Sertifikat Hak Tanggungan Akibat Hukum Putusan Pernyataan Pailit Debitur Terhadap Kreditur Pemegang Hak Tanggungan

Belinda : Akibat Hukum Putusan Pernyataan Pailit Debitur Terhadap Kreditur Pemegang Hak Tanggungan, 2009. 44

4. Sertifikat Hak Tanggungan

Sebagai tanda bukti adanya hak tanggungan yang sudah didaftarkan oleh Kepala Kantor Pertanahan diterbitkan sertifikat hak tanggungan yang bentuk dan isinya juga ditetapkan oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional berdasarkan ketentuan yang disebutkan dalam Pasal 14 ayat 1 UUHT. Pada akta hipotek terhitung sejak saat didaftarkan sampai dengan dikeluarkannya sertifikat hipotek oleh Kantor Pendaftaran Tanah PP No.10 Tahun 1961, untuk kepentingan eksekusi dalam praktiknya, terjadi dualisme pendapat, terdapat dualisme titel eksekutorial harus dicantumkan pada grose akta hipotek sementara oleh pejabat BPN dan harus dicantumkan pada sertifikat hipoteknya. Dalam pelaksanaannya grose akta hipotek yang memegang peran utama cksekusi. Sementara sertifikat hipotek hanya sebagai pelengkapnya. Di dalam UUHT dualisme titel eksekutorial tidak lagi terjadi sebagaimana disebutkan dalam Pasal 14 ayat 2, bahwa ”Sertipikat Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 memuat irah-irah dengan kata-kata DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Sertifikat hak tanggungan sebagaimana dimaksud ayat 1 memuat kata-kata “demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap dan berlaku sebagai grose akta hipotek dalam melaksanakan Pasal 224 HIR dan Pasal 258 Reglemen Acara Hukum untuk Daerah Luar Jawa dan Madura Belinda : Akibat Hukum Putusan Pernyataan Pailit Debitur Terhadap Kreditur Pemegang Hak Tanggungan, 2009. 44 Reglement lot Regeling van het Rechtswezen in de Gewesten Buiten Java en Madura Stb. 1927-227 sepanjang mengenai hak tanah. Kalau dilihat bahwa titel eksekutorial terdapat pada sertifikat hak tanggungan, dengan demikian akta pemberian hak tanggungan adalah pelengkap dari sertifikat hak tanggungan. 5. Hapusnya Hak Tanggungan Hapusnya hak tanggungan menurut Pasal 18 ayat 1 UUHT: a. Hapusnya utang yang dijamin dengan hak tanggungan accessoir, b. Dilepaskan hak tanggungan oleh kreditur pemegangnya, yang dibuktikan dengan pernyataan tertulis, mengenai dilepaskannya hak tanggungan yang bersangkutan kepada pemberi hak tanggungan. c.. Pemberian hak tanggungan yang bersangkutan berdasarkan penetapan peringkat oleh ketua Pengadilan Negeri atas permohonan pembeli tanah yang dijadikan jaminan. d. Hapusnya hak tanah yang dibebani hak tanggungan. Tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai proses apa yang harus dilakukan setelah pemberi hak tanggungan menerima pemberian pernyataan tertulis sebagaimana disebutkan pada poin 2 tersebut, sehingga menurut Sutan Remy Syahdeini: 91 Karena pemberian hak tanggungan wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan, dan lahirnya hak tanggungan pada hari tanggal didaftarkannya hak tanggungan itu pada buku tanah hak atas tanah yang menjadi objek hak tanggungan tersebut, serta dengan pendaftaran hak tanggungan itu, setelah 91 Sutan Remy Sjahdeini, Hak Tanggungan..., Op. Cit., hlm. 155. Belinda : Akibat Hukum Putusan Pernyataan Pailit Debitur Terhadap Kreditur Pemegang Hak Tanggungan, 2009. 44 pemberi hak tanggungan itu berlaku terhadap pihak ketiga, dan setelah pemberian hak tanggungan menerima pemyataan tertulis dari pemegang hak tanggungan sebagimana disebutkan di atas, pemberi hak tanggungan harus segera mengajukan surat permohonan kepada Kantor Pertanahan dengan dilampiri Surat Pernyataan tertulis tersebut agar hak tanggungan tersebut dicatat pada buku tanah hak tanah yang menjadi objek hak tanggungan bahwa hak tanggungan itu telah dilepaskan oleh pemegangnya. Hanya dengan demikian, hak tanggungan itu menjadi hapus dan tidak mengikat lagi bagi pihak ketiga. Menurut Pasal 19 UUHT, diatur tata cara pemberian hak tanggungan jika hasil penjualan objek hak tanggungan ternyata tidak cukup untuk melunasi piutangnya yang dijamin tanpa diadakan pembersihan hak tanggungan yang menjamin piutang tersebut akan tetap membebani objek yang dibeli. Bahwa dalam melakukan “roya partial” hapusnya hak tanggungan pada bagian objek yang bersangkutan dicatat pada buku tanah dan sertifikat hak tanggungan serta pada buku tanah dan sertifikat hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun yang telah bebas dari hak tanggungan yang semula membebaninya. 92 92 Pasal 22 ayat 9 UUHT.

