberhasilan sebuah manajemen penyakit kronis yang baik dapat tercipta apabila komponen-komponen kunci ini dapat terpenuhi yaitu, penggunaan sistem informasi untuk mengakses data kunci pada individu dan populasi, mengidentifikasi pasien dengan penyakit kronis, stratifikasi pasien menurut risiko, melibatkan pasien dalam perawatan mereka sendiri, melibatkan multidisciplinary teams, mengintegrasikan keahlian dokter spesialis dan dokter umum, mengintegrasikan perawatan melintasi batas organisasi, bertujuan untuk meminimalkan kunjungan yang tidak perlu. Sehingga, untuk mencapai semua syarat tersebut diperlukan sebuah hubungan timbal balik yang erat antara masyarakat, sistem kesehatan dan kinerja institusi kesehatan. Dalam hal kinerja institusi kesehatan, sebuah institusi di katakan memiliki kinreja yang baik apabila memenuhi aspek menurut Grumbach & Bodenheimer (2004) adalah sistem organisasi yang terintregasi dan terstuktur secara baik, pembagian kerja antara dokter spesialis, dokter umum perawat , dan profesional kesehatan lainnya yang tidak overlapping satu sama lain,Effective team work antar profesional kesehatan, komunikasi dan kolaborasi antar profesional kesehatan dalam pengelolaan konflik (managing conflict)

Saat ini, manajemen penyakit kronis sendiri telah diaplikasikan di Indonesia, khususnya di puskesmas. Dengn merubah tren pengobatan kuratif menjadi preventif, puskesmas yang notaben garda depan pelayanan kesehatan dituntut untuk mampu menciptakan masyarakat Indonesia yang sehat.


(25)

3. Konsep Interaksi Sosial

3.1. Definisi Interaksi Sosial

Menurut Maryati dan Suryawati (2003) bahwa interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respon antar individu, anatar kelompok atau antar individu dan kelompok. Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan Handayani (2004) interaksi social adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menhasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial. Dan menurut Siagian (2004) interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling mempercayai, menghargai dan saling mendukung.

3.2. Macam-macam Interaksi Sosial

Menurut Muryati dan Suryawati (2003) interaksi sosial dibagi menjadi 3 macam anatara lain: 1. Interaksi antar individu dan individu artinya, dalam hubungan ini bisa terjadi hubungan positif dan negative. Interaksi positif jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatife, jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan), 2. Interaksi antar invidu dan kelompok artinya, interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam-macam sesuai situasi dan kondisi. Dan yang ke 3. Interaksi sosial antar kelompok dan kelompok, intraksi sosial kelompok dan kelompok ini terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi.


(26)

Menurut Indah (2002), interaksi social dikategorikan kedalam bentuk yaitu, Interaksi sosial yang bersifat asosiatif yaitu yang mengarah kepada bentuk-bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti :

a) Kerjasama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

b) Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok-kelompok untuk meredakan pertentangan.

c) Asimilasi adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama.

d) Aukulturasi adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan satu kebudayaan tertentu di hadapkan dengan unsur-unsur dari kebudayaan asing.sedemikian rupa sehingga lambat laun usur-unsur kebudayaan asing itu di terima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.

e) Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni yang mengarah pada bentuk-bentuk pertentangan atau konflik seperti, 1) Persaingan adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau ahsil secara kompetetif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik dipihak lawannya. 2) Kontravensi adalah bentuk proses sosial yang berada


(27)

diantara persaingan dan pertentengan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang-terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai pada kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik. 3) Konflik adalah proses sosial antara perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial dianatara mereka yang bertikai tersebut.

3.4. Ciri-ciri Interaksi Sosial

Menurut Beriadi (2002), ada empat ciri-ciri interaksi sosial anatara lain, jumlah pelakunya lebih dari satu orang, terjadinya komunikasi diantara pelaku melalui kontak sosial, mempunyai maksud atau tujuan yang jelas, dan dilaksanakan melalui satu pola sistem sosial tertentu.

3.5. Faktor-faktor Terjadinya Interaksi Sosial

Menurut zaini (2003), interaksi sosial bisa berlangsung jika memenuhi dua syarat anatar lain, adanya kontak sosial, adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan awal terjadinya interaksi sosial, dan masing-masing pihak saling beraksi antara satu sama lain meski tidak harus bersentuhan


(28)

secara fisik. Dan yang ke dua adalah komunikasi, berhubungan atau bergaul dengan orang lain.

3.6. Bentuk-bentuk penyimpangan pada interaksi sosial

Bentuk-bentuk penyimpangan dalam interaksi sosial dikategorikan menjadi 2 antara lain, penyimpangan primer adalah penyimpangan yang dilakukan seseorang akan tetapi sipelaku masih dapat diterima masyarakat. Ciri penyimpangan ini bersifat temporer atau sementara, tidak dilakukan secara berulang-ulang dan masih dapat ditolerir oleh masyarakat. Sedangkan penyimpangan sekunder adalah penyimpangan yang dilakukan seseorang yang secara umum dikenal sebagai prilaku penyimpang. Penyimpangan ini tidak biasa ditolerir oleh masyarakat.

Penyimpangan ini juga mempunyai faktor dan penyebab antara lain, longgar tidaknya nilai norma, sosialisasi yang tidak sempurna, sosialisasi sub kebudayaan yang menyimpang. Dan peneybab prilaku menyimpang ada 3 anatara lain adalah, 1) penyebab biologis berdasarkan ciri-ciri biologis tertentu orang dapat diidentifikasikan ciri-ciri tersebut antara lain bentuk muka, 2) psikologis menjelaskan sebab terjadinya penyimpangan ada kaitannya dengan kepribadian retak atau kepribadian yang memiliki kecendrungan untuk melakukan penyimpangan atau traumatik, 3) sosiologis menjelaskan sebab terjadinya prilaku menyimpang ada kaitannya dengan sosialisasi yang kurang tepat individu tidak dapat menyerap norma-norma kultural budayanya (Hariono, 2005).


(29)

Sosialisasi pada lansia mengalmi kemunduran setelah terjadinya pemutusan hubungan kerja atau tibanya saat pensin. Teman-teman sekerja yang biasanya menjadi curahan sgala masalah sudah tidak dapat dijumpai setiap hari. Lebih-lebih lagi ketika teman sebaya sudah lebih dahulu meninggalkannya. Sosialisa yang dapat dilakukan adalah dengan keluarga dan masyarakat yang relatif berusia lebih muda. Pada umumnya hubungan sosial yang dilakukan para lansia karena mengacu pada teori pertukaran sosial. Dalam teori pertukaran sosial sumber kebahagian manusia umumnya berasal dari hubungn sosial. Hubungan ini mendatangkan kepuasan yang timbul dari prilaku oramng lain (Ratnasuhartini, 2005).


