Para Pendukung Gerakan Aceh Merdeka

action, karena ingin mengembalikan tatanan lama yang sudah pernah ada sebelumnya. 43

C. Para Pendukung Gerakan Aceh Merdeka

Gerakan Aceh Merdeka ini setidaknya di dukung oleh tiga kelompok masyarakat Aceh, yaitu golongan intelektual dan golongan profesional, golongan ulama serta golongan rakyat biasa. Kelompok yang pertama merupakan pendukung utama dari gerakan ini, mereka memberontak karena sadar akan perlakuan yang tidak wajar terhadap Aceh dan menuntut keadilan. Menurut kelompok ini Aceh telah di rugikan dalam pembagian porsi keuntungan ekonomi oleh pemerintah pusat, golongan ini umumnya merupakan hasil dari pendidikan sekuler tahun 1960-an. 44 Kaum intelektual dan profesional yang bergabung dengan GAM merupakan kelompok yang tidak berhasil di kooptasi oleh pemerintah Orde Baru untuk masuk ke dalam sistem pemerintah atau di jinakan oleh pemerintah untuk menjadi tekhnokrat kelompok ini terkonsentrasi di area kampus dan kota-kota besar di Aceh. Mereka mendukung GAM karena kecewa melihat keadaan Aceh, sehingga membangkitkan semangat nasionalisme mereka. 45 43 Ibid 44 Julien Benda, Pengkhianatan Kaum Intelektual, Jakarta: Gramedia, 1997, h. 25. 45 Ibid, h. 25-26 Sementara kelompok ulama mendukung GAM karena di motivasi oleh tujuan yang bersifat religius, yaitu ingin mendirikan negara Islam Aceh. Mereka sebenarnya telah terlibat dalam pemberontakan DITII dan pada masa akhir Orde Lama telah duduk pada posisi-posisi strategis di Aceh. Kelompok ini merasa di tipu mentah- mentah oleh pemerintahan pusat karena status otonomi yang di berikan kepada Aceh tidak pernah bermakna. 46 Padahal sesungguhnya pemberian status otonomi yang di berikan kepada Aceh tidak pernah bermakna dan sesungguhnya pemberian status sebagai daerah istimewa dalam bidang pendidikan, ekonomi, dan adat sebagai solusi atau kopensasi agar mereka menghentikan perlawanan senjata pada tahun 1950-an berat untuk mereka terima, karena tujuan mereka ingin agar Indonesia menjadi negara Islam Indonesia menjadi negara Islam di mana Aceh menjadi negara bagiannya. Namun akhirnya pada waktu itu mereka menerima penyelesaian secara kompromi demi kebaikan dan keselamatan Aceh, maka dapat di bayangkan betapa kecewanya mereka mendapati bahwa ternyata janji itu pun di langgar oleh pemerintah. 47 Kelompok pendukung yang ketiga adalah rakyat kebanyakan. Mereka adalah rakyat yang tinggal di perkampungan di sekitar “markas” para pemberontak yang tersebar di kabupaten Pidie, Aceh Utara, dan Aceh Timur dan mereka biasanya di rekrut oleh tokoh-tokoh GAM pada waktu melakukan ceramahpenerangan di 46 Daniel Dhakidae, Akar Permasalahan dan Alternatif Proses penyelesaian Konflik Aceh Jakarta Papua, h. 59. 47 Ibid, h. 75. kampung-kampung. Dukungan yang di berikan biasanya berupa logistik, menyembunyikan para anggota GAM dan memberikan informasi tentang gerakan musuh, dan mereka memang bukan pendukung aktif karena mereka mengikuti tokoh- tokoh utama GAM bergerilya, namun peranannya cukup penting yaitu sebagai basis GAM dalam bergerilya. 