B. Kreditur Dalam Kepailitan 1. Pengertian dan Jenis-jenis Kreditur dalam Hukum Kepailitan

Dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang UU Kepailitan dijelaskan pengertian kreditur yaitu diatur dalam Pasal 1 angka 2 disebutkan: “Kreditur adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau Undang-Undang yang dapat ditagih di muka pengadilan.” Belinda : Akibat Hukum Putusan Pernyataan Pailit Debitur Terhadap Kreditur Pemegang Hak Tanggungan, 2009. 44 Keberadaan atau eksistensi dari kreditur adalah syarat mutlak dalam kepailitan dengan alasan sebagai berikut: a. Karena Pasal 2 ayat 1 mensyaratkan adanya concersus creditorium yaitu debitur setidaknya memiliki lebih dari dua kreditur. Dalam hal ini, pemohon pailit harus dapat membuktikan bahwa debitur juga memiliki kreditur lain dengan jumlah minimum dua orang. b. Kehadiran kreditur atau wakilnya yang sah sangat penting untuk menentukan diterima atau tidak rencana perdamaian yang diajukan oleh debitur dalam rapat kreditur. Jika jumlah kreditur yang hadir tidak memenuhi ketentuan maka quorum suara tidak terpenuhi. Istilah kreditur berasal dari bahasa latin “credence” atau “credere” yang artinya dapat dipercaya. Kata credence ini kemudian menjadi kredit dalam bahasa inggris yang memiliki arti yang sama dengan faith, trust favorable repute, power based on confidence, acknowledgement of merit, confidence in a buyers ability to pay atau reputation of solvency. Kata benda dari credence adalah creditum atau credit Inggris yang artinya sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang thing entrusted to one. Pasal 1132 KUH Perdata telah menginsyaratkan bahwa setiap kreditur memiliki kedudukan yang sama terhadap kreditur lainnya, kecuali jika ditentukan lain oleh undang-undang karena memiliki alasan-alasan yang sah untuk didahulukan dari Belinda : Akibat Hukum Putusan Pernyataan Pailit Debitur Terhadap Kreditur Pemegang Hak Tanggungan, 2009. 44 para kreditur-kreditur lainnya. Dengan adanya kalimat dalam Pasal 1132 KUH Perdata yang bunyinya “kecuali apabila diantara para kreditur terdapat alasan-alasan yang sah untuk didahulukan dari para kreditur lainnya, maka terdapat kreditur- kreditur tertentu yang oleh undang-undang diberikan kedudukan yang lebih tinggi dari pada kreditur lainnya”. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa terdapat beberapa jenis kreditur, yaitu: a. Kreditur Konkuren Dalam lingkup kepailitan, yang dapat digolongkan sebagai kreditur konkuren unsecured creditor adalah kreditur yang piutangnya tidak dijamin dengan hak kebendaan security right in rem dan sifat piutangnya tidak dijamin sebagai piutang yang diistimewakan oleh undang-undang. Dengan kata lain kreditur konkuren adalah kreditur yang harus berbagi dengan para kreditur lain secara proporsional, yaitu menurut perbandingan besarnya tagihan masing-masing dari hasil penjualan harta kekayaan debitur yang tidak dibebani dengan hak jaminan. Sedangkan pembayaran terhadap kreditur konkuren adalah ditentukan oleh kurator. 93 Kreditur Preferen termasuk dalam golongan secured creditors karena semata- mata sifat piutangnya oleh undang-undang diistimewakan untuk didahulukan pembayarannya. Dengan kedudukan istimewa ini, kreditur preferen berada diurutan b. Kreditur Preferen 93 Munir Fuady, Hukum Pailit Dalam Teori dan Praktek, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 1998, hlm. 103. Belinda : Akibat Hukum Putusan Pernyataan Pailit Debitur Terhadap Kreditur Pemegang Hak Tanggungan, 2009. 44 atas sebelum kreditur konkuren atau unsecured creditors lainnya. Utang debitur pada kreditur preferen memang tidak diikat dengan jaminan kebendaan, tapi undang- undang mendahulukan mereka dalam hal pembayaran. Oleh karena itu jika debitur dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga, maka prosedur pembayaran terhadap kreditur preferen sama seperti kreditur konkuren yaitu dengan cara memasukkan tagihannya kepada kurator untuk diverifikasi dan disahkan dalam rapat verifikasi. 94 Sehubungan dengan istilah kreditur separatis, ada terdapat perbedaan perbedaan pendapat pemakaian istilah diantara para sarjana. Menurut Munir Fuady bahwa: ”dikatakan separatis yang berkonotasi pemisahan karena kedudukan kreditur tersebut memang dipisahkan dari kreditur lainnya, dalam arti ia dapat menjual sendiri dan mengambil sendiri dari hasil penjualan yang terpisah dengan harta pailit pada umumnya”. c. Kreditur Separatis Dalam ketentuan Pasal 1133 Kitab Undang-undang Hukum Perdata dijelaskan siapa-siapa saja yang memiliki hak untuk didahulukan diantara para kreditur yaitu kreditur yang memiliki hak istimewa kreditur preferen dan kreditur pemegang hak jaminan atas kebendaan seperti gadai, hipotik , hak tanggungan dan fidusia. 