(30)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan interaksi sosial pada lansia dengan penyakit kronis di Panti Werdha Abadi/Dharma Asih Binjai. Penyakit kronik merupakan penyakit yang bertahap-tahap, mempunyai perjalanan penyakit yang cukup lama, dan sering tidak dapat disembuhkan. Dan penyakit kronis ini sering dialami oleh lansia hal ini mungkin disebabkan karena menurunnya fungsi berbagai alat-alat tubuh karena proses penuaan. Dan ketika lansia mengalami penyakit kronis akibat perubahan fisik yang semakin menua maka hal ini akan sangat berpengaruh terhadap peran dan hubungan dirinya dengan lingkungan, akibatnya sosialisasinya pun mengalami kemunduran sehinnga terjadilah perubahan interaksi sosialnya.

Dan menurut Zaini (2003), interaksi sosial bisa berlangsung jika memenuhi dua syarat antara lain adanya konyak sosial adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan awal terjadinya interaksi sosial dan masing-masing pihak saling bereaksi antara satu sama lain. Dan yang kedua adalah komunikasi, berhubungan atau bergaul dengan orang lain.


(31)

Interaksi sosial yang dilakukan lansia yang mengalami penyakit kronis akan dikategorikan menjadi 2 yaitu interaksi sosial baik dan interaksi sosial buruk. Jika interaksi sosialnya baik maka tidak terjadinya perubahan interaksi sosial dan sebaliknya jika interaksi sosialnya buruk maka terjadi perubahan interaksi sosial.

Adapun kerangka konseptual untuk penelitian perubahan interaksi sosial pada lansia dengan penyakit kronis.

Skema 1. Kerangka penelitian perubahan interaksi sosial pada lansia dengan penyakit kronis

2. Definisi Konseptual dan Operasional

2.1. Defenisi Konseptual Lansia dengan penyakit kronis :

Arthritis/reumatik Hipertensi + PJK Bronchitis/Dispnea Diabetes miletus Jatuh

Stroke/paralisis TB paru

Patah tulang Kanker

Perubahan Intersksi Sosial yang terjadi

antara lain -individu dengan

individu -individu dengan

kelompok -kelompok dengan


(32)

Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan yang dinamis yang menyangkut hubungan antar orang-perorangan, antar kelompok-kelompok manusia, maupun antar orang-perorangan denagn kelompok manusia. Dan interaksi sosial ini memiliki syarat serta bentuk. Syaratnya adalah harus ada kontak sosial dan adanya komunikasi. Dan bentuknya adalah kerjasama, persaingan, dan pertentangan. 2.2. Defenisi Oprasional

Interaksi sosial adalah hubungan yang dinamis yang menyangkut hubungan interaksi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok.

Tabel 2.2.1. Defenisi operasional Variabel penelitian

Variabel Alat ukur Hasil ukur Skala

Perubahan

interaksi sosial dengan penyakit kronis

Kuesioner dengan 10 pertanyaan yaitu 1-4 adalah pertanyaan positif dengan pilihan jawaban yaitu : 2= sering

1=kadang-kadang 0= tidak pernah

Sedangkan pertanyaan nomoor 5-10 adalah pertanyaan negatif dengan p[ilihan jawaban yaitu 2= tidak pernah 1= kadang-kadang 0= sering Dinilai berdasarkan skor tertinggi dari masing-masing jawaban yaitu jarang dilakukan, kadang-kadang dilakukan dan sering dilakukan.


(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitin ini adalah metode deskriftif eksploratif. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengidentifikasi perubahan interaksi sosial pada lansia dengan penyakit kronis.

2. Populasi dan sampel

2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang menderita penyakit kronis di Panti Werdha Abadi/Dharma Asih Binjai.

2.2. Sampel

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini didasarkan rumus Arikunto, yaitu jumlah subjek dalam populasi lebih dari 100 orang maka besar sampel yang diambil kurang lebih 25-30% dari jumlah subjek (Arikunto, 2005). Dan hasil survey awal yang dilakukan ternyata jumlah lansia yang menderita penyakit kronis sebesar 135 orang. Dari rumusan tersebut didapatlah jumlah sampel sebanyak 43 orang.


(34)

3. Teknik Sampling

Dalam penelitian ini akan digunakan teknik purposive sampling yaitu suatu teknik pengambilan sampel dianatara populasi sesuai dengan kreteria penelitian. Sehinnga sampel tersebut dapat mewakili karakteristrik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2003).

Adapun kreteria sampel dalam penelitian ini adalah :

1) Lanjut usia yang berusia 60 tahun ke atas 2) Lanjut usia menderita penyakit kronik

3) Dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik 4) Bersedia menjadi responden peneliti

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Panti Werdha Abadi/Dharma Asih Binjai, alasan memilih panti werda ini karena merupakan panti werdha milik pemerintah di bawah koordinasi Dinas Sosial dengan kapasitas jumlah lanjut usia yang memadai sesuai dengan kriteria.

5. Pertimbangan Etik Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menjelaskan terlebih dahulu maksud, tujuan, dan prosedur penelitian kepada responden. Apabila responden bersedia, maka responden diminta menandatangani lembar persetujuan (impormed consent) responden berhak menolak atau mengundurkan diri selama penelitian. Untuk menjaga kerahasiaan, maka nama responden tidak dicantumkan pada lembar pengumpulan data


(35)

yang telah diisi responden hanya diberi nomor kode tertentu. Kerahaasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti dan hanya dipergunakan dalam penelitian ini. Selama proses pengambilan data tidak menimbulkan sakit baik secara fisik maupun tekanan psikologis pada responden yang diteliti.

6. Instrument Penelitian

6.1. Kuesioner Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesiner ini terdiri dari 2 bagian yaitu bagian pertama kusioner tentang data demografi responden meliputi usia, jenis kelamin, agama, suku, tingkat pendidikan, status pekerjaan sebelumnya, status perkawinan.

Bagian kedua adalah kuisioner tentang perubahan interaksi sosial pada lansia dengan penyakit kronis. Kuisioner ini terdiri dari 10 pernyataan, 4 pernyataan positif dan 6 pernyataan negatif dengan pilihan jawaban sering, kadang-kadang dan tidak pernah. Pernyataan positif jika jawabaannya sering nilainya 2, jika jawabanya kadng-kadang nilainya 1, dan jika jawabanya tidak pernah nilainya 0. Dan sebaliknya jika pernyataan negatife jika jawabannya jika jawabannya sering nilaninya 0, jika jawabannya kadang-kadang nilainya 1 dan jika jawabannya tidak pernah nilainya 2.