48 Dari tiga pendukung GAM tersebut jika di tela’ah secara umum, direkrut melalui jalur keluarga, persahabatan dan Masyarakat. Tak jarang mereka termotivasi untuk melakukan sesuatu yang menguntungkan GAM bukan karena mereka yakin akan kebenaran GAM tetapi lebih di sebabkan karena ingin membantu keluarga dan sahabat. Selain kelompok tersebut masih ada kelompok yang berperan dalam konflik di Aceh yaitu kalangan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, baik yang berada di Aceh, Jakarta maupun yang berasal dari luar negri. 49 Dari beberapa kalangan dan tokoh masyarakat Aceh menilai munculnya berbagai LSM di Aceh hanya memperkeruh situasi, dan tidak akan menyelesaikan masalah menurut mereka. Demikian pula di Jakarta telah tumbuh berbagai kegiatan dan gerakan yang peduli terhadap penderitaan yang di alami masyarakat Aceh. Salah satu organisasi yang berusaha bersikap kritis terhadap upaya penyelesaian masalah Aceh adalah Forum Kepedulian Aceh FORKA. penderitaan yang dialami masyarakat. Selain itu, ada pula organisasi Taman Iskandar Muda TIM yang 48 Moch. Nurhasim, dkk., Konflik Aceh: Analisis atas Sebab-sebab Konflik, Aktor Konflik, Kepentingan dan Upaya Penyelesaian, h. 75. 49 Riza Sihbudi, dkk., Bara dalam Sekam: Identifikasi akan Masalah dan Solusi atas Konflik- Konflik Lokal di Aceh, Maluku, Papua, dan Riau, h. 63. merupakan wadah masyarakat Aceh di Jakarta yang juga telah melakukan berbagai kegiatan, termasuk mengunjungi beberapa pejabat pemerintah yang di anggap mempunyai kepedulian terhadap Aceh. 50 Selain itu ada pula LSM yang berdomisili di New York, Amerika Serikat yang bernama International For Aceh IFA. Kelompok ini di pimpin oleh seorang putra Aceh yang bernama M. Jaffar Siddik. IFA merupakan sebuah LSM yang secara aktif mensosialisasikan pentingnya masalah Aceh agar di selesaikan melalui dunia internasional. Solusi yang di tawarkan oleh IFA dalam penyelesaian masalah Aceh adalah tidak jauh berbeda dengan SIRA dan GAM, yaitu merdeka. 51 LSM yang berskala internasional yang sangat perhatian terhadap masalah Aceh adalah International Crisis Group Indonesia ICGI di bawah pimpinan Sidney Jones. ICGI secara aktif menghimbau agar menghentikan berbagai bentuk kekerasan yang terjadi di Aceh, karena semua itu tidak akan dapat menyelesaikan masalah Aceh secara tuntas dan damai. Sidney Jones, direktur ICGI, dalam berbagai kesempatan selalu melakukan mengemukakan pendapatnya bahwa seyogyanya pemerintah menyadari kesalahannya di masa lalu dimana pemberlaku DOM ternyata tidak serta merta dapat menyelesaikan masalah Aceh. ICGI juga banyak melakukan kolaborasi 50 Moch. Nurhasim, dkk., Konflik Aceh: Analisis atas Sebab-sebab Konflik, Aktor Konflik, Kepentingan dan Upaya Penyelesaian, h. 99. 51 Moch. Nurhasim, dkk., Konflik Aceh: Analisis atas Sebab-sebab Konflik, Aktor Konflik, Kepentingan dan Upaya Penyelesaian, h. 99. dengan beberapa tokoh LSM Aceh di Jakarta yang saat ini tidak berani pulang ke Aceh. 52 Sementara itu, dalam konflik yang yang terjadi di Aceh, peran ulama atau organisasi keagamaan di bawahnya, belum cukup kelihatan. Ada dugaan bahwa ulama dan intelektual di Aceh juga terlibat dalam konflik, baik secara langsung maupun tidak langsung karena keberadaan ulama dayah di Aceh memang belum begitu kelihatan peranannya untuk menyelesaikan konflik antara GAM dengan pemerintahan pusat. 53 52 Ibid, h. 100. 53 Ibid, h. 101.

BAB III KONFLIK VERTIKAL GERAKAN ACEH MERDEKA DENGAN