95 Mariam Darus Badrulzaman menyebutkan bahwa sebagai kreditur pemegang hak jaminan yang memiliki hak preferen dan kedudukannya sebagai kreditur separatis. Dengan demikian, Mariam Darus Badrulzaman membedakan antara hak 94 Ibid., hlm. 104. 95 Ibid., hlm. 105. Belinda : Akibat Hukum Putusan Pernyataan Pailit Debitur Terhadap Kreditur Pemegang Hak Tanggungan, 2009. 44 dan kedudukan kreditur yang piutangnya dijamin dengan hak atas kebendaan. Haknya disebut sebagai preferen karena ia digolongkan oleh Undang-Undang sebagai kreditur yang diistimewakan pembayarannya. Sedangkan kedudukannya adalah sebagai kreditur separatis karena ia memiliki hak yang terpisah dari kreditur preferen lainnya yaitu piutangnya dijamin dengan hak kebendaan. 96 Menurut Sudargo Gautama, “mereka ini karena sifatnya pemilik suatu hak yang dilindungi secara super preferen dapat mengeksekusi hak mereka seolah-olah tidak terjadi kepailitan. Dalam hukum kepailitan, kreditur yang dapat digolongkan sebagai kreditur separatis karena piutangnya dijamin dengan security right in rem adalah kreditur pemegang hak yang terdiri dari: 1 Hipotik yang diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan 2 Gadai yang diatur dalam Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 3 Fidusia yang diatur dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia 4 Kreditur yang memiliki hak retensi atas suatu barang dalam Pasal 65 Undang- Undang Kepailitan 97 Mereka ini karenanya dianggap separatis berdiri sendiri.” Sejalan dengan itu menurut Munir Fuady, kedudukan kreditur separatis sangat tinggi, lebih tinggi dari kreditur yang diistimewakan lainnya. 98 96 Mariam Darus Badrulzaman, Op. Cit., hlm. 12. 97 Sudargo Gautama, Komentar atas Peraturan Baru Untuk Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1998, hlm. 78. 98 Munir Fuady, Op. Cit., hlm. 105. Belinda : Akibat Hukum Putusan Pernyataan Pailit Debitur Terhadap Kreditur Pemegang Hak Tanggungan, 2009. 44 Kedudukan kreditur separatis tersebut dipisahkan dari kreditur lainnya, dan objek jaminannya juga dipisahkan dari harta pailit. Adapun arti dari kedudukan kreditur separatis di atas adalah dalam pengeksekusian jaminan utang. Kreditur separatis dapat menjual dan mengambil sendiri hasil dari penjualan objek jaminan. Bahkan jika diperkirakan hasil penjualan atas jaminan utang itu tidak dapat menutupi seluruh utangnya, maka kreditur separatis dapat memintakan agar terhadap kekurangan tersebut dia diperhitungkan sebagai kreditur konkuren. Sebaliknya apabila hasil dari penjualan jaminan utang melebihi utang-utangnya, maka kelebihan itu harus dikembalikan kepada debitur. d. Kreditur Pemegang Hak Istimewa Jenis kreditur yang keempat adalah kreditur pemegang hak istimewa privilege, yang oleh undang-undang diberi kedudukan didahulukan semata-mata karena sifat piutangnya, baik dari para kreditur konkuren, kreditur separatis maupun kreditur preferen. Lebih lanjut dalam Pasal 1134 ayat 2 KUH Perdata dinyatakan, hak agunan kebendaan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi terhadap hak istimewa privilege, kecuali tidak dengan tegas ditentukan lain oleh undang-undang. Artinya dalam mengambil pelunasan dari hasil penjualan benda-benda milik debitur yang diletakkan hak jaminan dan ada kreditur pemegang hak istimewa maupun kreditur konkuren, maka pemegang hak jaminan mengambil terlebih dahulu pelunasanannya, kemudian dilanjutkan oleh pemegang hak istimewa, dan sisanya diambil oleh kreditur konkuren. Sedangkan apabila terhadap suatu hak istimewa privilege telah Belinda : Akibat Hukum Putusan Pernyataan Pailit Debitur Terhadap Kreditur Pemegang Hak Tanggungan, 2009. 44 ditentukan dengan tegas harus dilunasi terlebih dahulu dari para kreditur lainnya termasuk para kreditur pemegang hak agunan kebendaan, maka urutan kedudukan para kreditur dalam mengambil pelunasan utangnya adalah : pertama kreditur yang memiliki hak istimewa, kedua kreditur pemegang hak agunan kebendaan dan ketiga kreditur konkuren.

2. Kedudukan Kreditur Separatis dalam Hukum Kepailitan