6.2. Uji Validitas

Instrumen dalam penelitian ini dengan kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan kepustakaan, oleh karenanya perlu dilakukan uji


(36)

validitas. Uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas isi yang dilakukan oleh orang-orang yang ahli dibidangnya yaitu ahli kejiwaan.

6.3 Uij Reliabilitas

Untuk mengeetahui keandalan akan dilakukan uji reliabilitas instrumen. Uji realibilitas ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau keampuhan alat ukur untuk mengukur secara konsistensi sasaran yang akan di ukur. Dalam penelitian ini digunakan ujicronbach alpa. Instrumen akan diujikan pada 10 orang responden yang memenuhi kreteria. jika hasilnya 0,6 maka instrumen yang digunakan telah valid.

7. Pengimpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini teknik wawancara terstruktur berupa kuesioner yang dapat menggambarkan perubahan interaksi sosial pada lansia dengan penyakit kronis.

Prosedur pengambilan data dilakukan dengan cara mengajukan permohonan izin ke bagian pendidikan Fakultas keperawatan kemudian mengirim permohonan izin tersebut ke Panti Werdha Abadi/Dharma Asih Binjai. Setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian. Peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang prosedur, manfaat penelitian, dan cara pengisian kuesioner. Kemudian peneliti meminta kesedian responden untuk mengikuti penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan responden pengumpulan data dimulai.

Data akan diperoleh melalui jawaban responden dalam kuesioner yaitu pernyataan tentang perubahan interaksi sosial pada lansia dengan penyakit kronis. Perubahan


(37)

interaksi sosial pada lansia dengan penyakit kronis di kategorikan atas 2 kelas. Nilai terendah yang akan dicapai adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 20. Berdasarkan rumus statistik p (Sudjana, 1992), dimana p merupakan panjang kelas, dengan rentang nilai (nilai tertinggi dikurang dengan nilai terendah) sebesar 20 dan dibagi atas 2 kategori kelas yaitu interaksi sosial baik dan interaksi sosial buruk, maka diperoleh panjang kelas sebesar 10.

Dengan p=10 dan nilai terendah adalah 0 sebagai batas bawah kelas pertama, maka interaksi sosial dikategorikan dalam kelas interval :

0 10 = interaksi sosial buruk 11 - 20 = interaksi sosial baik

8. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap. Pertama editing yaitu mengecek nama, kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai dengan petunjuk. Koding yang memberi kode atau angka tertentu untuk memprmudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa data. Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan analisa deskriptif dengan program komputerisasi. Selanjutnya data akan disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi untuk mendeskripsikan perubahan interaksi sosial pada lansia dengan penyakit kronis di Panti Werdha Abadi/Dharma Asih Binjai.


(38)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai perubahan interaksi sosial pada lansia dengan penyakit kronis yang diderita lansia di Panti Werdha Abadi/Dharma Asih Binjai dengan jumlah responden 43 orang.

5.1.1. Karakteristik Responden

Pada table 1 dilihat data hasil penelitian tentang karakteristik responden terhadap sejumlah 43 responden yang meliputi usia, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan sebelumnya,jenis penyakit dan lama penyakit. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia 70-79 tahun 22 responden (51,2%), agama islam 41 responden (95,3%), suku batak 30 responden (69,8%), pendidikan SD 40 responden (43,0%), pekerjaan sebelumnya bertani 35 responden (81,4%), jenis penyakit kronis hipertensi 14 responden (32,6%) dan lama menderita 2,6-3,5 tahun 22 responden (51,2%).


(39)

Tabel 1. Data Distribusi Dan Frekuensi Data Demografi Perubahan Interaksi Sosial Lansia Yang Menderita Penyakit Kronis.

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Usia 60-69 70-79 >80 13 22 8 30 51 19 Suku Batak Jawa Minang 30 10 3 70 23 7 Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi 40 2 1 93 5 2 Pekerjaan Sebelumnya PNS Pegawai Swasta Bertani Buruh -2 35 6 -5 81 14 Jenis penyakit Rematik Diabetes Militus Stroke TB paru Hipertensi 12 8 7 2 14 28 19 16 5 32 Lama Penyaklit 0,5-1,5


(40)

2,6-3,5

>4,6 225 5112

Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase perubahan interaksi sosial pada lansia dengan penyakit kronis

2.1. Merasa terganggu jika bergabung dengan teman-teman

Pernyataan Frekuensi Persentase (%)

Tidak pernah 19 44

Kadang-kadang 22 51

Sering 2 5

Dari hasil penelitian pada tabel diatas menunjukkan bahwa responden merasa teganggu jika bergabung dengan teman-teman di peroleh 2(5%) reponden menyatakan sering, 22(51%) responden menyatakan kadang-kadang, 19(44%) reponden menyatakan tidak pernah.

2.2. Merasa mampu jika bergabung dengan temaan-teman

Pernyataan Frekuensi Persentase (%)

Tidak Pernah 22 44

Kadang-kadang 19 51

Sering 2 5

Hasil penelitian pada tabel di atas berdasarkan pertanyaan merasa mampu melakukan kegiatan bersama teman-teman yang menjawab sering sebanyak 2(5%) responden, yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 19(44%) responden, dan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 22(51%) responden.


(41)

2.3. Mampu jika melakukan kegiatan bersama teman-teman

Pernyataan Frekuensi Persentase(%)

Tidak pernah 22 51

Kadang-kadang 19 44

Sering 2 5

Dari hasil penelitian berdasarkan pertanyaa mampu jika melakukan kegiatan bersama teman-teman, yang menjawab sering 2(5%) responden, yang menjawab kadang-kadang 19(44%), dan yang menjawab tidak pernah adalah 22 (51%) responden.

2.4. Merasa mampu melakukan aktifitas sehari-hari

Pernyataan Frekuensi Persentase%

Tidak pernah 7 16

Kadang-kadang 35 81

Sering 1 2

Dari hasil penelitian berdasarkan pertanyaan mampu melakukan aktifitas sehari-hari, dan yang menjawab sering sebanyak 1(2%) responden, yang menjawab kadang-kadang sebanyak 35(81%), dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 7 (16%).

2.5. Mampu mengikuti kegiatan-kegiatan di panti

Pernyataan Frekuensi Persentase (%)


(42)

Kadang-kadang 9 21

Sering 1 2

Dari hasil penelitian berdasarkan pertanyaan mampu mengikuti kegiatan-kegiatan di panti dan yang menjawab sering sebanyak 1(2%) reponden, yang menjawab kadang-kadang 9(21%), dan yang menjawab tidak pernah 33(77%).

2.6. Merasa tidak percaya diri bergabung dengan teman-teman

Pernyataan Frekuensi Persentase (%)

Tidak pernah 4 9

Kadang-kadang 36 84

Sering 3 7

Dari hasil penelitian berdasarkan pertanyaan merasa tidak percaya diri bergabung dengan teman-teman di peroleh data bahwa responden yang menjawab sering sebanyak 3 (7%) responden, kadang-kadang 36(88%) responden, dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 4(9%) responden.

2.7. Merasa tidak di terima di lingkungan

Pernyataan Frekuensi Persentase

Tidak pernah 6 14

Kadang-kadang 33 77

Sering 4 9

Dari hasil pertanyaan merasa tidak di terima dilingkungan di peroleh jawaban tidak pernah sebanyak 6(14%) responden, kadang kadang sebanyak 33(77%) responden, dan yang menjawab sering sebanyak 4(9%) responden.


(43)

2.8. Merasa Tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain

Pernyataan Frekuensi Persentase

Tidak pernah 4 9

Kadang-kadang 13 30

Sering 26 61

Dari hasil pertanyaan merasa tidak mampu membina hubungan yang berarti

Pernyataan Frekuensi Persentase (%)

Tidak pernah 2 5

Kadang-kadang 14 33

Sering 27 63

dengan orang lain di peroleh jawaban tidak pernah sebanyak 4(9%) responden, kadang-kadang 13(30%) responden, dan yang menjawab sering sebanyak 26(61%) responden. 2.9. Merasa sangat tergantung dengan orang lain

Dari hasil pertanyaan merasa sangat tergantung dengan orang lain di peroleh jawaban tidak pernah sebanyak 2(5%), kadang-kadang 14(33%), dan yang menjawab sering sebanyak 27(63%) responden.

2.10. Merasa Kesepian

Pernyataan Frekuensi Persentase %

Tidak pernah -

-Kadang-kadang 22 49

Sering 43 51

Dari hasil pertanyaan merasa kesepian diperoleh data yang menjawab tidak pernah tidak ada, yang menjawab kadang-kadang 22(49%) responden, dan yang menjawab sering sebanyak 43(51%) responden.


(44)

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase perubahan interaksi sosial pada lansia dengan penyakit kronis

Interaksi sosial lansia Frekuensi Persen (%) 0-10 (interaksi sosial

buruk) 38 88 %

11-20(interaksi sosial

baik) 5 12%

Dari tabel di atas diperoleh hasil sebanya 38 responden(88%) mengalami perubahan interaksi sosial, atau interaksi sosoalnya buruk, dan sebesar 5 responden (12) saja interaksi sosialnya baik atau tidak terjadi perubahan interaksi sosial.

6. Pembahasan

Hasil penelitian yang di peroleh akan di uaraikan pada pembahasan yaitu menjawab pertanyaan penelitian untuk mengidentifikasi apakah terjadi perubahan interaksi sosial pada lansia dengan penyakit kronis di Panti Werdha Dharma/Asih Binjai.

6.1 Interaksi Sosial Lansia dengan Penyakit Kronis

Pada dasarnya lansia akan mengalami kemunduran dalam bersosialisasi. Semakin tua umur seseorang akan terjadi proses penurunan kemampuan fungsi organ tubuh (regeneratife) dan akan mempengaruhi interaksi sosial lansia tersebut, terutama pada lansia yang mengalami penyakit kronis, sehingga klien akan merasakan sulitnya untuk bersosialisasi Hamka (2009). Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebesar 38(88,4%) lansia mengalami perubahan interaksi


(45)

social atau interaksi sosialnya buruk dan sebesar 5(11,6%) mengalami interaksi sosial baik.

Kemungkinan hal ini di sebabkan oleh penurunan fungsi tubuh akibat penyakit kronis yang diderita lansia tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hartika (2002), bahwa lansia yang menderita penyakit kronis akan terganggu interaksi sosialnya, hal ini di sebabkan karena terbatasnya kemapuan dari lansia untuk berinteraksi dengan orang lain, akibatnya lansia merasa kesepian. Sementara itu untuk menjaga kesehatan baik fisik maupun kejiwaan lansia justru tetap harus melakukan aktifitas-aktifitas yang berguna bagi kehidupannya termasuk dukungan sosial. Menurut Rachmi (2008) menyatakan bahwa interaksi sosial memungkinkan lansia untuk memperoleh perasaan memiliki suatu kelompok yang memungkikan untuk membagi minat, perhatian, serta melakukan kegiatan yang sifatnya kreatif secara bersama-sama dan dengan berkumpul bersama orang seusia, diharapkan satu sama lain saling menyemangati dan mereka bisa curhat mengenai kondisi fisik atau masalah lainya dengan teman satu komunitas tersebut, aktifitas ini bisa meringankan beban pikiran lansia tersebut.

Menurut Santrock, (1999) interaksi sosial memainkan peranan penting pada kehidupan lansia. Kondisi kesepian dan toleransi secara sosial akan menjadi faktor yang berisiko bagi kesehatan. Hal ini akan berdampak pada lamanya hidup. Terutama pada lansia yang menderita penyakit kronis, selain tidak dapat berinteraksi lansia yang menderita penyakit kronis juga mengalami keputusasaan, rasa deih hingga mencapai depresi. Dan faktor- faktor yang mempengaruhi lansia sulit untuk berinteraksi dengan orang lain akibat penyakitnya adalah karena terjadi gangguan


(46)

pada fungsi tubuh akibat penyakit kronis yang diderita lansia tersebut, adanya rasa tidak percaya diri dan adanya rasa yang tidak diterima oleh lingkungan akibat penyakit kronis yang diderita lansia tersebut.

Menurut Hadi (2008) bentuk interaksi sosial adalah hubungan antara individu dengan individu, artinya invidu yang satu akan memberikan pengaruh, rangsangan/ stimulus kepda individu lainnya, bentuk interaksi ini biasanya dalam bentuk berjabat tangan, saling menegur, dan bercakap-cakap. Namun keadaan tersebut tidak dapat dilakukan lansia dengan penyakit kronis, karena kondisi dan fungsi tubuh tidak memuingkinkan lansia tersebut untuk melakukan hubungan interaksi anatar individu dengan indiividu. Terutama pada lansia yang menderita penyakit stroke, untuk mengerakkan tubuhnya saja sulit apalagi melakukan interaksi. begitu pula halnya dengan lansia yang menderita TB paru, lansia yang menderita penyakit tersebut umumnya di isolasi dari lingkungnnya, maka hal tersebut tidak memungkinkan lansia untuk berinteraksi. Keadaan tersebut makin memperprah kondisis interaksi sosial loansia dengan penyakit kronis.

Menurut Hadi (2008), interaksi antara individu dengan kelompok merupakan bentuk interaksi misalnya individu tersebut ikut dalam satu kegiatan misalnya kegiatan panti seperti senam, kegiatan keagamaan,dan kegiatan kelompok lainnya. menurut Harmoko (2000), bahawa lansia yang menderita penyakit kronis kebutuhan interaksi sosial antar individu dan kelompok jarang terpenuhi, sebab interaksi anatar idividu dengan individu saja sulit dapat terpenuhi apalagi individu dengan kelompok.


(47)

Begitu pula halnya dengan interaksi anatara kelompok dengan kelomopok pasti tidak akan bisa dilakukan oleh lansia dengan penyakit kronis sebab interaksi antara individu dengan indivu, interaksi antara individu dengan kelompok tidak dapat terlaksanakan apalagi kelompok dengan kelompok.

Dari hasil penelitian Perubahan Inetraksi Sosial Lansia Dengan Penyakit Kronis di Panti Werdha Badi/Dharma Asih Binjai ternyata yang paling buruk adalah interaksi sosial anatara individu dengan individu. karena responden memiliki penyakit kronis seperti rematik, Diabetes Militus, Stroke, TB paru dan hipertensi, dan semua penyakit tersebut merupakan penyakit yang sulit untuk melakukan interaksi sosial.


(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa sebagian besar responden berusia 70-79 tahun yaitu sebanyak 22 responden (51,2%). Agama islam 41 responden (95,3%), suku batak 30 responden (69,8%), pendidikan SD (43<0%) responden, pekerjaan sebelumnya bertani sebesar 35 responden (81,4%). Jenis penyakit kronis 14 responden (32,6%), dan lama menderita 2,6-3,5 tahun 22 responden (51,2%).

Hasil penelitian perubahan interaksi sosial pada lansia dengan penyakit krois menunjukakn bahwa terjadi perubahan interaksi sosial. Hail ini dapat diketahui berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian besar lansia yang menderita penyakit kronis sebanyak 38 (88,4%) responden mengalami perubahan interaksi sosial atau interaksi sosialnya dikategorikan buruk, dan sebanyak 5 repsonden saja lansia yang menderita penyakit kronis yang tidak mengalami perubahan interaksi sosial atau interaksi sosialnya di kategorikan baik.

2. Saran


(49)

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, hendaknya profesi keperawatan bisa memahami bahwa lansia yang menderita penyakit kronis itu mengalami perubahan interaksi sosial atau interaksi sosialnya buruk. Dan sebagai profesi keperawatan harus lebih memahami dan mempersiapkan rencana asuhan keperawatan lansia dengan penyakit kronis terhadap perubahan interaksi sosialnya. Agar asuhan keperawatan ini nantinya dapat di lakasanakan sebagaimana mestinya.

2.2 Untuk Peneliti Selanjutnya

Penelitian Lanjutan Perlu dilakukan dengan jumlah sampel yang lebih besar sehingga hasilnya lebih akurat dan mencari faktor-faktor apasajakah yang mempengaruhi perubahan interaksi sosial lansia dengan penyakit kronis, sehingga dapat menggambarkan keadaan yang lebih sebenarnya tentang perubahan interaksi sosial lansia dengan penyakin penyakit kronis.t kronis. Serta diharapkan peneliti selanjutnya dapat menghubungkannya dengan kualitas hidup lansia dengan penyakit kronis.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Adelmen & Daly. (2002). Faktor-faktor Interaksi Sosial. Diambil pada Tanggal 20 Desember 2010http://www.damandiri.or.id.adelmanpdf

Arikunto, Suharsimi. (2005). Managemen Penelitian,Jakarta: Rineka cipta

Beriadi. (2002). Bentuk-bentuk Interaksi Sosial. Diambil pada tanggal 3 oktober 2009 dari http://www.damandiri.or.id.beriadipdf

Blesky. (1990).Penyakit Kronis Pada Lansia. Diambil pada Tanggal 20 desember 2010 dari http://www.damandiri.or.id.bleskypdf

Brown, Ross C, Patrick L. Ramingon, James R. davis. (2005). Chronic Disease epidemiology and Control, Wangshington DC: American Public Health Associatio.

Bruner dan suddart. (2002)KeperawatanMedikal Bedah,Jakarta: ECG

Christianson, dkk. (1988). Restructuring Chronic Illness management, Sanfrancisco: Jessey-bass Publisher.

Hadi. (2008).Hubungan Dan Dukungan Lansia dengan Penayikit Kronis. diambil pada tanggal 13 Januari 2011 http://hady-aprilia.blogspot.com/2010/04/hubungan-pengetahuan-dan-dukungan.html.

Harmoko. (2000).Bentuk-bentuk Interaksi sosial Lansia Penyakit Kronis. diambil pada tanggal 13 Januari 2011 dari http:// Harmoko.blogspot.com


(51)

Hartika. (2002). Interaksi Sosial Pada lansia Dengan Penyakit Kronis. Diambil Pada Tanggal 3 Januari 2011 dari http//www.wordpress.com

Haribudiyanto. (2002).Bentuk-bentuk Interaksi Sosial. Diambil tanggal 8 Oktober 2009 dari http://www.wordpress.com.

Hariono. (2005). Penyimpangan Interaksi Sosial. Diambil tanggal 7 Oktober 2009 dari http://investopedia.com.

Indah. (2002). Bentuk-bentuk Interaksi sosial. Diambil pada Tanggal 10 Oktober 2009 dari http://wordpress.com.

Kuntjoro. (2002). Perawatan lanjut lansia. Diambil tanggal 19 Oktober 2009 dari hhtp://aspe.hhs.gov/daltcp/report/meacmpes.pdf.

Mardiatnoko dan Handayani. (2003). Bentuk-bentuk Interaksi Sosial Lansia. Diambil pada Tanggal 21 Desember 2010 dari http://www.matrixsmart.blogdetik.com Mariati dan Suryati. (2003). Pengertian Interaksi Sosial. Diambil pada Tanggl 21

Desember 2010 dari http//www.damandiri.or.id/file/mariatipdf

Nasution,I. (2009). Farmakologi Klinik Pada Usila. Jurnal kedokteran Media Medika Indonesia.

Nugroho, Wahjudi. (2008).Keperawatan gerontik dan Geriatrik. Jakarta: ECG. Nugroho, Wahjudi.(2009).Komunikasi Dalam KeperawatanGeriatrik, Jakarta: ECG. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta: Selemba Medika.

Poter and perry. (2005).Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

Ratnasuhartini. (2005). Sosialisasi Lansia. Diambil pada tanggal 17 Desember 2010 dari http:// www.matrixsmart.blogdetik.com


(52)

Racmi. (2008).Perubahan Interaksi Sosial Lansia. Diambil pada Tanggal 26 Desember 2010 dari http//www.mystopedia.com

Rahmad, Zaini. (2008). Proses Sosial dan Interaksi Sosial. Diambil pada Tanggal 17 Oktober 2009 dari http://staff.fkip.uns.ac.id.

Santrock. (1999). Kemunuran Interaksi Sosial pada Lansia. Diambil pada tanggal 17 desember 2010 dari http://www damandiri or.id/file/santrockpdf

Sariyono. (2008).Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta: Buku Kesehatan

Suryadi. (2003). Status Kesehatan Lansia. Diambil 20 Desember 2010 dari http://staff.fkepuir.ac.id

Soekamto.(1997).Bentuk Interaksi Sosial Lansia. Diambil tanggal 5 Okrtober 2009 dari http://www.matrixsmart.blogdetik.com.

Suhartini, R. (2005).Interaksi Sosial pada Lansia. Diambil tanggal 3 Oktober 2009 dari http://damandiri.or.id/file/ratnasuhartinipdf.

Suriyadi. (2003). Penyakit Dalam. Diambil tanggal21 Oktober 2009 dari http://Library.USU.ac.id./file/suriyadipdf.


(53)

Lampran 1

Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

Perubahan Iteraksi Sosial pada Lansia dengan Penyakit Kronis di Panti Werdha Abadi/Darma Asih Binjai

Oleh : Afnijar Wahyu

Saya adalah Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Perubahan Iteraksi Sosial pada Lansia dengan Penyakit Kronis di Panti Werdha Abadi/Darma Asih Binjai.

Penelitian ini merupakan adalah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Saya mengharapkan partisipasi responden dalam memberikan jawaban atas kuisioner sesuai dengan pendapat saudara/i tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban saudara/i. Informasi yang diberikan hanya dipergunakan untuk pengembangan Ilmu Keperawatan.

Partisipasi saudara/i dalam penelitian ini bersifat suka rela dan bebas menerima menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika saudara/i bersedia menjadi responden penelitian, silahkan menandatangani surat persetujuan ini pada tempat yang telah disediakan dibawah ini sebagai bukti kesukarelaan saudara/i.Terima kasih atas partisipasi saudara/i untuk penelitian ini.


(54)

Lampiran 3

KUESIONER

Perubahan Iteraksi Sosial pada Lansia dengan Penyakit Kronis di Panti Werdha Abadi/Darma Asih Binjai

Kuisioner ini terdiri dari 2 bagian, yaitu : (A) Kuisioner Data Demografi dan (B) Perubahan Interaksi Sosial pada Lansia Dengan Penyakit kronis.

(A). Kuesioner Data Demografi

Petunjuk pengisian : isilah data di bawah ini dengan lengkap dan berilah tanda chek list ( ) pada jawaban pilihan anda.

o Usia 60-69 tahun

-79 tahun >80 tahun

o Jenis kelamin:

o Laki-laki o Perempuan

o Suku:

o Batak o Karo o Jawa o Melayu o Minang o Lain-lain...

o Pendidikan:

o SD o SMP o SMU


(55)

o Perguruan Tinggi o Lain-lain...

o Agama:

o Islam o Kristen

o Budha

o Hindu

o Pekerjaaan sebelumnya:

o PNS/ BUMN/ TNI/ POLRI o Pegawai swasta/ wiraswasta

o Buruh

o Bertani o Lain-lain...

o Jenis Penyakit:

o Rematik

o Hiprtensi+ PJK o Diabetes Milletus o Stroke

o TB Paru o Patah Tulang Lama Penyakit:

o 0.5-1,5 Tahun o 1,6-2,5 Tahun o 2,6-3,5 Tahun o > 4,6 Tahun


(56)

(B). Kuesioner Perubahan Interaksi Sosial pada Lansia.

Berilah tanda chek list ( ) pada salah satu kolom jawaban yang sesuai dengan kondisi yang anda alami di mana SR: sering. KK: kadang-kadang dan TP: tidak pernah.

No. Pertanyaan SR KK TP

1. Saya tidak merasa terganggu jika saya bergabung dengan teman-teman saya.

2. Saya merasa mampu jika saya melakukan kegiatan bersama teman-teman saya.

3. Saya merasa mampu melakukan aktifitas sehari-hari

4. Saya mampu mengikuti kegiatan- kegiatan di panti seperti kegiatan keagamaan, senam, dll. 5. Saya merasa tidak percaya diri bergabung

dengan teman-teman akibat penyakit yang saya alami.

6. Saya merasa tidak diterima dilingkungan saya karena saya tidak mampu melakukan kegiatan seperti teman-teman saya.

7. Saya merasa tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain akibat penyakit yang saya derita.

8. Ssaya merasa sangat tergantung dengan orang lain akibat penyakit yang saya derita.

9. Saya merasa kesepian karena saya sulit untuk berhubungan dengan orang lain akibat penyakit yang saya derita

10. Saya merasa saya tidak berguna lagi jika saya berada dengan teman-teman saya.


(57)

(58)

(59)

Lampiran 4

Data Hasil Penelitian

id

Frequenc

y Percent PercentValid CumulativePercent

Valid 1 1 2.3 2.3 2.3

2 1 2.3 2.3 4.7

3 1 2.3 2.3 7.0

4 1 2.3 2.3 9.3

5 1 2.3 2.3 11.6

6 1 2.3 2.3 14.0

7 1 2.3 2.3 16.3

8 1 2.3 2.3 18.6

9 1 2.3 2.3 20.9

10 1 2.3 2.3 23.3

11 1 2.3 2.3 25.6

12 1 2.3 2.3 27.9

13 1 2.3 2.3 30.2

14 1 2.3 2.3 32.6

15 1 2.3 2.3 34.9

16 1 2.3 2.3 37.2

17 1 2.3 2.3 39.5

18 1 2.3 2.3 41.9

19 1 2.3 2.3 44.2

20 1 2.3 2.3 46.5

21 1 2.3 2.3 48.8

22 1 2.3 2.3 51.2

23 1 2.3 2.3 53.5


(60)

25 1 2.3 2.3 58.1

26 1 2.3 2.3 60.5

27 1 2.3 2.3 62.8

28 1 2.3 2.3 65.1

29 1 2.3 2.3 67.4

30 1 2.3 2.3 69.8

31 1 2.3 2.3 72.1

32 1 2.3 2.3 74.4

33 1 2.3 2.3 76.7

34 1 2.3 2.3 79.1

35 1 2.3 2.3 81.4

36 1 2.3 2.3 83.7

37 1 2.3 2.3 86.0

38 1 2.3 2.3 88.4

39 1 2.3 2.3 90.7

40 1 2.3 2.3 93.0

41 1 2.3 2.3 95.3

42 1 2.3 2.3 97.7

43 1 2.3 2.3 100.0

Total 43 100.0 100.0

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean DeviationStd.

Id 43 1 43 22.00 12.557

Usia 43 1 3 1.88 .697

JenisKelamin 43 1 2 1.56 .502

Agama 43 1 2 1.05 .213

Suku 43 1 4 1.44 .825

Pendidikan 43 1 3 1.09 .366

PekerjaanSebelumnya 43 2 4 3.09 .426

PenyakitKronis 43 1 5 2.95 1.647


(61)

Merasa tergangu jika bergabung dengan teman-teman

43 0 2 .60 .583

Merasa mampu jika melakukan kegiatan bersama teman-teman

43 0 2 .53 .592

Merasa mampu melakukan aktifitas sehari-hari

43 0 2 .86 .413

Mampu mengikuti kegiatan-kegiatan dipanti

43 0 9 .42 1.401

Merasa tidak percaya diri bergabung dengan teman-teman

43 0 2 .98 .408

Merasa tidak diterima

dilingkungan 43 0 2 .95 .486

Merasa tidak mampu membina hungungan yang berarti dengan orang lain

43 0 2 1.51 .668

Merasa sangat

tergantung dengan orang lain

43 0 2 1.58 .587

Merasa kesepian 43 1 2 1.51 .506

Merasa tidak berguna 43 0 2 1.00 .378

Valid N (listwise) 43

Usia

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid 60-69 13 30.2 30.2 30.2

70-79 22 51.2 51.2 81.4

>80 8 18.6 18.6 100.0


(62)

JenisKelamin

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Laki-Laki 19 44.2 44.2 44.2

Perempuan 24 55.8 55.8 100.0

Total 43 100.0 100.0

Agama

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Islam 41 95.3 95.3 95.3

Kristen 2 4.7 4.7 100.0

Total 43 100.0 100.0

Suku

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Batak 30 69.8 69.8 69.8

Jawa 10 23.3 23.3 93.0

Minang 3 7.0 7.0 100.0

Total 43 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid SD 40 93.0 93.0 93.0

SLTP 2 4.7 4.7 97.7

SMU 1 2.3 2.3 100.0


(63)

PekerjaanSebelumnya

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent Valid Pegawai swasta/

wiraswasta 2 4.7 4.7 4.7

Bertani 35 81.4 81.4 86.0

Buruh 6 14.0 14.0 100.0

Total 43 100.0 100.0

PenyakitKronis

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid rematik 12 27.9 27.9 27.9

Diabetes Melitus 8 18.6 18.6 46.5

stroke 7 16.3 16.3 62.8

TB paru 2 4.7 4.7 67.4

hipertensi + PJK 14 32.6 32.6 100.0

Total 43 100.0 100.0

LamaMenderita

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid 0,5-1,5 11 25.6 25.6 25.6

1,6-2,5 5 11.6 11.6 37.2

2,6-3,5 22 51.2 51.2 88.4

>4,6 5 11.6 11.6 100.0


(64)

Merasa tergangu jika bergabung dengan teman-teman

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid tidak pernah 19 44.2 44.2 44.2

kadang-kadang 22 51.2 51.2 95.3

sering 2 4.7 4.7 100.0

Total 43 100.0 100.0

Merasa mampu jika melakukan kegiatan bersama teman-teman

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid tidak pernah 22 51.2 51.2 51.2

kadang-kadang 19 44.2 44.2 95.3

sering 2 4.7 4.7 100.0

Total 43 100.0 100.0

Merasa mampu melakukan aktifitas sehari-hari

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid tidak pernah 7 16.3 16.3 16.3

kadang-kadang 35 81.4 81.4 97.7

sering 1 2.3 2.3 100.0

Total 43 100.0 100.0

Mampu mengikuti kegiatan-kegiatan dipanti

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid tidak pernah 33 76.7 76.7 76.7

kadang-kadang 9 20.9 20.9 97.7


(65)

Mampu mengikuti kegiatan-kegiatan dipanti

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid tidak pernah 33 76.7 76.7 76.7

kadang-kadang 9 20.9 20.9 97.7

9 1 2.3 2.3 100.0

Total 43 100.0 100.0

Merasa tidak percaya diri bergabung dengan teman-teman

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid tidak pernah 4 9.3 9.3 9.3

kadang-kadang 36 83.7 83.7 93.0

sering 3 7.0 7.0 100.0

Total 43 100.0 100.0

Merasa tidak diterima dilingkungan

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid tidak pernah 6 14.0 14.0 14.0

kadang-kadang 33 76.7 76.7 90.7

sering 4 9.3 9.3 100.0

Total 43 100.0 100.0

Merasa tidak mampu membina hungungan yang berarti dengan orang lain

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid tidak pernah 4 9.3 9.3 9.3

kadang-kadang 13 30.2 30.2 39.5


(66)

Merasa tidak mampu membina hungungan yang berarti dengan orang lain

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid tidak pernah 4 9.3 9.3 9.3

kadang-kadang 13 30.2 30.2 39.5

sering 26 60.5 60.5 100.0

Total 43 100.0 100.0

Merasa sangat tergantung dengan orang lain

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid tidak pernah 2 4.7 4.7 4.7

kadang-kadang 14 32.6 32.6 37.2

sering 27 62.8 62.8 100.0

Total 43 100.0 100.0

Merasa kesepian

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid kadang-kadang 21 48.8 48.8 48.8

sering 22 51.2 51.2 100.0

Total 43 100.0 100.0

Merasa tidak berguna

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid tidak pernah 3 7.0 7.0 7.0

kadang-kadang 37 86.0 86.0 93.0

sering 3 7.0 7.0 100.0


(67)

Hasil dari nilai responden

Statistics

id Jenispenyakit rataratahasil

N Valid 43 43 43

Missing 0 0 0

Id

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid 1 1 2.3 2.3 2.3

2 1 2.3 2.3 4.7

3 1 2.3 2.3 7.0

4 1 2.3 2.3 9.3

5 1 2.3 2.3 11.6

6 1 2.3 2.3 14.0

7 1 2.3 2.3 16.3

8 1 2.3 2.3 18.6

9 1 2.3 2.3 20.9

10 1 2.3 2.3 23.3

11 1 2.3 2.3 25.6

12 1 2.3 2.3 27.9

13 1 2.3 2.3 30.2


(68)

15 1 2.3 2.3 34.9

16 1 2.3 2.3 37.2

17 1 2.3 2.3 39.5

18 1 2.3 2.3 41.9

19 1 2.3 2.3 44.2

20 1 2.3 2.3 46.5

21 1 2.3 2.3 48.8

22 1 2.3 2.3 51.2

23 1 2.3 2.3 53.5

24 1 2.3 2.3 55.8

25 1 2.3 2.3 58.1

26 1 2.3 2.3 60.5

27 1 2.3 2.3 62.8

28 1 2.3 2.3 65.1

29 1 2.3 2.3 67.4

30 1 2.3 2.3 69.8

31 1 2.3 2.3 72.1

32 1 2.3 2.3 74.4

33 1 2.3 2.3 76.7

34 1 2.3 2.3 79.1

35 1 2.3 2.3 81.4

36 1 2.3 2.3 83.7

37 1 2.3 2.3 86.0

38 1 2.3 2.3 88.4

39 1 2.3 2.3 90.7

40 1 2.3 2.3 93.0

41 1 2.3 2.3 95.3

42 1 2.3 2.3 97.7

43 1 2.3 2.3 100.0

Total 43 100.0 100.0


(69)

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid rematik 12 27.9 27.9 27.9

diabetes militus 8 18.6 18.6 46.5

stroke 7 16.3 16.3 62.8

TB paru 2 4.7 4.7 67.4

hipertensi 14 32.6 32.6 100.0

Total 43 100.0 100.0

Rataratahasil

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent Valid 0-10 (interaksi

buruk) 38 88.4 88.4 88.4

11-20 (interaksi

baik) 5 11.6 11.6 100.0

Total 43 100.0 100.0

Data Reliabilitas

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 90.9

Excludeda 1 9.1

Total 11 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items


(70)

Lampiran 5

RIWAYAT HIDUP

Nama : Afnijar Wahyu

Nim : 061101005

Jurusan : Program S1 Keperawatan Universitas : Sumatera Utara

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/30 Desember 1988

Agama : Islam

Telp./Hp : 081 376 099 886

Alamat : Jln. Karya Bakti Perumahan Luxor No. 25 B, Medan Johor Alamat email : Wafni@yahoo.com

A. RIWAYAT PENDIDIKAN

No Pendidikan Tahun Lulus

1. SD N 114368 1994 - 2000

2. SLTP N 1 NA IX-X 2000 2003

3. SMA N 1 NA IX-X 2003 2006


(1)

Mampu mengikuti kegiatan-kegiatan dipanti

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid tidak pernah 33 76.7 76.7 76.7

kadang-kadang 9 20.9 20.9 97.7

9 1 2.3 2.3 100.0

Total 43 100.0 100.0

Merasa tidak percaya diri bergabung dengan teman-teman

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid tidak pernah 4 9.3 9.3 9.3

kadang-kadang 36 83.7 83.7 93.0

sering 3 7.0 7.0 100.0

Total 43 100.0 100.0

Merasa tidak diterima dilingkungan

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid tidak pernah 6 14.0 14.0 14.0

kadang-kadang 33 76.7 76.7 90.7

sering 4 9.3 9.3 100.0

Total 43 100.0 100.0

Merasa tidak mampu membina hungungan yang berarti dengan orang lain

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid tidak pernah 4 9.3 9.3 9.3

kadang-kadang 13 30.2 30.2 39.5


(2)

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak pernah 4 9.3 9.3 9.3

kadang-kadang 13 30.2 30.2 39.5

sering 26 60.5 60.5 100.0

Total 43 100.0 100.0

Merasa sangat tergantung dengan orang lain

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid tidak pernah 2 4.7 4.7 4.7

kadang-kadang 14 32.6 32.6 37.2

sering 27 62.8 62.8 100.0

Total 43 100.0 100.0

Merasa kesepian

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid kadang-kadang 21 48.8 48.8 48.8

sering 22 51.2 51.2 100.0

Total 43 100.0 100.0

Merasa tidak berguna

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid tidak pernah 3 7.0 7.0 7.0

kadang-kadang 37 86.0 86.0 93.0

sering 3 7.0 7.0 100.0


(3)

Hasil dari nilai responden

Statistics

id Jenispenyakit rataratahasil

N Valid 43 43 43

Missing 0 0 0

Id

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid 1 1 2.3 2.3 2.3

2 1 2.3 2.3 4.7

3 1 2.3 2.3 7.0

4 1 2.3 2.3 9.3

5 1 2.3 2.3 11.6

6 1 2.3 2.3 14.0

7 1 2.3 2.3 16.3

8 1 2.3 2.3 18.6

9 1 2.3 2.3 20.9

10 1 2.3 2.3 23.3

11 1 2.3 2.3 25.6

12 1 2.3 2.3 27.9

13 1 2.3 2.3 30.2


(4)

18 1 2.3 2.3 41.9

19 1 2.3 2.3 44.2

20 1 2.3 2.3 46.5

21 1 2.3 2.3 48.8

22 1 2.3 2.3 51.2

23 1 2.3 2.3 53.5

24 1 2.3 2.3 55.8

25 1 2.3 2.3 58.1

26 1 2.3 2.3 60.5

27 1 2.3 2.3 62.8

28 1 2.3 2.3 65.1

29 1 2.3 2.3 67.4

30 1 2.3 2.3 69.8

31 1 2.3 2.3 72.1

32 1 2.3 2.3 74.4

33 1 2.3 2.3 76.7

34 1 2.3 2.3 79.1

35 1 2.3 2.3 81.4

36 1 2.3 2.3 83.7

37 1 2.3 2.3 86.0

38 1 2.3 2.3 88.4

39 1 2.3 2.3 90.7

40 1 2.3 2.3 93.0

41 1 2.3 2.3 95.3

42 1 2.3 2.3 97.7

43 1 2.3 2.3 100.0

Total 43 100.0 100.0


(5)

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid rematik 12 27.9 27.9 27.9

diabetes militus 8 18.6 18.6 46.5

stroke 7 16.3 16.3 62.8

TB paru 2 4.7 4.7 67.4

hipertensi 14 32.6 32.6 100.0

Total 43 100.0 100.0

Rataratahasil

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent Valid 0-10 (interaksi

buruk) 38 88.4 88.4 88.4

11-20 (interaksi

baik) 5 11.6 11.6 100.0

Total 43 100.0 100.0

Data Reliabilitas

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 90.9

Excludeda 1 9.1

Total 11 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items


(6)

Lampiran 5

RIWAYAT HIDUP

Nama : Afnijar Wahyu

Nim : 061101005

Jurusan : Program S1 Keperawatan Universitas : Sumatera Utara

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/30 Desember 1988

Agama : Islam

Telp./Hp : 081 376 099 886

Alamat : Jln. Karya Bakti Perumahan Luxor No. 25 B, Medan Johor Alamat email : Wafni@yahoo.com

A. RIWAYAT PENDIDIKAN

No Pendidikan Tahun Lulus

1. SD N 114368 1994 - 2000

2. SLTP N 1 NA IX-X 2000 2003

3. SMA N 1 NA IX-X 2003 2006